Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

14
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Dispepsia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka harapan hidup di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat. Hal itu berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dibanding jumlah penduduk secara keseluruhan. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Penurunan fungsi tubuh akan menurun seiring bertambahnya umur seseorang. Hal itu membuat lansia sangat identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung. Kadar asam lambung lansia biasanya mengalami penuruna hingga 85%. Penurunan tersebut akan membuat lansia rentan menderita penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat. Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Kondisi tersebut dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Jika tidak diantisipasi dengan deteksi dini dan tindakan yang tepat, maka dapat berakibat fatal bagi lansia. Oleh karena itu, peningkatan jumlah penduduk lansia harus diimbangi dengan peningkatan

description

daa

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Dispepsia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka harapan hidup di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat. Hal itu

berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dibanding jumlah penduduk

secara keseluruhan. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA)

melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543

orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat

(66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta

atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan

penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun.

Penurunan fungsi tubuh akan menurun seiring bertambahnya umur seseorang. Hal itu

membuat lansia sangat identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai

macam penyakit. Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses

penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung. Kadar asam lambung lansia biasanya

mengalami penuruna hingga 85%. Penurunan tersebut akan membuat lansia rentan menderita

penyakit.

Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang

diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan.

Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan

atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat

meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri

atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang,

dan sering bersendawa. Kondisi tersebut dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Jika tidak

diantisipasi dengan deteksi dini dan tindakan yang tepat, maka dapat berakibat fatal bagi lansia.

Oleh karena itu, peningkatan jumlah penduduk lansia harus diimbangi dengan peningkatan

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

pelayanan kesehatan. Harapannya agar terjadi peningkatan kualitas hidup lansia dan

memperkecil resiko lansia yang menderita penyakit, salah satunya adalah dispepsia.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi, dan komplikasi dispepsia.

2. Untuk mengetahui pathway dan pemeriksaan penunjang dispepsia.

3. Untuk mengetahui pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien lansia dengan dispepsia.

4. Untuk mengetahui diagnosa yang sering muncul pada pasien lansia dengan dispepsia.

5. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang dapat diterapkan pada pasien lansia dengan dispepsia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinisyang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di

perut bagian atas yang menetap atau mengalamikekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus

klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi

termasuk dispepsia (Mansjoer, 2000). Menurut Mansjoer (2000) pengertian dispepsia terbagi

dua, yaitu :

1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.Sindroma

dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnyatukak (luka)

lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.

2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas

penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur

organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong

saluranpencernaan).

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri

atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang,

dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makanan

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional

tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).

B. Etiologi

Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama

pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia biasanya

mengalami penuruna hingga 85%.

Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :

a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor,

infeksi bakteri Helicobacter pylori.

b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik, digitalis,

teofilin dan sebagainya.

c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis, kolesistitis

kronik.

d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.

Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :

a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.

b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang.

c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus maupun

dispepsia mirip dismotilitis.

Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus dengan

kelainan organik (Wibawa, 2006).

C. Faktor Predisposisi

Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan pola hidup. Menurut Guyton (1997)

berikut ini berbagai penyakit (kondisi medis) yang dapat menyebabkan keluhan dispepsia :

a. Dispepsia fungsional (nonulcer dyspepsia). Dispepsia fungsional adalah rasa tidak nyaman

hingga nyeri di perut bagian atas yang setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak

ditemukan penyebabnya secara pasti. Dispepsia fungsional adalah penyebab maag yang paling

sering.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

b. Tukak lambung (stomach ulcers). Tukak lambung adalah adanya ulkus atau luka di lambung.

Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang dirasakan terus menerus, bersifat kronik (lama)

dan semakin lama semakin berat.

c. Refluks esofagitis (gastroesophageal reflux disease)

d. Pangkreatitis

e. Iritable bowel syndrome

f. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid

(AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung.

Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah

lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya secara terus menerus atau pemakaian yang

berlebihan dapat mengakibatkan maag.

g. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat

dapat menyebabkan gastritis serta pendarahan pada lambung.

h. Malabsorbsi (gangguan penyerapan makanan)

i. Penyakit kandung empedu

j. Penyakit liver

k. Kanker lambung (jarang)

l. Kanker esofagus (kerongkongan)(jarang)

m. Penyakit lain (jarang)

D. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti

nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang

sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung

akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan

peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,

sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak

adekuat baik makanan maupun cairan (Corwin,2001).

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

E. Manifestasi Klinis

a. Nyeri perut (abdominal discomfort),

b. Rasa perih di ulu hati,

c. Mual, kadang-kadang sampai muntah,

d. Nafsu makan berkurang,

e. Rasa lekas kenyang,

f. Perut kembung,

g. Rasa panas di dada dan perut,

h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

(Sujono, 2006)

G. Komplikasi

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi

yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam

atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan

dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi

pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di mana merupakan

pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar

berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang

paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya

melakukan operasi (Wibawa, 2006).

H. Penatalaksanaan

Menurut Sujono (2006), penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan dispepsia, antara lain :

1. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang potensial mencetuskan

serangan dispepsia

2. Modifikasi pola hidup

Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor pencetus. Pola makan porsi kecil

tetapi sering dan makanan rendah lemak.

3. Obat-obatan

Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti sekresi dan prokinetik dapat

digunakan untuk mengurangi keluhan.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker

lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko

kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. Menurut Schwartz, M

William (2004) dan Wibawa (2006) berikut merupakan pemeriksaan penunjang:

a. Tes Darah

Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius. Hasil

tes serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun belum

menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.

b. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)

Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan ulkus

peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes CLO).

Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa organic

pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada

penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien

dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti

penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat

penyakit struktural.

Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan komplikasi

serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi direkomendasikan sebagai

investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat

mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan endoskopi

dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukosa lambung.

c. DPL : Anemia mengarahkan keganasan

d. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis

e. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju

endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja. Jika

terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk melakukan

pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas.

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

J. Pemeriksaan Fisik

Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum diinvestigasi

terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan organik sebagai kausa

dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm symptoms kemungkinan besar didasari kelainan

organik. Menurut Wibawa (2006), yang termasuk keluhan alarm adalah:

1. Disfagia,

2. Penurunan Berat Badan (weight loss),

3. Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia, anemia defisiensi

besi,atau fecal occult blood),

4. Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).

Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk menyingkirkan

penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD (gastroesophageal reflux disease), atau

keganasan.

K. Pencegahan

Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan

dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam

tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,

misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung

(Wibawa, 2006).

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu :

Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang

berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-

kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada

dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer, 2000).

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

Menurut Tucker (1998), pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah sebagai berikut:

a. Biodata

1) Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,

alamat.

2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan

pasien, alamat.

b. Keluhan Utama

Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan epigastrium, mual,

muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman

beralkohol

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran pencernaan

e. Pola aktivitas

Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang merangsang selaput

mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.

f. Aspek Psikososial

Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah interpersonal yang bisa

menyebabkan stress

g. Aspek Ekonomi

Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal dalam pekerjaan

yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan

h. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan cemas,

2) Palpasi

Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena pasien sering muntah

3) Auskultasi

Peristaltik sangat lambat dan hampir tidak terdengar (<5x/menit)

4) Perkusi

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

Pekak karena meningkatnya produksi HCl lambung dan perdarahan akibat perlukaan

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Doenges (2001) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan

dispepsia.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menngulangi

masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan

terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0

– 10)

