ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHRONIC …
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHRONIC …
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
WAHYU RAMADHANI Nim : 143110273
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
WAHYU RAMADHANI Nim : 143110273
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang
saya kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
Nama : Wahyu Ramadhani
NIM : 143110273
Tanda Tangan :
Tanggal : 14 Juni 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Wahyu Ramadhani
NIM : 143110273 Tempat / Tanggal Lahir : Padang / 31 Januari 1996 Status Perkawinan : Belum Menikah Agama : Islam Orang Tua : Ayah : Djamaan
Ibu : Yulinar Alamat : Jl. Alai Pauh V No. 12 RT 02 RW 03 Kel.
Kapalo Koto Kec. Pauh Kota Padang Riwayat Pendidikan
No Tingkat
Pendidikan
Tempat Pendidikan Tahun
Ajaran
1 TK TK Nurul Yaqin 2001-2002
2 SD SDN Inti 02 Cupak Tangah 2002 - 2008
3 SMP SMPN 14 Padang 2008 - 2011
4 SMA SMA N 9 Padang 2011 - 2014
5 PT
Poltekkes Kemenkes Padang
Prodi D III Keperawatan Padang 2014-2017
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, 14 Juni 2017 Wahyu Ramadhani
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Chronic Kidney Desease (CKD) di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017 Isi : xii + 91 halaman, 1 bagan, 6 tabel, 10 lampiran
ABSTRAK
Penyakit CKD menjadi masalah besar didunia, CKD merupakan salah satu penyakit yang memiliki prevalensi cukup tinggi dari tahun ke tahun disemua Negara. Menurut International Society ofNephrology (ISN) & International Federation of Kidney Foundation (IFKF) yaitu lembaga yang mendirikan world kidney day, jumlah pasien penderita CKD pada tahun 2025 diperkirakan akan terus meningkat di Asia Tenggara, Mediterania dan Timur Tengah serta Afrika mencapai lebih dari 380 juta orang (Oxtavia, Jumaini, & Lestari, 2013). Dilaporkan penderita penyakit CKD di Ruang Penyakit Dalam pria RSUP Dr. M. Djamil Padang sebanyak 24 orang pada tanggal 01 sampai 26 januari. Tujuan penelitian ini agar mampu mendeskripsikan penerapan asuhan keperawatan pada pasien CKD di Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
Desain penelitian adalah studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif, penelitian dilakukan di ruang di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan waktu penelitian dari tanggal 18-30 Mei 2017. Populasi didapatkan 6 orang dan 2 orang diambil untuk menjadi partisipan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi wawancara, observasi, dan pengukuran. Instrumen yang digunakan format asuhan keperawatan. Analisa data meliputi pengkajian keperawatan, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Hasil pengkajian didapatkan kedua partisipan sama – sama sesak nafas, edema pada ekstremitas, BAK sedikit, dari hasil pemeriksaan labor kedua partisipan mengalami peningkatan ureum kreatinin dan penurunan hemoglobin. Hasil analisa data ditemukan sembilan diagnosis keperawatan yang sama terhadap kedua partisipan dengan rencana keperawatan sesuai dengan NIC, sedangkan evaluasi keperawatan sesuai dengan NOC dimana dua diagnosis teratasi dan tujuh diagnosis teratasi sebagian.
Melalui perawat ruangan penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil padang diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien CKD secara optimal dan meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit. Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Chronic Kidney Desease (CKD) Daftar Pustaka : 34 (2007- 2017)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD)
di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada Tahun
2017”. Karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dari
berbagai pihak, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. H. Sunardi, SKM. M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Padang.
2. Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang .
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
4. Ibu Ns. Hj. Defia Roza, S.Kep,M.Biomed dan Ns. Elvia Metti, M.Kep,
Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini;
5. Bapak Dr. Yusirwan Yusuf, Sp.B, Sp.BA (K), Mars selaku Direktur RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
6. Ibu Kepala Ruangan serta Perawat ruangan penyakit dalam pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan;moral dan
8. Teman dan sahabat yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
vii
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenaan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Padang, 14 Juni 2017
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iv ABSTRAK ..................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR BAGAN......................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
1. Tujuan Umum .............................................................................. 4 2. Tujuan Khusus.............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
A. Konsep CKD ...................................................................................... 7 1. Pengertian CKD ........................................................................... 7 2. Klasifikasi CKD ........................................................................... 7 3. Etiologi ......................................................................................... 8 4. Patofisiologi ................................................................................. 9 5. WOC CKD ................................................................................... 12 6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis ............................ 13 7. Komplikasi ................................................................................... 14 8. Penatalaksanaan ........................................................................... 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien CKD ............................... 18 1. Pengkajian .................................................................................... 18 2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan ........................................ 24 3. Rencanaan Keperawatan .............................................................. 25 4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 35 5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
A. Desain Penelitian ................................................................................ 36 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 36 C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 36 D. Jenis - jenis Data ................................................................................ 38 E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data............................................. 38 F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 39 G. Prosedur Pengumpulan data ............................................................... 40 H. Rencana Analisis ................................................................................ 40
ix
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS .............................. A. Deskripsi Tempat ............................................................................... 41 B. Deskripsi Kasus .................................................................................. 41 C. Pembahasan Kasus ............................................................................. 68
BAB V PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................ 89 B. Saran ................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 WOC Chronic Kidney Disease .................................................... 12
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Untuk Pasien CKD .................................. 25
Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................. 42
Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan................................................................ 49
Tabel 4.3 Rencana Keperawatan .................................................................. 52
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan .......................................................... 60
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 65
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Informed Consent partisipan I dan II
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr. M Djamil Padang
Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 6 : Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 7 : Ganchart Kegiatan
Lampiran 8 : Jadwal Bimbingan Proposal
Lampiran 9 : Jadwal Bimbingan KTI
Lampiran 10 : Asuhan Keperawatan Partisipan I dan II
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan penyakit tidak menular saat ini mengalami perubahan
peningkatan di Indonesia yang dapat membahayakan jiwa penderitanya,
salah satunya adalah gagal ginjal. Gagal ginjal (kidney failure) adalah
kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan)
maupun kronis (menahun) (Syaifuddin, 2012). Penyakit ginjal dijuluki
sebagai silent disease karena sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda
peringatan, dan jika tidak terdeteksi akan memperburuk kondisi penderita
dari waktu ke waktu (Kementrian kesehatan RI/Kemenkes RI, 2016).
Ginjal merupakan bagian dari organ tubuh yang menjalankan fungsi utama
untuk mempertahankan homeostatik dengan mengatur volume cairan,
keseimbangan osmotik, asam basa, eksresi sisa metabolisme, sistem
pengaturan hormonal dan metabolisme (Syaifuddin, 2012). Pada saat
terjadi kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksisk uremik) didalam darah, disanalah seseorang dikatakan
mengalami Choronic Kidney Disease (CKD) (Muttaqin & Sari, 2011).
Penyakit CKD pada awalnya muncul tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi
kurang lebih sama. Masriadi (2016) menjelaskan bahwa ada beberapa
penyakit yang memicu timbulnya penyakit CKDdiantaranya diabetes,
hipertensi dan batu ginjal. Diabetes dan hipertensi bertanggung jawab
terhadap proporsi End Stage Renal Disease (ESRD) yang paling besar,
terhitung secara berturut – turut sebesar 34% dan 21% dari total kasus.
Diabetes merupakan penyebab tunggal ESRD yang tersering dari semua
kasus (Price & Wilson, 2012).
2
Poltekkes Kemenkes Padang
Penyakit CKDmerupakan penyakit yang bersifat irreversible, artinya tidak
bisa menjadi normal kembali.Salah satu yang bisa dilakukan hanyalah
mempertahankan fungsi ginjal yang ada, seperti transplantasi ginjal dan
hemodialisa atau cuci darah, yang dapat mencegah kematian tetapi tidak
dapat menyembuhkan atau memulihkan fungsi ginjal secara keseluruhan
(Kemenkes RI, 2013). Menurut Sudoyo, dkk (2009), pasien CKD yang
membutuhkan terapi pengganti ginjal yaitu CKD tahap akhir atau stadium
V dimana GFR kurang dari 15ml/menit.
CKD menjadi masalah besar didunia,CKD merupakan salah satu penyakit
yang memiliki prevalensi cukup tinggi dari tahun ke tahun disemua
Negara. Prevalensi CKD di dunia menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2013 menyatakan pada tahun 2010-2012 mencapai
250.217 jiwa (Utoyo,Yuwono & Kusumawati, 2016). Menurut
International Society ofNephrology (ISN) & International Federation of
Kidney Foundation (IFKF) yaitu lembaga yang mendirikan world
kidney day, jumlah pasien penderita CKD pada tahun 2025 diperkirakan
akan terus meningkat di Asia Tenggara, Mediterania dan Timur Tengah
serta Afrika mencapai lebih dari 380 juta orang (Oxtavia, Jumaini, &
Lestari, 2013).
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun
2013, prevalensi angka kejadian CKD di Indonesia berdasarkan diagnosis
dokter terdapat 0,2% dari penduduk Indonesia. Prevalensi pada laki – laki
lebih tinggi yaitu 0,3% dari pada perempuan dengan prevalensi 0,2%.
Tahun 2010 di Indonesia, penyakit ginjal menduduki peringkat ke empat
dari sepuluh penyakit yang tidak menular, yang menjadi penyebab
kematian terbanyak dirumah sakit dengan prevalensi 10,7%. Sedangkan
prevalensi penyakit CKD di Sumatera Barat adalah 0,2% dari penduduk
yang mengalami CKD di Indonesia.
3
Poltekkes Kemenkes Padang
Data dari rekam medik RSUP Dr. M. Djamil Padang, angka kejadian
pasien CKDpada tahun 2014 berjumlah 494 orang. Tahun 2015 jumlah
pasien CKD 468 orang dan pada tahun 2016 terhitung dari bulan Januari
sampai dengan November berjumlah 122 orang. Jumlah pasien CKD dari
bulan November 2016 sampai dengan tanggal 26 januari 2017 di ruangan
penyakit dalam pria RSUP Dr M. Djamil Padang, yaitu 132 orang.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 02
Februari 2017 jumlah pasien yang mengalami CKD sebanyak 12 orang,
dari 52 total seluruh pasien yang dirawat di ruang penyakit dalam pria
RSUP Dr. M. Djamil padang. Menurut perawat, dari seluruh pasien yang
mengalami CKD memiliki riwayat penyakit dasar seperti DM dan
hipertensi. Perawat mengatakan telah melakukan pengkajian dan
menegakkan diagnosis keperawatan yaitu diagnosis utama kelebihan
volume cairan pada pasien CKD.
Hasil wawancara langsung dengan salah satu pasien CKD, pasien
mengatakan bahwa dia merasa sedih karena terjadinya perubahan rutinitas
dari yang sebelumnya. Pasien harus melakukan terapi hemodialisa dua kali
seminggu, sehingga tidak mampu lagi bekerja. Selain itu pasien
mengatakan keluhan yang sering muncul yaitu sesak nafas, dan edema
pada eksremitas. Hal tersebut juga dijelaskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Situngkir (2015), didapatkan diagnosis keperawatan pada
pasien CKD yang sering muncul adalah pola nafas tidak efektif, kelebihan
volume cairan, dan kecemasan
Edema merupakan manifestasi umum kelebihan volume cairan yang
membutuhkan perhatian khusus (Smeltzer & Bare, 2002). Istanti (2014)
menyebutkan bahwa kelebihan cairan selain dapat menyebabkan edema
dan hipertensi, kelebihan volume cairan juga dapat menyebabkan
hipertropi ventrikuler kiri dan juga berhubungan dengan lama hidup
pasien. Beberapa penelitian menunjukkan 60% - 80% pasien meninggal
4
Poltekkes Kemenkes Padang
akibat kelebihan masukan cairan dan makanan pada periode interdialitik.
Memonitor masukan cairan pada pasien merupakan tindakan utama yang
harus diperhatikan oleh perawat. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011),
tindakan menghitung intake dan output dilakukan untuk memantau dan
menilai keseimbangan cairan dalam tubuh.
Oleh karena itu agar tidak terjadi dampak yang tidak diinginkan, pasien
dengan kasus ini harus benar-benarmendapatkan asuhan keperawatan yang
optimal.Perawat sebagai salah satu profesi tenaga kesehatan berperan serta
dalam melakukan peran perawatan pada pasien dengan CKD. Salah
satunya yaitu memberikan asuhan keperawatan, yang di berikan secara
langsung kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien baik secara
biologi, psikologi, sosial dan spiritual.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil
Padang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan peneliti, maka
didapat rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan CKD di Ruangan Penyakit DalamPria
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
CKD di Ruangan Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2017.
5
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Tujuan khusus
Berdasarkan tujuan umum tersebut didapatkan tujuan khusus dari
penelitian kasus ini adalah :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan
kasus CKDdi Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada
pasien dengan kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan kasusCKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien
dengan kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017.
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada pasien dengan
kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian.
1. Pegembangan Keilmuan
a. Peneliti
Dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien CKD.
6
Poltekkes Kemenkes Padang
b. Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa prodi DIII Keperawatan Padang untuk penelitian
selanjutnya.
2. Institusi Pelayanan
a. RSUP Dr. M. Djamil Padang
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukkan
bagi direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta petugas
pelayanan keperawatan dalam meningkatkan kualitas penerapan
asuhan keperawatan pada pasien CKD.
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Chronic Kidney Desease (CKD)
1. Pengertian
Menurut Smeltzer dan Bare (2015) CKD atau gagal ginjal kronis
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalamdarah).
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI), CKD
merupakan kerusakan ginjal yang terjadi dengan penurunan GFR
(Glomerular Filtration rate) <60 mL/min/ 1.73 m2 selama lebih dari 3
bulan (Kasiske, Betram., 2014)
2. Klasifikasi CKD
Penyakit CKD selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFRyang
tersisa (Muttaqin & Sari, 2011). Price dan Wilson (2012) menjelaskan
perjalanan klinis umum CKD progresif dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Pada stadium pertama kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi
dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut,
seperti tes pemekatan urine. Muttaqin dan Sari (2011) menjelaskan
penurunan cadangan ginjal yang terjadi apabila GFR turun 50%
dari normal.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya
25% dari normal). Pada tahap ini BUN mulai meningkat diatas
8
Poltekkes Kemenkes Padang
normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar
normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Stadium ketiga disebut penyakit ginjal stadium akhir (ERSD) yang
dapat terjadi apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai GFR
10% dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar
5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan
kadar BUN meningkat sangat menyolok sebagai respons terhadap
GFR yang mengalami sedikit penurunan.
KDOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari
tingkat penurunan GFR yaitu:
a. Stage1: Kidney damage with normalor increased GFR (>90
mL/min/1.73m2)
b. Stage2: Mild reduction in GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
c. Stage3: Moderate reduction in GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
d. Stage4: Severe reductionin GFR (15-29mL/min/1.73 m2)
e. Stage5: Kidney failure(GFR <15 mL/min/1.73 m2 or dialysis)
3. Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya CKD.
Akan tetapi, apapun penyebabnya, respons yang terjadi adalah
penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan CKD bisa disebabkan dari ginjal
sendiri maupun dari luar ginjal (Muttaqin & Sari, 2011).
Price dan Wilson (2012) mengkategorikan ada delapan kelas yang
menjadi penyebab tersering dari penyakit CKD yaitu :
a. Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati.
b. Penyakit peradangan glomerulonefritis
9
Poltekkes Kemenkes Padang
Glomerulonefritis adalah penyebab gagal ginjal pada sepertiga
pasien yang membutuhkan dialisis atau transplantasi.
Glomerulonefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya
timbul pasca infeksi streptococcus. Untuk glomerulus akut,
gangguan fisiologis utamanya dapat mengakibatkan eksresi air,
natrium dan zat-zat nitrogen berkurang sehingga timbul edema dan
azotemia, peningkatan aldosterone menyebabkan retensi air dan
natrium. Untuk glomerulonefhritis kronik, ditandai dengan
kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan tampak ginjal
mengkerut, berat lebih kurang dengan permukaan bergranula. Ini
disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia, karena
tubulus mengalami atropi, fibrosis intestisial dan penebalan
dinding arteri (Haryono, 2013).
c. Penyakit vaskuler hipertensif seperti nefrosklerosis benigna,
nefroklerosis maligna, dan stenosis arteri renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik,
poliarterites nodosa, dan sklerosis sistemik progresif.
e. Penyakit kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik,
dan asidosis tubulus ginjal.
f. Gangguan metabolik yang dapat mengakibatkan CKD antara lain
diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
g. Netropati toksik akibat penyalahgunaan analgesik dan nefropati
timah.
h. Nefropati obstruksi
Traktus urinarius bagian atas: batu, neoplasma, fibrosis
retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah: hipertrofi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra.
4. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit CKD pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang
terjadi kurang lebih sama. Penyakit CKD dimulai pada fase awal
10
Poltekkes Kemenkes Padang
gangguan, keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan
zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada ginjal yang sakit
(Muttaqin & Sari, 2011).
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu
infeksi, vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada
akhirnya akan terjadi kerusakan nefron sehingga menyebabkan
penurunan GFR dan menyebabkan CKD, yang mana ginjal mengalami
gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi
(Nursalam,2007). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme
protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam
darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak masalah muncul pada CKD sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan kliresn (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal). Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat tidak berungsinya
gromeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum
akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) juga
meningkat (Smeltzer & Bare, 2015)
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir.
Terjadi penahanan cairan dan natrium, sehingga beresiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat
terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan kerjasama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Sindrom uremia juga bisa
menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu
menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat
tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan
megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat
11
Poltekkes Kemenkes Padang
dan asam organik yang terjadi, maka mual dan muntah tidak dapat
dihindarkan (Smeltzer & Bare, 2015).
Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk
hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan
oksigen oleh hemoglobin berkurang maka tubuh akan mengalami
keletihan,angina dan napas sesak.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan
metabolisme. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat maka fungsi
yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui
glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan
sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathhormon dari kelenjar paratiroid,
tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang
menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit
tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D yang secara normal dibuat
di ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal
(Smeltzer & Bare, 2015).
Poltekkes Kemenkes Padang
5. WOC CKD Infeksi Obstruksi Traktus Gangguan Vaskuler Nefrotoksik Kelainan Gangguan Metabolik Urinalis Imunologis Herediter kerusakan progresif Penimbunan Akumulasi kompleks Arteriosklerosis Iskemia ginjal Gangguan Mobilisasi lemak struktur cairan di pelvis antigen, antibody Fungsi ginjal Penebalan membran ginjal Ginjal ureter mengendap di Suplai darah Nekrosis dasar kapiler Membran glomerulus ke ginal sebagian Atrofi parenkim Penebalan membran Disfungsi endotel besar jaringan ginjal yang progresif mikrovaskuler fungsi ginjal Kematian Nefron hilang Hidronefrosis Invasi jaringan Mikroagiopati Fibrosa pada glomerulus Kerusakan struktur Nefropati ginjal jumlah kapiler penyaringan GFR CKD Hemodialisa Berulang, Penumpukan toksik Penimbunan asam dalam tubuh Produksi renin Transplantasi ginjal Uremik Ph Angiostensin I Cairan menumpuk dalam jaringan Ketidak Seimbangan Sekresi protein terganggu Sindroma Asidosis Metabolik Angiostensin II cairan dan elektrolit uremia Edema Co2 Sekresi Aldosteron Sistem saraf Hematologi Muskuloskeletal Gastrointerstinal Kulit pCo2 Reab Na, air Respon Produksi Konsentrasi Vit.D ureum Ureum pada Pernafasan TD Asidosis Eritropoitein pada saluran cerna jaringan kulit Kussmaul metabolik Ca+ Curah Jantung Produksi sel darah Stomatitis, Pruritus, Kulit kering COP Merah Kram Otot Ulkus lambung dan pecah O2 ke otak Anemia Mual, muntah, Anoreksia Kesadaran HbO2 O2 ke sel Metabolisme sel
Energi
Gangguan Perfusi Jaringan
Serebral
Intoleransi Aktivitas
Gangguan perfusi jaringan perifer
Nyeri
Ketidak Seimbangan Nutrisi
Ketidak efektifan pola nafas
Resiko Kerusakan Integritas Kulit
Penurunan Curah Jantung
Kelebihan Volume cairan
Resiko Infeksi
Gangguan perfusi jaringan ginjal
Resiko cidera
Gambar 2.1
Sumber : Muttaqin & arif (2011); Smeltzer & Bare (2015)
13
Poltekkes Kemenkes Padang
6. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis
Smeltzer & Bare (2015) menjelaskan bahwa setiap sistem tubuh
dipengaruhi oleh kondisi uremia pada pasien CKD, maka pasien akan
memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan
gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi
lain yang mendasari pada usia pasien diantaranya yaitu:
a. Kardiovakuler
1) Hipertensi
2) Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
3) Edema periorbital
4) Friction rub pericardial
5) Pembesaran vena leher
b. Integumen
1) Warna kulit abu-abu mengkilat
2) Kulit kering, besisik
3) Pruritus
4) Ekimosis
5) Kuku tipis dan rapuh
6) Rambut tipis dan kasar
Penimbunan pigmen urine (terutama urokrom) bersama anemia
pada insufisiensi ginjal lanjut akan menyebabkan kulit pasien
menjadi putih – putih seakan berlilin dan kekuning – kuningan.
Jika kadar BUN sangat tinggi, maka pada bagian kulit yang banyak
keringat akan timbul kristal – kristal urea yang halus dan berwarna
putih. Memar pada kulit terjadi karena peningkatan fragilitas
kapiler.
c. Pulmoner
1) Ronkhi basah kasar (krekels)
2) Sputum kental dan lengket
3) Napas dangkal
4) Pernapasan kussmaul
d. Gastrointerstinal
14
Poltekkes Kemenkes Padang
1) Napas berbau amonia
2) Ulserasi dan perdarahan pada mulut
3) Anoreksia, mual dan muntah
4) Konstipasi dan diare
5) Perdarahan pada saluran cerna
e. Neurologi
1) Kelemahan dan keletihan
2) Konfusi
3) Disorientasi
4) Kejang
5) Kelemahan pada tungkai
6) Rasa panas pada telapak kaki
7) Perubahan perilaku
f. Muskuloskeletal
1) Kram otot
2) Kekuatan otot hilang
3) Fraktur tulang
4) Foot drop
g. Reproduktif
1) Amenore
2) Atrofil testiskuler
7. Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare
(2015) yaitu :
a. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diet berlebihan.
b. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat
retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
sistem rennin-angiostensin-aldosteron
15
Poltekkes Kemenkes Padang
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia
sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh
toksin dan kehilangan darah selama hemodialisis.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D
abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
8. Penatalaksanaan
Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi
merupaka tujuan dari penatalaksanaan pasien CKD (Muttaqin& Sari,
2011). Menurut Suharyanto dan Madjid (2009) pengobatan pasien
CKD dapat dilakukan dengan tindakan konservatif dan dialisis atau
transplatansi ginjal.
a. Tindakan konservatif
Tindakan konservatif merupakan tindakan yang bertujuan untuk
meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.
1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
Intervensi diet perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup
pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan
cairan untuk mengganti cairan yang hilang, masukan natrium
untuk mengganti natrium yang hilang dan pembatasan kalium
(Smeltzer & Bare, 2015).
a) Pembatasan protein
Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN,
tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta
mengurangi produksi ion hydrogen yang berasal dari
protein. Brunner dan Suddart (2016), menjelaskan protein
yang diperbolehkan harus mengandung nilai biologis yang
tinggi (produk susu, keju, telur, daging).
b) Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal
ginjal lanjut. Asupan kalium dikurangi. Diet yang
16
Poltekkes Kemenkes Padang
dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari. Penggunanaan makanan
dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat
menyebabkan hiperkalemia.
c) Diet rendah natrium
Diet natrium yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g
Na). Asupan natrium yang terlalu longgar dapat
mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru,
hipertensi dan gagal jantung kongestif.
d) Pengaturan cairan
Cairan yang diminimum penderita gagal ginjal tahap lanjut
harus di awasi dengan seksama. Parameter yang terdapat
untuk diikuti selain data asupan dan pengeluaran cairan
yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran Berat badan
harian.
Aturan yang dipakai untuk menentukan banyaknya asupan cairan
adalah:
Misalnya : Jika jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam
adalah 400 ml, maka asupan cairan total dalam sehari adalah 400 +
500 ml = 900 ml.
2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi
a) Hipertensi
Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan
cairan. Pemberian obat antihipertensi seperti metildopa
(aldomet), propranolol, klonidin. Apabila penderita sedang
mengalami terapi hemodialisa, pemberian antihipertensi
dihentikan karena dapat mengakibatkan hipotensi dan syok
yang diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskuler
Jumlah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml (IWL)
17
Poltekkes Kemenkes Padang
melalui ultrafiltrasi. Pemberian diuretik seperti furosemid
(Lasix).
b) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius,
karena bila K+ serum mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat
mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung.
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena, yang akan memasukkan K+ ke dalam sel,
atau dengan pemberian kalsium glukonat 10%.
c) Anemia
Anemia pada pasien CKD diakibatkan penurunan sekresi
eritropoeitin oleh ginjal. Pengobatannya adalah pemberian
hormon eritropoeitin selain dengan pemberian vitamin dan
asam folat, besi dan tranfusi darah.
d) Asidosis
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3-plasma
dibawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis beratakan dikoreksi
dengan pemberian Na HCO3- (Natrium Bikarbonat)
parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan dapat
mempercepat timbulnya tetani, maka harus dimonitor
dengan seksama.
e) Diet rendah fosfat
Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat
mengikat fosfat didalam usus. Gel yang dapat mengikat
fosfat harus dimakan bersama makanan.
f) Pengobatan hiperurisemia
Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit
ginjal lanjut adalah pemberian alopurinol. Obat ini
menggurangi kadar asam urat dengan menghambat
biosintesis sebagian asam urat total yang dihasilkan tubuh.
18
Poltekkes Kemenkes Padang
b. Dialisis dan transplatansi
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit CKD stadium 5,
yaitu pada GR kurang dari 15ml/menit. Terapi pengganti tersebut
dapat berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Sudoyo, dkk, 2010).
Dialisis dapat digunakan untuk mempertahankan penderita dalam
keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal
(Suharyanto &Madjid ,2009)
Menurut Smeltzer (2016) Penatalaksanaan keperawatan pada
pasien CKD yaitu :
a. Mengkaji status cairan dan mengidentifikasi sumber potensi
ketidak seimbangan cairan pada pasien.
b. Menetap program diet untuk menjamin asupan nutrisi yang
memadai dan sesuai dengan batasan regimen terapi.
c. Mendukung perasan positif dengan mendorong pasien untuk
meningkatkan kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri.
d. Memberikan penjelasan dan informasi kepada pasien dan
keluarga terkait penyakit CKD, termasuk pilihan pengobatan
dan kemungkinan komplikasi.
e. Memberi dukungan emosional.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Choronic Kidney Desease
(CKD)
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data Awal
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register dan diagnosa medis.
