Asuhan Keperawatan Pasien Kejang Pada Anak

download Asuhan Keperawatan Pasien Kejang Pada Anak

of 8

Transcript of Asuhan Keperawatan Pasien Kejang Pada Anak

A. Asuhan Keperawatan Pasien Kejang Pada Anak1. Pengkajiana. Riwayat Penyakit

Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya demam yang dialami oleh anak (suhu rectal di atas 380) celcius. Demam ini dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar cranial seperti tonslitis, faringitis. Sebelum serangan kejang pada pengkajian status kesehatan biasanya anak tidak megalami kelainan apa-apa. Anak masih menjalani aktifitas sehari-hari seperti biasa bermain dengan teman sebaya, pergi sekolah.b. Pengkajian Fungsional

Pengkajian fungsional yang sering mengalami gangguan adalah terjadi penurunan kesadaran anak dengan tiba-tiba sehingga kalau dibuktikan dengan tes Glasgow Scala skor yang dihasilkan berksar antara 5 sampai 10 dengan tingkat kesadaran dari apatis sampai samnolen atau mungkin dapat koma. Kemungkinan ada gangguan jalan nafas yang dibuktikan dengan peningkatan frekuensi pernapasan > 30 x/menit dengan irama cepat dan dangkal, lidah terlihat menekuk aring. Pada kebutuhan rasa aman dan nyaman anak mengalami gangguan kenyamanan akibat hipertermi, sedangkan keamanan terjadi ancaman karena anak mengalami kehilangan kesadaran yang tiba-tiba yang berisiko terjadinya cidera secara fisik maupun fisiologi. Untuk pengkajian pola kebutuhan atau fungsi yang kemungkinan belum terjadi gangguan kalau ada mungkin sebatas ancaman seperti penurunan personal hygiene, aktifitas, intake nutrisi.c. Pengkajian Tumbuh Kembang Anak

Secara umum kejang demam tidak menganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini dipahami dengan catatan kejang yang dialami anak tidak terlalu sering terjadi atau masih dalam batasan yang dikemukakan oleh Livingstone (1tahun tidak lebih dari 4 kali) atau penyakit melatarbelakangu timbulnya kejang seperti tonsillitis, faringitis, segera dapat di atasi. Kalai kondisi tersenut tidak terjadi anak dapat mudah mengalami keterlambatan pertumbuhan misalny berat badan yang kurang karenan ketidakcukupan asupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi badan yang kurang dari umur semestinya seagai akibat penurunan asupan mineral.Selain gangguan pertumbuhan sebagai dampak kondisi I atas anak juga dapat mengalami gangguan perkkembangan seperti penurunan kepercayaan diri akibat sering kambuhnya penyakit sehingga anak lebih banyak berdiam diri bersama ibunya kalau disekolah, tidak mau berinteraksi dengan teman sebaya. Saat dirawat di RS anak terlihat pendiam, sulit beriteraksi dengan orang yang ada disekitar, jarang menyentuh mainan. Kemungkinan juga dapat terjadi gangguan perkembangan yang lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar seperti meloncat, berlari.

Adapun pengkajian untuk mengumpulkan datadata yang akurat terhadap Kejang Demam yaitu dimulai dengan anamnesa kepada klien dan

keluarga kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

Hal hal yang perlu dikaji antara lain :

a. Identitas pasien dan keluarga

1) Nama Pasien (initial), umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa dan alamat

2) Nama Ayah (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa

3) Nama Ibu (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa.

b. Kesehatan fisik

1) Pola nutrisi

Tidak ada nafsu makan (anoreksia), mual dan bahkan dapat disertai muntah. Perlu dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi makan sehari hari, jam makan, pemberian makan oleh siapa, frekuensi makan, nafsu makan, serta alergi terhadap makanan.

2) Pola eliminasi

3) Pola tidur

Yang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan lamanya tidur serta kebiasaan sebelum tidur

4) Pola hygiene tubuh

Mengkaji mengenai kebiasaan mandi, cuci rambut, potong kuku dan rambut

5) Pola aktifitas

Anak tampak lemah, gelisah atau cengeng.

c. Riwayat kesehatan yang lalu

1) Riwayat prenatal

Dikaji mengenai kehamilan ke berapa, tempat pemeriksaan kehamilan, keluhan ibu saat hamil, kelainan kehamilan dan obat obatan yang diminum saat hamil.

2) Riwayat kelahiran

Kelahiran spontan atau dengan bantuan bantuan, aterm atau premature. Perlu juga ditanyakan berat badan lahir, panjang badan, ditolong oleh siapa dan melahirkan di mana.

3) Riwayat yang berhubungan dengan hospitalisasi

Pernahkah dirawat di rumah sakit, berapa kali, sakit apa, pernahkah menderita penyakit yang gawat.

Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji kemungkinan ada keluarga yang pernah menderita kejang.

4) Tumbuh kembang

Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia, baik perkembangan emosi dan sosial.

5) Imunisasi

Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur pemberiannya. Apakah imunisasi lengkap, jika belum apa alasannya.

d. Riwayat penyakit sekarang

1) Awal serangan : Sejak timbul demam, apakah kejang timbul setelah 24 jam pertama setelah demam

2) Keluhan utama : Timbul kejang (tonik, klonik, tonik klonik), suhu badan meningkat

3) Pengobatan : Pada saat kejang segera diberi obat anti konvulsan dan apabila pasien berada di rumah, tiindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi kejang.

4) Riwayat sosial ekonomi keluarga

Pendapatan keluarga setiap bulan, hubungan sosial antara anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya.

5) Riwayat psikologis

Reaksi pasien terhadap penyakit, kecemasan pasien dan orang tua sehubungan dengan penyakit dan hospitalisasi.

e. Pemeriksaan fisik

1) Pengukuran pertumbuhan : Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala

2) Pengukuran fisiologis : Suhu biasanya di atas 38( C, nadi cepat, pernafasan (mungkin dyspnea nafas pendek, nafas cepat, sianosis)

3) Keadaan umum : Pasien tampak lemah, malaise

4) Kulit : Turgor kulit dan kebersihan kulit

5) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala dan warna rambut serta kebersihannya

6) Mata : Konjungtiva, sklera pucat / tidak, pupil dan palpebra

7) Telinga : Kotor / tidak, mungkin ditemukan adanya Otitis Media Akut / Kronis

8) Hidung umumnya tidak ada kelainan

9) Mulut dan tenggorokan : Bisa dijumpai adanya tonsillitis

10) Dada : Simetris / tidak, pergerakan dada

11) Paru paru : Bronchitis kemungkinan ditemukan

12) Jantung : Umumnya normal

13) Abdomen : Mual mual dan muntah

14) Genetalia dan anus : Ada kelainan / tidak

15) Ekstremitas : Ada kelainan / tidak.

Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data tersebut dikelompokkan. Pengelompokan data dapat dibagi atas data dasar dan data khusus (Carpenito, 1997). Data dasar terdiri dari data fisiologis, data psikologis, data sosial dan spiritual. Sedangkan data khusus adalah data yang bersifat khusus, misalnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen dan sebagainya.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan perjalanan patofisiologi penyakit dan manifestasi klinik yang muncul maka diagnose keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kajang demam adalah :a. Risiko tinggi bstruksi jalan nafas b.d penutupan faring oleh lidah, spasme otot bronkus.Data yang mendukung : frekuensi pernapasan meningkat (misalnya 36 x/menit), irama pernapasan cepat dan dangkal, terlihat lidah menekuk ke dalam.b. Risiko gangguan perfusi jaringan b.d penurunan oksigen darah.

Data yang mendukung : jaringan perifer (kulit) terlihat anemis, akral teraba dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat dan teraba lemah dengan frekuensi > 110 x/menit. Hasil pemeriksaan AGD : PO2 lebih dari 45 MmHg, PH darah > 45.

c. Hipertermi b.d infeksi kelenjar tonsil, telinga, bronkus atau pada tempat lain.

Data yang mendukung : suhu tubuh parektal 35,80 37,300 C, kening anak teraba panas. Terdapat pembengkakan, kemerahan pada tonsil atau telinga. Data penunjang hasil laboratorium angka leukosit > 11.000 mg/dl.d. Risiko ganggu pertumbuhan (berat badan rendah) b.d penurunan asupan nutrisi.

Data yang mendukung : adanya keluhan orang tua anak sulit untuk makan , porsi makan yang dihabiskan setiap kali makan misalnya 3 sendok (rata-rata kurang dari 1000 kkal/hari), berat badan anak sudah turun 0,5 kg tapi masih dalam berat badan normal (dalam KMS) belum mencapai garis kuning.

e. Risiko gangguan perkembangan (kepercayaan diri) b.d peningkatan frekuensi kekambuhan.Data yang mendukung : anak terlihat tidak mau berinteraksi dengan orang disekitar saat dirawat di RS, ibu menyampaikan dalam waktu 1 tahun terakhir ini anak sering mengalami kekambuhan demam (5 kali dalam setahun).

f. Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) b.d penurunan respon terhadap lingkungan.

Data yang mendukung :Kesadaran anak apatis, anak terlihat diam saat dipanggil.

g. Untuk kecemasan; Cemas (ringan, sedang atau berat) b.d ketidaktahuan tentang prognosis atau perjalan penyakit.

3. Intervensi

a. Risiko tinggi bstruksi jalan nafas b.d penutupan faring oleh lidah, spasme otot bronkus.