Berikan istirahat dengan posisi

semifowler

Anjurkan klien untuk menghindari

makanan yang dapat meningkatkan

kerja asam lambung

Berguna dalam pengawasan

kefektifan obat, kemajuan

penyembuhan

Dengan posisi semi-fowler dapat

menghilangkan tegangan abdomen

yang bertambah dengan posisi

telentang

dapat menghilangkan nyeri

akut/hebat dan menurunkan aktivitas

peristaltik

mencegah terjadinya perih pada ulu

hati/epigastrium

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

Anjurkan klien untuk tetap

mengatur waktu makannya

Observasi TTV tiap 24 jam

Diskusikan dan ajarkan teknik

relaksasi

Kolaborasi dengan pemberian obat

analgesik

sebagai indikator untuk melanjutkan

intervensi berikutnya

Mengurangi rasa nyeri atau dapat

terkontrol

Menghilangkan rasa nyeri dan

mempermudah kerjasama dengan

intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,

anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu,

dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau dan dokumentasikan dan

haluaran tiap jam secara adekuat

2. Timbang BB klien

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Catat status nutrisi paasien: turgor

kulit, timbang berat badan, integritas

mukosa mulut, kemampuan menelan,

adanya bising usus, riwayat

mual/rnuntah atau diare.

5. Kaji pola diet klien yang

disukai/tidak disukai.

6. Monitor intake dan output secara

1. Untuk mengidentifikasi

indikasi/perkembangan dari hasil yang

diharapkan

2. Membantu menentukan

keseimbangan cairan yang tepat

3. meminimalkan anoreksia, dan

mengurangi iritasi gaster

4. Berguna dalam mendefinisikan

derajat masalah dan intervensi yang

tepat Berguna dalam pengawasan

kefektifan obat, kemajuan

penyembuhan

5. Membantu intervensi kebutuhan

yang spesifik, meningkatkan intake diet

klien.

6. Mengukur keefektifan nutrisi dan

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

periodik

Catat adanya anoreksia, mual, muntah,

dan tetapkan jika ada hubungannya

dengan medikasi. Awasi frekuensi,

volume, konsistensi Buang Air Besar

(BAB).

cairan

7. Dapat menentukan jenis diet dan

mengidentifikasi pemecahan masalah

untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,

muntah.

Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki

defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan,

dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

INTERVENSI RASIONAL

Awasi tekanan darah dan nadi,

pengisian kapiler, status membran

mukosa, turgor kulit

Awasi jumlah dan tipe masukan

cairan, ukur haluaran urine dengan

akurat

Diskusikan strategi untuk

menghentikan muntah dan

penggunaan laksatif/diuretik

Identifikasi rencana untuk

meningkatkan/mempertahankan

Indikator keadekuatan volume

sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

Klien tidak mengkomsumsi cairan

sama sekali mengakibatkan dehidrasi

atau mengganti cairan untuk masukan

kalori yang berdampak pada

keseimbangan elektrolit

Membantu klien menerima perasaan

bahwa akibat muntah dan atau

penggunaan laksatif/diuretik

mencegah kehilangan cairan lanjut

Melibatkan klien dalam rencana

untuk memperbaiki keseimbangan

untuk berhasil

Tindakan daruat untuk memperbaiki

ketidak seimbangan cairan elektroli

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

keseimbangan cairan optimal

misalnya : jadwal masukan cairan

Berikan/awasi hiperalimentasi IV

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan

kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

INTERVENSI RASIONAL

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

Kaji tingkat kecemasan

Berikan dorongan dan berikan

waktu untuk mengungkapkan

pikiran dan dengarkan semua

keluhannya

Jelaskan semua prosedur dan

pengobatan

Berikan dorongan spiritual

Mengetahui sejauh mana tingkat

kecemasan yang dirasakan oleh

klien sehingga memudahkan dlam

tindakan selanjutnya

Klien merasa ada yang

memperhatikan sehingga klien

merasa aman dalam segala hal

tundakan yang diberikan

Klien memahami dan mengerti

tentang prosedur sehingga mau

bekejasama dalam perawatannya.

Bahwa segala tindakan yang

diberikan untuk proses

penyembuhan penyakitnya, masih

ada yang berkuasa

menyembuhkannya yaitu Tuhan

Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dispepsia

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta. Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:Media Acsulapius. FKUI.

Sujono,H. 2006. Gastroenterology. Jakarta : PT Alumni

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien. Volume 2. Jakarta: EGC

Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia Volume 7 Nomor 3 September 2006.