2) Identitas Penangung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan.
19
Poltekkes Kemenkes Padang
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien
sebelum masuk ke rumah sakit. Pada pasien dengan gagal ginjal
kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai
dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (amonia), dan
gatal pada kulit (Muttaqin& Sari, 2011).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya nafas berbau amonia, rasa sakit kepala,
dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin & Sari, 2011).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit
gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih,
infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes
mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin & Sari,
2011).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayatpenyakitvaskuler hipertensif, penyakitmetabolik,riwayat
menderitapenyakitgagalginjalkronik.
f. Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari
1) Pola Aktivitas / Istirahat
20
Poltekkes Kemenkes Padang
Biasanya pasien mengalami kelelahan ekstrim,kelemahan,
malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau samnolen),
penurunan rentang gerak (Haryono, 2013).
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Biasanya pasien mual, muntah, anoreksia, intake cairan
inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan
berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak
sedap pada mulut (pernafasan amonia) (Haryono,2013).
3) Pola Eliminasi
Biasanya pada pasien terjadi penurunan frekuensi urine,
oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung,
diare konstipasi, perubahan warna urin (Haryono 2013).
4) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah, perubahan
kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak
mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.
5) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amenorea, infertilitas(Haryono, 2013).
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat. Tingkat
kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat. Pada hasil pemeriksaan
vital sign, sering didapatkan adanya perubahan pernafasan
yang meningkat, suhu tubuh meningkat serta terjadi perubahan
21
Poltekkes Kemenkes Padang
tekanan darah dari hipertensi ringan hingga menjadi berat
(Muttaqin & Sari,2011).
2) Pengukuran antropometri: Penurunan berat badan karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena
kelebihan cairan.
3) Kepala
a) Mata : konjungtiva anemis, mata merah, berair,
penglihatan kabur, edema periorbital.
b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c) Hidung : biasanya ada pernapasan cuping hidung
d) Mulut : nafas berbau amonia, mual,muntah serta cegukan,
peradangan mukosa mulut.
4) Leher : terjadi pembesaran vena jugularis.
5) Dada dan toraks : penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan dangkal dan kusmaul serta krekels, pneumonitis,
edema pulmoner, friction rub pericardial.
6) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
7) Genital : atropi testikuler, amenore.
8) Ekstremitas : Capitally revil time > 3 detik, kuku rapuh dan
kusam serta tipis, kelemahan pada tungkai, edema, akral
dingin, kram otot dan nyeri otot, nyeri kaki, dan mengalami
keterbatasan gerak sendi.
9) Kulit : ekimosis, kulit kering, bersisik, warna kulit abu-abu,
mengkilat atau hiperpigmentasi, gatal (pruritus), kuku tipis dan
rapuh, memar (purpura), edema.
22
Poltekkes Kemenkes Padang
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Menurut Muttaqin (2011) dan Rendi & Margareth (2012) hasil
pemeriksaan laboratoium pada pasien gagal ginjal kronik
adalah :
a) Urine, biasanya kurang dari 400ml / 24 jam (oliguria) atau
urine tidak ada (anuria). Warna secara abnormal urine keruh
mungkin disebabkan pus, bakteri, lemak fosfat, dan urat
sedimen kotor. Kecoklatan menunjukkan adanya darah.
Berat jenis urine kurang dari 0,015 (metap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat). Protein, derajat tinggi
proteinuria (3-4) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
b) Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normoster
normokrom dan jumlah retikulosit yang rendah.
c) Ureum dan kreatinin meninggi, biasanya perbandingan
antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20:1. Perbandingan
bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid dan obstruksi
saluran kemih. Perbadingan ini berkurang ketika ureum
lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein dan tes
Klirens Kreatinin yang menurun.
d) Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan.
Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis.
e) Hipoklasemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena
berkurangnya sintesis vitamin D3 pada pasien CKD.
f) Alkalin fosfat meninggi akibat gangguan metabolisme
tulang, terutama isoenzim fosfatase lindin tulang.
g) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia, umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
23
Poltekkes Kemenkes Padang
h) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan perifer).
i) Hipertrigleserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan peninggian hormon insulin dan menurunnya
lipoprotein lipase.
j) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukkan Ph yang menurun, HCO3 yang menurun,
PCO2 yang menurun, semua disebabkan retensi asam-asam
organik pada gagal ginjal.
2) Pemeriksaan Diagnostik lain
Pemeriksaan radiologis menurut Sudoyo,dkk (2009) dan
Muttaqin & Sari (2011) meliputi :
a) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
(adanya batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan
memperburuk keadaan ginjal, bisa tampak batu radio –
opak, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
b) Intra Vena Pielografi (IVP) untuk menilai sistem
pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai
resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya usia lanjut, diabetes mellitus, dan nefropati asam
urat. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras
sering tidak bisa melewati filter glomerulus, disamping
kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
c) Ultrasonografi (USG) untuk menilai besar dan bentuk
ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih dan prostat.
24
Poltekkes Kemenkes Padang
d) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri,
lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, eksresi) serta
sisa fungsi ginjal.
e) Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kemungkinan:
hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda pericarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia).
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan NANDA internasional 2015-2017 yang
mungkin muncul pada pasein CKD yaitu :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
3. Penuruan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan koagulopati (uremia)
5. Risiko cidera berhubungan dengan profil darah yang abnormal
(uremia)
6. Risiko ketidakefektifan perusi jaringan ginjal berhubungan dengan
hipoksia
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke jaringan
8. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah/anoreksia
9. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
kronis
10. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
11. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasiv berulang
12. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status cairan.
25
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Rencana Keperawatan
Tabel 2.1
Rencanan Keperawatan
No Diagnosis
Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Defenisi : Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat Batasan Karakteristik: a. Fase ekspirasi
memanjang b. Penggunaan otot
bantu pernafasan c. Pernapasan
cuping hidung d. Pola nafas
abnormal (misalnya irama, frekuensi, kedalaman)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapakan pola nafas pasien kembali efektif dengan status pernafasan pasien kembali normal.
kriteria hasil:
1. Tidak ada deviasi frekuensi Pernafasan
2. Irama pernfasan dalam rentang normal
3. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
4. Tidak ada suara nafas tambahan
5. Saturasi oksigen dalam rentang normal
6. Tidak ada sianosis 7. Tidak mengalami gangguan
kesadaran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapakan pola nafas pasien kembali efektif dengan tidak ada terjadinya keparahan asidosis akut.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada Aritmia 2. Tidak ada peningkatan
frekuensi pernafasan 3. Tidak ada penurunan
kesadaran 4. Tidal ada nyeri kepala
Monitor pernafasan
1. Monitor pola nafas ( bradipneu, takiepneu, hiperventilasi, kusmaul)
2. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
3. Berikan terapi nafas jika diperlukan.
Manajemen jalan nafas
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Ausklultasi suara nafas 3. Monitor status pernafasan dan
oksigenasi
Manajemen asam basa: Asidosis Metabolik
1. Monitor pernafasan 2. Monitor ketidak seimbangan
eletrolit yang berhubungan dengan asidosis metabolik.
3. Monitor tanda dan gejala rendahnya HCO3 atau kelebihan ion hydrogen (pernafasan kussmaul, kelemahan, diorientasi, sakit kepal, anoreksia)
4. Berikan cairan sesuai indikasi 5. Monitor intake dan output
Terapi oksigen
1. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
26
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Monitor aliran oksigen 3. Amati tanda-tanda
hipoventilasi
2 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Defenisi :Peningkatan retensi cairan isotonik. Batasankarakterisitk:
a. Bunyi nafas tambahan
b. Distensi vena jugularis
c. Edema perifer d. Gangguan pola
nafas e. Gangguan tekanan
darah f. Ketidak
seimbangan elektrolit
g. Oliguria
h. Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Kriteria Hasil:
1. Tekanan darahdalam batasnormal
2. Keseimbangan intake dan output
3. Kestabilan beratbadan 4. Tidak ada edemaperifer 5. Elektroli tserumdalam
batasnormal
6. Berat jenisurin tidak terganggu
Manajemen Elektrolit/cairan
1. Pantau kadar serum elektrolit 2. Timbang berat badan harian 3. Batasi cairan yang sesuai 4. Berikan resep diet yang tepat
untuk cairan tertentu atau pada ketidak seimbangan elektrolit
5. Berikan antipiretik yang sesuai Manajemen cairan
1. Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan sesudah dialisis.
2. Pasang kateter urin 3. Monitor hasil laboratorium
yang relevan dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit dan osmolalitas urin)
4. Monitor tanda-tanda vital pasien.
5. Monitor indikasi kelebihan cairan (CVP, Edema, distensi vena leher, dan asites).
6. Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada.
7. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
8. Monitor status gizi 9. Berikan diuretic yang
diresepkan Monitor cairan 1. Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
2. Monitor asupan pengeluran 3. Periksa turgor kulit 4. Monitor berat badan 5. Monitor tekanan darah,
denyut jantung dan pernafasan 6. Berikan dialisis dan catat
respon pasien
27
Poltekkes Kemenkes Padang
3 Penuruan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
Defenisi : Ketidak adekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutan metabolik tubuh.
Batasan Karakteristik:
Perubahan Frekuensi/Irama Jantung
a. Aritmia b. Brakikardia c. Takikardia
Perubahan Preload
a. Penurunan tekanan vena sentral
b. Distensi vena jugular
c. Edema d. Keletihan e. Peningkatan
CVP f. Peningkatan
PAWP g. Peningkatan
berat badan Perubahan Afterload
a. Oliguria b. Perubahan
warna kulit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharpakan pasien menunjukkan keefektifan pompa jantung.
Kriteria Hasil:
1. Tekanan darah sistol dalam rentang normal
2. Tekanan darah diastol dalam rentang normal
3. Tidak ada distensi vena leher 4. Tidak ada disritmia 5. Tidak ada peningkatan berat
badan 6. Tidak ada kelelahan 7. Saturasi oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan Status sirkulasi yang baik.
Kriteria Hasil :
1. Capillary reffil dalam rentang normal
2. Tidak ada pitting edema
Manajemen asam basa: Asidosis Metabolik
1. Monitor pernafasan 2. Monitor ketidak seimbangan
eletrolit yang berhubungan dengan asidosis metabolik.
3. Monitor tanda dan gejala rendahnya HCO3 atau kelebihan ion hydrogen (pernafasan kussmaul, kelemahan, diorientasi, sakit kepal, anoreksia)
4. Berikan cairan sesuai indikasi 5. Monitor intake dan output
Perawatan jantung
1. Monitor status kardiovaskuler (lakukan EKG)
2. Evaluasi adanya nyeri 3. Catat adanya disritmia jantung 4. Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac output 5. Monitor status pernafasan
yang menandakan gagal jantung
6. Monitor adanya perubahan tekanan darah
7. Monitor toleransi aktivitas pasien
8. Monitor tanda-tanda vital 9. Kolaborasi pemberian obat
kortikosteroid: prednison, dexamethazon
Monitor tanda – tanda vital
4 Risiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Edema Serebral
28
Poltekkes Kemenkes Padang
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan uremia
Defenisi :Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan.
keperawatan, diharapkan status neurologi baik. Kriteria Hasil : 1. Kesadaran tidak terganggu 2. Tekanan intrakranial tidak
terganggu 3. Tidak terganggu pola istirahat
dan tidur 4. Pola pernafasan tidak
terganggu 5. Orientasi kognitif tidak
terganggu
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan ketidak efektifan perfusi jaringan serebral teratasi.
Kriteria Hasil :
1. Tekanan sistol dalam rentang normal
2. Tekanan diastole dalam rentang normal
3. Tidak ada penurunan tingkat kesadaran
1. Monitar tanda-tanda vital 2. Monitor CVP, dan PAP 3. Monitor status pernafasan :
frekuensi, irama kedalaman pernapasan, PaO2, PCO2, PH, bikarbonat.
4. Posisikan tinggi kepala tempat tidur 30 derajat atau lebih
5. Batasi cairan 6. Berikan diuretik osmotik 7. Pertahankan suhu normal 8. Lakukan tindakan pencegahan
terjadinya kejang.
Monitor Neurologi
1. Pantau ukuran pupil 2. Memonitor tingkat kesadaran 3. Memonitor tingkat orientasi 4. Monitor tanda-tanda vital :
suhu, tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi.
5 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan.
Defenisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan karakteristik:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan perfusi jaringan perifer kembali efektif.
Kriteria hasil:
1. Pengisian kapiler jari dalam kisaran normal
2. Pengisian kapiler jari kaki dalam kisaran normal
3. Suhu kulit ujung kaki dan tangan dalam kisaran normal
4. Kekuatan denyut nadi karotis (kanan) dalam rentang normal
5. Kekuatan denyut nadi karotis (kiri) dalam rentang normal
6. Kekuatan denyut nadi brakialis (kanan) dalam rentang normal
Manajemen Hipovolemi
1. Monitor status hemodinamik, meliputi nadi, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, CO.
2. Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (misalnya., turgor kulit buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah, sangat haus, membran mukosa kering, dan penurunan urin output
3. Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan (misalnya., perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan, dan takpnea)
4. Posisikan untuk perfusi perifer
29
Poltekkes Kemenkes Padang
a. Edema b. Nyeri eksremitas c. Penurunan nadi
perifer d. Perubahan fungsi
motorik e. Tidak ada nadi
perifer f. Perubahan fungsi
motoric g. Waktu pengisian
kapiler >3 detik
7. Kekuatan denyut nadi brakialis (kiri) dalam rentang normal
8. Kekuatan denyut nadi radial(kanan) dalam rentang normal
9. Kekuatan denyut nadi radial (kiri) dalam rentang normal
10. Kekuatan denyut nadi femoralis (kanan) dalam rentang normal
11. Kekuatan denyut nadi femoralis (kiri) dalam rentang normal
12. Tekanan darah sistolik dalam rentang normal
13. Tekanan darah diastolik dalam kisaran normal
14. Tidak ada muka pucat 15. Tidak ada kelemahan otot
Monitor tanda-tanda vital
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
2. Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terus-menerus dengan tepat
3. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
4. Monitor sianosis sentral dan perifer
5. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital
6 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Defenisi:Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan metabolik
BatasanKarakteristik:
a. Nyeri abdomen b. BB20% atau
lebihdibawah BBideal.
c. Kerapuhan kapiler d. Diare e. Kehilangan
rambut berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan status nutrisi.
Kriteria Hasil :
1. Asupan gizi dalam rentang normal
2. Asupan makanan dalam rengtang normal
3. Rasio berat badan/tinggi badan dalam rentang normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan status nutrisi : asupan makanan & cairan
Kriteria Hasil
1. Asupan makanan secara oral yang adekuat
Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi makanan yang dimiliki pasien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan.
4. Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi.
Monitor nutrisi
1. Timbang berat badan pasien 2. Lakukan pengkuran
antropometri 3. Monitor kecenderungan turun
dan naiknya berat badan 4. Identifikasi perubahan berat
badan terakhir 5. Monitor turgor kulit dan
30
Poltekkes Kemenkes Padang
f. Bisingusushiperaktif
g. Kurangmakanan h. Kuranginformasi i. Kurangminatpada
Makanan j. Kesalahan
informasi k. Membran
mukosapucat l. Tonusotot menurun
2. Asupan cairan intravena yang adekuat
3. Asupan nutrisi parenteral yang adekuat
mobilitas 6. Identifikasi adanya
abnormalitas rambut (kering, tipis, kasar, dan mudah patah, rontok)
7. Monitor adanya mual muntah 8. Monitor diet dan asupan kalori 9. Monitor wajah pucat,
konjungtiva anemis 10. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (Kolesterol, serum albumin, transferrin, Hb, Ht)
Monitor tanda-tanda vital
7 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Defenisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan Karakteristik:
a. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
b. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
c. Dipsnea
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkanpasien menunjukkan toleransi terhadap aktifitas.
Kritria Hasil:
1. Frekuensi pernafasan ketika beraktivitas tidak tergannggu
2. Tekanan darah sitolik ketika beraktivitas tidak terganggu
3. Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas tidak terganggu
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkanpasien menunjukkan.daya tahan terhadap toleransi aktivitas.
Kriteria Hasil:
1. Aktivitas fisik tidak terganggu 2. Serum elektrolit darah tidak
terganggu 3. Tidak ada letargi 4. Tidak ada kelelahan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkanpasien
Manajemen Energi
1. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
2. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energy yang adekuat
3. Monitor lokasi dan sumber ketidak nyamanan/nyeri yang dialami pasien selama aktivitas
4. Bantu pasien identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
5. Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan otot.
6. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yang terartut sesuai kebutuhan (berpindah, bergerak, dan perawatan diri)
31
Poltekkes Kemenkes Padang
setelah beraktivitas
d. Menyatakan merasa letih
e. Menyatakan merasa lemah
menunjukkan energi psikomotor.
Kriteria Hasil:
1. Menunjukkan tingkat energi yang stabil
2. Menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari
Terapi aktivitas
1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
2. Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
3. Bantu pasien untuk meningkatkan motivasi diri dan penguatan.
4. Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
Manajemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidak nyamanan.
3. Demonstrasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi dengan teknik nafas dalam
8 Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tingkat Nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
1. Tidak ada nyeri yang dilaporkan
Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
32
Poltekkes Kemenkes Padang
Defenisi: Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat dianstipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga(>3) bulan.
Batasan karakteristik:
a. Bukti nyeri b. Ekspresi
wajah nyeri (meringis)
c. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
d. Perubahan pola tidur
2. Tidak ada ekspresi nyeri wajah
3. Tidak ada keringat berlebih 4. Tidak ada mengerinyit 5. Frekuensi nafas normal 6. Tekanan darah normal 7. Denyut nadi radial normal
pencetus 2. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri 3. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat
4. Ajarkan teknik non-farmakologis (seperti: biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi music, terapi bermain, terapi aktivitas, akupressur, aplikasi panas/dingin dan pijatan, sebelum, sesudah dan jika memungkinkan, ketika melakukan aktivitas yang menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjai atau meningkat dn bersaman dengan tindakan penurunan rasa nyeri lainnya)
5. Gunakan pengontrolan nyeri sebelum nyeri bertambah berat
6. Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi nonfarmakologis sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan nyeri
7. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
8. Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri
9. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang spesifik
9 Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasiv berulang
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pasien menunjukkan tidak mengalami infeksi dengan indikator Keparahan infeksi: Baru Lahir.
Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi 3. Anjurkan pasien
menggunakan alat
33
Poltekkes Kemenkes Padang
Defenisi: Mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik.
Kriteria Hasil:
1. Tidak ada ketidak stabilan suhu tubuh
2. Tidak ada kulit berbintik-bintik
3. Tidak ada kejang 4. Tidak ada peningkatan
jumlah sel darah putih
pelindungan diri 4. Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
8. Tingktkan intake nutrisi 10 Risiko kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan.
Defenisi : Beresiko mengalami perubahan kulit yang buruk.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien tidak mengalami kerusakan integritas jaringan : kulit & membran mukosa.
Kriteria hasil:
1. Perfusi jaringan tidak terganggu
2. Integritaskuli ttidak terganggu 3. Tidak ada pigmentasi
abnormal 4. Tidak ada pengelupasan kulit 5. Tidak ada eritema 6. Tidak ada luka/ lesi
padakulit
Manajemen pruritus
1. Tentukan penyebab dari terjadinya pruritus
2. Lakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi terjadinya kerusakan kulit
3. Pasang perban atau balutan pada tangan atau siku ketika pasien tidur, untuk membatasi gerakan menggaruk yang tidak terkontrol
4. Anjurkan pasien untuk menghindari sabun mandi dan minyak yang mengandung parfurm
5. Anjurkan pasien untuk tidak memakai pakaian ketat
6. Anjurkan pasien untuk memotong kuku
7. Anjurkan pasien mandi dengan air hangat kuku
8. Anjurkan pasien untuk menggunakan telapak tangan ketika menggosok area kulit yang luas atau cubit kulit dengan perlahan.
Sumber : Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification(NOC), 5th
Indonesian edition. Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th
Indonesian edition.
34
Poltekkes Kemenkes Padang
Herdman & Kamitsuru. 2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan : defenisi&klasisfikasi 2015-2017.
35
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna memantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan terdiri dari
beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan
terdiri dari beberapa komponen yaitu
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Evaluasi keperawatan.
36 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah Deskriptif yang berbentuk studi kasus.
Penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang ditunjukkan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada
saat ini atau saat lampau (Hamdi & Bahruddin, 2014). Penelitian deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
CKD di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2017
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Ruang Penyakit Dalam PriaRSUP Dr. M.
Djamil Padang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai
dengan Juni 2017. Waktu untuk studi kasus selama 2 minggu yaitu tanggal
18-30 Mei 2017, dengan kriteria pasien dirawat minimal 5 hari.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sejumlahbesarsubyek yang mempunyai karakteristik
tertentu (Satroasmoro& Ismael, 2011). Populasi dari penelitian ini
adalah pasien CKD di Ruang Penyakit dalam Pria RSUPDr. M.Djamil
Padang pada tanggal 18 Mei 2017. Menurut data yang didapatkan dari
ruang penyakit dalam pria ada 6 pasien dengan diagnosis CKD stange
V.
2. Sampel
Sampel adalah suatu objek yang diteliti yang mewakili suatu populasi.
Sampel yang diambil berjumlah 2 orang yang didapat dari
populasi.Pemilihan sampel didapat berdasarkan pada kriteria yang
telah disebutkan, yaitu responden yang dipilih adalah responden yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
37
Poltekkes Kemenkes Padang
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien CKD stage V yang berada di ruang Penyakit Dalam Pria
RSUPDr. M.Djamil Padang
2) Pasien yang bersedia menjadisampelpenelitian.
b. Kriteria Ekslusi
1) Pasien meninggal dalam hari rawatan kurang dari 5 hari
2) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari 5 hari
3) Pasienmenolak menjadi responden setelah menandatangani
surat persetujuan.
4) Pasien pindah ruangan
D. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari
sumber data atau responden (Supardi, Sudibyo, &Rustika, 2013)
meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas
sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah tersedia hasil pengumpulan data
untuk keperluan tertentu yang dapat digunakan sebagian atau
seluruhnya sebagai sumber data penelitian (Supardi, Sudibyo,
&Rustika, 2013). Data sekunder merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh langsung dari keluarga, rekammedisdanruangan
penyakit dalam priaRSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder
umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan seperti hasil
EKG, hasil laboratorium darah, urin.
E. Alat / instrumen Pengumpulan Data
38
Poltekkes Kemenkes Padang
Alat / instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa format tahapan
proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi (format
terlampir). Alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari (termometer,stetoskop,
penlight,tensi meter, arloji dengan detik,).
F. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data antara lain dengan wawancara,observasi,
pengukuran, dokumentasi (Supardi, Sudibyo,&Rustika, 2013).
1. Wawancara
Padametodeini, pengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab
(dialog) langsung antara pewawancara dengan responden. Pedoman
wawancara yang dipakai pada studi kasus ini adalah lembaran
pengkajian keperawatan meliputi identitas, riwayat kesehatan, ADL
(sesuai dengan format masing- masingtatanan ilmu) yang dilampirkan
pada asuhan keperawatan.
2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap subjek peneliti. (Saryono &
Anggraeni, 2013). Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain, observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek – objek
alam yang lain. (Sugiyono, 2014). Menurut Saryono dan Anggaraeni
(2013) observasi dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak
terbatas hanya pada apa yang dilihat. Observasi dapat dilakukan
melalui penciuman, penglihatan, pendengaran, danperaba..
3. Pengukuran
Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan mengukur
objek menggunakan alat ukur tertentu, seperti berat badan dengan
39
Poltekkes Kemenkes Padang
timbangan badan, tensi darah degan tensimeter, dan sebagainya
(Supardi,Sudibyo,&Rustika, 2013).
4. Dokumentasi
Untukdata penunjangdalam penelitian ini, peneliti menggunakan
dokumen dari RS berupahasil pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan diagnostik seperti rontgen, hasil pemeriksaan EKG.
G. Prosedur pengambilan data
1. Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi yang dilakukan penelitimeliputi:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Meminta surat rekomendari ke RSUP DR. M. Djamil Padang
c. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang
d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang Penyakit dalam Pria
RSUP Dr. M. Djamil Padang
e. Melakukan pemilihan sampel dengan populasi sebanyak dua orang
pasien CKD. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive
dimana sampel dipilih sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,
sehingga ditemukan dua sampel untuk dijadikan responden.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang
tujuan penelitian
g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk dijadikan
responden dalam penelitian
h. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk bertanya
i. Responden dan keluarga menanda tangani informed consent.
Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan
keperawatan dan pamit.
j. Selanjutnya perawat dan keluarga melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan selanjutnya.
40
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Prosedur Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Peneliti melakukan pengkajian kepada kedua partisipan/ keluarga
menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian dilakukan pada hari yang berbeda. Pengkjian pada
partisipan I dilakukan pada tanggal 18 Mei 2017 dan partisipan II
pada tanggal 19 Mei 2017
b. Peneliti merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada
kedua partisipan sesuai dengan masalah yang ditemukan pada saat
pengkajian.
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperwatan yang akan
diberikan kepada kedua partisipan sesuai dengan masalah yang
ditemukan.
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada kedua partisipan
dalam hari rawatan 5 hari.
e. Peneliti mengevalusai tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
pada kedua partisipan dalam waktu rawatan 5 hari.
f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang
telah diberikan pada kedua partisipan mulai dari melakukan
pengkajian sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
H. Rencana Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif. Data yang telah didapat dari hasil
peneliti asuhan keperawatan pada pasien mulai dari pengkajian,
merumuskan diagnosis keperawatan,kemudian menyusun rencana
keperawatan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan
akan dinarasikan dan membandingkan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada dua orang pasien kelolaan dengan teori dan penelitian
terdahulu.
41 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat
Penelitian dilakukan di ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr.M Djamil
Padang. Ruang penyakit dalam pria memiliki 25 orang tenaga kesehatan
perawat, yang dipimpin oleh seorang kepala ruangan, dan dibantu oleh
katim dari masing-masing wing. Ruang penyakit dalam pria memiliki
fasilitas tempat tidur untuk pasien sebanyak 72 yang terbagi atas wing A
dan wing B. Untuk program yang diberikan terhadap kesembuhan pasien
CKD, pihak ruangan mengadakan penyuluhan mengenai penyakit CKD
dan perawatan dirumah.
B. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan di ruang penyakit dalam pria melibatkan 2
partisipan yaitu Tn.K (partisipan 1), dan Tn.D (partisipan 2) yang
memiliki diagnosis medis sama yaitu Choronic Kidney Disease (CKD)
stage V on HD, dan anemia berat. Penelitian pada partisipan I
dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2017 – 22 Mei 2017, sedangkan
partisipan II dilaksanakan pada tanggal 19 – Mei 217 – 23 – Mei 2017 .
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapatkan peneliti melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi pada kedua partisipan dicantumkan
dalam tabel sebagai berikut.
42
Poltekkes Kemenkes Padang
Tabel 4.1
Hasil Pengkajian
Pengkajian Partisipan I Partisiapan II
Identitas
Klien
Klien bernama Tn. K
dengan No. RM 97 49 07
berusia 41 tahun lahir di
Painan tanggal 08 – Juli –
1976. Klien beragama
Islam, status sudah
menikah. Alamat di Salido
Kecil Tambang IV Jurai
Pesisir Selatan. Klien
sehari – hari bekerja
sebagai petani dengan
pendidikan terakhir SD.
Klien dirawat dengan
diagnosis klinis Choronic
Kidney Disease (CKD)
stage V on HD dan anemia
berat
Klien bernama Tn. D dengan
No. RM 96 87 12 berusia 40
tahun, lahir di Muaro Labuah
pada tanggal 09 – November
– 1977. Klien beragama
Islam, status klien sudah
menikah dan beralamat di
Pasar Timur Pasar Muaro
Labuh Sungai Pagu Solok
selatan. Klien sehari – hari
bekerja sebagai pedagang
dengan pendidikan terakhir
SMP. Klien dirawat dengan
diagnosis klinis Choronic
Kidney Disease (CKD) stage
V on HD, dan anemia berat.
Identitas
Penanggung
Jawab
Penanggung jawab klien
Tn. B, pekerjaan sebagai
petani, Alamat di Salido
Kecil Tambang IV Jurai
Pesisir Selatan, hubungan
dengan klien yaitu ayah
Penanggung jawab Klien Ny.
M, pekerjaan ibu rumah
tangga, alamat di Pasar
Timur Pasar Muaro Labuh
Sungai Pagu Solok selatan,
hubungan dengan klien yaitu
istri.
Keluhan
utama
Klien masuk melalui IGD
RSUP DR. M. Djamil
Klien masuk melalui IGD
RSUP DR. M. Djamil
43
Poltekkes Kemenkes Padang
padang pada tanggal 17
Mei 2017 Pukul 11.47
WIB dengan keluhan
badan terasa lelah, nafas
sesak, edema pada
eksremitas, BAK sedikit
sejak 3 bulan yang lalu.
Sebelum kerumah sakit
klien sempat mengalami
kejang.
Padang pada tanggal 18 Mei
2017 Pukul 20.31 WIB
dengan keluhan, edema pada
ekremitas bawah, BAK
sedikit, volume BAK 100 cc,
dan nafas sesak, badan terasa
lemah dan cepat lelah.
muntah sejak 2 hari yang
lalu, BAB berwarna hitam
sejak 1 minggu yang lalu
konsistensi encer. Klien
merupakan rujukan dari
RSUD Solok Selatan dengan
CKD Stage V On HD.
Riwayat
kesehatan
sekarang
Pengkajian dilakukan pada
hari jum’at tanggal 18 Mei
2017 Pukul 10.00 WIB di
ruang penyakit dalam pria
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang ditemukan klien
dalam keadaan umum
tampak lemas, bibir
tampak pucat dan kering.
Klien mengatakan nafas
nya sesak, sesak semakin
meningkat apabila banyak
beraktivitas dan nyeri
muncul pada bagian perut.
Klien mengeluh mual,
badan terasa lemas dan
mudah lelah. Klien
Pengkajian dilakukan pada
hari Jum’at tanggal 19 Mei
2017 Pukul 09.00 WIB di
ruang penyakit dalam pria
RSUP. Dr. M. Djamil Padang
tampak klien dalam keadaan
umum tampak lemas,
kesadaran composmentis,
terpasang IVFD NaCl 0,9%
drip Prosogan 2 ampul 20x
tetes permenit, klien
terpasang slang oksigen
binasal canule 4 l/i, wajah
pucat, bibir pecah – pecah,
edema pada eksremitas
bawah, akral eksremitas
dingin, perut asites. Klien
44
Poltekkes Kemenkes Padang
terpasang slang oksigen
binasal canule 4 l/i
Terdapat distensi
abdomen, edema pada
eksremitas bawah. Klien
terpasang IVFD NaCl
0,9% per 24 jam, klien
mengatakan BAK sedikit,
dan tidak ada nyeri pada
saat BAK. Volume BAK
±50 cc per 24 jam. Klien
juga mengeluh nyeri pada
bagian perut. Klien
mengatakan skala nyeri 7-
8 durasi 5-10 detik, klien
tampak meringis. Saat
dilakukan pemeriksaan
tekanan darah 190/100
mmHg, nadi 83 kali
permenit, pernafasan 25
kali permenit, suhu 36,50C
juga mengatakan nafas terasa
sesak, klien mengeluh mual,
dan badan terasa lemas, letih,
cepat lelah, sehingga akivitas
dibantu oleh keluarga dan
tenaga kesehatan. Klien juga
mengeluhkan BAK sedikit,
volume BAK ±100 cc per 24
jam. Klien mengeluh nyeri
pada bagian perut dan
mendesak ke ulu hati, klien
mengatakan nyeri seperti di
terkam, muncul secara tiba –
tiba, skala nyeri 6 durasi 5-10
detik, klien tampak meringis.
Saat dilakukan pemeriksaan
tekanan darah 170/90 mmHg,
nadi 72 kali permenit,
pernafasan 28 kali permenit,
suhu 36,70C.
Riwayat
kesehatan
dahulu
Klien mengatakan 3 bulan
sebelumnya pernah
dirawat di RSUP Dr. M.
Djamil padang karena
CKD dan pada bulan april
klien kembali dirawat
untuk pemasangan CDL.
Selain itu klien memiliki
riwayat hipertensi sejak 1
Klien mengatakan
sebelumnya pernah dirawat
dua kali karena CKD. Klien
pertama kali dirawat pada
bulan januari di RSUP Dr. M
Djamil padang selama 1
minggu karena BAK sedikit.
Pada bulan Maret klien
dirawat kembali untuk
45
Poltekkes Kemenkes Padang
tahun yang lalu tidak
pernah di kontrol
kepelayanan kesehatan.
pemasangan CDL. Klien
memiliki riwayat hipertensi
diketahui semenjak 5 bulan
yang lalu tidak terkontrol.
Klien mengatakan sebelum
dirawat di RSUP Dr. M.
Djamil, klien dirawat di
RSUD Solok selatan selama
10 hari karena sesak nafas,
badan lemas dan edema pada
eksremitas.
Riwayat
kesehatan
keluarga
Klien mengatakan tidak
ada anggota keluarga dari
klien yang memiliki
riwayat penyakit
keturunan seperti
hipertensi dan diabetes,
klien juga mengatakan
tidak ada anggota keluarga
yang memiliki riwayat
penyakit yang sama
dengan klien.
Klien mengatakan tidak ada
anggota keluarga dari klien
yang memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti
hipertensi dan diabetes, klien
juga mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit
yang sama dengan klien.
Pola Makan
dan minum
Saat sehat klien makan 3
kali sehari porsi habis,
dengan komposisi nasi,
lauk pauk dan sayur. Klien
jarang mengkonsumsi
buah. Ketika sakit nafsu
makan menurun, makan 3
x sehari diit RG II RP 40
gr, klien hanya
Saat sehat klien memiliki
pola makan 5 kali sehari
waktu tidak teratur dengan
komposisi nasi, lauk pauk,
sayur serta jarang
mengkonsumsi buah –
buahan. Klien mengatakan
suka mengkonsumsi
makanan yang berminyak
46
Poltekkes Kemenkes Padang
menghabiskan ¼ porsi.
dan bersantan. Klien
mengatakan nafsu makan
selama di rumah sakit
menurun karena mual
muntah, dari ahli gizi klien
diberikan diit MC rendah
protein yaitu jus pepaya 3x
300 cc + gula 100 gr, klien
hanya menghabiskan 3-4
sendok diit yang diberikan.
Pola
eleminasi
Ketika sakit klien
mengalami perubahan pola
eliminasi, klien BAK 5-7
kali perhari berwana
kuning, bau khas, (1x
BAK : 3-5 cc). Klien
mengatakan BAK sedikit
sejak 3 bulan yang lalu.
Klien BAB 1-2 kali
perhari konsistensi encer
bau khas. Klien tidak
terpasang kateter.
Pola eliminasi klien di rumah
sakit yaitu BAK 6-8 kali
perhari, bau khas berwarna
bening, banyak BAK selama
sakit ±100 cc per 24 jam, (1x
BAK : 5-10 cc). BAB 1-2
kali perhari berbau pepaya,
berwarna hitam dengan
konsitensi lembek. Klien
tidak tepasang kateter, klien
menggunakan pampers.
Pola
istirahat dan
tidur
Klien mengatakan selama
dirumah sakit pola tidur
klien sedikit terganggu
karna sering terbangun
akibat nyeri yang
dirasakan pada bagian
perut.
Klien mengatakan selama
dirumah sakit pola tidur klien
sedikit terganggu karna
sering terbangun akibat nafas
sesak dan nyeri yang
dirasakan pada bagian perut.
47
Poltekkes Kemenkes Padang
Pola
aktivitas dan
latihan
Ketika sakit, klien merasa
badan nya cepat lelah dan
nafas sesak apabila banyak
beraktifitas. Untuk
memenuhi kebutuhan
sehari – hari klien
membutuhkan bantuan
dari keluarga dan tenaga
kesehatan.
Saat sakit klien mengatakan
badan terasa lemas dan cepat
lelah apabila banyak
beraktifitas. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari
– hari klien membutuhkan
bantuan dari keluarga dan
tenaga kesehatan.
Pemeriksaan
fisik
Saat dilakukan
pemeriksaan pada Tn. K,
klien tampak lemas, pucat
dengan kesadaran
composmentis. Hasil
pengukuran tekanan darah
190/100 mmHg, nadi 83
kali permenit, pernafasan
25 kali permenit, suhu
36,50C. Pada hasil
pemeriksaan didapatkan
rambut klien berwarna
hitam kering dan kusam,
konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering,
pecah-pecah, perut
membuncit, terdapat nyeri
tekan pada bagian perut,
dan terdapat bekas luka
operasi laparatomi
berwarna kecoklatan,
panjang 16 cm. akral
Saat dilakukan pemeriksaan
pada Tn. D, klien tampak
lemas, dengan kesadaran
composmentis. Hasil
pengukuran tekanan darah
170/90 mmHg, , nadi 72 kali
permenit, pernafasan 28 kali
permenit, suhu 36,70C. Pada
hasil pemeriksaan didapatkan
rambut klien berwarna hitam
kering dan kusam, wajah
pucat, konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering, pecah-
pecah, perut tampak
membuncit, akral dingin,
capillary refill time >3 detik
eksremitas bawah pitting
edema derajat III.
Klien tidak ada pemasangan
kateter, klien memakai
pempers.
48
Poltekkes Kemenkes Padang
dingin, capillary refill time
kembali time >3 detik,
pitting edema pada
eksremitas bawah derjat
IV. Klien tidak
menggunkan kateter, klien
memakai pempers.
Pemeriksaan
penunjang
Hasil pemeriksaan
hematologi Tn. K pada
tanggal 17 Mei 2017 yaitu
hemoglobin 5,0 g/dl (14-
16 g/dl), leukosit
9.600/mm3 (5.000-
10.000/mm3), trombosit
264.000 /mm3(150.000-
400.000/ mm3), hematokrit
16% (40-48%), ureum
darah 151 mg/dl (10 – 50
mg/dl), kreatinin darah 9,7
mg/dl (0,6-1,1 mg/dl),
albumin 2,7 g/dl (3,8-5,0
g/dl).
Berdasarkan hasil
pemeriksaan labor Tn.D pada
tanggal 18 Mei 2017,
didapatkan hemoglobin Tn.
D 3,2 g/dl (14-16 g/dl),
luekosit 16.410/mm3(5.000-
10.000/mm3), trombosit
1.15.000/mm3(150.000-
400.000/ mm3), ureum darah
345mg/dl (10 – 50 mg/dl),
kreatinin darah 11,5 mg/dl
(0,6-1,1 mg/dl), PO2 73
mmHg, PCO2 38 mmHg,
HCO3 21,5 mmol/l.
Program
pengobatan
Terapi yang diberikan
dokter kepada Tn. K yaitu
Bicnat 3x50 mg, asam
folat 1x5 mg, Amlodipin 1
x 10 mg, Condensertan 1 x
16 m transfusi PRC pre
lasix 1 ampul, Nacl 0,9%.
Terapi yang diberikan dokter
kepada Tn.D yaitu
ceftazidiem 2x 1 gr,
levofloxocim 1x 500 mg,
bicnat 1x 5 mg, asam folat
1x5 mg, transamin 3 x 500
mg, Vitamin K 3 X 1 gr,
transfusi PRC pre lasix 1
ampul, Nacl 0,9% drip
49
Poltekkes Kemenkes Padang
prosogan 2 ampul.
2. Diagnosis Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian kemudian mengelompokkan data,
memvalidasi data dan menganalisa data, maka ditemukan beberapa
masalah keperawatan pada partisipan kedua partisipan. Berikut ini
merupakan diagnosis keperawatan yang muncul terhadap kedua
partisispan
Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan
dengan uremia ditandai dengan
data subjektifnya yaitu klien sempat
mengalami kejang sebelum dibawa
kerumah sakit. Untuk data
objektifnya yaitu dari hasil
pemeriksaan tekanan darah 190/100
mmHg, pernafasan 25x/menit dan
hasil pemeriksaan ureum darah 151
mg/dl, kreatinin darah 9,7 mg/dl.
Risiko cidera berhubungan
dengan profil darah yang
abnormal (uremia) ditandai dengan
data objektifnya yaitu terjadinya
penurunan hemoglobin yaitu 5,0
g/dl, ureum darah 151 mg/dl.
Ketidakefektifan perfusi jaringan
Risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan
dengan uremia ditandai data
objektifnya yaitu hasil
pemeriksaan tekanan darah 170/90
mmHg, pernafasan 28x/menit dan
hasil pemeriksaan ureum darah 345
mg/dl, kreatinin darah 11,5 mg/dl.
Risiko cidera berhubungan
dengan profil darah yang
abnormal (uremia) ditandai
dengan data objektifnya yaitu
terjadinya penurunan hemoglobin
yaitu 3,2 g/dl, ureum darah 345
mg/dl.
Ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan
denganberkurangnya suplai
50
Poltekkes Kemenkes Padang
perifer berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke
jaringan ditandai dengan data
subjektif klien mengatakan nafasnya
sesak, sesak meningkat saat
beraktivitas, data objektifnya yaitu
pernafasan klien 25 kali permenit,
terpasang slang oksigen binasal
canule 4l/I, dengan hasil
pemeriksaan laborlatorium yaitu
hemoglobin 5,0 g/dl, akral dingin,
capillary refill time > 3 detik.
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi. Berdasarkan dengan
data subjektif yang ditemukan yaitu
klien mengatakan nafasnya sesak
ketika banyak beraktivitas dan nyeri
pada bagian perut muncul. Data
objektif yang didapatkan frekuensi
pernafasan klien 25x/i, ,terpasang
slang oksigen binasak canule 4l/i,
hemoglobin 5,0 g/dl.
Kelebihan volume airan
berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi. Berdasarkan
data subjektifnya, klien mengatakan
kaki semakin membengkak, dan
oksigen ke jaringan. Berdasarkan
data subjektif yang didapat yaitu
klien mengatakan telapak kaki
terasa berat. Data objektifnya
ditandai dengan akral teraba
dingin, capillary refill time > 3
detik, tekanan darah 170/90
mmHg, nadi 72 kali permenit,
pernafasan 28 kali permenit,
hemoglobin 3,2 g/dl PO2 73
mmHg.
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi. Berdasarakan
dengan data subjektif yang
ditemukan yaitu Tn.D mengatakan
nafasnya sesak dan terasa berat.
Untuk data objektif pada diagnosis
ini yaitu pada saat pengkajian RR
Tn.D 28x/i, hemoglobin 3,2 g/dl
terpasang slang binasal canule 4 l/i.
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi. Berdasarkan
data subjektifnya, klien
mengatakan kaki semakin
membengkak, dan urine yang
keluar sedikit. Data Objektifnya
51
Poltekkes Kemenkes Padang
urine yang keluar sedikit. Data
objektifnya ditandai dengan pitting
edema derajat IV, tekanan darah
190/100 mmHg dan hasil
pemeriksaan ureum darah 151 mg/dl,
kreatinin darah 9,7 mg/dl.
Nyeri berhubungan dengan agen
cedera fisiologis . Berdasarkan data
subjektif nya yaitu klien mengatakan
nyeri pada bagian perut mendesak ke
ulu hati, klien mengatakan skala
nyeri 7-8 durasi 5-10 detik. Data
objektifnya ditandai dengan klien
tampak meringis.
Mual berhubungan dengan
uremia data subjektif yang
ditemukan, klien mengeluh mual,
tidak nafsu makan. Data objektif
yang didapatkan yaitu klien tidak
menghabiskan diit yang diberikan,
ureum darah 151 mg/dl.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
dengan penyebab intake nutrisi
tidak adekuat. Berdasarkan data
subjektif yang ditemukan yaitu,
klien mengeluh mual dan nyeri pada
bagian perut, dari data objektif di
ditandai dengan pitting edema
derajat III, tekanan darah 170/90
mmHg dan hasil pemeriksaan
ureum darah 345 mg/dl, kreatinin
darah 11,5 mg/dl.
Masalah keperawatan selanjutnya
yang muncul yaitu nyeri
berhubungan dengan agen
cedera fisiologis . Berdasarkan
data subjektif nya yaitu klien
mengatakan nyeri pada bagian
perut mendesak ke ulu hati, klien
mengatakan skala nyeri 6 durasi 5-
10 detik. Data objektifnya ditandai
dengan klien tampak meringis.
Mual berhubungan dengan
uremia data subjektif yang
ditemukan, klien mengeluh mual,
tidak nafsu makan. Data objektif
yang didapatkan yaitu klien tidak
menghabiskan diit yang diberikan,
ureum darah 345 mg/dl.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
dengan penyebab intake nutrisi
tidak adekuat. Berdasarkan data
subjektif yang ditemukan yaitu,
klien mengeluh mual dan nyeri
52
Poltekkes Kemenkes Padang
dapatkan klien hanya menghabiskan
¼ diit yang diberika, klien tampak
pucat, konjungtiva anemis,
hemoglobin 5,0 g/dl, albumin 2,7
g/dl.
Masalah keperawatan intoleransi
aktivitas berhubungan dengan
ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
Berdasarakan data subjektif yang
ditemukan yaitu klien mengatakan
badan terasa cepat lelah dan tubuh
terasa lemas, nafas terasa sesak
apabila banyak beraktivitas. Data
objektif ditandai dengan klien
tampak lemas, pucat, Hemoglobin
5,0 g/dl, aktivitas dibantu keluarga
dan tenaga kesehatan.
pada bagian perut, dari data
objektif di dapatkan klien hanya
menghabiskan 3-4 sendok diit yang
diberika, klien tampak pucat,
konjungtiva anemis, hemoglobin
3,2 g/dl. g/dl.
Masalah keperawatan intoleransi
aktivitas berhubungan dengan
ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Berdasarakan data subjektif yang
ditemukan yaitu klien mengatakan
badan terasa cepat lelah dan tubuh
terasa lemas, nafas teraa sesak
apabila banyak beraktivitas. Data
objektif ditandai dengan klien
tampak lemas, pucat, Hemoglobin
3,2 g/dl, aktivitas dibantu keluarga
dan tenaga kesehatan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien, maka
diperlukan rencana keperawatan yang didalamnya terdapat tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan.
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua partisipan.
Tabel 4.3
Rencana Asuhan Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Pada masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
Pada masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
53
Poltekkes Kemenkes Padang
berhubungan dengan uremia
diharapkan status neurologi baik
dengan criteria hasil kesadaran tidak
terganggu, pola istirahat dan tidur tidak
terganggu, pola pernafasan tidak
terganggu, orientasi kognitif tidak
terganggu dengan rencana keperawatan
yang dilakukan yaitu dengan
manajemen edema serebral seperti
monitar tanda-tanda vital, monitor
status pernafasan : frekuensi, irama
kedalaman pernapasan, PaO2, PCO2,
PH, bikarbonat, posisikan tinggi kepala
tempat tidur 30 derajat atau lebih, batasi
cairan, berikan diuretik osmotic.
monitor neurologi dengan pantau
ukuran pupil memonitor tingkat
kesadaran, memonitor tingkat orientasi.
Untuk masalah risiko cidera
berhubungan dengan uremia rencana
keperawatan yang dilakukan yaitu
manajemen edema serebral, manajemen
energi. Pencegahan jatuh: identifikasi
kekurangan baik kognitif atau fisik dari
pasien, identifikasi karakteristik dari
lingkungan, kaji ulang riwayat jatuh,
monitor kemampuan berpindah,
sediakan pencahayaan yang cukup,
sediakan pengawasan yang ketat,
gunakan tempat tidur yang dapat
berhubungan dengan uremia
diharapkan status neurologi baik
dengan criteria hasil kesadaran tidak
terganggu, pola istirahat dan tidur tidak
terganggu, pola pernafasan tidak
terganggu, orientasi kognitif tidak
terganggu dengan rencana keperawatan
yang dilakukan yaitu dengan
manajemen edema serebral seperti
monitar tanda-tanda vital, monitor
status pernafasan : frekuensi, irama
kedalaman pernapasan, PaO2, PCO2,
PH, bikarbonat, posisikan tinggi kepala
tempat tidur 30 derajat atau lebih,
batasi cairan, berikan diuretik osmotic.
monitor neurologi dengan pantau
ukuran pupil memonitor tingkat
kesadaran, memonitor tingkat orientasi.
Untuk masalah risiko cidera
berhubungan dengan uremia rencana
keperawatan yang dilakukan yaitu
manajemen edema serebral, manajemen
energi. Pencegahan jatuh: identifikasi
kekurangan baik kognitif atau fisik dari
pasien, identifikasi karakteristik dari
lingkungan, kaji ulang riwayat jatuh,
monitor kemampuan berpindah,
sediakan pencahayaan yang cukup,
sediakan pengawasan yang ketat,
gunakan tempat tidur yang dapat
54
Poltekkes Kemenkes Padang
membatasi gerakan.
Pada masalah ketidak efektifan
perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan berkurangnya
suplai oksigen ke jaringan
diharapakan perfusi jaringan perifer
kembali efektif dengan kriteria
hasilsuhu kulit, ujung kaki dan tangan
dalam kisaran normal,tekanan darah
sistolik dalam rentang normal, tekanan
darah diastolik dalam kisaran normal ,
tidak ada muka pucat ,tidak ada
kelemahan otot. Rencana keperawatan
yang dilakukan adalah manajemen
hipovelemi : monitor adanya tanda-
tanda dehidrasi (misalnya, turgor kulit
buruk, capillary refill terlambat, nadi
lemah, sangat haus, membran mukosa
kering, dan penurunan urin output
monitor adanya sumber-sumber
kehilangan cairan (misalnya.,
perdarahan, muntah, diare, keringat
yang berlebihan, dan takpnea) posisikan
untuk perfusi perifer. Monitor vital sign
monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR, catat
adanya fluktuasi tekanan darah, monitor
kualitas nadi, monitor pola pernapasan
yang abnormal, monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit.
membatasi gerakan.
Pada masalah ketidak efektifan
perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan berkurangnya
suplai oksigen ke jaringan
diharapakan perfusi jaringan perifer
kembali efektif dengan criteria
hasilsuhu kulit ujung kaki dan tangan
dalam kisaran normaltekanan darah
sistolik dalam rentang normal, tekanan
darah diastolik dalam kisaran normal ,
tidak ada muka pucat ,tidak ada
kelemahan otot. Rencana keperawatan
yang dilakukan adalah manajemen
hipovelemi : monitor adanya tanda-
tanda dehidrasi (misalnya, turgor kulit
buruk, capillary refill terlambat, nadi
lemah, sangat haus, membran mukosa
kering, dan penurunan urin output
monitor adanya sumber-sumber
kehilangan cairan (misalnya.,
perdarahan, muntah, diare, keringat
yang berlebihan, dan takpnea)
posisikan untuk perfusi perifer. Monitor
vital sign monitor TD, Nadi, Suhu, dan
RR, catat adanya fluktuasi tekanan
darah, monitor kualitas nadi, monitor
pola pernapasan yang abnormal,
monitor suhu, warna, dan kelembapan
kulit.
55
Poltekkes Kemenkes Padang
Masalah keperawatan ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan
hiperventilasi tujuan yang diharapkan
adalah pernafasan pasien kembali
nomal dengan kriteria hasil tidak ada
deviasi frekuensi Pernafasan, irama
pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada penggunaan otot bantu nafas, tidak
ada peningkatan frekuensi pernafasan,
dan tidak ada nyeri kepala. Rencana
tindakan keperawatan yang akan
dilakukan adalah manajemen jalan
nafas : posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, auskultasi
suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan, monitor respirasi monitoring
pernafasan yaitumonitor pola nafas
(bradipneu, takiepneu, hiperventilasi,
kusmaul), monitoring vital sign :
monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafsan. Terapi oksigen : pertahankan
jalan nafas yang paten, atur peralatan
oksigenisasi, monitor aliran oksigen,
pertahankan posisi pasien, observasi
adanyan tanda – tanda hipoventilasi.
Pada masalah keperawatan kelebihan
volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi tujuan
yang diharapkan adalah terjadi
keseimbangan cairan dan elektrolit
Masalah keperawatan ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan
hiperventilasi tujuan yang diharapkan
adalah pernafasan pasien kembali
nomal dengan kriteria hasil tidak ada
deviasi frekuensi Pernafasan, irama
pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada penggunaan otot bantu nafas, tidak
ada peningkatan frekuensi pernafasan,
dan tidak ada nyeri kepala. Rencana
tindakan keperawatan yang akan
dilakukan adalah manajemen jalan
nafas : posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, auskultasi
suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan, monitor respirasi monitoring
pernafasan yaitumonitor pola nafas
(bradipneu, takiepneu, hiperventilasi,
kusmaul), monitoring vital sign :
monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafsan. Terapi oksigen : pertahankan
jalan nafas yang paten, atur peralatan
oksigenisasi, monitor aliran oksigen,
pertahankan posisi pasien, observasi
adanyan tanda – tanda hipoventilasi.
