Asuhan Keperawatan Pada Pasien

6
  ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KONDISI KRITIS DAN TERMINAL ( Anastasia Anna ) Pengertian : Kritis : suatu kondisi yang mana pasien dalam keadaan gawat tetapi masih ada kemungkinan untuk mempertahankan kehidupan. Terminal : fase akhir kehidupan pasien, menjelang kematian ( sakaratul maut  / dying ), yang dapat berlangsung dalam waktu singkat atau panjang. Bagi setiap orang, kematian merupakan suatu kehilangan, yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun. KEHILANGAN Jenis Kehilangan : 1. Actual Loss : kehilangan yang nyata, yang dapat diketahui oleh orang lain 2. Perceived Loss : kehilangan yang dapat dirasakan oleh diri sendiri dan tidak diketahui / dirasakan oleh orang lain ( kehilangan yang bersifat psikologis ) 3. Anticipatory Loss : kehilangan yan g belum terjadi, merupakan perilaku seseorang yang kehilangan dan berduka. Sumber Kehilangan : 1. kehilangan obyek / bagian dari dalam diri sendiri, seperti kehilangan bagian / fungsi tubuh, misalnya amputasi kaki, mastektomi . 2. Kehilangan obyek di luar diri, misalnya kehilangan HP, dompet, mobil, dsb. 3. Kehilangan orang yang dicintai, misalnya nenek, orang tua, suami/istri, anak, pacar, dsb. 4. Berpisah dengan lingkungan yang sudah akrab / menyatu dengan dirinya, misalnya harus meninggalkan keluarga untuk sekolah di luar negeri, pensiun, atau mutasi / pindah dari tempat pekerjaan, dsb. Reaksi terhadap kehilangan adalah BERDUKA, merupakan respon emosi yang wajar dan subyektif untuk mencapai kesehatan jiwa. Proses berduka terdiri dari : Bereavement grieving : proses / reaksi berduka terhadap kehilangan Mourning grieving : periode menerima kehilangan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan : 1. Usia dan tingkat Perkembangan : pada usia bayi hingga balita, individu belum begitu mengerti mengenai arti kehilangan, mulai usia sekolah hingga dewasa, sudah dapat merasakan arti kehilangan. 2. Makna Kehilangan : bersifat subyektif bagi setiap individu, sehingga tidak dapat disamaratakan. Misalnya : Nn. A menggunakan ballpoint yang, sebenarnya dijual dibanyak tempat dengan harga 5 000 rupiah. Pada saat ia kehilangan bollpoint tersebut, ia menangis dan terus menerus mencarinya. Baginya walaupun harga ballpoint hanya 5000 rupiah tapi makna dari benda tersebut sangat besar karena pemberian dari orang yang sangat ia kagumi. Contoh lain : Nn. B pada saat ayahnya meninggal dunia sama sekali tidak menangis, karena ia tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayahnya. Bagi orang lain yang melihat, mungkin akan mengatakan bahwa ia anak yang tidak berbakti karena tidak merasa kehilangan / berduka atas kematian ayahnya. S ebenarnya Nn.B tidak dapat disalahkan karena baginya , ayahnya kur ang bermakna dalam hidupnya, sehingga ia tidak merasa kehilangan. 3. Kultur / budaya : budaya jawa mempunyai prinsip “ nrimo “, sehingga kematian seseorang harus selalu diikhlaskan. Pada suku Tor aja, bila seseorang meninggal dunia, semakin banyak orang yang menangisi, menunjukkan bahwa almarhum adalah orang yang mempunyai pengaruh pada saat hidupnya, atau orang yang disayangi / dihormati oleh banyak orang, sehingga bila ia berasal dari keluarga kecil, maka keluarga akan menyewa orang untuk menangisi jenasahnya. Ada j uga tradisi / budaya yang menunjukkan reaksi berduka dengan mendoakan almarhum pada hari

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien

5/14/2018 Asuhan Keperawatan Pada Pasien - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-pada-pasien-55a92d69dd2ef 1/6

 

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KONDISI KRITIS DAN TERMINAL

( Anastasia Anna )

Pengertian :

Kritis : suatu kondisi yang mana pasien dalam keadaan gawat tetapi masih

ada kemungkinan untuk mempertahankan kehidupan.

Terminal : fase akhir kehidupan pasien, menjelang kematian ( sakaratul maut / dying ), yang dapat berlangsung dalam waktu singkat atau panjang.

Bagi setiap orang, kematian merupakan suatu kehilangan, yang tidak dapat

dihindari oleh siapa pun.

KEHILANGAN

Jenis Kehilangan :

1. Actual Loss : kehilangan yang nyata, yang dapat diketahui oleh orang

lain

2. Perceived Loss : kehilangan yang dapat dirasakan oleh diri sendiri dan

tidak diketahui / dirasakan oleh orang lain ( kehilangan yang bersifat

psikologis )

3. Anticipatory Loss : kehilangan yang belum terjadi, merupakan perilaku

seseorang yang kehilangan dan berduka.

