ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA
-
Upload
semy-simbala -
Category
Documents
-
view
171 -
download
2
description
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A. I DENGAN DIAGNOSA
DYSPEPSIA DI RUANG A2 (IRNA PRIA) RSUD DATOE BINANGKANG
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
DISUSUN OLEH :
ANDINI PAPUTUNGAN
NIM : 10.05.451
AKADEMI KEPERAWATAN TOTABUAN
KOTAMOBAGU
2013
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Dyspesia adalah kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak / sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan (Arif Mansjoer, dkk, 1999).
Dyspepsia dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan keluhan / gejala
klinis yang terdiri dari rasa tidak enak baik episodic atau persisten yang
diduga berasal dari saluran makanan bagian atas (Kelompok Studi
Helicobacter Pilori Indonesia, 1996).
Dyspepsia juga diartikan untuk menjelaskan sejumlah gejala yang
umumnya dirasakan sebagai gangguan perut bagian atas dan sering disertai
dengan kurangnya asupan makanan (Prof. Dr. Ahmad H. Adie, Sp.Pd, 1999).
2. Etiologi
Dyspepsia ini apabila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya :
a. Ulkus peptik kronik (ulkus ventrikuli, Ulkus duodeni)
b. Gastro-oeshopageal refluk disease (GORD) dengan atau tanpa esofagitis
c. Obat : aspirin
d. Koleliatiasis simtomatik
e. Pankreatitis kronik
f. Gangguan metabolik (uremia, hipertalsemia, gastroparesis DM)
g. Keganasan (gaster, pangkreas, kolon)
h. Nyeri dinding perut
3. Patofisiologis
Menurut dr. Wewen Siswanto (1999) patofisiologis dyspepsia non ulkus
masih sedikit diketahui. Beberapa faktor berikut mungkin berperan penting
(Multifaktorial)
1
a. Abnormalitas motorik gaster
Dengan studi Scintigrapic Nuclear dibuktikan lebih dari 50% klien
dyspepsia non ulkus mempunyai keterlambatan pengosongan makanan
dalam gaster. Demikian pula pada studi monometrik didapatkan
gangguan mobilitas antrum post prandial, tetapi hubungan antara
kelainan tersebut dengan gejala dyspepsia tidak tidak jelas. Penelitian
akhir menunjukkan bahwa fundus gaster yang kaku bertanggung jawab
terhadap dyspepsia. Pada keadaan normal seharusnya fundus relaksasi,
baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi duodenum.
Pengosongan makanan terhadap dari korpus gaster mennuju ke bagian
fundus dan duodenum diatur oleh refleks fagal. Pada beberapa pasien
dyspepsia non ulkus, refleks ini tidak berfungsi dengan baik sehingga
pengisian bagian antrum terlalu cepat.
b. Perubahan sensitivitas gaster
Lebih dari 50% pasien dyspepsia non ulkus menunjukkan sensitivitas
terhadap distensi gaster atau intestinum, oleh karena mungkin akibat :
makanan yang sedikit mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara,
gangguan kontraksi gaster intestinum atau distensi dini bagian antrum
post prandial dapat menginduksi nyeri bagian ini.
c. Psikosomatis (Faktor psiko sosial)
Emosi, intelegensi dan kepribadian sangat berpengaruh terhadap cara
manusia menyelesaikan konfliknya. Bila konflik tidak teratasi akan
menimbulkan stress psikis dan selanjutnya bisa menimbulkan gangguan
somatis baik gangguan fungsional maupun organik.
4. Tanda dan Gejala
Didasarkan atas kelugan / gejala yang dominan, membagi dyspepsia menjadi
3 tipe :
a. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus
1) Nyeri epigastrium terlokalisasi
2) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
3) Nyeri saat lapar
2
4) Nyeri episodik
b. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas
1) Mudah kenyang
2) Perut cepat terasa penuh saat makan
3) Mual
4) Muntah
5) Upper abdominal bloating
6) Rasa tak nyaman bertambah saat makan
c. Dyspepsia non spesifik
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Radiologi yaitu OMD dengan kontras ganda
b. Serologi helicobacter pylori
c. Urea breath test (belum tersedia di Indonesia)
d. Endoskopi :
1) CLO (rapid Urea Test)
2) Patologi anatomi
3) Kultur mikroorganisme (MD) jaringan
4) PCR (Polmerase Chain Reaction) hanya dalam rangka penelitian
6. Pengobatan
Pengobatan dyspepsia mengenai beberapa golongan obat yaitu :
a. Antasid 20-150 ml/hari
Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang
biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na biacarbonat dan Mg
trisilat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan terus menerus, sifatnya
hanya simtomatis (untuk mengurangi rasa nyaman).
b. Antikolinergik
Obat yang agak selektif yaitu piranzepin bekerja sebagai anti reseptor
muskarinik yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43%.
Piranzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3
c. Antagonis respetor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dyspepsia organis
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan ini
antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.
d. Penghambat pompa asam
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan
ini ameperasol, lansoprasol, dan pentoprazol.
e. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti mitoprastol (PGE 1) dan enprastil (PGE 2).
Selain bersifat sitoprotektif juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
peritel.
f. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini yaitu sisaprid, donperidon dan
metoklorpramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dyspepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)
4
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas klien
1. Nama klien : Tn. A. I
2. Usia/Tanggal Lahir : 18 tahun / 30 Desember 1994
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/bangsa : Mongondow/Indonesia
6. Status pernikahan : Belum kawin
7. Pekerjaan : Siswa
8. No. MR : 321947
9. Tanggal masuk RS : 25 Desember 2012, Jam : 13.20
10. Tanggal pengkajian : 25 Desember 2012, Jam : 16.20
11. Diagnosa medis : Dyspepsia
B. Penanggung jawab
1. Nama : Denti Dugian
2. Usia : 36 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : IRT
5. Hubungan dengan klien : Orang tua klien
II. Keluhan utama
1. Sakit dada / nyeri
2. Nyeri
3. TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 86x/m
R : 23x/m
SB : 370C
5
III. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
1. Pagi hari, Jam 08.30
2. Awal munculnya secara : tiba-tiba
3. Keadaan penyakit : sama dengan sebelumnya
4. Kondisi saat dikaji :
P : Nyeri ulu hati
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan di dada
S : Skala nyeri 4-6
T : Nyeri muncul pada pagi hari
B. Riwayat kesehatan lalu
1. Penyakit pada masa anak-anak : tidak ada
2. Imunisasi : ada
3. Kecelakaan yang perna dialami : tidak ada
4. Alergi : tidak ada
5. Pengobatan dini (konsumsi obat bebas) : tidak ada
C. Riwayat kesehatan keluarga
1. Penyakit keturunan : tidak ada
2. Anggota keluarga yang terkena alergi, asama, TBC, hipertensi,
penyakit jantung, stroke, anemia, hemofilia, artritis, migrain,
DM, kanker dan gangguan emosional : tidak ada
6
3. Genogram (3 generasi)
Ket :
A : Orang tua ayah : Laki-laki
B : Orang tua ibu : Perempuan
C : Ayah klien : Garis keturunan
D : Ibu klien : Klien
E : Klien
IV. Riwayat psikososial
1. Pola konsep diri
Pasien terlihat cemas dengan keadaannya, pasien mengatakan ingin
sembuh sehingga dapat berkumpul kembali dengan keluarga.
2. Pola kognitif
Pasien tahu dirinya dalam keadaan sakit, pasien merasa tidak
berdaya akibat penyakit yang dideritanya.
3. Pola koping
Pasien merasa senang karena ditemani keluarga di rumah sakit
sehingga pasien merasa terhibur
4. Pola interaktif
Pasien dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan perawat dan
keluarga
7
A B
C D
E
V. Riwayat spiritual
1. Ketaatan klien beribadah
Pasien beragama Islam dan rajin melaksanakan sholat, tapi saat sakit
pasien tidak dapat menjalankan sholat.
2. Dengan keluarga pasien
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan harmonis, keluarga
pasien terus memberikan dukungan dan motivasi saat pasien dirawat
di rumah sakit.
3. Ritual yang biasa dijalankan pasien
Ritual yang dijalankan pasien biasanya sholat untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
VI. Pola aktivitas sehari-hari
1. Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mandi 2x sehari, pakai sabun mandi,
menggosok gigi pakai pasta gigi dan cuci rambut.
Saat dikaji : Pasien belum mandi
2. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit : Nafsu makan pasien baik, pasien makan 3x sehari
dengan menu nasi, ikan, sayur, buah-buahan dan
minum air putih 7-8 gelas/hari.
Saat dikaji : Pasien hanya makan 1x sehari dan minum air putih
2-3 gelas/hari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pola BAB dab BAK tidak mengalami gangguan
dengan frekuensi BAB 1-2 kali sehari, konsistensi
lunak, warna kekuningan, bau khas feses dan BAK
± 2-3 kali sehari, warna putih terang, bau khas
amoniak.
Saat dikaji : Pasien belum BAB dan BAK 1x/hari
8
4. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Pasien bekerja sehari-hari sebagai siswa dan
sebagai seorang anak dan dapat melaksanakan
kewajibannya untuk pergi ke sekolah.