Pada masalah keperawatan kelebihan
volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi tujuan
yang diharapkan adalah terjadi
56
Poltekkes Kemenkes Padang
dalam tubuh dengan criteria hasil
tekanan darah dalam batas normal,
keseimbangan intake dan output,
kestabilan berat badan, tidak ada edema
perifer, elektrolit serum dalam batas
normal, berat jenis urin tidak
terganggu. Rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan pada
diagnosis keperawatan ini adalah
manajemen elektrolit/ cairan yaitu
pantau kadar serum elektrolit, anjurkan
klien batasi cairan, berikan resep diet
yang tepat untuk cairan tertentu atau
pada ketidak seimbangan elektrolit,
berikan antipiretik yang sesuai, monitor
hasil laboratorium yang relevan dengan
retensi cairan (BUN, hematokrit dan
osmolalitas urin), monitor tanda-tanda
vital pasien, monitor indikasi kelebihan
cairan (Edema, distensi vena leher, dan
asites), kaji lokasi dan luasnya edema,
periksa turgor kulit, monitor berat
badan.
Rencana keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah mual
berhubungan dengan uremia adalah
manajeman mual yaitu ajarkan pasien
untuk memonitor pengalaman
mualnya, ajarkan pasien untuk
mempelajari strategi - strategi untuk
keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh dengan criteria hasil
tekanan darah dalam batas normal,
keseimbangan intake dan output,
kestabilan berat badan, tidak ada edema
perifer, elektrolit serum dalam batas
normal, berat jenis urin tidak
terganggu. Rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan pada
diagnosis keperawatan ini adalah
manajemen elektrolit/ cairan yaitu
pantau kadar serum elektrolit, anjurkan
klien batasi cairan, berikan resep diet
yang tepat untuk cairan tertentu atau
pada ketidak seimbangan elektrolit,
berikan antipiretik yang sesuai, monitor
hasil laboratorium yang relevan dengan
retensi cairan (BUN, hematokrit dan
osmolalitas urin), monitor tanda-tanda
vital pasien, monitor indikasi kelebihan
cairan (Edema, distensi vena leher, dan
asites), kaji lokasi dan luasnya edema,
periksa turgor kulit, monitor berat
badan.
Rencana keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah mual
berhubungan dengan uremia adalah
manajeman mual yaitu ajarkan pasien
untuk memonitor pengalaman
mualnya, ajarkan pasien untuk
57
Poltekkes Kemenkes Padang
mengatur mualnya, lakukan
pengkajian lengkap terkait mual,
meliputi frekuensi, durasi, dan
faktor presipitasi, evaluasi
pengalaman - pengalaman mual
pasien sebelumnya, identifikasi
faktor- faktor yang menyebabkan
mual, ajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi, seperti relaksasi,
untuk mengatur mual yang dirasakan
oleh pasien, anjurkan pola makan
dengan porsi sedikit makanan yang
menarik bagi pasien, serta tingkatkan
istirahat dan tidur yang cuku untuk
memfasilitasi pengurangan mual.
Masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dengan
penyebab intake nutrisi tidak
adekuat. Diharapakan ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi dengan criteria
hasil status nutrisi ,asupan gizi dalam
rentang normal, asupan makanan dalam
rengtang normal, rasio berat
badan/tinggi badan dalam rentang
normal. Rencana yang akan dilakukan
yaitu dengan manajemen nutrisi:
tentukan status gizi pasien dan
kemampuan pasien untuk memenuhi
mempelajari strategi - strategi untuk
mengatur mualnya, lakukan
pengkajian lengkap terkait mual,
meliputi frekuensi, durasi, dan
faktor presipitasi, evaluasi
pengalaman - pengalaman mual
pasien sebelumnya, identifikasi
faktor- faktor yang menyebabkan
mual, ajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi, seperti relaksasi,
untuk mengatur mual yang dirasakan
oleh pasien, anjurkan pola makan
dengan porsi sedikit makanan yang
menarik bagi pasien, serta tingkatkan
istirahat dan tidur yang cuku untuk
memfasilitasi pengurangan mual.
Masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dengan
penyebab intake nutrisi tidak
adekuat diharapakan ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi dengan criteria
hasil status nutrisi ,asupan gizi dalam
rentang normal, asupan makanan dalam
rengtang normal, rasio berat
badan/tinggi badan dalam rentang
normal.Rencana yang akan dilakukan
yaitu dengan manajemen
nutrisi:tentukan status gizi pasien dan
58
Poltekkes Kemenkes Padang
kebutuhan gizi, identifikasi adanya
alergi. instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (diet), kolaborasi
dengan ahli gizi tentang diet yang
dibutuhkan, ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat mengkonsumsi
makan (misalnya : bersih, santai, dan
bebas dari bau yang menyegat),
lakukan dan bantu pasien terkait
perawatan mulut sebelum makan,
monitor kalori dan asupan makanan,
monitor kecendrungan penurunan berat
badan.
Masalah keperawatan nyeri
berhubungan dengan agen cidera
fisiologis tujuannya diharapkan tingkat
Nyeri berkurang dengan kriteria hasil,
tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak
ada ekspresi nyeri wajah, tidak ada
mengerinyit, frekuensi nafas normal,
tekanan darah normal, denyut nadi
radial normal. Rencana keperawatan
yang dilakukan yaitu manajemen nyeri :
melakukan pengkajian nyeri secara
komperhensiftermasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan factor presipitasi nyeri,
mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamananyang ditimbulkan
oleh nyeri. Menggunakan teknik
kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi, identifikasi adanya
alergi. instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (diet), kolaborasi
dengan ahli gizi tentang diet yang
dibutuhkan, ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat mengkonsumsi
makan (misalnya : bersih, santai, dan
bebas dari bau yang menyegat),
lakukan dan bantu pasien terkait
perawatan mulut sebelum makan,
monitor kalori dan asupan makanan,
monitor kecendrungan penurunan berat
badan.
Masalah keperawatan nyeri
berhubungan dengan agen cidera
fisiologis diharapkan tingkat nyeri
berkurang dengan kriteria hasil, tidak
ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada
ekspresi nyeri wajah, tidak ada
mengerinyit, frekuensi nafas normal,
tekanan darah normal, denyut nadi
radial normal. Rencana keperawatan
yang dilakukan yaitu manajemen nyeri
: melakukan pengkajian nyeri secara
komperhensiftermasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan factor presipitasi nyeri,
mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamananyang ditimbulkan
59
Poltekkes Kemenkes Padang
komunikasi terapeutikuntuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien,
mengajarkan teknik nonfarmakologi,
dan melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik.
Masalah keperawatan intoleransi
aktivitas berhubungan dengan
ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen diharapkan
pasien menunjukkan toleransi terhadap
aktifitas dengan criteria hasil frekuensi
pernafasan ketika beraktivitas tidak
tergannggu, tekanan darah sitolik ketika
beraktivitas tidak terganggu, tekanan
darah diastolik ketika beraktivitas tidak
terganggu rencana keperawatan yang
dilakukan yaitu manajemen energi
:anjurkan pasien mengungkapkan
perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami, monitor
intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
sumber energy yang adekuat, monitor
lokasi dan sumber ketidak
nyamanan/nyeri yang dialami pasien
selama aktivitas, bantu pasien
identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas
yang akan dilakukan, bantu pasien
dalam aktivitas sehari-hari yang terartut
sesuai kebutuhan (berpindah, bergerak,
dan perawatan diri). terapi aktivitas
oleh nyeri. Menggunakan teknik
komunikasi terapeutikuntuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien,
mengajarkan teknik nonfarmakologi,
dan melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik.
Masalah keperawatan Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan
ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen diharapkan
pasien menunjukkan toleransi terhadap
aktifitas dengan criteria hasil frekuensi
pernafasan ketika beraktivitas tidak
tergannggu, tekanan darah sitolik ketika
beraktivitas tidak terganggu, tekanan
darah diastolik ketika beraktivitas tidak
terganggu Rencana keperawatan yang
dilakukan yaitu manajemen energi
:anjurkan pasien mengungkapkan
perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami, monitor
intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
sumber energy yang adekuat, monitor
lokasi dan sumber ketidak
nyamanan/nyeri yang dialami pasien
selama aktivitas, bantu pasien
identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas
yang akan dilakukan, bantu pasien
dalam aktivitas sehari-hari yang terartut
sesuai kebutuhan (berpindah, bergerak,
60
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing
partisipan. Pada partisispan I dimulai tanggal 18 Mei 2017 sampai
dengan 22 Mei 2017, partisipan II dimulai tanggal 19 Mei 2017
sampai dengan 23 Mei 2017. Implementasi yang dilakukan
disesuaikan dengan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat.
Berikut adalah implementasi yang dilakukan.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Implementasi yang telah dilakukan
pada diagnosis keperawatan pada
masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan uremia
yaitu memonitar tanda-tanda vital,
memonitor frekuensi pernafasanm,
memposisikan tinggi kepala tempat
tidur 30 derajat atau lebih,
menganjurkan kepada klien untuk
Implementasi yang telah dilakukan
pada diagnosis keperawatan risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan
uremia yaitu memonitar tanda-
tanda vital, memonitor frekuensi
pernafasanm, memposisikan tinggi
kepala tempat tidur 30 derajat atau
lebih, menganjurkan kepada klien
untuk membatasi cairan,
:bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang diinginkan, anjurkan
keluarga untuk terlibat dalam aktivitas,
dengan cara yang tepat, bantu pasien
untuk meningkatkan motivasi diri dan
penguatan, ciptakan lingkungan yang
aman untuk dapat melakukan
pergerakan.
dan perawatan diri). Terapi aktivitas
:bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang diinginkan, anjurkan
keluarga untuk terlibat dalam aktivitas,
dengan cara yang tepat, bantu pasien
untuk meningkatkan motivasi diri dan
penguatan, ciptakan lingkungan yang
aman untuk dapat melakukan
pergerakan.
61
Poltekkes Kemenkes Padang
membatasi cairan, memberikan
diuretik osmotic. monitor neurologi
dengan memanpantau ukuran pupil
memonitor tingkat kesadaran,
memonitor tingkat orientasi.
Untuk masalah resiko cidera
berhubungan dengan uremia
adalah implementasi yang yang
sudah dilakukan yaitu manajemen
edema serebral, memonitor vital
sign, menganjurkan kepada klien
untuk membatasi cairan, memonitor
ukuran pupil. manajemen energy :
momenitor intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui sumber energi
yang adekuat. Pencegahan jatuh:
mengidentifikasi kekurangan baik
kognitif atau fisik dari pasien,
mengidentifikasi karakteristik dari
lingkungan, mengkaji ulang riwayat
jatuh, memonitor kemampuan
berpindah, gunakan tempat tidur
yang dapat membatasi gerakan.
Untuk masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke
jaringan tindakan yang sudah
dilakukan antara lain yaitu
memberikan diuretik osmotic.
monitor neurologi dengan
memanpantau ukuran pupil
memonitor tingkat kesadaran,
memonitor tingkat orientasi. .
Untuk masalah resiko cidera
berhubungan dengan uremia
adalah implementasi yang yang
sudah dilakukan yaitu manajemen
edema serebral, memonitor vital
sign, menganjurkan kepada klien
untuk membatasi cairan,
memonitor ukuran pupil.
manajemen energy : memonitor
intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang
adekuat. Pencegahan jatuh:
mengidentifikasi kekurangan baik
kognitif atau fisik dari pasien,
mengidentifikasi karakteristik dari
lingkungan, mengkaji ulang
riwayat jatuh, memonitor
kemampuan berpindah, gunakan
tempat tidur yang dapat membatasi
gerakan.
Untuk masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke
62
Poltekkes Kemenkes Padang
memonitor vital sign klien,
mengkaji tanda – tanda dehidrasi
seperti bibir kering dan pecah –
pecah, capillary refill time, nadi,
dan mengkaji pengeluran urin
output, serta memberikan terapi
oksigen dan melakukan transfusi
terhadap klien.
Implementasi yang telah dilakukan
pada diagnosis keperawatan
ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi yaitu memonitor
pola nafas klien, mengauskultasi
suara nafas, mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
dengan posisi semi fowler, serta
memberikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan dan memonitor aliran
oksigen.
Tindakan keperawatan yang
dilakukan pada masalah kelebihan
volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme
regulasiantara lain menghitung
jumlah makanan yang dikonsumsi
pasien, menghitung jumlah minum,
menghitung jumlah cairan infuse,
menganjurkan pasien membatasi
jaringan antara lain yaitu
memonitor vital sign klien,
mengkaji tanda – tanda dehidrasi
seperti bibir kering dan pecah –
pecah, capillary refill time, nadi,
dan mengkaji pengeluran urin
output, serta memberikan terapi
oksigen dan melakukan transfusi
terhadap klien.
Tindakan keperawatan yang
dilakukan pada masalah
ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi yaitu memonitor
pola nafas klien, auskultasi suara
nafas, mengatur posisi pasien untuk
memaksimalkan ventilasi dengan
posisi semi fowler, serta
memberikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan dan memonitor aliran
oksigen klien.
Tindakan keperawatan yang
dilakukan pada masalah kelebihan
volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme
regulasi antara lain menghitung
jumlah makanan yang dikonsumsi
pasien, menghitung jumlah minum,
menghitung jumlah cairan infuse,
63
Poltekkes Kemenkes Padang
asupan cairan, mengkaji indikasi
kelebihan volume cairan seperti
edema, asites, memantau hasil
laboratorium, menghitung jumlah
urine, menghitung jumlah buang air
besar, mengukur tanda-tanda vital
dan melakukan balance cairan.
Serta mendampingi klien dalam
proses dialysis.
Tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan pada masalah nyeri
berhubungan dengan agen
cedera fisiologis adalah melakukan
pengkajian ulang nyeri secara
komperhensif, menggunakan teknik
komunikasi terapeutik dalam
membina hubungan baik dengan
pasien, memberikan lingkungan
yang nyaman pada pasien,
mengajarkan teknik
nonfarmakologi (teknik relaksasi
napas dalam).
Implementasi keperawatan yang
sudah dilakukan untuk diagnosis
mual berhubungan dengan
uremia adalah mengkaji mual
terkait mual, meliputi frekuensi,
durasi, dan faktor presipitasi,
evaluasi pengalaman - pengalaman
mual pasien sebelumnya,
menganjurkan pasien membatasi
asupan cairan, mengkaji indikasi
kelebihan volume cairan seperti
edema, asites, memantau hasil
laboratorium, menghitung jumlah
urine, menghitung jumlah buang air
besar, mengukur tanda-tanda vital
dan melakukan balance cairan.
Serta mendampingi klien dalam
proses dialysis.
Tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan pada masalah nyeri
berhubungan dengan agen
cedera fisiologis adalah melakukan
pengkajian ulang nyeri secara
komperhensif, menggunakan tekni
kkomunikasi terapeutik dalam
membina hubungan baik dengan
pasien, memberikan lingkungan
yang nyaman pada pasien,
mengajarkan teknik
nonfarmakologi (teknik relaksasi
napas dalam).
Implementasi tindakan
keperawatan untuk diagnosis mual
berhubungan dengan uremia
adalah mengkaji mual terkait
mual, meliputi frekuensi, durasi,
dan faktor presipitasi, evaluasi
64
Poltekkes Kemenkes Padang
mengidentifikasi faktor- faktor
yang menyebabkan mual,
mengajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi, seperti relaksasi,
untuk mengatur mual yang
dirasakan oleh pasien,
menganjurkan pola makan dengan
porsi sedikit makanan yang
menarik bagi pasien, serta
menganjurkan untuk meningkatkan
istirahat dan tidur yang cukup
untuk memfasilitasi pengurangan
mual.
Untuk diagnosis
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat yaitu
menentukan status gizi pasien dan
kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi,
mengidentifikasi adanya alerg,
menginstruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (diet), kolaborasi
dengan ahli gizi tentang diet yang
dibutuhkan, memonitor Hb, Ht,
trombosit dan leukosit.
Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada masalah
pengalaman - pengalaman mual
pasien sebelumnya,
mengidentifikasi faktor- faktor
yang menyebabkan mual,
mengajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi, seperti relaksasi,
untuk mengatur mual yang
dirasakan oleh pasien,
menganjurkan pola makan dengan
porsi sedikit makanan yang
menarik bagi pasien, serta
menganjurkan untuk meningkatkan
istirahat dan tidur yang cukup
untuk memfasilitasi pengurangan
mual.
Untuk masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat yaitu
menentukan status gizi pasien dan
kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi,
mengidentifikasi adanya alergi,
menginstruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (diet),
berkolaborasi dengan ahli gizi
tentang diet yang dibutuhkan,
memonitor Hb, Ht, trombosit dan
leukosit.
65
Poltekkes Kemenkes Padang
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidak
seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen adalah
menanyakan aktifitas yang mampu
dilakukan pasien (pasien mampu
merubah posisi ditempat tidur),
menanyakan kepada pasien
penyebab dari kekurangan dalam
beraktivitas (pasien kurang mampu
beraktivitas karena kelemahan dan
sesak nafas), memantau makanan
yang dihabiskan pasien,
menganjurkan pasien untuk
membatasi aktivitas jika masih
lemah dan sesak nafas,
menganjurkan kepada keluarga
untuk selalu menemani pasien dan
membantu pasien dalam melakukan
aktivitas yang tidak bisa dilakukan
pasien secara mandiri.
Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada masalah
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidak
seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen adalah
menanyakan aktifitas yang mampu
dilakukan pasien (pasien mampu
merubah posisi ditempat tidur),
menanyakan kepada pasien
penyebab dari kekurangan dalam
beraktivitas (pasien kurang mampu
beraktivitas karena kelemahan dan
sesak nafas), memantau makanan
yang dihabiskan pasien,
menganjurkan pasien untuk
membatasi aktivitas jika masih
lemah dan sesak nafas,
menganjurkan kepada keluarga
untuk selalu menemani pasien dan
membantu pasien dalam melakukan
aktivitas yang tidak bisa dilakukan
pasien secara mandiri.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari untuk masing-masing
patisipan. Evaluasi menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan teradap
klien. Berikut adalah hasil evaluasi yang dilakukan pada kedua
partisipan.
66
Poltekkes Kemenkes Padang
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan koagulopati
(uremia) pada hari kelima dapat
teratasi sebagian, karena tidak ada
tanda – tanda terjadinya penurunan
kesadaran, serta terjadinya
peningkatan hemoglobin dari 5,0
g/dl menjadi 6,2 g/dl, TD 160/90
mmHg, pernafasan 22 x/menit.
Untuk masalah risiko cidera
berhubungan dengan profil
darah yang abnormal (uremia)
Pada hari ke lima teratasi sebagian
ditandai dengan peningkatan
hemoglobin dari 5,0 g/dl menjadi
6,2 g/dl, TD 160/90 mmHg,
pernafasan 22x/menit.
Ketidakefektifan perfusi jaringan
periferberhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke
jaringan pada hari
kelimadidapatkan akralhangat nadi
tidak lambat dan CRT <3 detik,
pada pemeriksaan hematologi
Evaluasi keperwatan terhadap
masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan koagulopati
(uremia) pada hari kelima dapat
teratasi sebagian, karena tidak ada
tanda – tanda terjadinya penurunan
kesadaran, serta terjadinya
peningkatan hemoglobin dari 3,2
g/dl menjadi 4,6 g/dl, TD 150/90
mmHg, pernafasan 24 x/menit.
Untuk masalah risiko cidera
berhubungan dengan profil
darah yang abnormal (uremia)
Pada hari ke lima teratasi sebagian
ditandai dengan peningkatan
hemoglobin dari 3,2 g/dl menjadi
4,6 g/dl, TD 150/90 mmHg,
pernafasan 22 x/menit.
Ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan
dengan suplai oksigen ke jaringan
pada hari kelima yaitu teratasi
sebagian dibuktikan dengan akral
hangat nadi tidak lambat dan CRT
<3 detik denjgan hemoglobin 4,6
67
Poltekkes Kemenkes Padang
hemoglobin didaptakan peningkatan
hemoglobin yaitu dari 5,0 g/dl
menjadi 6,2 g/dl. Untuk evalusai
pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah : 160/90
mmHg, nadi : 83 x/menit,
pernafasan 22 x/menit.
Hasil evaluasi pada masalah
ketidakefetifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi pada hari kelima
yang didapatkan yaitu klien
mengatakan sesak sudah berkurang,
dan masih menggunakan slang
oksigen. Saat dilakukan
pemeriksaan pernafasan klien 22
x/permenit, tidak ada penggunaan
otot bantu pernafasan.
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah kesehatan kelebihan
volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme
regulasi belum teratasi, klien
megatakan badannya masi bengkak,
dan pitting edema derajat IV.
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah Nyeri berhubungan
dengan cidera fisiologis nyeri
sudah berkurang, nyeri muncul
g/dl. Untuk evalusai pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan
tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi
: 79 x/menit.
Evaluasi pada masalah ketidak
efetifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi pada hari
kelima masih belum dapat teratasi
sepenuhnya. klien mengatakan
nafas masih sesak ketika
beraktivitas, pernafasan 24 kali
permenit terpasang selang oksigen
binasal canule 4l/i.
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah kesehatan kelebihan
volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme
regulasi belum teratasi, klien
megatakan badannya masi bengkak,
dan pitting edema derajat III hasil
pemeriksaan labor pada tanggal 23
Mei 2017 didapatkan ureum darah
367 mg/dl, kreatinin darah 13,1
mg/dl.
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah Nyeri berhubungan
dengan cidera fisiologis teratasi
sebagian, nyeri sudah berkurang,
68
Poltekkes Kemenkes Padang
sesekali skala nyaeri 3 sampai 4
dengan sdurasi 3 detik.
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah mual berhubungan
dengan uremia pada hari kelima
teratasi sebagian karena klien
mampu menghabiskan ½ porsi diit
yang diberikan.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat pada hari ke
lima didapatkan klien mampu
menghabiskan setengah porsi dari
diit yang diberikan, dari hasil
pemeriksaan hematologi didapatkan
peningkatan hemoglobin pada Tn.
K dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl.
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen didapatkan
hasil badan klien masih terasa lemas
jika banyak beraktivitas, semua
aktivitas klien masih dibantu oleh
keluarga, pergerakan klien masih
lambat, konjungtiva masih anemis.
nyeri muncul sesekali skala nyaeri 3
sampai 4 dengan durasi 3 detik.
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah mual berhubungan
dengan uremia pada hari kelima
belum teratasi karena klien masih
mengeluh mual dan hanya mampu
menghabiskan ¼ porsi diit yang
diberikan.
Evaluasi pada masalah
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuatpada hari
yang ke lima di dapat bahwa klien
masih mengalami mual, dan klien
hanya menghabiskan ¼ porsi yang
diberika, klien masih tampak lemas.
Evaluasi keperawatan terhadap
masalah intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen masih belum
teratasi, karena klien mengatakan
badan masih terasa lemah dan cepat
lelah dan aktivitas masi tampak
dibantu keluarga. Pada hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital
69
Poltekkes Kemenkes Padang
Pada hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan tekanan darah :
160/90 mmHg, nadi : 83 x/menit,
pernafasan 22 x/menit. sedangkan
pada pemeriksaan hematologi
hemoglobin didaptakan peningkatan
hemoglobin dari 5,0 g/dl menjadi
6,2 g/dl.
didapatkan tekanan darah : 150/90
mmHg, nadi : 79 x/menit,
pernafasan 24 x/menit, sedangkan
pada pemeriksaan hematologi
hemoglobin didapatkan peningkatan
hemoglobin dari 3,2 g/dl menjadi
4,6 g/dl.
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan
antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada Tn. K
(Partisipan I) dan Tn.D (Partisipan II) dengan penyakit Chronic Kidney
Desease (CKD) yang telah dilakukan sejak tanggal 18 Mei sampai dengan
23 Mei 2017 di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP DR. M. Djamil Padang.
Dimana pembahasan ini sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang
dimulai pada tahap pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan,
menyusun rencana keperawatan, melakukan implementasi keperawatan,
hingga proses evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Tn.K berumur 41 tahun pekerjaan sebagai petani dengan tingkat
pendidikan SD, dan Tn.D 40 tahun pekerjaan sehari – hari sebagai
pedagang dengan tingkat pendidikan SMA. Kedua partisipan sama –
sama berjenis kelamin laki – laki. Hal ini sesuai dengan catatan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, bahwa angka kejadian CKD pada pada
laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), selain itu pada
orang yang tidak bersekolah sebanyak (0,4%) dan bagi mereka yang
pekerjaan wiraswasta, petani, nelayan, buruh (0,3%) yang menderita
CKD. Dari tingkat usia menurut laporan tahunan dari Yayasan Ginjal
Diatrans Indonesia (YGDI) pada tahun 2006, bahwa jumlah penderita
penyakit CKD di Indonesia sebanyak 150 ribu pasien. Dari jumlah
70
Poltekkes Kemenkes Padang
total pasien tersebut 21% berusia 15-34 tahun, 49% berusia 35-55
tahun, dan 30% berusia diatas 56 tahun.
Kasus Tn. D dan Tn. K dengan keluhan edema pada ekremitas, urine
sedikit, badan terasa lelah dan nafas sesak merupakan keluhan utama
pada pasien CKD yang dirasakan sebelum dibawa kerumah sakit.
Keluhan tersebut sesuai dengan teori Muttaqin dan Sari (2011) bahwa
pada pasien CKD biasanya didapatkan keluhanyang bervariasi, mulai
dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (amonia), dan gatal pada
kulit. Menurut Smeltzer & Bare (2015), ginjal tidak mampu untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada
penyakit ginjal tahap akhir. Sehingga terjadi penahanan cairan dan
natrium, sehingga beresiko terjadinya edema.
Pada kasus Tn. K sebelum masuk rumah sakit, Tn. K sempat
mengalami kejang. Menurut analisa peneliti, tanda dan gejala kejang
yang dialami oleh Tn.K merupakan dampak yang ditimbulkan akibat
peningkatan uremia yang menyerang sistem saraf. Menurut Wilson
dalam Loho, Rambert dan Wowor (2016), uremia adalah suatu
sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ akibat
penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal, dimana terjadi retensi
sisa pembuangan metabolisme protein yang ditandai oleh homeostasis
cairan yang abnormal dan elektrolit dengan kekacauan metabolic dan
endokrin.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sirait dan Sari (2017), yang
mengatakan bahwa Ensefalopati Uremikum pada pasien CKD
merupakan salah satu kelainan otak organik yang terjadi pada pasien
dengan gagal ginjal akut maupun kronik. Enselopati uremikum
merupakan suatu kondisi disfungsi otak yang global yang
71
Poltekkes Kemenkes Padang
menyebabkan terjadi perubahan kesadaran, perubahan tingkah laku
dan kejang yang disebabkan oleh kelainan pada otak maupun diluar
otak.