Sumber Kehilangan :

1. kehilangan obyek / bagian dari dalam diri sendiri, seperti kehilangan

bagian / fungsi tubuh, misalnya amputasi kaki, mastektomi .

2. Kehilangan obyek di luar diri, misalnya kehilangan HP, dompet, mobil,

dsb.

3. Kehilangan orang yang dicintai, misalnya nenek, orang tua, suami/istri,

anak, pacar, dsb.

4. Berpisah dengan lingkungan yang sudah akrab / menyatu dengan

dirinya, misalnya harus meninggalkan keluarga untuk sekolah di luar

negeri, pensiun, atau mutasi / pindah dari tempat pekerjaan, dsb.

Reaksi terhadap kehilangan adalah BERDUKA, merupakan respon emosi yang

wajar dan subyektif untuk mencapai kesehatan jiwa.

Proses berduka terdiri dari :Bereavement grieving : proses / reaksi berduka terhadap kehilangan

Mourning grieving : periode menerima kehilangan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan :

1. Usia dan tingkat Perkembangan : pada usia bayi hingga balita, individu

belum begitu mengerti mengenai arti kehilangan, mulai usia sekolah hingga

dewasa, sudah dapat merasakan arti kehilangan.

2. Makna Kehilangan : bersifat subyektif bagi setiap individu, sehingga

tidak dapat disamaratakan. Misalnya : Nn. A menggunakan ballpoint yang,

sebenarnya dijual dibanyak tempat dengan harga 5000 rupiah. Pada saat

ia kehilangan bollpoint tersebut, ia menangis dan terus menerus

mencarinya. Baginya walaupun harga ballpoint hanya 5000 rupiah tapi

makna dari benda tersebut sangat besar karena pemberian dari orang

yang sangat ia kagumi. Contoh lain : Nn. B pada saat ayahnya meninggal

dunia sama sekali tidak menangis, karena ia tidak pernah merasakan kasih

sayang dari ayahnya. Bagi orang lain yang melihat, mungkin akan

mengatakan bahwa ia anak yang tidak berbakti karena tidak merasa

kehilangan / berduka atas kematian ayahnya. Sebenarnya Nn.B tidak 

dapat disalahkan karena baginya , ayahnya kurang bermakna dalam

hidupnya, sehingga ia tidak merasa kehilangan.

3. Kultur / budaya : budaya jawa mempunyai prinsip “ nrimo “, sehingga

kematian seseorang harus selalu diikhlaskan. Pada suku Toraja, bila

seseorang meninggal dunia, semakin banyak orang yang menangisi,

menunjukkan bahwa almarhum adalah orang yang mempunyai pengaruh

pada saat hidupnya, atau orang yang disayangi / dihormati oleh banyak 

orang, sehingga bila ia berasal dari keluarga kecil, maka keluarga akanmenyewa orang untuk menangisi jenasahnya. Ada juga tradisi / budaya

yang menunjukkan reaksi berduka dengan mendoakan almarhum pada hari

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien

5/14/2018 Asuhan Keperawatan Pada Pasien - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-pada-pasien-55a92d69dd2ef 2/6

 

ketiga, ketujuh, ke 40 hari, 100 hari, dst.

4. Keyakinan spiritual : individu yang beragama Katolik, Kristen dan Islam

meyakini bahwa seseorang yang telah meninggal dunia akan mempunyai

kehidupan lain sesuai dengan amal baktinya selama ia hidup di dunia ( di

neraka atau Surga ), dan doa dari anggota keluarga atau dari kerabat yang

masih hidup akan membantu mengantarkan almarhum ke kehidupannya di

alam baka, selain itu dianjurkan untuk tidak membebani “perjalanannya”  dengan meneteskan airmata pada jasadnya. Sedangkan individu yang

beragama Hindu dan Budha, meyakini juga ada kehidupan lain di alam baka

dan kemungkinan akan reinkarnasi. Keyakinan setiap individu sesuai dengan

spiritualnya akan mempengaruhi juga reaksi berdukanya. Semakin kuat

imannya, semakin positif reaksi berdukanya.

5. Jenis kelamin dan Perannya : seorang ibu yang tidak mempunyai

pekerjaan dan hanya bergantung pada suami, akan sangat merasa

kehilangan bila suaminya meninggal. Seorang suami yang biasanya hanya

berfikir untuk mencari nafkah, akan sangat kehilangan bila istrinya

meninggal karena ia tidak terbiasa mengurus anak-anaknya.

6. Status sosial ekonomi : kematian seseorang yang merupakan tulang

punggung keluarga akan mempengaruhi reaksi kehilangan.