Hasil yang diharapkan : frekuensi pernapasan meningkat 28-35 x/menit), irama pernapasan regular dan tidak cepat, anak tidak terlihat terengah-engah.

Rencana tindakan :

1. Monitor jalan nafas, frekuensi pernafasan, irama pernafasan tiap 15 menit pada saat penurunan kesadaran.

Rasional ; frekuensi pernafasan yang meningkat tinggi dengan irama yang cepat sebgai salah satu indikasi sumbatan jalan nafas oleh benda asing, contohnya lidah.2. Tempatkan anak pada posisi semifowler dengan kepala hiperekstensi.

Rasional ; posisi semifowler akan menurunkan tahanan tekanan intraabdominal terhadap paru-paru. Hiperekstensi membuat jalan nafas dalam posisi lurus dan bebas dari hambatan.

3. Pasang tongspatel saat timbul serangan kejang.

Rasional ; mencegah lidah tertekuk yang dapat menutup jalan nafas.

4. Bebaskan anak dari pakaian yang ketat.

Rasional ; mengurangi tekanan terhadap rongga thorak sehingga terjadi keterbatasan pengembangan paru.

5. Kolaborasi pemberian anti kejang. Contohnya pemberian diazepam dengan dosis rata-rata 0,3 mg/KgBB/kali pemberian.

Rasional ; diazepam bekerja menurunkan tingkat fase depolarisasi yang cepat di system persarafan pusat sehingga dapat terjadi penurunan spasma pada otot dan persarafan perifer.

b. Risiko gangguan perfusi jaringan b.d penurunan oksigen darah.

Hasil yang diharapkan : jaringan perifer (kulit) terlihat merah dan segar, akral teraba hangat. Hasil pemeriksaan AGD : PH darah 7,35-7,45, PO2 80-104 MmHg, PCO2 35-45 MmHg, HCO3 21-25.Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat pengisian kapiler perifer.

Rasional ; kapiler kecil mempunyai volume darah yang relative kecil dan cukup sensitive sebagai tanda terhadap penurunan oksigen darah.

2. Pemberian oksigen dengan memakai masker atau masker nasal bicanul dengan dosis rata-rata 3 liter/menit.Rasional ; oksigen tabung mempunyai tekanan yang lebih tinggi dari oksigen lingkungan sehingga mudah masuk ke paru-paru. Pemberian dengan masker karena mempunyai persentase sekitar 35% yang dapat masuk ke saluran pernafasan.

3. Hindarkan anak dari rangsangan yang berlebihan baik suara, mekanik maupun cahaya.

Rasional ; rangsangan akan meningkatkan fase eksitasi persarafan yang dapat menaikkan kebutuhan oksigen jaringan.

4. Tempatkan pasien pada ruangan dengan sirkulasi udara yang bail (ventilasi memenuhi dari luas ruangan)

Rasional ; meningkatkan jumlah udara yang masuk dan mencegah hipoksemia jaringan.

c. Hipertermi b.d infeksi kelenjar tonsil, telinga, bronkus atau pada tempat lain.

Hasil yang diharapkan : suhu tubuh parektal 360 370 C, kening anak tidak teraba panas. Tidak terdapat pembengkakan, kemerahan pada tonsil atau telinga. Data penunjang hasil laboratorium angka leukosit 5.000 - 11.000 mg/dl.

Rencana tindakan :

1. Pantau suhu tubuh anak tiap setengah jam.Rasional ; peningkatan suhu tubuh yang melebihi 390C dapat berisiko terjadinya kerusakan saraf pusat karena akan meningkatkan neurotransmitter yang dapat meningkatkan eksitasi neuron.2. Kompres anak dengan alcohol atau air dingin.

Rasional ; pada saat dikompres panas tubuh anak akan berpindah ke media yang digunakan untuk mengompres karena suhu tubuh relative lebih tinggi;

3. Beri pakaian anak yang tipis dari bahan yang halus seperti katun.

Rasional ; pakaian yang tipis akan memudahkan perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan. Bahan katun akan menghindari iritasi kulit pada anak karena panas tinggi akan membuat kulit sensitive terhadap cidera.

4. Jaga kebutuhan cairan anak tercukupi melalui pemberian intravena dengan patokan kebutuhan.

Rasional ; cairan yang cukup akan menjaga kelembaban sel, sehingga el tubuh tidak mudah rusak akibat suhu tubuh yang tinggi. Cairan intravena juga berfungsi mengembalikan cairan yang banyak hilang lewat proses evaporasi ke lingkungan.

