Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Thypoid

15
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN THYPOID A. DEFINISI Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella ( Brunner and Sudart, 1994 ). Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 1999). Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson, 1995). B. PATOFISIOLOGI 1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl

description

Askep Thypoid

Transcript of Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Thypoid

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN THYPOIDA. DEFINISITyphoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksiSalmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kumanSalmonella(Brunner and Sudart, 1994).Typhus abdominalisatau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 1999).Demam typhoid atauTyphus abdominalisadalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson, 1995).

B. PATOFISIOLOGI1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.2. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.3. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonlla thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).4. Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

C. ETIOLOGIMenurut (Rahmad Juwono, 1996) :1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:a. antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)b. antigen H(flagella)c. antigen V1 dan protein membrane hialin2. SalmonellaparathypiA3. SalmonellaparathypiB4. SalmonellaparathypiC5. Faces dan Urin dari penderita thypus

D. PATHWAY

E. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.b. Keluhan utamaKeluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.c. Riwayat penyakit sekarangPeningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.d. Riwayat penyakit dahuluApakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.e. Riwayat penyakit keluargaApakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.f. Pola-pola fungsi 1) Pola nutrisi dan metabolismeKlien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.2) Pola eliminasiKlien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.3) Pola aktivitas dan latihanAktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.4) Pola tidur dan istirahatPola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.5) Pola persepsi dan konsep diriBiasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.6) Pola sensori dan kognitifPada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.7) Pola hubungan dan peranHubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.8) Pola penanggulangan stressBiasanya orang tua akan nampak cemas

g. Pemeriksaan fisik1) Keadaan umumDidapatkan klien tampak lemah,suhu tubuh meningkat 38 410C, muka kemerahan.2) Tingkat kesadaranDapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).3) Sistem respirasiPernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.4) Sistem kardiovaskulerTerjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.5) Sistem integumenKulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam6) Sistem gastrointestinalBibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.7) Sistem muskuloskeletalKlien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.8) Sistem abdomenSaat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.h. Pemeriksaa PenunjangPemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :1) Pemeriksaan leukositDi dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.2) Pemeriksaan SGOT DAN SGPTSGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.3) Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :a) Teknik pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.b) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakitBiakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.c) Vaksinasi di masa lampauVaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.d) Pengobatan dengan obat anti mikrobaBila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.4) Uji WidalUji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).c) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

2. DIAGNOSA KEPERAWATANa. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mengabsorbsi makanan.b. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum.d. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gejala terkait penyakit.

3. RENCANA KEPERAWATANNoTanggal/JamDiagnosaKeperawatanTujuanIntervensiTtd

1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mengabsorbsi makananSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam iharapkan status nutrisi intake makanan dan minuman adekuat dengan Kriteria Hasil :Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisiTidak ada tanda tanda malnutrisiTidak terjadi penurunan berat badan yang berartiDorong tirah baring

Anjurkan istirahatsebelum makan

Berikan kebersihan oralSediakanmakanandalamventilasi yang baik,lingkungan menyenangkane.Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuatf.Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi

2.Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktifSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan pasien kembali seimbang terpenuhi dengan Kriteria hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal.Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat

Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian kapiler.

Kaji tanda-tanda vital

Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring

Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral

3.Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam peningkatan toleransi aktifitas pada pasien dengan Kriteria hasil: TTV dalam rentang normal. (TD dan N)Respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual pasien baik

Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung

Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi

Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)

4.Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gejala terkait penyakitSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien mengatakan nyeri berkurang dengan Kriteria hasil: Nyeri dapat dikontrolEkspresi wajah rileksIstirahat cukupPantau skala nyeri

Beritahu pasien untuk mengurangi stress

Latih pasien untuk rileks dengan tarik nafas dalam efektif

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti nyeri

F. REFERENSINanda. 2013. Diagnose Keperawatan. Yogyakarta : Media ActionPerry & Potter. 2006.Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik.Edisi 4. Jakarta : EGC.