Saat dikaji : Pola aktivitas pasien terganggu akibat penyakit
yang diderita.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pola tidur pasien teratur, tidur siang ± 2 jam dan
tidur malam ± 8 jam.
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat beristirahat dengan
baik karena merasa nyeri di ulu hati.
6. Pola pengetahuan dan persepsi
Sebelum sakit : Pasien mengetahui jati dirinya dan dapat
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai anak
dan siswa.
Saat dikaji : Pasien mengetahui dirinya dalam keadaan sakit dan
merasa tidak berdaya karena penyakit yang
dideritanya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit : Pasien tidak mengalami gangguan konsep diri,
pasien memiliki pandangan mengenai dirinya.
Saat dikaji : Pasien merasa cemas dengan keadaan dirinya.
8. Pola hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit : Pasien dapat berinteraksi dan berkomunikasi
dengan keluarga dan orang lain dengan baik.
Saat dikaji : Proses bicara terarah, pasien dapat mengungkapkan
apa yang dirasakannya.
9. Pola manajemen stress
Sebelum sakit : Pasien menggunakan waktu luang dengan bersantai
bersama keluarga untuk menghilangkan rasa jenuh
dan stress.
9
Saat dikaji : Pasien merasa cemas dan kadang-kadang putus asa
akibat penyakit yang dideritanya.
10. Pola nilai kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien sering melaksanakan sholat untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat melaksanakan
ibadah.
VII. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien : Klien tampak sakit
B. Kesadaran : Compos Mentis
C. Tanda – tanda vital : TD : 110/70 mmHg
N : 86 x/m
R : 23 x/m
SB : 37°C
D. Sistem Pernafasan
1. Hidung (simetris)
Pernafasan : Tidak ada
Secret : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Epitaktis : Tidak ada
2. Leher
Pembesaran klenjar : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
3. Dada
Bentuk dada : Normal
Otot bantu pernafasan : Dada
Suara nafas : vesikuler
E. Sistem Cardiovaskular
1. Conjungtiva : Tidak anemia
Bibir :Tidak pucat / cyanosis
Arteri Carotis : Kuat
10
Tekanan Vena Jagularis : Tidak dikaji
2. Ukuran jantung : Tidak dikaji
3. Suara jantung : Tidak dikaji
F. Sistem Pencernaan
1. Sklera : Ikterus
Bibir : Kering
Labio skisis : Tidak ada
2. Mulut
Stomatitis : Tidak ada
Plato skisis : Tidak ada
Jumlah gigi : Tidak dikaji
Kemampuan menelan : Baik
3. Gaster
Kembung : Ada
Nyeri : Ada
Gerakan Peristaltik : Ada
4. Abdomen : Tidak dikaji
G. Sistem Indra
1. Mata
Kelopak Mata :
Bulu Mata : Ada
Alis : Ada
Visus : Tidak dikaji
Lapang Pandang : Tidak dikaji
2. Hidung
Penciuman : Normal
Perih dihidung : Tidak ada
Trauma : Tidak ada
Mimisan : Tidak ada
3. Telinga
Keadaan Daun Telinga : Normal
11
Kanal Auditorius : Tidak dikaji
Serumen : Tidak dikaji
H. Sistem Syaraf
1. Fungsi Cereberal
a. Status mental : Baik
Daya ingat : Baik
Perhatian dan Perhitungan : Baik
Bahasa : Baik
b. Kesadaran
Eyes :
Motorik :
Verbal :
c. Bicara : Normal
2. Fungsi Cranial
Nervus I (Oltaktorus) : Normal
Nervus II (Optikus) :
- Visus : Tidak dikaji
- Lapang Pandang : Tidak dikaji
Nervus III (Okulamatoris), IV (Troklearis), VI (Abdusen) :
- Gerak Bola Mata : Ada
- Pipil isokhor/anisokor : Isokhor
Nervus V (Trigeminus)
- Sensorik : Ada
- Motorik : Ada
Nervus VII (Fasialis)
- Sensorik :
- Otonom :
- Motorik :
Nervus VIII (Auditorius)
- Pendengaran : Ada
- Keseimbangan :
12
Nervus IX (Glosofaringeus) : Tidak dikaji
Nervus X (Vagus)
- Gerakan uvula : Tidak dikaji
- Rangsangan muntah/menelan : Tidak dikaji
Nervus XI (Assesourious)