5. Kolaborasi pemberian antipiretik (aspirin dengan dosis 60 mg/tahun/kali pemberian) antibiotic (sesuai dengan jenis golongan mikroorganisme penyebab yang umu dapat digunakan golongan penisiline).Rasional ; Antipiretik akan mempengaruhi ambang panas pada hipotalamus. Antipiretik juga akan mempengaruhi penurunan neurotransmitter seperti prostaglandin yang berkontribusi timbulnya nyeri saat demam.

d. Risiko ganggu pertumbuhan (berat badan rendah) b.d penurunan asupan nutrisi.

Kondisi yang diharapkan : orangtua anak menyampaikan anaknya sudah gampang makan, porsi makan yang dihabiskan setiap kali makan misalnya 1 porsi habis (rata-rata kurang dari 700 kkal/hari), berat badan anak pada daerah hijau (di KMS).

Rencana tindakan :

1. Kaji berat badan dan jumlah asupan kalori anak.

Rasional ; berat badan sebagai salah satu indicator jumlah massa sel dalam tubuh, kalau berat badan rendah menunjukkan terjadi penurunan jumlah dan massa sel tubuh yang tidak sesuai dengan umur. Asupan kalori sebagai bahan dasar pembentukan massa sel tubuh.

2. Ciptakan suasana yang menarik dan nyaman saat makan seperti dibawa keruangan yang banyak gambar untuk anak sambil diajak bermain.

Rasional ; dapat membantu peningkatan respon korteks serebri terhadap selera makanan sebagai dampak rasa senang pada anak.

3. Anjurkan orangtua untuk memberikan anak makan pada kondisi makan hangat.

Rasional ; makanan hangat akan mengurangi kekentalan sekresi mucus pada faring dan mengurangi respon mual gaster.

4. Anjurkan orangtua memberikan makan pada anak dengan porsi sering dan sedikit (setiap jam anak deprogramkan makan)

Rasional ; mengurangi massa makanan yang banyak pada lambung yang dapat menurunkan rangsangan nasfu makan pada otak bagian bawah.e. Risiko gangguan perkembangan (kepercayaan diri) b.d peningkatan frekuensi kekambuhan.

Hasil yang diharapkan : anak terlihat aktif berinteraksi dengan orang disekitar saat dirawat di RS, frekuensi kekambuhan kejan gdemam berkisar 1-3 kali dalam setahun.

Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat perkembangan anak terutama kepercayaan diri dan frekuensi demam.Rasional ; fase ini bila tidak teratasi dapat terjadi krisis kepercayaan diri pada anak. Frekuensi demam yang meningkatkan dapat menurunkan penamplan anak.

2. Berikan anak terapi bermain dengan teman sebaya di rumah sakit yang melibatkan banyak anak seperti bermain lempar bola.

Rasional ; meningkatkan interaksi anak terhadap teman sebaya tanpa melalui paksaan dan doktrin dari orangtua.

3. Beri anak reward apabila aak berhasil melakukan aktifitas positif misalnya melempar bola dengan tepat dan support anak apabila belum berhasil.

Rasional ; meningkatkan nilai positif yang ada pada anak memperbaiki kelemahan dengan kemauan yang kuat.f. Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) b.d penurunan respon terhadap lingkungan.

Hasil yang diharapkan : anak tidak terluka atau jatuh saat serangan kejang.

Rencana tindakan :

1. Tempatkan anak pada tempat tidur yang lunak dan rata seperti bahan matras.Rasional ; menjaga posisi tubuh lurus yang dapat berdampak pada lurusnya jalan nafas.

2. Pasang pengaman dikedua sisi tempat tidur.

Rasional ; mencegah anak terjatuh.

3. Jaga jarak anak saat timbul serangan kejang.

Rasional ; menjaga jalan nafas dan mencegah anak terjatuh.4. Evaluasi

DxKriteria hasilKeterangan

aa. frekuensi pernapasan meningkat 28-35 x/menit),b. irama pernapasan regular dan tidak cepat,c. anak tidak terlihat terengah-engah.

ba. jaringan perifer (kulit) terlihat merah dan segar, b. akral teraba hangat.c. Hasil pemeriksaan AGD : PH darah 7,35-7,45, PO2 80-104 MmHg, PCO2 35-45 MmHg, HCO3 21-25

ca. suhu tubuh parektal 360 370 C, kening anak tidak teraba panas. b. Tidak terdapat pembengkakan, kemerahan pada tonsil atau telinga. c. Data penunjang hasil laboratorium angka leukosit 5.000 - 11.000 mg/dl.

da. orangtua anak menyampaikan anaknya sudah gampang makan, porsi makan yang dihabiskan setiap kali makan misalnya 1 porsi habis (rata-rata kurang dari 700 kkal/hari), b. berat badan anak pada daerah hijau (di KMS).

ea. anak terlihat aktif berinteraksi dengan orang disekitar saat dirawat di RS,

b. frekuensi kekambuhan kejan gdemam berkisar 1-3 kali dalam setahun.

fanak tidak terluka atau jatuh saat serangan kejang.