Saat dilakukan pengkajian, kedua partisipan mengatakan badan terasa
lemas, dan nafas terasa sesak jika banyak beraktifitas. Tn.D juga
mengalami keluhan BAB hitam sejak 1 minggu yang lalu serta
perasaan mual yang sering muncul. Hasil pengkajian ini sesuai dengan
teori menurut Smeltzer & Bare (2015), yaitu anoreksia, mual, muntah
dan perdarahan pada saluran cerna merupakan salah satu tanda dan
gejala yang terjadi pada gastroinstetinal terhadap perubahan fisiologis
yang dipengaruhi oleh kondisi uremia dalam darah pada pasien CKD.
Menurut Pardede (2012), Perdarahan saluran cerna merupakan salah
satu komplikasi pada penyakit CKD yang sering ditemukan.
Patogenesis perdarahan saluran cerna pada penyakit CKD belum jelas,
diduga faktor yang berperan terhadap perdarahan saluran cerna pada
pasien CKD antara lain karena efek uremia terhadap mukosa saluran
cerna, disfungsi trombosit akibat uremia, serta heparinisasi saat
dialisis.
Pada riwayat kesehatan dahulu, kedua partisipan sama – sama
memiliki riwayat hipertensi yang tidak dikontrol. Tn.D diketahui
memiliki riwayat hipertensi semenjak 5 bulan yang lalu dan Tn. K
semenjak 1 tahun yang lalu. Berdasarkan hasil pengkajian, kedua
partisipan sama-sama suka mengkonsumsi makanan bersantan dan
berminyak yang dapat menjadi salah satu faktor munculnya riwayat
hipertensi. Dari hail pengkajian didapatkan hasil tekanan darah Tn. D
yaitu 170/90 mmHg, Tn. K 190/100 mmHg. Kedua partisipan
sebelumnya juga sama – sama pernah dirawat dengan diagnosis CKD.
Hasil pengkajian tersebut sesuai dengan teori Prince dan Wilson
(2012) bahwa salah satu faktor penyebab penyakit CKD yaitu yang
72
Poltekkes Kemenkes Padang
mempunyai penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi.
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), hipertensi akan memperburuk
kondisi gagal ginjal karena terjadi peningkatan filtrasi protein-protein
plasma. Secara progresif fungsi ginjal menurun drastis. Menurut
Smeltzer dan Bare (2015), pasien CKD selalu mengalami tekanan
darah tinggi akibat meningkatnya produksi renin yang berfungsi
sebagai mengatur tekanan darah sehingga memacu produksi
angiostensin kemudian aldosteron (hormon yang dihasilkan kelenjar
adrenal) yangmenyebabkan peningkatan tekanan darah.
Menurut analisa peneliti, faktor resiko yang menjadi pemicu penyakit
CKD terhadap kedua partisipan tersebut adalah riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Tjekyan
(2014), bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat
hipertensi dan CKD. Dari hasil analisis didapat responden yang
mempunyai riwayat hipertensi 3 kali lebih berisiko menderita penyakit
ginjal kronik dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat
hipertensi. Selain riwayat hipertensi, kedua partisipan juga memiliki
riwayat pernah dirawat karena CKD. Partisipan I pernah dirawat di
RSUP M Djamil padang pada bulan April untuk pemasangan CDL.
Partisipan II pernah dirawat pada bulan januari, dengan keluhan BAK
sedikit, dan kedua pada bulan Maret untuk pemasangan CDL.
Perubahan pola eliminasi BAK sedikit yang dialamai oleh Tn. D dan
Tn.K selama sakit merupakan salah satu keluhan yang sering dialami
oleh pasien CKD. Pasien mengalami oliguri disebabkan oleh
kegagalan ginjal untuk melakukan fungsi ekskresi yaitu gangguan
pengeluaran cairan, sehingga cairan akan menyebar ke semua organ
dan jaringan yang ada dalam tubuh (Muttaqin dan Sari, 2011).
Hasil dari pemeriksaan labolatorium pada Tn. D adalah hemoglobin
3,2 g/dl (14-16 g/dl), ureum darah 345mg/dl (10 – 50 mg/dl), kreatinin
73
Poltekkes Kemenkes Padang
darah 11,5 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl), sedangkan Tn. K hemoglobin 5,0
g/dl (14-16 g/dl), ureum darah 151 mg/dl (10 – 50 mg/dl), kreatinin
darah 9,7 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl). Pada kedua kasus, Tn. D dan Tn. K
mengalami anemia. Menurut Smeltzer dan Bare (2015), Anemia
merupakan salah satu komplikasi yang muncul pada pasien CKD.
Anemia terjadi akibat penurunan sekresi eritropoetin, eritropoetin
merupakan faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah
oleh sumsum tulang. Penurunan sekresi eritropoetin menyebabkan
produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia, sehingga
peningkatan oksigen oleh hemoglobin berkurang maka tubuh akan
mengalami keletihan, angina dan sesak napas.
Selain itu, hasil labor kedua klien juga menunjukkan terjadinya
peningkatan pada ureum dan kreatinin. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Suryan, Arjani, dan Sudarmanto (2016) di RSUD sanjiwani
Gianyar, bahwa dari 30 pasien CKD, seluruhnya (100%) memiliki
kadar ureum dan kreatinin serum yang tinggi yaitu dengan rata-rata
kadar ureum 130,4 mg/dl dan kreatinin 10,6 mg/dl. Hasil tersebut
sesuai dengan teori Muttaqin dan Sari (2011) bahwa pada pasien CKD
kadar ureum dan kreatinin dalam darah meningkat akibat penurunan
fungsi glomelurus dan tubulus yang menimbulkan kerusakan pada
nefron sehingga mengakibatkan kadar ureum dan kreatinin meningkat.
Berdasarkan hasil pengkajian yang ditemukan peneliti dalam
melakukan pengkajian sudah sesuai dengan apa yang sudah dikaji,
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
74
Poltekkes Kemenkes Padang
mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien
yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto dan Wartonah, 2011)
Berdasarkan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan labolatorium
yang dilakukan pada kedua partisipan, ditemukan sembilan masalah
keperawatan yang sama dari masing – masing partisipan, yaitu risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
koagulopati (uremia), risiko cidera berhubungan dengan profil darah
yang abnormal (uremia), ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi, mual berhubungan dengan uremia, nyeri berhubungan dengan
agen cedera fisiologis, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat dan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen sesuai dengan diagnosis yang mungkin
muncul pada pasien CKD menurut NANDA internasional 2015-2017.
Beberapa diagnosis yang muncul pada kasus tersebut sesuai dengan
hasil penelitian Riska Yunitasari pada tahun 2016 di ruang melati
RSUD Batang Kabupaten Batang bahwa diagnosis yang muncul
adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
haluaran urine, retensi cairan dan natrium. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan penurunan hemoglobin, keletihan kelemahan
fisik. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uretra.
Berdasarkan diagnosis yang ada di teori peneliti menemukan
kesenjangan, bahwa tidak semua diagnosis yang ada dalam teori
muncul dalam kasus penelitian yang dialami oleh klien. Diagnosis
yang tidak muncul pada pasien adalah yang risiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan respons integumen ureum pada jaringan
75
Poltekkes Kemenkes Padang
kulit, kulit kering dan pecah, berlilin,memar. Diagnosis kedua adalah
defisit pengetahuan berhubungan dengan intake pasien yang
mengalami (CKD). Diagnosis yang ketiga adalah risiko infeksi
berhubungan dengan tindakan invasiv berulang.
Diagnosis diatas tidak muncul pada pasien karena tidak ditemukan
data yang memungkinkan untuk mengakkan diagnosis tersebut.
Diagnosis keperawatan merupakan respon pasien terhadapperubahan
patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul akibat dari
proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu perubahan
yang berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan hasil peneliti
dapat terjadi.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah pasien. Kegiatan perencanaan ini
meliputi memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil
serta tindakan (Alimul,2009).
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri
dari Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classifications (NOC).
Pada masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan uremia diharapkan status neurologi baik dengan
criteria hasil kesadaran tidak terganggu, pola istirahat dan tidur tidak
terganggu, pola pernafasan tidak terganggu, orientasi kognitif tidak
terganggu dengan rencana keperawatan yang dilakukan yaitu dengan
manajemen edema serebral seperti monitar tanda-tanda vital, monitor
status pernafasan : frekuensi, irama kedalaman pernapasan, PaO2,
76
Poltekkes Kemenkes Padang
PCO2, PH, bikarbonat, posisikan tinggi kepala tempat tidur 30 derajat
atau lebih, batasi cairan, berikan diuretik osmotic. monitor neurologi
dengan pantau ukuran pupil memonitor tingkat kesadaran, memonitor
tingkat orientasi.
Untu masalah risiko cidera berhubungan dengan uremia rencana
keperawatan yang dilakukan yaitu manajemen edema serebral,
manajemen energi. Pencegahan jatuh: identifikasi kekurangan baik
kognitif atau fisik dari pasien, identifikasi karakteristik dari
lingkungan, kaji ulang riwayat jatuh, monitor kemampuan berpindah,
sediakan pencahayaan yang cukup, sediakan pengawasan yang ketat,
gunakan tempat tidur yang dapat membatasi gerakan.
Rencana yang dilakukan dengan masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke
jaringan diharapakan perfusi jaringan perifer kembali efektif dengan
kriteria hasil suhu kulit ujung kaki dan tangan dalam kisaran normal
tekanan darah sistolik dalam rentang normal, tekanan darah diastolik
dalam kisaran normal, tidak ada muka pucat ,tidak ada kelemahan otot.
Rencana tersebut berupa manajemen hipovelemi : monitor adanya
tanda-tanda dehidrasi (misalnya, turgor kulit buruk, capillary refill
terlambat, nadi lemah, sangat haus, membran mukosa kering, dan
penurunan urin outputmonitor adanya sumber-sumber kehilangan
cairan (misalnya, perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan,
dan takpnea) posisikan untuk perfusi perifer. Monitor vital sign :
monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan, catat adanya
fluktuasi tekanan darah, monitor kualitas nadi, monitor pola
pernapasan yang abnormal, monitor suhu, warna, dan kelembapan
kulit.
Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan dengan
masalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilas
77
Poltekkes Kemenkes Padang
diharapkan pernafasan pasien kembali efektif dengan kriteria hasil
tidak ada deviasi frekuensi pernafasan, irama pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada
peningkatan frekuensi pernafasan, dan tidak ada nyeri kepala. Rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan adalah manajemen jalan nafas :
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, auskultasi suara
nafas, catat adanya suara nafas tambahan, monitoring pernafasan yaitu
monitor pola nafas (bradipneu, takiepneu, hiperventilasi, kusmaul),
monitoring vital sign : monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan. Terapi oksigen : pertahankan jalan nafas yang paten, atur
peralatan oksigenisasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi
pasien, observasi adanyan tanda – tanda hipoventilasi.
Pada masalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas
normal, keseimbangan intake dan output, kestabilan berat badan, tidak
ada edema perifer, elektrolit serum dalam batas normal, berat jenis urin
tidak terganggu. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
manajemen elektrolit/ cairan yaitu pantau kadar serum elektrolit,
anjurkan klien batasi cairan, berikan resep diet yang tepat untuk cairan
tertentu atau pada ketidak seimbangan elektrolit, berikan antipiretik
yang sesuai, monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
cairan (BUN, hematokrit dan osmolalitas urin), monitor tanda-tanda
vital pasien, monitor indikasi kelebihan cairan (Edema, distensi vena
leher, dan asites), kaji lokasi dan luasnya edema, periksa turgor kulit,
monitor berat badan.
Untuk mengatasi masalah nyeri berhubungan dengan agen cidera
fisiologis tujuan yang diharapkan yaitu tingkat nyeri berkurang dengan
kriteria hasil, tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada ekspresi nyeri
wajah, tidak ada mengerinyit, frekuensi nafas normal, tekanan darah
78
Poltekkes Kemenkes Padang
normal, denyut nadi radial normal. Rencana keperawatan yang
dilakukan yaitu manajemen nyeri : melakukan pengkajian nyeri secara
komperhensiftermasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan factor presipitasi nyeri, mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh nyeri. Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien,
mengajarkan teknik nonfarmakologi, dan melakukan kolaborasi
dengan dokter dalam pemberiananalgetik.
Rencana keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah mual
berhubungan dengan uremia adalah manajeman mual yaitu ajarkan
pasien untuk memonitor pengalaman mualnya, ajarkan pasien untuk
mempelajari strategi - strategi untuk mengatur mualnya, lakukan
pengkajian lengkap terkait mual, meliputi frekuensi, durasi, dan
faktor presipitasi, evaluasi pengalaman - pengalaman mual pasien
sebelumnya, identifikasi faktor- faktor yang menyebabkan mual,
ajarkan teknik-teknik nonfarmakologi, seperti relaksasi, untuk
mengatur mual yang dirasakan oleh pasien, anjurkan pola makan
dengan porsi sedikit makanan yang menarik bagi pasien, serta
tingkatkan istirahat dan tidur yang cuku untuk memfasilitasi
pengurangan mual.
Renacana yang dilakukan pada masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyebab intake
nutrisi tidak adekuat diharapakan ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi dengan criteria hasil status nutrisi,
asupan gizi dalam rentang normal, asupan makanan dalam rengtang
normal, rasio berat badan/tinggi badan dalam rentang normal. Rencana
yang akan dilakukan yaitu dengan manajemen nutrisi:tentukan status
gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
identifikasi adanya alergi, instruksikan pasien mengenai kebutuhan
nutrisi (diet), kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan,
79
Poltekkes Kemenkes Padang
ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (
misalnya : bersih, santai, dan bebas dari bau yang menyegat), lakukan
dan bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan, monitor
kalori dan asupan makanan, monitor kecendrungan penurunan berat
badan.
Menurut analisa peneliti, diit kedua partisipan diberikan diit rendah
protein untuk mencegah terjadinya peningkatan ureum dalam darah.
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), pembatasan protein tidak hanya
mengurangi kadar BUN, tetapi juga mengurangi asupan kalium dan
fosfat, serta mengurangi produksi ion hydrogen yang berasal dari
protein.
Rencana yang dilakukan untuk masalah intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, diharapkan klien toleransi terhadap aktivitasdengan kriteria
hasil frekuensi pernafasan ketika beraktivitas tidak terganggu, tekanan
darah sitolik ketika beraktivitas tidak terganggu, tekanan darah
diastolik ketika beraktivitas tidak terganggu. Rencana keperawatan
yang dilakukan yaitu manajemen energi : Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang
dialami, monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat, monitor lokasi dan sumber ketidak
nyamanan/nyeri yang dialami pasien selama aktivitas, bantu pasien
identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan, bantu
pasien dalam aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai kebutuhan
(berpindah, bergerak, dan perawatan diri). Terapi aktivitas : bantu
pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan, anjurkan
keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat, bantu
pasien untuk meningkatkan motivasi diri dan penguatan, ciptakan
lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan.
80
Poltekkes Kemenkes Padang
Menurut peneliti dalam penyusunan rencana yanga akan dilakukan
pada kedua partsipan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
yang ditemukan dalam penetapan intervensi yang akana dilakukan.
Penyusunan perencanaan yang dibutuhkan oleh pasien dalam upaya
pemulihan derajat kesehatan pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmadi, 2008).
Dalam pelaksanan tindakan keperawatan tidak semua tindakan
dilaksanankan oleh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24
jam penuh. Namun sebagai solusi peneliti mendelegasikan rencana
tindakan tersebut kepada perawat ruangan dan mahasiswa praktek
yang sedang dinas di ruangan tersebut. Untuk melihat tindakan
yang dilakukan perawat ruanganan peneliti melihat dan membaca
buku laporan tindakan yang di tulis oleh perawat yang sedang
dinas.
Secara umum rencana pada masing – masing masalah keperawatan
dapat dilakukan, namun tidak semua masalah teratasi sesuai dengan
criteria yang telah diharapkan. Pada masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan uremia yaitu memonitar
tanda-tanda vital, memonitor frekuensi pernafasanm, memposisikan
tinggi kepala tempat tidur 30 derajat atau lebih, menganjurkan kepada
klien untuk membatasi cairan, memberikan diuretik osmotic. monitor
neurologi dengan memanpantau ukuran pupil memonitor tingkat
kesadaran, memonitor tingkat orientasi.
81
Poltekkes Kemenkes Padang
Pada masalah resiko cidera berhubungan dengan uremia adalah
implementasi yang yang sudah dilakukan yaitu manajemen edema
serebral, memonitor vital sign, menganjurkan kepada klien untuk
membatasi cairan, memonitor ukuran pupil. manajemen energy :
momenitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang
adekuat. Pencegahan jatuh: mengidentifikasi kekurangan baik kognitif
atau fisik dari pasien, mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan,
mengkaji ulang riwayat jatuh, memonitor kemampuan berpindah,
gunakan tempat tidur yang dapat membatasi gerakan.
Pada masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan dapat dilakukan
sepenuhnya, antara lain yaitu dengan memonitor vital sign klien,
mengkaji tanda – tanda dehidrasi seperti bibir kering dan pecah –
pecah, capillary refill time, nadi, dan mengkaji pengeluran urin output,
serta memberikan terapi oksigen, melakukan transfusi terhadap, serta
memberikan asam folat untuk klien. Implementasi yang dilakukan
sesuai dengan rencana dan teori yang dikemukakan oleh Smeltzer dan
Bare (2015), yaitu salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
pencegahan dan komplikasi anemia adalah dengan pemberian hormon
eritropoeitin, pemberian vitamin dan asam folat, besi dan tranfusi
darah.
Pada masalah ketidakefektifan pola nafas implementasi yang sudah
dilakukan padakedua partisipandari 10 intervensi yang sudah
direncanakan, didalam implementasi yang dilkaksanakan hanya 8 yaitu
manajemen jalan nafas yaitu mengatur posisi klien dengan posisi semi
fowler untuk memaksimalkan ventilasi, mengauskultasi suara nafas.
Monitoring pernafasan yaitu memonitor pola nafas, monitoring vital
sign : memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
Memberikan terapi oksigen : mepertahankan jalan nafas yang paten,
82
Poltekkes Kemenkes Padang
memonitor aliran oksigen, mempertahankan posisi pasien,
mengobservasi adanyan tanda – tanda hipoventilasi.
Dalam jurnal Roca,et al (2010) yang berjudul High Flow Oxygen
Therapy in Acute Respiratory Failure menyebutkan bahwa tujuan
terapi ini adalah untuk membandingkan kenyamanan terapi oksigen
aliran tinggi melalui nasal kanul dengan masker wajah pada kegagalan
pernafasan akut. Hasil observasi menunjukkan 95% pasien memiliki
menggunakan terapi oksigen nasal kanul. Pemberian oksigen melalui
nasal kanul dapat menurunkan tingkat pernafasan yang lebih rendah
(Roca, 2010). Hal ini sejalan dengan teori bahwa terapi oksigen
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen di seluruh bagian tubuh.
Memberikan oksigen yang adekuat untuk memaksimalkan bernafas
dan menurunkan kerja nafas. Memberikan oksigen secara kontinu
dengan aliran 1-6 liter per menit dengan konsentrasi 24%-44%, aliran
lebih dari 6 liter per menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat (Harahap
dalam wahyuningtyas, 2012). Oleh sebab itu, peneliti melakukan
implementasi memonitor aliran oksigen agar tidak terjadi komplikasi
lain akibat pemberian oksigen yang tidak sesuai aliran.
Dalam penelitian Riska Yunitasari pada tahun 2016 di ruang melati
RSUD Batang Kabupaten Batang pada masalah kelebihan volume
cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
implementasi yang dilakukan menganjurkan klien membatasi cairan,
berkolaborasi dengan ahli medis untuk pemberian obat furosemid,
menghitung balance cariran serta memonitor tanda-tanda vital pasien.
Implementasi yang peneliti lakukan terghadap kedua partisipan sama
dengan yang dilakukan peneliti di atas seperti menganjurkan klien
membatasi cairan, menghitung balance cairan dengan menghitung
jumlah makanan yang dikonsumsi pasien, menghitung jumlah minum,
83
Poltekkes Kemenkes Padang
menghitung jumlah cairan infuse, menganjurkan pasien membatasi
asupan cairan, memantau hasil laboratorium, menghitung jumlah urine,
menghitung jumlah buang air besar, monitor tanda-tanda vital pasien
dan memeberikan obat furosemid yang bertujuan untuk mengurangi
cairan yang berlebih dalam tubuh. Selain itu peneliti juga mengkaji
luasnya edema, periksa turgor kulit serta mendampingi kedua
partisipan.
Menurut Pranata (2013), tindakan pemantauan edema pada kaki
pasien. Edema adalah akumulasi cairan pada tubuh di luar sel dan di
luar pembuluh darah yang menyebabkan pembengkakan yang dapat
terjadi di mana saja pada tubuh. Biasanya mempengaruhi ekstremitas
seperti kaki, lutut, lengan dan tangan, tetapi juga di sekitar organ lain
seperti edema paru di mana penumpukan cairan mempengaruhi paru -
paru.
Pada masalah nyeri berhubungan dengan agen cedera fisiologis tidak
semua intervensi dilakukan sepenuhnya. Peneliti hanya melakukan
enam dari tujuh intervensi yang sudah direncanakan yaitu melakukan
pengkajian ulang nyeri secara komperhensif, menggunakan teknik
komunikasi terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien, mengajarkan
teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam), mendukung
pasien untuk istirahat yang adekuat untuk menurunkan nyeri dan
memonitor tanda-tanda vital klien.
Implementasi keperawatan yang sudah dilakukan untuk diagnosis mual
berhubungan dengan uremia adalah mengkaji mual terkait mual,
meliputi frekuensi, durasi, dan faktor presipitasi, evaluasi pengalaman
- pengalaman mual pasien sebelumnya, mengidentifikasi faktor- faktor
yang menyebabkan mual mengajarkan teknik-teknik nonfarmakologi,
seperti relaksasi, untuk mengatur mual yang dirasakan oleh pasien,
84
Poltekkes Kemenkes Padang
menganjurkan pola makan dengan porsi sedikit makanan yang menarik
bagi pasien, serta menganjurkan untuk meningkatkan istirahat dan
tidur yang cukup untuk memfasilitasi pengurangan mual.
Untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat,
implementasi yang sudah dilakukan yaitu menentukan status gizi
pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
mengidentifikasi adanya alergi, menginstruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (diit), berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet
yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit dan
klien hanya menghabiskan ¼ porsi untuk partisipan 1, dan diit MC
rendah protein yaitu jus pepaya 3x 300 cc + gula 100 gr untuk
partisipan 2, dan memonitor kecenderungan penurunan, memonitor
Hemoglobin, hematokrit, trombosit dan leukosit, albumin.
Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan
dalam kondisi hangat.
Implementasi yang dilakukan pada kedua partisipan yaitu dengan
diagnosis intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen adalah mendorong
pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya,
mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat dengan
memantau klien dalam menghabiskan diitnya,memonitor lokasi dan
sumber ketidak nyamanan/nyeri yang dialami pasien selama
beraktivitas, membantu pasien mengidentifikasi aktivitas-aktivitas
yang akan dilakukan, membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
yang teratur sesuai kebutuhan,menganjurkan keluarga untuk terlibat
dalam aktivitas, bantu pasien untuk meningkatkan motivasi diri dan
penguatan, ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan
pergerakan.
85
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.
Pada penelitian ini peneliti melakukan evaluasi dari tindakan yang
dilakukan selama lima hari. Pada partisipan I dilakukan implementasi
dan evaluasi dimulai pada tanggal 18 Mei 2017 – 22 Mei 2017 dan
partisipan II pada tanggal 19 Mei 2017 – 23 Mei 2017. Dalam
melakukan evaluasi, adapun faktor pendukung adalah kerjasama yang
baik antara peneliti dengan perawat ruangan, peneliti tidak
menemukan adanya faktor penghambat, ini dikarenakan adanya
kerjasama yang baik antara peneliti dengan perawatan ruangan.
Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama lima
hari terhadap kedua partisipan yaitu partisipan I pada tanggal 22 Mei
2017 dan partisipan II pada tanggal 23 Mei 2017 dengan masalah
risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
koagulopati (uremia) pada hari kelima dapat teratasi sebagian, karena
tidak ada tanda – tanda terjadinya penurunan kesadaran, serta
terjadinya peningkatan hemoglobin terhadap masing – masing
partispan, yaitu partisipan I dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl, dan
partisipan II dari 3,2 g/dl menjadi 4,6 g/dl.
Evalusai untuk masalah risiko cidera berhubungan dengan profil darah
yang abnormal (uremia) pada hari ke lima terhadap kedua partisipan
masalah teratasi sebagian ditandai dengan peningkatan hemoglobin
yaitu yaitu partisipan I dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl, dan partisipan II
dari 3,2 g/dl menjadi 4,6 g/dl.
86
Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil evaluasi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan suplai oksigen ke jaringan didapatkan akral kedua pasrtisipan
teraba hangat nadi tidak lambat dan CRT <3 detik, sedangkan pada
pemeriksaan hematologi hemoglobin didaptakan peningkatan
hemoglobin dari masing-masing partisipan yaitu Tn. K dari 5,0 g/dl
menjadi 6,2 g/dl dan Tn.D dari 3,2 g/dl menjadi 4,6 g/dl. Untuk
evalusai pemeriksaan tanda-tanda vital terhadap Tn.K didapatkan
tekanan darah : 160/90 mmHg, nadi : 83 x/menit, pernafasan 22
x/menit. Untuk evaluasi pemeriksaan tanda-tanda vital terhadap Tn. D
didapatkan tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi : 81 x/menit,
pernafasan 24 x/menit.
Berdasarkan analisa peneliti masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan masih belum
teratasi sepenuhnya, karena dari hasil pemeriksaan hematologi
hemoglobin kedua partisipan masih berada dibawah nilai normal yaitu
nilai hemoglobin normal untuk pria adalah 14-16 g/dl, sedangkan nilai
hemoglobin partisipan I adalah 6,2 g/dl dan partisipan II 4,6 g/dl.
Menurut Riswanto (2013), hemoglobin merupakan zat protein yang
terdapat dalam sel darah merah yang memberi warna merah pada darah
dan merupakan pengangkut oksigen utama dalam tubuh.