- Sternocledomatiodeus : Tidak dikaji
- Trapexius : Tidak dikaji
Nervus XII (Hipoglosus)
- Gerakan lidah : Ada
3. Fungsi Motorik : Tidak dikaji
- Massa otot :
- Tonus otot :
- Kekuatan otot :
4. Fungsi Sensorik
- Suhu : 37°C
- Nyeri : Ada
5. Fungsi Cerebellum : Tidak dikaji
6. Refleks : Tidak dikaji
7. Iritaasi : Tidak dikaji
I. Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala
Bentuk kepala : Bulat/normal
Gerakan : Ada
2. Vertebrae
Scoleosis : Tidak ada
Lordosis : Tidak ada
Kiposis : Tidak ada
Gerakan : Ada
3. Pelvis
Gaya jalan : Normal
Gerakan :
13
4. Lutut
Bengkak : Tidak ada
Kaku : Ada
5. Kaki
Bengkak : Tidak ada
Gerakan : Ada
Kemampuan berjalan : Tidak ada
6. Tangan
Bengkak : Tidak ada
Gerakan : Ada
ROM :
Bahu :
J. Sistem Integumen
1. Rambut
Warna : Hitam
Mudah dicabut : Tidak ada
2. Kulit
Warna : Coklat
Temperatur : Hangat
Kelembaban : Ada
Bulu kulit : Ada
Erupsi : Tidak ada
Tahi lalat : Ada
Ruam :
Teksture : Baik
3. Kuku
Warna : Merah muda
Permukaan kuku : Merah muda
Mudah patah : Tidak ada
Kebersihan : Ada
14
K. Sistem Endokrin
1. Kelenjar Thyroid : Normal
2. Eksresi urin berlebihan : Tidak ada
Polydipsi (rasa haus yang berlebihan) : Tidak ada
Polypagi :
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang : Tidak ada
Keringat berlebihan : Tidak ada
4. Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : Tidak ada
L. Sistem Perkemihan
1. Oedema papebra : Tidak ada
Moon face : Tidak ada
Oedema anasarka : Tidak ada
2. Keadaan kantung kemih : Tidak ada
3. Nocturia : Tidak ada
Dysuria : Tidak ada
Kencing batu : Tidak ada
4. Penyakit hubungan seksual : Tidak ada
M. Sistem Reproduksi
Laki-laki
- Keadaan glan penis : Tidak dikaji
Urethra : Tidak dikaji
Kebersihan : Tidak dikaji
- Testis : Tidak dikaji
- Pertumbuhan rambut
Kumis : Tidak dikaji
Janggut : Tidak dikaji
Ketiak : Tidak dikaji
- Pertumbuhan jakun : Tidak dikaji
- Perubahan suara : Ada
N. Sistem Imun
- Alergi (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia) : Tidak ada
15
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca
Flu : Tidak ada
Urti caria : Tidak ada
- Riwayat trasfusi : Tidak ada
VIII. Evaluasi Diagnostik
Laboratorium
RO Foto
CT Scan
MRI, USG, EEG, ECG, dll
IX. Terapi
IVFD RL 20 gtt/menit
Anitid injeksi/12 jam (IV)
Indikasi : Patologi hipersekresi sindrom 20 Linger Ellison atau
Intractable doudenai ulcers.
Dosis : IM : 50 mg (2 ml) tiap 8-6 jam tanpa pengeceran
intermiten IV bolus : 50 mg tiap 6-8 jam
KI : Hipersensitif
Neurosanbe oral 2x1
Indikasi : Gangguan nyeri neurologis
KI : Hipersensitivitas, hamil dan menyusui, penderita
tekanan darah sistolik < 100 mmHg.
Dosis : Sehari 3x1 tablet
X. Klasifikasi Data
No Data Subjekitf Data Objektif
1.
2.
3.
Klien mengatakan nyeri ulu hati.
Klien mengatakan nafsu makan
menurun.
Klien mengatakan cemas dengan
penyakitnya
Ekspresi wajah meringis
Klien terlihat lemah.
Klien terlihat cemas
16
XI. Analisa Data
Nama klien/pasien : Tn. A.I
Jenis kelamin : Laki – laki
Ruangan : A2 (IRNA Pria)
No RM : 321947
DATA ETIOLOGI MASALAHDS : Klien mengatakan
nyeri ulu hatiDO : Ekspresi wajah
meringis
Ulkus peptik kronik
Keterlambatan pengosongan makanan
dalam gasfer
Gangguan metabolik
Nyeri dinding perut
Nyeri
DS : klien mengatakan nafsu makan menurun
DO : klien terlihat lemah
Perubahan status kesehatan
Intake nutrisi tidak adekuat
Penurunan nafsu makan/anoreksia
Gangguan pemenuhan
nutrisi
Gangguan pemenuhan nutrisi
DS : klien mengatakan cemas dengan keadaan penyakitnya
DO : klien terlihat cemas
Perubahan status kesehatan
Kurangnya pengetahuan
Kecemasan keluarga
Kecemasan
Kecemasan
17