Hasil evaluasi yang didapatkan dengan masalah keperawatan
ketidakefetifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi pada
hari kelimapada kedua partisipan yaitu, Tn.K mengatakan sesak sudah
berkurang, dan terkadang tidak menggunakan slang oksigen. Saat
dilakukan pemeriksaan pernafasan klien 22 x/permenit, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan. Sedangkan pada Tn. D klien
mengatakan nafas masih sesak ketika beraktivitas, pernafasan 25 kali
permenit terpasang selang oksigen binasal canule 4l/i. Berdasarkan
analisa peneliti, masalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan
87
Poltekkes Kemenkes Padang
dengan hiperventilasi teratasi untuk kasus Tn.K, sedangan pada Tn. D
masalah masih belum teratasi karena dari hasil analisa peneliti
produksi hemoglobin yang berkurang pada Tn.D menyebabkan
terjadinya anemia sehingga pengikatan oksigen oleh hemoglobin
berkurang maka tubuh akan mengalami keletihan, angina dan napas
sesak.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada masalah kesehatan kelebihan
volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
pada hari ke lima terhadap kedua partisipan yaitu Tn.K mengatakan
badan masih terasa lemas, pitting edema derajat IV, BAK masih
sedikit. Hasil evaluasi yang didapat pada Tn.D pada hari ke lima yaitu
BAK masih sedikit, edema derajat III, dan badan masih terasa lemas,
hasil pemeriksaan labor pada tanggal 23 Mei 2017 didapatkan ureum
darah 367 mg/dl, kreatinin darah 13,1 mg/dl.
Hasil evaluasi yang didapatkan terhadap masalah nyeri berhubungan
dengan cidera fisiologis teratasi pada kedua partisipan yaitu, Tn.K dan
Tn.D mengatakan pada hari kelima nyeri sudah berkurang, nyeri
muncul sesekali skala nyaeri 3 sampai 4 dengan sdurasi 3 detik.
Evaluasi keperawatan terhadap masalah mual berhubungan dengan
uremia pada hari kelima terhadap kedua partsipan belum teratasi
karena klien masih mengeluh mual dan tidak menghabiskan diit yang
diberikan.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
tidak adekuat terhadap kedua partisipan yaitu, Tn.K pada hari ke lima
didapatkan klien mampu menghabiskan setengah porsi dari diit yang
diberikan, dari hasil pemeriksaan hematologi didapatkan peningkatan
hemoglobin pada Tn. K dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl. Sedangkan pada
88
Poltekkes Kemenkes Padang
Tn.D pada hari yang ke lima di dapat bahwa klien masih mengalami
mual, dan klien hanya menghabiskan ¼ porsi yang diberika, klien
masih tampak lemas. Berdasarkan analisa peneliti Tn. D mengalami
mual karena dampak dari ureum darah yang masih tinggi sehingga
menimbulkan tanda dan gejal dan system gastroinstetinal seperti mual.
Hasil pemeriksaan labolatorium pada Tn. D pada tanggal 23 Mei 2017
didapatkan ureum darah 367 mg/dl, kreatinin darah 13,1 mg/dl
Hasil evaluasi yang didapatkan dengan keperawatan intoleran aktivitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen pada hari ke 5 pada Tn. K dan Tn.D didapatkan badan klien
masih terasa lemas jika banyak beraktivitas, semua aktivitas klien
masih dibantu oleh keluarga, pergerakan klien masih lambat,
konjungtiva masih anemis. Pada hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
terhadap Tn.K didapatkan tekanan darah : 160/90 mmHg, nadi : 83
x/menit, pernafasan 22 x/menit. Untuk evaluasi pemeriksaan tanda-
tanda vital terhadap Tn. D didapatkan tekanan darah : 150/90 mmHg,
nadi : 81 x/menit, pernafasan 24 x/menit, sedangkan pada pemeriksaan
hematologi hemoglobin didaptakan peningkatan hemoglobin dari
masing-masing partisipan yaitu Tn. K dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl
dan Tn.D dari 3,2 g/dl menjadi 4,6 g/dl. Berdasarkan analisa peneliti,
masalah intoleransi aktivitas ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen masih belum teratasi. Untuk melanjutkan intervensi
peneliti melakukan pendelegasian kepada perawat ruangan.
Jadi pada kasus hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang
dilakukan selama 5 hari yaitu dengan evaluasi berdarkan NOC. Hasil
yang tercapai pada partisipan I yaitu status neurologi, status
pernafasan, keefektifan perfusi jaringan perifer, status nutrisi, tingkat
nyeri berkurang. Pada partisipan II hasil yang telah dicapai yaitu status
neurologi, keefektifan perfusi jaringan perifer,dan tingkat nyeri.
Sedangkan hasil yang tidak tercapai selama 5 hari kunjungan pada
89
Poltekkes Kemenkes Padang
partisipan I dan II yaitu, keseimbangan cairan dan elektrolit, dan
toleransi aktivitas, pengontrolan mual, serta status nutrisi untuk
partisipan II.
89 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien Chronic
Kidney Desease (CKD) di ruang penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil
Padang terhadap dua partisipan, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut׃
1. Hasil pengkajian didapatkan data kedua partispan sama-sama dalam
keadaan lemas, bibir tampak pucat dan kering. Klien mengeluh sesak
nafas, badan terasa lemas dan mudah lelah, edema pada eksremitas,
edema pada eksremitas, akral teraba dingin, CRT >3 detik, mual, dan
BAK sedikit. Dari hasil pemeriksaan labolatorium kedua partisipan
sama – sama mengalami penurunan hemoglobin, yaitu partisipan I 5,0
g/dl dan partisipan II 3,2 g/dl. Sedangkan pada hasil pemeriksaan
kimia klinik, kedua partisipan sama-sama mengalami peningkatan
ureum kreatinin yaitu partisipan I dengan ureum darah 151 mg/dl,
kreatinin darah 9,7 mg/dl dan partisipan II dengan ureum darah 345
mg/dl, kreatinin darah 11,5 mg/dl.
2. Diagnosis keperawatan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian yang dilakukan pada
kedua partisipan, ditemukan delapan masalah keperawatan yang sama
terhadap kedua partisipan yaitu, risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan uremia, risiko cidera
berhubungan dengan profil darah yang abnormal (uremia)
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke jaringan, ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi, kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, nyeri
berhubungan dengan agen cedera fisiologis, mual berhubungan dengan
uremia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat dan intoleransi
Poltekkes Kemenkes Padang
aktivitas berhubungan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Intervensi keperawatan yang direncana dibuat berdasarkan diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kedua partisipan dengan penyakit
CKD . Rencana tindakan keperawatan ini mengacu pada referensi dari
buku Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classifications (NOC). Rencana yang dilakukan terhadap kedua
partisipan yaitu manajemen edema serebral, manajemen hipovolemi,
monitor vital sign, manajemen pola nafas, terapi oksigen, manajemen
elektrolit/ cairan, manajemen mual, manajemen nyeri, manajemen
nutrisi, monitor nutrisi, manajemen energi dan terapi aktivitas.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan merupakan tindakan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
Secara umum rencana pada masing – masing masalah keperawatan
dapat dilakukan, namun tidak semua masalah teratasi sesuai dengan
criteria yang telah diharapkan.
5. Evaluasi dilakukan selama selama 5 hari secara turut – beturut
dilakukan secara komprehensif dengan acuan rencana asuhan
keperawatan NANDA International, (2015-2017). Hasil yang
didapatkan masih banyak dari masalah pasien yang belum terpenuhi
sepenuhnya. Hasil yang tercapai pada partisipan I yaitu status
neurologi, status pernafasan, keefektifan perfusi jaringan perifer, status
nutrisi, tingkat nyeri berkurang. Pada partisipan II hasil yang telah
dicapai yaitu status neurologi, keefektifan perfusi jaringan perifer,dan
tingkat nyeri. Sedangkan hasil yang tidak tercapai selama 5 hari
kunjungan pada partisipan I dan II yaitu, keseimbangan cairan dan
elektrolit, dan toleransi aktivitas, pengontrolan mual, serta status
nutrisi untuk partisipan II.
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut
1. Bagi perawat ruang penyakit dalam pria
Diharapkan perawat ruangan dapat melanjutkan rencana tindakan
selanjutnya pada pasien CKD.
2. Bagi Partisipan I dan Partisipan II
Diharapkan kedua partisipan dapat mengikuti program pengobatan
sesuai dengan yang dianjurkan dan mematuhi diit yang telah
ditentukan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian komprehensif dan
mengambil diagnosis keperawatan secara tepat menurut pengkajian
yang didapatkan, melaksanakan tindakan keperawatan dengan
lebih dahulu memahami masalah dengan baik, dan
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Chronic Kideney Desease (CKD).
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Syamsir & Hadibroto, Iwan. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Asmadi. 2008. Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Baradero, Dayrit & Siswadi. (2009). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian edition. ISBN Indonesia: CV. Mocomedia and is published by arrangement with Elsevier Inc
Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine, alih bahasa: Annisa Rahmalia & Cut Novianty. Jakarta: Erlangga
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Haryono, Yudi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Rapha Publishing
Herdman & Kamitsuru. 2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: defenisi & klasisfikasi 2015-2017. Alih bahasa: Budi Anna Keliat,dkk. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta : Salemba Medika
Istanti, Yuni Permatasari. 2014. Hubungan Antara Masukan Cairan Dengan Interdialytic Weight Gains (Idwg) Pada Pasien Chronic Kidney Diseases Di Unit Hemodialisis Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta. PROFESI Vol.10 / September 2013- Februari 2014. https://drive.google.com/file/d/0Bx8eC1QkvspuazVxUUtkQVZ4ams/view
Kasiske, Betram. 2014. Kidney Disease Improving global outcomes (KDIGO). http://www.kdigo.org/Clinical%20Practice%20Conferences/Philippines%202014/KDIGO%20CKD%20Guideline%20Manila_Kasiske.pdf Diakses tanggal 01 Februari 2017
Kemenkes, RI. 2016. Hari ginjal sedunia 2016 cegah nefropati sejak dini. http://www.depkes.go.id/ Diakses tanggal 7 Januari 2017
Masriadi. 2016. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: CV Trnas info media
Poltekkes Kemenkes Padang
Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition. ISBN Indonesia: CV. Mocomedia and is published by arrangement with Elsevier Inc
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Oxtavia, Jumaini, & Lestari . 2013. Hubungan Citra Tubuh Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. http://download.portalgaruda.org Diakses pada tanggal 7 Januari 2016.
Padila. 2012. Buku ajar: Keperawatan Medikal Bedah Dilengkapi Asuhan keperawatan Pada Sistem Cardio, Perkemihan, Integumen, Persyarafan, Gastrointestinal, Muskuloskeletal, Reproduksi, dan Respirasi. Yogyakrta: Nuha Medika
Pardede, Dimas Kusnugroho Bonardo. 2012. Gangguan Gastroinstetinal pada Penyakit Ginjal Kronis. Jurnal CDK-195 Volume.39 No.7
Price & Wilson. 2012. Patofisioologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Rendy, Clevo & Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Saryono & Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sirait & Sari. 2017. Ensefalopati Uremikum Pada Gagal ginjal kronis. Jurnal Volume 7, Nomor 3. Januari 2107
Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth edisi.8. Vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer. 2016. Keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth edisi 12. Jakarta: EGC
Sudoyo, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid II. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Suharyanto., Toto., & Majdid., Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media
Poltekkes Kemenkes Padang
Susatyo, Bambang. 2016. Gambaran Kepatuhan Diet Pasien Gagagl Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Kayen Kabupaten Pati Tahun 2015. Jurnal kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 4 Nomor 3. April 2016
Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi kurikulum berbasis kompetensi edisi 4. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah., 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 4. Jakarta:Salemba Medika.
Tjekyan. 2012. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. MKS, Th.46, No.4, Oktober 2014.http://eprints.unsri.ac.id/5558/1/Prevalensi_dan_Faktor_Risiko_Penyakit_Ginjal_Kronik_di.pdf Diakses tanggal 08 Januari 2017
Utoyo,Yuwono & Kusumawati. 2016. Pengaruh Stimulasi Pemberian Tablet Hisap Vitamin Cterhadap Peningkatan Sekresi Saliva Pada Pasien Gagal ginjal Kronik Yang menjalani Terapi Hemodialisadi RS PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume12, No. 1 Februari 2016. http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=414112 Diakses tanggal 08 Januari 2017
Wijaya. Andra Saferi., & Putri. Yessie. Mariza., 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 10
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2017
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien :
1) Nama : Tn.D
2) Tempat/ Tgl Lahir :Muaro Labuah / 09 – November – 1977.
3) Jenis Kelamin : Laki - laki
4) Status Kawin : Sudah menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Wiraswasta
8) Alamat : Pasar Timur Pasar Muaro Labuh Sungai
Pagu Solok selatan
9) Diagnosa Medis : CKD stage V on HD + Anemi
10) No. MR : 96 87 12
b. Identifikasi Penanggung Jawab
1) Nama : Ny.M
2) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Alamat : Pasar Timur Pasar Muaro Labuh Sungai
Pagu Solok selatan
4) Hubungan : Istri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama
Poltekkes Kemenkes Padang
Klien masuk melalui IGD RSUP DR. M. Djamil Padang pada
tanggal 18 Mei 2017 Pukul 20.31 WIB dengan keluhan, edema
pada ekremitas bawah, BAK sedikit, volume BAK 100 cc, dan
nafas sesak, badan terasa lemah dan cepat lelah. muntah sejak 2
hari yang lalu, BAB berwarna hitam sejak 1 minggu yang lalu
konsistensi encer. Klien merupakan rujukan dari RSUD Solok
Selatan dengan CKD Stage V On HD.
b) Keluhan Saat Dikaji
Pengkajian dilakukan pada hari Jum’at tanggal 19 Mei 2017
Pukul 09.00 WIB di ruang penyakit dalam pria RSUP. Dr. M.
Djamil Padang ditem ukan klien dalam keadaan umum tampak
lemas, kesadaran composmentis, terpasang IVFD NaCl 0,9% drip
Prosogan 2 ampul 20x tts/I, klien terpasang slang oksigen binasal
canule 4 l/i, wajah pucat, bibir pecah – pecah, edema pada
eksremitas bawah, akral eksremitas bawah dingin, perut asites.
Klien mengeluh nyeri pada bagian perut dan mendesak ke ulu
hati, klien mengatakan nyeri seperti di terkam, muncul secara tiba
– tiba, skala nyeri 6 durasi 5-10 detik. klien tampak meringis.
Klien juga mengatakan nafas terasa sesak dan dada terasa berat,
klien mengeluh mual, dan badan terasa lemas, letih, cepat lelah,
sehingga akivitas dibantu oleh keluarga dan tenaga kesehatan.
Klien juga mengeluhkan pipisnya yang sedikit dan BAB yang
masih hitam. Saat dilakukan pemeriksaan TD klien 170/90
mmHg, Nadi 72 kali permenit, pernafasan 28 kali permenit, suhu
36,70C.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dua kali karna CKD.
Klien mengatakan sebelum dirawat di RSUP Dr. M. Djamil, klien
dirawat di RSUD Solok selatan selama 10 hari karena sesak nafas,
badan lemas dan edema pada eksremitas. Klien memiliki riwayat
hipertensi diketahui semenjak 5 bulan terakhir.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Poltekkes Kemenkes Padang
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga dari klien yang
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes,
klien juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan klien.
d. Pola Aktivitas sehari-hari (ADL)
1) Pola Nutrisi
a) Sehat
Klien makan 5 kali sehari waktu tidak teratur dengan komposisi
nasi, lauk pauk, sayur, jarang mengkonsumsi buah – buahan.
Klien mengatakan suka mengkonsumsi makanan yang
berminyak dan bersantan.
b) Sakit
Klien mengatakan nafsu makan selama di rumah sakit menurun
karena mual muntah, dari ahli gizi klien diberikan diit MC
rendah protein yaitu jus pepaya 3 kali 300 cc per hari. Klien
hanya menghabiskan 2 – 3 sendok makan porsi diit yang
diberikan.
2) Pola eliminasi
Pola BAB 1 sampai 2 kali sehari, BAB berwarna hitam sejak 1
minggu yang lalu, konsistensi lembek. Untuk BAK klien ditampung
dan dibantu di tempat tidur. Untuk 1 kali BAK banyak urine klien 5
sampai 10 cc.
3) Pola istirahat dan tidur
Saat sehat, klien tidak mengalami masalah tidur pada malam
hari,klien tidur ± 6 – 7 jam perhari. Pada siang hari klien jarang tidur
karna bekerja sebagai pedagang. Ketika sakit, klien mengatakan
selama pola tidur klien sedikit terganggu karna sering terbangun
akibat nafas sesak dan nyeri yang dirasakan pada bagian perut.
4) Pola aktivitas dan latihan
Klien mengatakan badannya cepat lelah dan nafas sesak apabila
banyak beraktifitas. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari klien
membutuhkan bantuan dari keluarga dan tenaga kesehatan.
Poltekkes Kemenkes Padang
e. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) TTV
Tekanan Darah : 170/90 mmHg
Nadi : 72 x/i
Suhu : 36,70C
Pernafasan : 28 x/i
3) Rambut
Rambut tampak berwarna hitam kering dan kusam.
4) Telinga
Telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
pendengaran baik
5) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada luka,
pupil : bulat, isokor, reflek cahaya positif, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung tampak bersih tidak ada serumen ataupun penyumbatan,
tidak ada luka, tidak ada peradangan, daya penciuman normal
7) Mulut
Mulut tampak kering, pucat, pecah - pecah, gusi tidak didapatkan
perdarahan, lidah kotor.
8) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
9) Paru-paru
Inspeksi : simetris kiri kanan
Palpasi : pergerakan simetris kiri kanan, fremitus kiri kanan,
Perkusi : suara ketuk sonor
Auskultasi: suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
10) Jantung
Inspeksi: iktus cordis terlihat
Poltekkes Kemenkes Padang
Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral RIC V
Perkusi : terdengar redup pada batas jantung
Auskultasi: irama teratur
11) Abdomen
Inspeksi : Asites
Palpasi : hepar / limfa tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus positif
12) Genetalia : tidak ada keluhan
13) Ekstermitas :
Atas : akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema
pada kedua tangan, tidak didapatkan nyeri sendi, CRT 2 detik,
terpasang infus di tangan sebelah kanan dengan cairan NaCl 0,9%,
Bawah : akral dingin, edema derajat III , CRT > 3 detik
Kekuatan otot :
5555 / 5555
5555/ 5555
f. Data Psikologis
1) Status Emosional : Terkontrol
2) Kecemasan : Terkontrol
3) Pola koping :Dukungan dari keluarga dan diri pasien
sendiri baik tentang kondisi yang dialami pasien
4) Gaya komunikasi :Komunikasi pasien lancar dengan
mengunakan bahasa Minangkabau
g. Data Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari pasien rukun dengan masyarakat dan pasien
bekerja sebagai seorang pedagang untuk memenuhi kebutuhan
Ekonominya. Penghasilan perbulan ±800 ribu.
h. Data Spiritual
Poltekkes Kemenkes Padang
Pasien beragama islam, dengan mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam dalam keadaan sehat, dan pada keadaan sakit pasien tidak bisa
lagi mengerjakan sholat 5 waktu
i. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan Hematologi Tanggal 18 Mei 2017
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 Hemoglobin 3,2 g/dl 14-18 g/dl
2 Leukosit 16.410/mm3 5.000-10.000
3 Trombosit 115.000 150.000-400.000
4 Hematokrit 10 % 40-48
Hasil pemeriksaan Kimia Klinik Tanggal 18 Mei 2017
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 Gula Darah sewaktu 119 mg/dl <200
2 Ureum Darah 345 mg/dl 10-50
3 Kreatinin darah 11,5 mg/dl 0,6-1,1
j. Program dan Rencana Pengobatan
Tanggal 18 Mei 2017
- ceftazidiem 2x 1 gr,
- levofloxocim 1x 500 mg,
- bicnat 1x 5 mg,
- asam folat 1x5 mg,
- transamin 3 x 500 mg,
- Vitamin K 3 X 1 gr,
- transfusi PRC pre lasix 1 ampul,
- Nacl 0,9% drip prosogan 2 ampul.
- O2 4 liter/ menit
2. ANALISA DATA KEPERAWATAN
Poltekkes Kemenkes Padang
Data Masalah Penyebab
DS
Klien mengatakan telapak tangan
terasa dingin
DO
- Akral dingin
- CRT >3 detik
- Tekanan Darah :170/90 mmHg,
Nadi : 72 x/I, Suhu : 36,70C
Pernafasan : 28 x/i
- Hemoglobin 3,2 g/dl
- PO2 73 mmHg.
Ketidak efektifan
perfusi jaringan
perifer
berkurangnya
suplai oksigen ke
jaringan
DS
- Klien mengatakan nafas terasa sesak
- Sesak meningkat saat beraktivitas
DO
- Pernafasan 28 x/i
- Nafas terlihat sesak
- Terpasang O2 4 liter
- Hemoglobin 3,2 g/dl
- PO2 73 mmHg.
Ketidakefektifan
pola nafas
Hiperventilasi
DS
- klien mengatakan kaki semakin
membengkak
- Klien mengatakanb urine yang
keluar sedikit.
DO
- Pitting edema derajat III,
- Tekanan darah 170/90 mmHg
- Hasil pemeriksaan ureum darah 345
mg/dl (10 – 50 mg/dl), kreatinin
Kelebihan volume
cairan
Gangguan
mekanisme
regulasi
Poltekkes Kemenkes Padang
darah 11,5 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl).
DS
- Klien mengatakan nyeri pada
bagian perut, nyeri mendesak ke ulu
hati
- Klien mengatakan nyeri seperti
diterkam skala nyeri 6
DO
- Klien tamapak meringis
- TD 170/90 mmHg
Nyeri Agen cidera
fisiologis
DS
- Klien mengatakan tidak nafsu
makan
- Klien mengeluh mual
DO
- Konjungtiva anemis
- Rambut kering dan kusam
- Hb, 3,2 g/dl
- Diit yang diberikan tidak habis
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
intake nutrisi tidak
adekuat
Poltekkes Kemenkes Padang
DS
- Klien mengatakan badan lemas
dan cepat lelah
- Klien mengatakan nafas
semakin sesak saat beraktivitas
DO
- Klien tampak lemas
- Hb 3,2 g/dl
- Pernafasan 28 kali permenit
- Aktivitas dibantu perawat dan
keluarga
Intoleransi aktivitas ketidak
seimbangan antara
suplai dan
kebutuhan oksigen
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan
Masalah
Dipecahkan
Masalah
Tgl Paraf Tgl Paraf
1
ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke
jaringan
Kamis,
18 Mei
2017
2 ketidakefetifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi
Kamis,
18 Mei
2017
3 kelebihan volume cairan
Berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
Kamis,
18 Mei
2017
4 Nyeri berhubungan dengan
cidera fisiologis
Kamis,
18 Mei
2017
23 Mei
2017
Poltekkes Kemenkes Padang
5 ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
Kamis,
18 Mei
2017
6 intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Kamis,
18 Mei
2017
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosis
Keperawatan
NOC NIC
1 Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
berhubungan
dengan
berkurangnya
suplai oksigen ke
jaringan.
Defenisi:
penurunan
sirkulasi darah ke
perifer yang dapat
mengganggu
kesehatan
Batasan
karakteristik:
h. Edema
i. Nyeri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan, diharapkan
perfusi jaringan perifer
kembali efektif.
Kriteria hasil:
16. Pengisian kapiler jari
dalam kisaran normal
17. Pengisian kapiler jari
kaki dalam kisaran
normal
18. Suhu kulit ujung kaki
dan tangan dalam
kisaran normal
19. Kekuatan denyut nadi
karotis (kanan) dalam
rentang normal
20. Kekuatan denyut nadi
karotis (kiri) dalam
rentang normal
Manajemen Hipovolemi
5. Monitor adanya tanda-tanda
dehidrasi (misalnya., turgor
kulit buruk, capillary refill
terlambat, nadi lemah,
sangat haus, membran
mukosa kering, dan
penurunan urin output
6. Monitor adanya sumber-
sumber kehilangan cairan
(misalnya., perdarahan,
muntah, diare, keringat yang
berlebihan, dan takpnea)
7. Posisikan untuk perfusi
perifer
Monitor tanda-tanda vital
6. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
Poltekkes Kemenkes Padang
eksremitas
j. Penurunan
nadi perifer
k. Perubahan
fungsi motorik
l. Tidak ada nadi
perifer
m. Perubahan
fungsi motoric
n. Waktu
pengisian
kapiler >3
detik
21. Kekuatan denyut nadi
brakialis (kanan) dalam
rentang normal
22. Kekuatan denyut nadi
brakialis (kiri) dalam
rentang normal
23. Kekuatan denyut nadi
radial(kanan) dalam
rentang normal
24. Kekuatan denyut nadi
radial (kiri) dalam
rentang normal
25. Kekuatan denyut nadi
femoralis (kanan) dalam
rentang normal
26. Kekuatan denyut nadi
femoralis (kiri) dalam
rentang normal
27. Tekanan darah sistolik
dalam rentang normal
28. Tekanan darah diastolik
dalam kisaran normal
29. Tidak ada muka pucat
30. Tidak ada kelemahan
otot
pernapasan
7. Monitor warna kulit, suhu
dan kelembaban
8. Monitor sianosis sentral dan
perifer
9. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda
vital
2 Ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan, diharapakan
pola nafas pasien kembali
efektif dengan status
pernafasan pasien kembali
normal.
Monitor pernafasan
4. Monitor pola nafas (
bradipneu, takiepneu,
hiperventilasi, kusmaul)
5. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Poltekkes Kemenkes Padang
Defenisi : Inspirasi
dan/ atau ekspirasi
yang tidak
memberi ventilasi
adekuat
Batasan
Karakteristik:
e. Fase ekspirasi
memanjang
f. Penggunaan
otot bantu
pernafasan
g. Pernapasan
cuping hidung
h. Pola nafas
abnormal
(misalnya
irama,
frekuensi,
kedalaman)
kriteria hasil:
8. Tidak ada deviasi
frekuensi Pernafasan
9. Irama pernfasan dalam
rentang normal
10. Tidak ada penggunaan
otot bantu nafas
11. Tidak ada suara nafas
tambahan
12. Saturasi oksigen dalam
rentang normal
13. Tidak ada sianosis
14. Tidak mengalami
gangguan kesadaran
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan, diharapakan
pola nafas pasien kembali
efektif dengan tidak ada
terjadinya keparahan
asidosis akut.
Kriteria Hasil :
5. Tidak ada Aritmia
6. Tidak ada peningkatan
frekuensi pernafasan
7. Tidak ada penurunan
kesadaran
8. Tidal ada nyeri kepala
6. Berikan terapi nafas jika
diperlukan.
Manajemen jalan nafas
4. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
5. Ausklultasi suara nafas
6. Monitor status pernafasan
dan oksigenasi
Manajemen asam basa:
Asidosis Metabolik
6. Monitor pernafasan
7. Monitor ketidak
seimbangan eletrolit yang
berhubungan dengan
asidosis metabolik.
8. Monitor tanda dan gejala
rendahnya HCO3 atau
kelebihan ion hydrogen
(pernafasan kussmaul,
kelemahan, diorientasi,
sakit kepal, anoreksia)
9. Berikan cairan sesuai
indikasi
10. Monitor intake dan output
Terapi oksigen
4. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
5. Monitor aliran oksigen
6. Amati tanda-tanda
Poltekkes Kemenkes Padang
hipoventilasi
3 Kelebihan volume
cairan
berhubungan
dengan gangguan
mekanisme
regulasi
Defenisi
:Peningkatan
retensi cairan
isotonik.
Batasankarakteri
sitk:
i. Bunyi nafas
tambahan
j. Distensi vena
jugularis
k. Edema perifer
l. Gangguan pola
nafas
m. Gangguan
tekanan darah
n. Ketidak
seimbangan
elektrolit
o. Oliguria
p. Penambahan
berat badan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
terjadi keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam
tubuh.
Kriteria Hasil:
7. Tekanan darahdalam
batasnormal
8. Keseimbangan
intake dan output
9. Kestabilan
beratbadan
10. Tidak ada
edemaperifer
11. Elektroli tserumdala
m
batasnormal
12. Berat jenisurin tidak
terganggu
Manajemen Elektrolit/cairan
6. Pantau kadar serum
elektrolit
7. Timbang berat badan harian
8. Batasi cairan yang sesuai
9. Berikan resep diet yang
tepat untuk cairan tertentu
atau pada ketidak
seimbangan elektrolit
10. Berikan antipiretik yang
sesuai
Manajemen cairan
10. Monitor perubahan berat
badan pasien sebelum dan
sesudah dialisis.
11. Pasang kateter urin
12. Monitor hasil laboratorium
yang relevan dengan retensi
cairan (BUN, Hematokrit
dan osmolalitas urin)
13. Monitor tanda-tanda vital
pasien.
14. Monitor indikasi kelebihan
cairan (CVP, Edema,
distensi vena leher, dan
asites).
15. Kaji lokasi dan luasnya
edema, jika ada.
16. Berikan terapi IV seperti
yang ditentukan
Poltekkes Kemenkes Padang
dalam waktu
sangat singkat
17. Monitor status gizi
18. Berikan diuretic yang
diresepkan
Monitor cairan
7. Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
8. Monitor asupan pengeluran
9. Periksa turgor kulit
10. Monitor berat badan
11. Monitor tekanan darah,
denyut jantung dan
pernafasan
12. Berikan dialisis dan catat
respon pasien
4 Nyeri kronis
berhubungan
dengan gangguan
muskuloskeletal
kronis
Defenisi:
Pengalaman
sensorik dan
emosional tidak
menyenangkan
dengan kerusakan
jaringan aktual
atau potensial, atau
digambarkan
sebagai suatu
kerusakan; awitan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
Tingkat Nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
8. Tidak ada nyeri yang
dilaporkan
9. Tidak ada ekspresi
nyeri wajah
10. Tidak ada keringat
berlebih
11. Tidak ada mengerinyit
12. Frekuensi nafas
normal
13. Tekanan darah normal
14. Denyut nadi radial
normal
Manajemen nyeri
10. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor
pencetus
11. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
12. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
tepat
13. Ajarkan teknik non-
farmakologis (seperti:
teknik nafas dalam)
Poltekkes Kemenkes Padang
yang tiba-tiba atau
lambat dengan
intensitas dari
ringan hingga
berat, terjadi
konstan atau
berulang tanpa
akhir yang dapat
dianstipasi atau
diprediksi dan
berlangsung lebih
dari tiga(>3) bulan.
Batasan
karakteristik:
e. Bukti nyeri
f. Ekspresi
wajah nyeri
(meringis)
g. Hambatan
kemampua
n
meneruskan
aktivitas
sebelumnya
h. Perubahan
pola tidur
14. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
15. Berikan informasi yang
akurat untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap
pengalaman nyeri
16. Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri
dalam interval yang spesifik
5 Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, diharapkan
ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan
Poltekkes Kemenkes Padang
berhubungan
dengan anoreksia
Defenisi:Asupan
nutrisi tidak
cukup untuk
memenuhikebut
uhan metabolik
BatasanKarakteri
stik:
m. Nyeri abdomen
n. BB20% atau
lebihdibawah
BBideal.
o. Kerapuhan
kapiler
p. Diare
q. Kehilangan
rambut
berlebihan
r. Bisingusushipera
ktif
s. Kurangmakanan
t. Kuranginformasi
u. Kurangminatpa
daMakanan
v. Kesalahan
informasi
w. Membran
mukosapucat
x. Tonusotot
menurun
tubuh teratasi dengan status
nutrisi.
Kriteria Hasil :
4. Asupan gizi dalam
rentang normal
5. Asupan makanan
dalam rengtang normal
6. Rasio berat
badan/tinggi badan
dalam rentang normal.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, diharapkan
ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi dengan status
nutrisi : asupan makanan &
cairan
Kriteria Hasil
4. Asupan makanan secara
oral yang adekuat
5. Asupan cairan intravena
yang adekuat
6. Asupan nutrisi
parenteral yang adekuat
gizi
2. Identifikasi adanya alergi
makanan yang dimiliki
pasien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan.
4. Pastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
konstipasi.
Monitor nutrisi
11. Timbang berat badan pasien
12. Lakukan pengkuran
antropometri
13. Monitor kecenderungan
turun dan naiknya berat
badan
14. Identifikasi perubahan berat
badan terakhir
15. Monitor turgor kulit dan
mobilitas
16. Identifikasi adanya
abnormalitas rambut
(kering, tipis, kasar, dan
mudah patah, rontok)
17. Monitor adanya mual
muntah
18. Monitor diet dan asupan
kalori
Poltekkes Kemenkes Padang
19. Monitor wajah pucat,
konjungtiva anemis
20. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (Kolesterol,
serum albumin, transferrin,
Hb, Ht)
Monitor tanda-tanda vital
6 Intoleransi aktifitas
berhubungan deng
an ketidak
seimbangan antara
suplai dan
kebutuhan oksigen
Defenisi :
Ketidakcukupan
energi psikologis
atau fisiologis
untuk melanjutkan
atau
menyelesaikan
aktivitas kehidupan
sehari-hari yang
harus atau yang
ingin dilakukan.
Batasan
Karakteristik:
f. Respon
tekanan
darah
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan,
diharapkanpasien
menunjukkan toleransi
terhadap aktifitas.
Kritria Hasil:
4. Frekuensi pernafasan
ketika beraktivitas tidak
tergannggu
5. Tekanan darah sitolik
ketika beraktivitas tidak
terganggu
6. Tekanan darah diastolik
ketika beraktivitas tidak
terganggu
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan,
diharapkanpasien
menunjukkan.daya tahan
terhadap toleransi aktivitas.
Kriteria Hasil:
5. Aktivitas fisik tidak
terganggu
Manajemen Energi
7. Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
8. Monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energy yang
adekuat
9. Monitor lokasi dan sumber
ketidak nyamanan/nyeri
yang dialami pasien selama
aktivitas
10. Bantu pasien identifikasi
pilihan aktivitas-aktivitas
yang akan dilakukan.
11. Lakukan ROM aktif/pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot.
12. Bantu pasien dalam
aktivitas sehari-hari yang
terartut sesuai kebutuhan
(berpindah, bergerak, dan
perawatan diri)
Poltekkes Kemenkes Padang
abnormal
terhadap
aktivitas
g. Ketidaknya
manan
setelah
beraktivitas
h. Dipsnea
setelah
beraktivitas
i. Menyataka
n merasa
letih
j. Menyataka
n merasa
lemah
6. Serum elektrolit darah
tidak terganggu
7. Tidak ada letargi
8. Tidak ada kelelahan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan,
diharapkanpasien
menunjukkan energi
psikomotor.
Kriteria Hasil:
3. Menunjukkan tingkat
energi yang stabil
4. Menunjukkan
kemampuan untuk
menyelesaikan tugas
sehari-hari
Terapi aktivitas
5. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang diinginkan
6. Berikan kesempatan
keluarga untuk terlibat
dalam aktivitas, dengan cara
yang tepat
7. Bantu pasien untuk
meningkatkan motivasi diri
dan penguatan.
8. Ciptakan lingkungan yang
aman untuk dapat
melakukan pergerakan otot
secara berkala sesuai
dengan indikasi
Poltekkes Kemenkes Padang
D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan Diagnosa
Keperawatan Tgl Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Ketidakefektifan perfusi jaringan Perifer berhubungan dengan
19 Mei 2017
a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR b. Mencatat perubahan tekanan darah c. Memantau kualitas nadi d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit e. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin f. Memantau adanya kesemutan g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit
14.00
S: - Klien mengatakan telapak
tangannya masih terasa dingin
O : - Akral masih dingin - TD: 170/90 mmHg, - N: 72 x/i, - P : 28 x/i, S: 36,70C - Terpasang oksigen 4l/i - Hemoglobin 3,2 g/dl - CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
20 Mei 2017
a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR b. Mencatat perubahan tekanan darah c. Memantau kualitas nadi d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit e. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin
14.20
S: - Klien mengatakan telapak
tangannya masih dingin O :
- Akral masih dingin - TD : 150/80 mmHg
Poltekkes Kemenkes Padang
f. Memantau adanya kesemutan g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit h. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
- N : 79 x/i - P : 26x/i - S: 36,30C - Terpasang oksigen 4l/i - CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
21 Mei 2017
a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR b. Mencatat perubahan tekanan darah c. Memantau kualitas nadi d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit e. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin f. Memantau adanya kesemutan g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit h. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
14.20
S : Klien mengatakan telapak tangannya masih terasa dingin O :
- Akral masih dingin - TD : 140/80 - N: 81 x/i, - P : 26 x/i, - S: 36,60C - Terpasang oksigen 4l/i - CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
22 a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR 14.15 S : klien mengatakan tidak ada
Poltekkes Kemenkes Padang
Mei 2017
b. Mencatat perubahan tekanan darah c. Memantau kualitas nadi d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit e. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin f. Memantau adanya kesemutan g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit h. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
kesemutan O :
- Akral hangat - TD: 170/100 mmHg, - N: 72 x/i, - P : 26 x/i, - S: 36,60C - Terpasang oksigen 4l/i - CRT <3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
23 Mei 2017
a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR b. Mencatat perubahan tekanan darah c. Memantau kualitas nadi d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit e. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin f. Memantau adanya kesemutan g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit h. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
14.20
S : Klien mengatakan telapak tangannya sudah tidak dingin lagi O :
- Akral hangat - TD: 150/90 mmHg, - N: 79 x/i, - P : 24 x/i, - S: 36,60C - Terpasang oksigen 4l/i
Poltekkes Kemenkes Padang
- CRT <3 detik A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan
19 Mei 2017
Monitoring cairan a. Mengkaji riwayat asupan cairan dan
pola eliminasi Riwayat asupan cairan 2-3 gelas/hari, eliminasi sedikit ± 6x/hari.
b. Melihat warna, jumlah dan kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning 100 cc.
c. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen a. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
b. Melihat hasil labor untuk memantau fungsi ginjal
14.00 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat III intake : 650 cc output : 250 cc
- TD: 170/90 mmHg, - N: 72 x/i, - P : 28 x/i, S: 36,70C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
Poltekkes Kemenkes Padang
Ureum darah : 151 mg/dl Kreatinin darah : 9,5 mg/dl
20 Mei 2017
Monitoring cairan a. Memonitoring intake dan output b. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
c. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen a. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema b. Terdapat edema di kedua kaki
dengan derajat 4
14.20 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat III intake : 700 cc output : 350 cc
- TD : 150/80 mmHg - N : 79 x/i - P : 26x/i - S: 36,30C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
21 Mei 2017
Monitoring cairan a. Memonitoring intake dan output b. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine
14.20 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat
Poltekkes Kemenkes Padang
Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
c. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen a. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema b. Terdapat edema di kedua kaki
dengan derajat 4
O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat 4 intake : 750 cc output : 100 cc
TD: 160/90 mmHg, N: 81 x/i, P : 24 x/i, S: 36,50C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
22 Mei 2017
Monitoring cairan a. Memonitoring intake dan output b. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
c. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen a. Menekan kedua kaki untuk melihat
14.15 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat III intake : 800 cc output : 200 cc
- TD: 170/100 mmHg, - N: 72 x/i, - P : 26 x/i,
Poltekkes Kemenkes Padang
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
- S: 36,60C A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
23 Mei
Monitoring cairan a. Memonitoring intake dan output b. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
c. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen a. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
14.20 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat III intake :750 cc output : 350 cc Ureum 367 mg/dl, kreatinin 13,1 mg/dl, hasil pemeriksaan urin, protein positif,
- TD: 150/90 mmHg, - N: 79 x/i, - P : 24 x/i, - S: 36,60C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
Poltekkes Kemenkes Padang
P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
24 Mei 2017
Monitoring cairan a. Memonitoring intake dan output b. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
c. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen b. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
18.00 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat III intake :850 cc output : 200 cc
- TD: 140/90 mmHg, - N: 81 x/i, - P : 26 x/i, - S: 36,70C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
Poltekkes Kemenkes Padang
25
Mei 2017
Monitoring cairan a. Memonitoring intake dan output b. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
c. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen a. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
14.10 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat III intake :600 cc output : 100 cc
- TD: 160/90 mmHg, - N: 78 x/i, - P : 25 x/i, - S: 36,50C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
26 Mei 2017
Monitoring cairan e. Memonitoring intake dan output f. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan
13.30 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki
Poltekkes Kemenkes Padang
bewarna kuning. g. Memberitahukan kepada pasien
untuk membatasi asupan cairan h. Melakukan pengukuran tanda-tanda
vital Hipervolemia manajemen b. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
pasien tampak edema dengan derajat III intake :650 cc output : 150 cc
- TD: 170/100 mmHg, - N: 81 x/i, - P : 26 x/i, - S: 36,50C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
27 Mei 2017
Monitoring cairan i. Memonitoring intake dan output j. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
k. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
l. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen
13.30 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat III intake :700 cc output : 400 cc
- TD: 160/80 mmHg, - N: 79 x/i,
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Menekan kedua kaki untuk melihat status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
- P : 23 x/i, - S: 36,60C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
28 Mei 2017
Monitoring cairan m. Memonitoring intake dan output n. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
o. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
p. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen d. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
13.30 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat III intake :750 cc output : 250 cc
- TD: 150/70 mmHg, - N: 74 x/i, - P : 24 x/i, - S: 36,50C - Ureum darah 239 mg/dl,
kreatinin darah 12,5 mg/dl A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
Poltekkes Kemenkes Padang
P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
19 Mei 2017
Terapi oksigen a. Mengatur aliran oksigen 4 l/menit b. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
c. Menghitung frekuensi pernapasan
Monitoring respirasi a. Menginspeksi pergerakan dada,
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
b. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa a. Melihat adanya tanda-tada
14.00 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan : 28 x/i
A : Masalah Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
Poltekkes Kemenkes Padang
hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
20 Mei 2017
Terapi oksigen a. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
b. Menghitung frekuensi pernapasan c. Menginspeksi pergerakan dada,
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa a. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi,
14.20 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan :26 x/i A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
Poltekkes Kemenkes Padang
disorientasi. 21
Mei 2017
Terapi oksigen a. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
b. Menghitung frekuensi pernapasan c. Menginspeksi pergerakan dada,
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa a. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
14.20 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan :26 x/i A : Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
22 Mei 2017
Terapi oksigen a. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah
14.15 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i
Poltekkes Kemenkes Padang
diatur posisinya
b. Menghitung frekuensi pernapasan c. Menginspeksi pergerakan dada,
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa a. Melihat adanya tanda-tada hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
Frekuensi pernapasan :26 x/i A : Masalah ketidak efektifan pola nafas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
23 Mei 2017
Terapi oksigen a. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
b. Menghitung frekuensi pernapasan c. Menginspeksi pergerakan dada,
14.20 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan :24 x/i A : Masalah ketidak efektifan pola nafas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan
Poltekkes Kemenkes Padang
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa a. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
Nyeri 19 Mei 2017
Manajemen Nyeri a. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif b. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
c. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
d. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
14.00 S : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut Nyeri seperti diterkam Skala nyeri 6 durasi 5-10 detik. O : klien tampak meringis A : Masalah Belum teratasi P : Intervensi Dilanjutkan dengan manajemen nyeri
20 Manajemen Nyeri 14.20 S : Klien mengatakan masih nyeri
Poltekkes Kemenkes Padang
Mei 2017
a. Melakukan pengkajian ulang nyeri secara komperhensif
b. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
c. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
d. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
pada bagian perut. Nyeri menjalar keulu hati Nyeri seperti diterkam Skala nyeri 6 durasi 5-10 detik. Nyeri muncul tiba - tiba O : klien tampak meringis A : Masalah nyeri berhubungan dengan agen cidera fisiologis Belum teratasi P : Intervensi Dilanjutkan dengan manajemen nyeri
21 Mei 2017
Manajemen Nyeri a. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif b. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
c. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
d. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
14.20 S : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut, klien mengatakan sudah dapat mengontrol nyeri Nyeri seperti diterkam Skala nyeri 4 durasi 5 detik. O : klien masih tampak meringis A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi Dilanjutkan dengan manajemen nyeri
22 Mei 2017
Manajemen Nyeri a. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif b. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
14.15 S : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut Nyeri seperti diterkam Skala nyeri 4-5 durasi 5 detik. O : klien tampak sedikit meringis A : Masalah teratasi sebagian
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
d. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri
23 Mei 2017
Manajemen Nyeri a. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif b. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
c. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
d. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
14.20 S : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut sudah mulai berkurang dari kemaren Skala nyeri 3. O : klien tampak sedikit meringis A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan
Ketidakseimbangan nutrisi
19 Mei 2017
Manajemen nutrisi a. menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
b. mengidentifikasi adanya alergi, menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (diet),
c. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RP II jus pepaya
14.00 S : Klien mengatakan tidak nafsu makan. Klien mengatakan mual dan nyeri pada bagian perut menjalar keulu hati O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Hemoglobin 3,2 g/dl - Diit yang diberikan tampak
bersisa A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Poltekkes Kemenkes Padang
d. memonitor kecenderungan penurunan, memonitor Hemoglobin, hematokrit, trombosit dan leukosit, albumin
e. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
20 Mei 2017
Manajemen nutrisi a. menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
b. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit
c. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
14.20 S : Klien mengatakan masi mual dan nyeri pada bagian perut O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Diit yang diberikan tidak
habis A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
21 Mei 2017
Manajemen nutrisi a. menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
14.20 S : Klien mengatakan masi mual dan nyeri pada bagian perut O :
- Konjuntiva anemis
Poltekkes Kemenkes Padang
b. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RP II jus pepaya
c. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
- Rambut kering dan kusam - Diit yang diberikan tidak
habis, klien hanya menghabiskan 2-3 sendok.
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
22 Mei 2017
Manajemen nutrisi a. menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
b. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit
c. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
14.15 S : Klien mengatakan mual sedikit berkurang dan nyeri sudah berkurang O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Diit yang diberikan tidak
habis, klien hanya menghabiskan ¼ porsi yang diberikan
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
23 Manajemen nutrisi 14.20 S : Klien mengatakan mual sedikit
Poltekkes Kemenkes Padang
Mei 2017
a. menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
b. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien
c. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
berkurang dan nyeri sudah berkurang O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Klien dipuasakan - Hemoglobin 4,6 g/dl.
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
Intoleransi aktivitas
19 Mei 2017
Manajemen Energi 13. Menodrong pasien untuk
mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
14. Mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
15. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
16. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
14.00 S : Klien mengatakan badan terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu Hemoglobin : 3,2 g/dl
- TD: 170/90 mmHg, - N: 72 x/i, - P : 28 x/i, S: 36,70C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
17. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas 9. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
10. Memberikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
11. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
20 Mei 2017
Manajemen Energi a. Menodrong pasien untuk
mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
b. Mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
c. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
14.20 S : Klien mengatakan badan terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu
- TD : 150/80 mmHg - N : 79 x/i - P : 26x/i - S: 36,30C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan
Poltekkes Kemenkes Padang
d. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
e. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas 12. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
13. Memberikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
14. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
manajemen nyeri dan terapi aktivitas
21 Mei 2017
Manajemen Energi a. Mengobservasi nutrisi sebagai
sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
b. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
c. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
14.20 S : Klien mengatakan badan masih terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu
- TD : 140/80 - N: 81 x/i, - P : 26 x/i, - S: 36,60C
A : Masalah intoleransi aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
d. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas a. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
b. Memberikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
c. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
22 Mei 2017
Manajemen Energi a. Mengobservasi nutrisi sebagai
sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
b. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
c. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
d. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
14.15 S : Klien mengatakan badan masih terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu
- TD: 170/100 mmHg, - N: 72 x/i, - P : 26 x/i, - S: 36,60C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
Poltekkes Kemenkes Padang
Terapi aktivitas a. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
b. Memberikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
c. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
23 Mei 2017
Manajemen Energi e. Mengobservasi nutrisi sebagai
sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
f. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
g. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
h. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas 15. Membantu pasien untuk
14.20 S : Klien mengatakan badan masih terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu Hemoglobin : 6,2 g/dl
- TD: 150/90 mmHg, - N: 79 x/i, - P : 24 x/i, - S: 36,60C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
16. Memberikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
17. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 10
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2017
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
k. Identifikasi Klien :
11) Nama : Tn.K
12) Tempat/ Tgl Lahir : Salido / 08 – Juli – 1976
13) Jenis Kelamin : Laki - laki
14) Status Kawin : Sudah menikah
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SD
17) Pekerjaan : Petani
18) Alamat : Kampung Salido Kecil Tambang IV Jurai
19) Diagnosa Medis : CKD stage V on HD + Anemi
20) No. MR : 97 49 07
l. Identifikasi Penanggung Jawab
5) Nama : Tn.B
6) Pekerjaan : Petani
7) Alamat : Kampung Salido Kecil Tambang IV Jurai
8) Hubungan : Ayah
m. Riwayat Kesehatan
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
c) Keluhan Utama
Klien masuk melalui IGD RSUP DR. M. Djamil padang pada
tanggal 17 Mei 2017 Pukul 11.47 WIB dengan keluhan badan
terasa lelah, nafas sesak, edema pada eksremitas, BAK sedikit
Poltekkes Kemenkes Padang
sejak 3 bulan yang lalu. Sebelum kerumah sakit klien sempat
mengalami kejang.
d) Keluhan Saat Dikaji
Pengkajian dilakukan pada hari jum’at tanggal 18 Mei 2017
Pukul 10.00 WIB di ruang penyakit dalam pria RSUP. Dr. M.
Djamil Padang ditemukan klien dalam keadaan umum tampak
lemas, bibir tampak pucat dan kering. Klien mengatakan nafas
nya sesak, sesak semakin meningkat apabila banyak beraktivitas
dan nyeri muncul. Badan terasa lemas dan mudah lelah. Klien
terpasang slang oksigen binasal canule 4 l/i Terdapat distensi
abdomen, edema pada eksremitas bawah. Klien terpasang IVFD
NaCl 0,9% 20 tetes permenit, klien mengatakan BAK sedikit,
dan tidak ada nyeri pada saat BAK. Volume BAK ±100 cc per 24
jam. Klien juga mengeluh nyeri pada bagian perut. Klien
mengatakan skala nyeri 7-8 durasi 5-10 detik, klien tampak
meringis. Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah 190/100
mmHg, nadi 83 kali permenit, pernafasan 25 kali permenit, suhu
36,50C
5) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUP Dr. M.
Djamil padang karena CKD. Satu tahun yang lalu klien pernah
melakukan operasi tumor usus di RS Panasuri Painan. Klien
memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu tidak pernah di
kontrol kepelayanan kesehatan..
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga dari klien yang
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes,
klien juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan klien.
n. Pola Aktivitas sehari-hari (ADL)
5) Pola Nutrisi
c) Sehat
Poltekkes Kemenkes Padang
Klien makan 3 kali sehari waktu tidak teratur dengan komposisi
nasi, lauk pauk, sayur, jarang mengkonsumsi buah – buahan.
d) Sakit
Klien mengatakan nafsu makan selama di rumah sakit menurun.
Makan 3 x sehari diit RG II RP 40 gr dan klien hanya
menghabiskan ¼ porsi..
6) Pola eliminasi
Sehat : BAB 1 x sehari, konsistensi lembek
BAK ± 5-6 x sehari, warna kuning
Sakit : BAB 1-2 kali perhari konsistensi encer bau khas
BAK : klien BAK 5-7 kali perhari berwana kuning, bau
khas, (1x BAK : 3-5 cc).
7) Pola istirahat dan tidur
Sehat : Siang ± 1 – 2 jam, tidur nyenyak
Malam ± 6-8 jam/hari, tidur nyenyak
Sakit : Siang ± 1 jam, tidur tidak nyenyak
Malam ± 4 jam, sering terbangun malam hari
8) Pola aktivitas dan latihan
Klien mengatakan badannya cepat lelah dan nafas sesak apabila
banyak beraktifitas. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari klien
membutuhkan bantuan dari keluarga dan tenaga kesehatan.
o. Pemeriksaan Fisik
14) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
15) TTV
Tekanan Darah : 190/100 mmHg
Nadi : 83 x/i
Suhu : 36,50C
Pernafasan : 25 x/i
16) Rambut
Rambut tampak berwarna hitam kering dan kusam.
17) Telinga
Poltekkes Kemenkes Padang
Telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
pendengaran baik
18) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada luka,
pupil : bulat, isokor, reflek cahaya positif, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis
19) Hidung
Hidung tampak bersih tidak ada serumen ataupun penyumbatan,
tidak ada luka, tidak ada peradangan, daya penciuman normal
20) Mulut
Mulut tampak kering, pucat, pecah - pecah, gusi tidak didapatkan
perdarahan.
21) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
22) Paru-paru
Inspeksi : simetris kiri kanan
Palpasi : pergerakan simetris kiri kanan, fremitus kiri kanan,
Perkusi : suara ketuk sonor
Auskultasi: suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
23) Jantung
Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral RIC V
Perkusi : terdengar redup pada batas jantung
Auskultasi: irama teratur
24) Abdomen
Inspeksi : Asites, terdapat luka bekas laparatomi berwarna
kecoklatan panjang sekita 16 cm.
Palpasi : hepar / limfa tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus positif
25) Genetalia : tidak ada keluhan
Poltekkes Kemenkes Padang
26) Ekstermitas :
Atas : akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema
pada kedua tangan, tidak didapatkan nyeri sendi, CRT 2 detik,
terpasang infus di tangan sebelah kanan dengan cairan NaCl 0,9%,
Bawah : akral dingin, edema derajat IV , CRT > 3 detik
Kekuatan otot :
5555 / 5555
5555/ 5555
p. Data Psikologis
1) Status emosional : Labil, terlihat ketika berbicara dengan
perawat mengenai penyakitnya pasien
terlihat emosional.
2) Kecemasan : Pasien cemas, terlihat dari ekspresi wajah
tegang dan sering bertanya tentang
penyakitnya
3) Pola koping : pola koping baik terlihat ketika perawat
menanyai tentang penyakitnya pasien
mengatakan sudah menerima penyakitnya
dan menganggap penyakitnya ujian dari
Allah.
4) Gaya komunikasi : komunikasi pasien menggunakan bahasa
minang dan memiliki komunikasi yang
terbuka terlihat ketika pasien
mengungkapkan keluhannya kepada
perawat dan keluarga
q. Data Ekonomi sosial
Pendapatan pasien ± 2.000.000/bulan dan bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari, pasien juga ikut aktif mengikuti kegiatan sosial seperti
gotong royong, ronda.
Poltekkes Kemenkes Padang
r. Data Spiritual
Pasien saat dirawat dirumah sakit pasien tidak menjalankan ibadah
shalatnya namun pasien terus berdoa agar penyakitnya bisa sembuh.
s. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan Hematologi Tanggal 17 Mei 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Hemoglobin 5,0 gr/dl P ( 14-18 g/dl) Leukosit 9.600/ mm3 5.000-10.000 Trombosit 264.000/mm3 150-450 ribu Hematokrit 16% 40-48 %
Hasil pemeriksaan Kimia Klinik Tanggal 17 Mei 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Ureum darah 151 mg/dl 10-50 Kreatinin darah 9,7 mg/dl 0,6-1,1 Hitung jenis Basofil 0 % 0-1,0
Eosinofil 0 % 1,0-3,0 N. Batang 2% 2,0-6,0 N. Segmen 88% 50-70 Limfosit 7% 20-40 Monosit 3% 2,0-8,0
PT 10,7 detik 2,0-6,0 APTT 36,8 detik 29,20-38,40 INR 0,97 <1,2
t. Program dan Rencana Pengobatan
Tanggal 18 Mei 2017
- Ceftadizine 2 x1 gr - Levofloxacin 1 x 500 mg - Condensentron 1x 16 mg - Amlodipin 1 x 10 mg - Asam folat 1 x 5 mg - Bicnat 3 x 500 mg - IVFD NaCl 0.9 % dalam 24 jam - O2 nassal kanul 4 l/i, - Diit berupa RG II RP 40 gr - transfusi PRC pre lasix 1 ampul -
Poltekkes Kemenkes Padang
4. ANALISA DATA KEPERAWATAN
Data Masalah Penyebab
DS
Klien mengatakan telapak tangan
terasa dingin
DO
- Akral dingin
- CRT >3 detik
- Tekanan Darah :190/100 mmHg,
Nadi : 83 x/I, Suhu : 36,50C
Pernafasan : 25 x/i
- Hemoglobin 5,0 g/dl
Ketidak efektifan
perfusi jaringan
perifer
berkurangnya
suplai oksigen ke
jaringan
DS
- Klien mengatakan nafas terasa sesak
- Sesak meningkat saat beraktivitas
DO
- Pernafasan 25 x/i
- Nafas terlihat sesak
- Terpasang O2 4 liter
- Hemoglobin 5,0 g/dl
Ketidakefektifan
pola nafas
Hiperventilasi
DS
- klien mengatakan kaki semakin
membengkak
- Klien mengatakanb urine yang
keluar sedikit.
DO
- Pitting edema derajat IV,
- Tekanan darah 190/100 mmHg
- Hasil pemeriksaan ureum darah 151
mg/dl (10 – 50 mg/dl), kreatinin
darah 9,7 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl),
Kelebihan volume
cairan
Gangguan
mekanisme
regulasi
Poltekkes Kemenkes Padang
DS
- Klien mengatakan nyeri pada
bagian perut, Nyeri seperti diterkam
- Klien mengatakan nyeri seperti
diterkam skala nyeri 7-8
DO
- Klien tamapak meringis
- TD 190/100 mmHg
Nyeri Agen cidera
fisiologis
DS
- Klien mengatakan tidak nafsu
makan
- Klien mengeluh mual
DO
- Konjungtiva anemis
- Rambut kering dan kusam
- Hb, 5,0 g/dl
- Diit yang diberikan tidak habis
- Albumin 2,7 mg/dl
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
intake nutrisi tidak
adekuat
DS
- Klien mengatakan badan lemas
dan cepat lelah
- Klien mengatakan nafas
semakin sesak saat beraktivitas
DO
- Klien tampak lemas
- Hb 5,0 g/dl
- Pernafasan 25 kali permenit
- Aktivitas dibantu perawat dan
keluarga
Intoleransi aktivitas ketidak
seimbangan antara
suplai dan
kebutuhan oksigen
Poltekkes Kemenkes Padang
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan
Masalah
Dipecahkan
Masalah
Tgl Paraf Tgl Paraf
1
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan
Kamis, 18 Mei 2017
2 ketidakefetifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Kamis, 18 Mei 2017
3 kelebihan volume cairan
Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Kamis, 18 Mei 2017
4 Nyeri berhubungan dengan cidera fisiologis
Kamis, 18 Mei 2017
5 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
Kamis, 18 Mei 2017
6 intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Kamis, 18 Mei 2017
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan
NOC NIC
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan. Defenisi:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan perfusi jaringan perifer kembali efektif. Kriteria hasil: 31. Pengisian kapiler jari
dalam kisaran normal 32. Pengisian kapiler jari
kaki dalam kisaran
Manajemen Hipovolemi 8. Monitor adanya tanda-tanda
dehidrasi (misalnya., turgor kulit buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah, sangat haus, membran mukosa kering, dan penurunan urin output
9. Monitor adanya sumber-
Poltekkes Kemenkes Padang
penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan Batasan karakteristik: o. Edema p. Nyeri
eksremitas q. Penurunan
nadi perifer r. Perubahan
fungsi motorik s. Tidak ada nadi
perifer t. Perubahan
fungsi motoric u. Waktu
pengisian kapiler >3 detik
normal 33. Suhu kulit ujung kaki
dan tangan dalam kisaran normal
34. Kekuatan denyut nadi karotis (kanan) dalam rentang normal
35. Kekuatan denyut nadi karotis (kiri) dalam rentang normal
36. Kekuatan denyut nadi brakialis (kanan) dalam rentang normal
37. Kekuatan denyut nadi brakialis (kiri) dalam rentang normal
38. Kekuatan denyut nadi radial(kanan) dalam rentang normal
39. Kekuatan denyut nadi radial (kiri) dalam rentang normal
40. Kekuatan denyut nadi femoralis (kanan) dalam rentang normal
41. Kekuatan denyut nadi femoralis (kiri) dalam rentang normal
42. Tekanan darah sistolik dalam rentang normal
43. Tekanan darah diastolik dalam kisaran normal
44. Tidak ada muka pucat 45. Tidak ada kelemahan
otot
sumber kehilangan cairan (misalnya., perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan, dan takpnea)
10. Posisikan untuk perfusi perifer
Monitor tanda-tanda vital 10. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status pernapasan
11. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
12. Monitor sianosis sentral dan perifer
13. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital
2 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi Defenisi : Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapakan pola nafas pasien kembali efektif dengan status pernafasan pasien kembali normal. kriteria hasil: 15. Tidak ada deviasi
frekuensi Pernafasan 16. Irama pernfasan dalam
rentang normal 17. Tidak ada penggunaan
Monitor pernafasan 7. Monitor pola nafas (
bradipneu, takiepneu, hiperventilasi, kusmaul)
8. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
9. Berikan terapi nafas jika diperlukan.
Manajemen jalan nafas 7. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Poltekkes Kemenkes Padang
Batasan Karakteristik: i. Fase ekspirasi
memanjang j. Penggunaan
otot bantu pernafasan
k. Pernapasan cuping hidung
l. Pola nafas abnormal (misalnya irama, frekuensi, kedalaman)
otot bantu nafas 18. Tidak ada suara nafas
tambahan 19. Saturasi oksigen dalam
rentang normal 20. Tidak ada sianosis 21. Tidak mengalami
gangguan kesadaran Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapakan pola nafas pasien kembali efektif dengan tidak ada terjadinya keparahan asidosis akut. Kriteria Hasil : 9. Tidak ada Aritmia 10. Tidak ada peningkatan
frekuensi pernafasan 11. Tidak ada penurunan
kesadaran 12. Tidal ada nyeri kepala
8. Ausklultasi suara nafas 9. Monitor status pernafasan
dan oksigenasi
Manajemen asam basa: Asidosis Metabolik 11. Monitor pernafasan 12. Monitor ketidak
seimbangan eletrolit yang berhubungan dengan asidosis metabolik.
13. Monitor tanda dan gejala rendahnya HCO3 atau kelebihan ion hydrogen (pernafasan kussmaul, kelemahan, diorientasi, sakit kepal, anoreksia)
14. Berikan cairan sesuai indikasi
15. Monitor intake dan output Terapi oksigen 7. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan 8. Monitor aliran oksigen 9. Amati tanda-tanda
hipoventilasi
3 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi Defenisi :Peningkatan retensi cairan isotonik. Batasankarakterisitk:
q. Bunyi nafas tambahan
r. Distensi vena jugularis
s. Edema perifer
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Kriteria Hasil: 13. Tekanan darahdalam
batasnormal 14. Keseimbangan
intake dan output 15. Kestabilan
beratbadan 16. Tidak ada
edemaperifer 17. Elektroli tserumdala
m
batasnormal 18. Berat jenisurin tidak
terganggu
Manajemen Elektrolit/cairan 11. Pantau kadar serum
elektrolit 12. Timbang berat badan harian 13. Batasi cairan yang sesuai 14. Berikan resep diet yang
tepat untuk cairan tertentu atau pada ketidak seimbangan elektrolit
15. Berikan antipiretik yang sesuai
Manajemen cairan 19. Monitor perubahan berat
badan pasien sebelum dan sesudah dialisis.
20. Pasang kateter urin 21. Monitor hasil laboratorium
yang relevan dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit dan osmolalitas urin)
Poltekkes Kemenkes Padang
t. Gangguan pola nafas
u. Gangguan tekanan darah
v. Ketidak seimbangan elektrolit
w. Oliguria
x. Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
22. Monitor tanda-tanda vital pasien.
23. Monitor indikasi kelebihan cairan (CVP, Edema, distensi vena leher, dan asites).
24. Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada.
25. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
26. Monitor status gizi 27. Berikan diuretic yang
diresepkan Monitor cairan 13. Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
14. Monitor asupan pengeluran 15. Periksa turgor kulit 16. Monitor berat badan 17. Monitor tekanan darah,
denyut jantung dan pernafasan
18. Berikan dialisis dan catat respon pasien
4 Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis Defenisi: Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tingkat Nyeri berkurang. Kriteria Hasil: 15. Tidak ada nyeri yang
dilaporkan 16. Tidak ada ekspresi
nyeri wajah 17. Tidak ada keringat
berlebih 18. Tidak ada mengerinyit 19. Frekuensi nafas
normal 20. Tekanan darah normal 21. Denyut nadi radial
normal
Manajemen nyeri 17. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
18. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
19. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat
20. Ajarkan teknik non-farmakologis (seperti: teknik nafas dalam)
21. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
22. Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon
Poltekkes Kemenkes Padang
berulang tanpa akhir yang dapat dianstipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga(>3) bulan. Batasan karakteristik:
i. Bukti nyeri j. Ekspresi
wajah nyeri (meringis)
k. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
l. Perubahan pola tidur
keluarga terhadap pengalaman nyeri
23. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang spesifik
5 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Defenisi:Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan metabolik
BatasanKarakteristik:
y. Nyeri abdomen z. BB20% atau
lebihdibawah BBideal.
aa. Kerapuhan kapiler
bb. Diare cc. Kehilangan
rambut berlebihan
dd. Bisingusushiperaktif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan status nutrisi. Kriteria Hasil : 7. Asupan gizi dalam
rentang normal 8. Asupan makanan
dalam rengtang normal 9. Rasio berat
badan/tinggi badan dalam rentang normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan status nutrisi : asupan makanan & cairan Kriteria Hasil 7. Asupan makanan secara
oral yang adekuat 8. Asupan cairan intravena
yang adekuat
Manajemen nutrisi 5. Tentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
6. Identifikasi adanya alergi makanan yang dimiliki pasien
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan.
8. Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi.
Monitor nutrisi 21. Timbang berat badan pasien 22. Lakukan pengkuran
antropometri 23. Monitor kecenderungan
turun dan naiknya berat badan
24. Identifikasi perubahan berat badan terakhir
Poltekkes Kemenkes Padang
ee. Kurangmakanan ff. Kuranginformasi gg. Kurangminatpa
daMakanan hh. Kesalahan
informasi ii. Membran
mukosapucat jj. Tonusotot
menurun
9. Asupan nutrisi parenteral yang adekuat
25. Monitor turgor kulit dan mobilitas
26. Identifikasi adanya abnormalitas rambut (kering, tipis, kasar, dan mudah patah, rontok)
27. Monitor adanya mual muntah
28. Monitor diet dan asupan kalori
29. Monitor wajah pucat, konjungtiva anemis
30. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (Kolesterol, serum albumin, transferrin, Hb, Ht)
Monitor tanda-tanda vital
6 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Defenisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan Karakteristik:
k. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
l. Ketidaknyamanan setelah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkanpasien menunjukkan toleransi terhadap aktifitas. Kritria Hasil: 7. Frekuensi pernafasan
ketika beraktivitas tidak tergannggu
8. Tekanan darah sitolik ketika beraktivitas tidak terganggu
9. Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas tidak terganggu
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkanpasien menunjukkan.daya tahan terhadap toleransi aktivitas. Kriteria Hasil: 9. Aktivitas fisik tidak
terganggu 10. Serum elektrolit darah
tidak terganggu 11. Tidak ada letargi 12. Tidak ada kelelahan Setelah dilakukan asuhan
Manajemen Energi 18. Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
19. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energy yang adekuat
20. Monitor lokasi dan sumber ketidak nyamanan/nyeri yang dialami pasien selama aktivitas
21. Bantu pasien identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
22. Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan otot.
23. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yang terartut sesuai kebutuhan (berpindah, bergerak, dan perawatan diri)
Terapi aktivitas 18. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
19. Berikan kesempatan
Poltekkes Kemenkes Padang
beraktivitas m. Dipsnea
setelah beraktivitas
n. Menyatakan merasa letih
o. Menyatakan merasa lemah
keperawatan, diharapkanpasien menunjukkan energi psikomotor. Kriteria Hasil: 5. Menunjukkan tingkat
energi yang stabil 6. Menunjukkan
kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari
keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
20. Bantu pasien untuk meningkatkan motivasi diri dan penguatan.
21. Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
E. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan Diagnosa
Keperawatan Tgl Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Ketidakefektifan perfusi jaringan Perifer berhubungan dengan
18 Mei 2017
h. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR i. Mencatat perubahan tekanan darah j. Memantau kualitas nadi k. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit l. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin m. Memantau adanya kesemutan n. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit
S: - Klien mengatakan telapak
tangannya masih terasa dingin
O : - Akral masih dingin - TD: 190/100 mmHg, - N: 83 x/i, - P : 25 x/i, S: 36,50C - Terpasang oksigen 4l/i - Hemoglobin 5,0 g/dl - CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
19 Mei 2017
i. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR j. Mencatat perubahan tekanan darah k. Memantau kualitas nadi l. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit m. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin
S: - Klien mengatakan telapak
tangannya masih dingin O :
- Akral masih dingin - TD: 170/90 mmHg,
Poltekkes Kemenkes Padang
n. Memantau adanya kesemutan o. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit p. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
- N: 85 x/i, - P : 26 x/i, - S: 36,60C - Terpasang oksigen 4l/i - Hemoglobin 5,0 g/dl - CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
20 Mei 2017
i. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR j. Mencatat perubahan tekanan darah k. Memantau kualitas nadi l. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit m. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin n. Memantau adanya kesemutan o. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit p. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
S : Klien mengatakan telapak tangannya masih terasa dingin O :
- Akral masih dingin - TD: 160/90 mmHg, - N: 81 x/i, - P : 24 x/i, - S: 36,50C - Terpasang oksigen 4l/i - CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
Poltekkes Kemenkes Padang
21 Mei 2017
i. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR j. Mencatat perubahan tekanan darah k. Memantau kualitas nadi l. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit m. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin n. Memantau adanya kesemutan o. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit p. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
S : klien mengatakan tidak ada kesemutan O :
- Akral hangat - TD: 180/90 mmHg, - N: 84 x/i, - P : 25 x/i, - S: 36,50C - Terpasang oksigen 4l/i - CRT <3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
22 Mei 2017
i. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR j. Mencatat perubahan tekanan darah k. Memantau kualitas nadi l. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
kulit m. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin n. Memantau adanya kesemutan o. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit
S : Klien mengatakan telapak tangannya sudah tidak dingin lagi O :
- Akral hangat - TD: 160/90 mmHg, - N: 83 x/i, - P : 22 x/i, - S: 36,50C
Poltekkes Kemenkes Padang
p. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
- Terpasang oksigen 4l/i - CRT <3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan perifer teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan memonitor vital sign dan manajamen hipovolemi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan
18 Mei 2017
Monitoring cairan e. Mengkaji riwayat asupan cairan dan
pola eliminasi Riwayat asupan cairan 2-3 gelas/hari, eliminasi sedikit ± 6x/hari.
f. Melihat warna, jumlah dan kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning 100 cc.
g. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen c. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
d. Melihat hasil labor untuk memantau
14.00 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat 4 intake : 750 cc output : 100 cc
TD: 190/100 mmHg, N: 83 x/i, P : 25 x/i, S: 36,50C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
Poltekkes Kemenkes Padang
fungsi ginjal Ureum darah : 151 mg/dl Kreatinin darah : 9,5 mg/dl
19 Mei 2017
Monitoring cairan e. Memonitoring intake dan output f. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
g. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen c. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema d. Terdapat edema di kedua kaki
dengan derajat 4
14.00 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat 4 intake : 400 cc output : 150 cc
TD: 170/90 mmHg, N: 85 x/i, P : 26 x/i, S: 36,60C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
20 Mei 2017
Monitoring cairan e. Memonitoring intake dan output f. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan
14.00 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki
Poltekkes Kemenkes Padang
bewarna kuning. g. Memberitahukan kepada pasien
untuk membatasi asupan cairan h. Melakukan pengukuran tanda-tanda
vital Hipervolemia manajemen c. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema d. Terdapat edema di kedua kaki
dengan derajat 4
pasien tampak edema dengan derajat 4 intake : 750 cc output : 100 cc
TD: 160/90 mmHg, N: 81 x/i, P : 24 x/i, S: 36,50C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
21 Mei 2017
Monitoring cairan e. Memonitoring intake dan output f. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
g. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen b. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema
14.00 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat 4 intake : 650 cc output : 100 cc
TD: 180/90 mmHg, N: 84 x/i, P : 25 x/i, S: 36,50C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
Poltekkes Kemenkes Padang
Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
22 Mei
Monitoring cairan e. Memonitoring intake dan output f. Mengkaji warna, jumlah dan
kepekatan urine Warna urine yang didapatkan bewarna kuning.
g. Memberitahukan kepada pasien untuk membatasi asupan cairan
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hipervolemia manajemen c. Menekan kedua kaki untuk melihat
status edema Terdapat edema di kedua kaki dengan derajat 4
14.00 S : Pasien mengatakan tangan sebelah kiri dan kedua kakinyamasih terasa sembab dan berat O : Tangan dan kedua kaki pasien tampak edema dengan derajat 4 intake :600 cc output : 50 cc
TD: 160/90 mmHg, N: 83 x/i, P : 22 x/i, S: 36,50C
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring intake dan output, membatasi asupan cairan, monitoring fungsi ginjal dan monitoring adanya edema
Ketidakefektifan 18 Terapi oksigen 14.00 S : Pasien mengatakan nafas
Poltekkes Kemenkes Padang
pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Mei 2017
d. Mengatur aliran oksigen 4 l/menit e. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
f. Menghitung frekuensi pernapasan
Monitoring respirasi c. Menginspeksi pergerakan dada,
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan : 25 x/i
A : Masalah Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
19 Mei
Terapi oksigen e. Mengatur posisi pasien dengan
14.00 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak
Poltekkes Kemenkes Padang
2017 posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
f. Menghitung frekuensi pernapasan g. Menginspeksi pergerakan dada,
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
h. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan :26 x/i A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
20 Mei 2017
Terapi oksigen e. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
f. Menghitung frekuensi pernapasan g. Menginspeksi pergerakan dada,
14.00 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan :24 x/i A : Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi
Poltekkes Kemenkes Padang
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
h. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
21 Mei 2017
Terapi oksigen e. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
f. Menghitung frekuensi pernapasan g. Menginspeksi pergerakan dada,
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
14.00 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan :25 x/i A : Masalah ketidak efektifan pola nafas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
Poltekkes Kemenkes Padang
h. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
Manajemen asam basa b. Melihat adanya tanda-tada hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
22 Mei 2017
Terapi oksigen e. Mengatur posisi pasien dengan
posisi semi fowler Pasien merasa nyaman setelah diatur posisinya
f. Menghitung frekuensi pernapasan g. Menginspeksi pergerakan dada,
penggunaan otot bantu nafas. Tidak ada terlihat pergerakan dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas untuk bernafas.
h. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara tambahan.
14.00 S : Pasien mengatakan nafas masih terasa sesak O : Pasien tampak sesak Terpasang nasal kanul 4 l/i Frekuensi pernapasan :24 x/i A : Masalah ketidak efektifan pola nafas teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring frekuensi pernafasan, memantau pola pernafasan dan mengauskultasi suara nafas.
Poltekkes Kemenkes Padang
Manajemen asam basa b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi Hasil yang didapatkan tidak ada tanda hipoventilasi seperti pusing, nyeri kepala terjaga, letargi, disorientasi.
Nyeri Manajemen Nyeri e. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif f. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
g. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
h. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
S : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut Nyeri seperti diterkam Skala nyeri 7-8 durasi 5-10 detik. O : klien tampak meringis A : Masalah Belum teratasi P : Intervensi Dilanjutkan dengan manajemen nyeri
Manajemen Nyeri e. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif f. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
g. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
h. Mengajarkan teknik non
S : Klien mengatakan masih nyeri pada bagian perut Nyeri seperti diterkam Skala nyeri 7-8 durasi 5-10 detik. Nyeri muncul tiba - tiba O : klien tampak meringis A : Masalah nyeri berhubungan dengan agen cidera fisiologis Belum teratasi
Poltekkes Kemenkes Padang
farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
P : Intervensi Dilanjutkan dengan manajemen nyeri
Manajemen Nyeri e. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif f. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
g. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
h. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
S : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut, klien mengatakan sudah dapat mengontrol nyeri Nyeri seperti diterkam Skala nyeri 5 durasi 5 detik. O : klien masih tampak meringis A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi Dilanjutkan dengan manajemen nyeri
Manajemen Nyeri e. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif f. Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
g. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
h. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
S : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut Nyeri seperti diterkam Skala nyeri 4-5 durasi 5 detik. O : klien tampak sedikit meringis A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri
Manajemen Nyeri e. Melakukan pengkajian ulang nyeri
secara komperhensif f. Menggunakan teknik komunikasi
S : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut sudah mulai berkurang dari kemaren Skala nyeri 3.
Poltekkes Kemenkes Padang
terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
g. Memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien
h. Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam).
O : klien tampak sedikit meringis A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan
Ketidakseimbangan nutrisi
Manajemen nutrisi f. menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
g. mengidentifikasi adanya alergi, menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (diet),
h. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit
i. memonitor kecenderungan penurunan, memonitor Hemoglobin, hematokrit, trombosit dan leukosit, albumin
j. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
S : Klien mengatakan tidak nafsu makan. Klien mengatakan mual dan nyeri pada bagian perut O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Hemoglobin 5,0 g/dl - Albumin 2,7 g/dl - Diit yang diberikan tampak
bersisa A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
Poltekkes Kemenkes Padang
Manajemen nutrisi
d. menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
e. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit
f. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
S : Klien mengatakan masi mual dan nyeri pada bagian perut O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Diit yang diberikan tidak
habis A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
Manajemen nutrisi d. menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
e. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit
f. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
S : Klien mengatakan masi mual dan nyeri pada bagian perut O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Diit yang diberikan tidak
habis, klien hanya menghabiskan 2-3 sendok.
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring
Poltekkes Kemenkes Padang
status nutrisi
Manajemen nutrisi d. menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
e. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit
f. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
S : Klien mengatakan mual sedikit berkurang dan nyeri sudah berkurang O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Diit yang diberikan tidak
habis, klien hanya menghabiskan ¼ porsi yang diberikan
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
Manajemen nutrisi g. menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
h. berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit
i. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan
S : Klien mengatakan mual sedikit berkurang dan nyeri sudah berkurang O :
- Konjuntiva anemis - Rambut kering dan kusam - Diit yang diberikan tidak
habis, klien hanya menghabiskan ¼ porsi yang diberikan
- Hemoglobin 6,2 g/dl.
Poltekkes Kemenkes Padang
mengajurkan makan dalam kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan memonitoring status nutrisi
Manajemen Energi 24. Menodrong pasien untuk
mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
25. Mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
26. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
27. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
28. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas 22. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
S : Klien mengatakan badan terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu Hemoglobin : 5,0 g/dl
- TD: 190/100 mmHg, - N: 83 x/i, - P : 25 x/i, S: 36,50C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
diinginkan 23. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
24. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
Manajemen Energi
f. Menodrong pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
g. Mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
h. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
i. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
j. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas
S : Klien mengatakan badan terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu
- TD: 170/90 mmHg, - N: 85 x/i, - P : 26 x/i, S: 36,60C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
25. Membantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
26. Memberikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
27. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
Manajemen Energi
i. Mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
j. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
k. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
l. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas d. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
S : Klien mengatakan badan masih terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu
- TD: 160/90 mmHg, - N: 81 x/i, - P : 24 x/i, - S: 36,50C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
diinginkan e. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
f. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
Manajemen Energi
e. Mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
f. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
g. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
h. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas d. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
e. Memberikan kesempatan keluarga
S : Klien mengatakan badan masih terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu
- TD: 180/90 mmHg, - N: 84 x/i, - P : 25 x/i, - S: 36,50C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
f. Menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
Manajemen Energi m. Mengobservasi nutrisi sebagai
sumber energi yang adekuat dengan memantau klien dalam menghabiskan diitnya
n. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan seperti berpindah, bergerak, dan perawatan diri
o. Menghindari aktivitas selama periode istirahat
p. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energy
Terapi aktivitas 28. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
29. Memberikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat
30. Menciptakan lingkungan yang aman
S : Klien mengatakan badan masih terasa lemas, dan cepat lelah. Klien mengatakan aktivitas tidak bisa dilakukan sendiri O : Klien tampak lemas Aktivitas klien tampak dibantu Hemoglobin : 6,2 g/dl
- TD: 160/90 mmHg, - N: 83 x/i, - P : 22 x/i, - S: 36,50C
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai dengan indikasi
Poltekkes Kemenkes Padang