Karakteristik berduka ( Burgess dan Lazarc )

1. Merasa shock dan tidak percaya :

2. Sedih dan merasa hampa

3. Timbul perasaan tidak nyaman seperti sakit dada, nafas pendek dan cepat

lelah

4. Mengalami perasaan bersalah

5. Cenderung iritabel dan menangis

6. Disibukkan oleh bayang-bayang orang yang sudah hilang / meninggal

Tahapan Berduka ( Engel )

1. Shock dan tidak percaya

2. Mengembangkan kesadaran

3. Restitusi

4. Adaptasi kehilangan5. Idealisasi

6. Hasil / tujuan

Tahapan Berduka ( Kubler Ross )

1. Denial : tidak percaya, menolak 

2. Anger : marah

3. Bargaining : tawat menawar dengan Tuhan

4. Depression : rasa sedih yang mendalam

5. Acceptance : memahami & menerima keadaan

 Adaptasi Bertahap terhadap Kehilangan sebagai bagian dari realita

( Schulz ) :

1. Tahap awal : kehilangan

Berlangsung sampai beberapa minggu, reaksi yang timbul : shock dan tidak 

percaya disertai perasaan dingin, hilang rasa dan bingung. Dapat pula

timbul konflik, kecemasan dan ketakutan

2. Tahap Intermediate.

Berlangsung ± 3 minggu setelah kehilangan sampai 1 tahun.

Tiga pola perilaku pada tahap ini :

a. perilaku obsesional

b. belajar mengerti makna kematian

c. belajar untuk menjadi orang yang sudah meninggal

3. Tahap recovery

Setelah 1 tahun : tidak lagi kembali ke masa lalu, sudah dapat aktif lagi

untuk melakukan kegiatan seperti biasa, karena berfikir bahwa hidup

harus tetap berjalan.

KEMATIANDefinisi :

1. Menurut Arodisovial : secara tradisional seseorang dikatakan mati,

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien

5/14/2018 Asuhan Keperawatan Pada Pasien - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-pada-pasien-55a92d69dd2ef 3/6

 

apabila secara klinis ia tidak mempunyai denyut nadi dan pernafasan

berhenti beberapa menit .

2. Menurut World Medical Assembly ( 1968 ) : petunjuk medikasi

kematian adalah sebagai berikut :

a. tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total

b. tidak ada gejala dari otot, terutama otot pernafasan

c. tidak ada reflek d. gambaran EEG mendatar.

3. Menurut ahli Tenatologi : mati klinis ( somatik ) adalah

ketidakaktifan 3 sistem tubuh, yaitu : susunan saraf pusat, sistem

peredaran darah dan sistem pernafasan

4. Menurut Kubler Ross : Tanda kematian secara klinis adalah denyut

nadi berhenti, pernafasan berhenti berdasarkan pemeriksaan

auskultasi, bola mata membesar dan tidak berubah lagi, semua refleks

tubuh menghilang, kegiatan sistem otak berhenti berdasarkan

pemeriksaan EEG mendatar selama 24 jam.

Perubahan Tubuh setelah Kematian :

1. Lebam Mayat ( Livor Mortis )

Perubahan warna kulit, biru kehitam-hitaman karena sirkulasi darah

sudah tidak berjalan, sehingga terjadi pelepasan Hb mulai dari

anggota bawah tubuh pasien pada keadaan telentang. Lebam mayat

terjadi sesaat setelah meninggal dan mulai 15  – 39 menit setelah

meninggal.

2. Kaku Mayat ( Rigor Mortis )

Terjadi 2 – 4 jam setelah kematian, dimulai pada hati, bladder,

kepala, leher, pundak dan ekstremitas. Timbul kekakuan karena ATP

( Adenosine Tri Phosphat ) dalam tubuh berkurang karena tidak 

disintesa lagi oleh glikogen.

3. Penurunan Suhu ( Algor Mortis )

Setiap jam suhu turun 1ºC sampai mencapai suhu kamar, elastisitas

kulit hilang, sehingga kulit pecah-pecah. Penurunan suhu terjadi

karena berhentinya proses metabolisme dan tidak bekerjanyahipotalamus, sehingga sirkulasi darah dan kerja SSP berhenti pula.

4. Pembusukan ( Dekomposisi / Post Mortem )

Proses pembusukan mulai nampak setelah 34 – 36 jam post mortal,

disebabkan oleh mekanisme kerja mikroorganisme pembusuk,

terutama golongan clostridium.

Penyebab Kematian :

1. Penyakit Kronis : seperti TBC, cirrhosis hepatic, gagal ginjal kronis,

penyakit jantung dan hipertensi

2. Penyakit keganasan : seperti Ca otak, Ca paru, Ca hepar, Ca pancreas,

leukemia

3. Kelainan saraf : seperti stroke, meningitis, hydrocephalus

4. Intoxicasi / keracunan : makanan, obat-obatan, zat kimia

5. Kecelakaan / trauma : trauma kepala, trauma pada organ vital

Individu menjelang kematian :

Biasanya seseorang yang sudah merasa akan mendekati ajalnya, akan

membuat “rencana”, baik untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain /

keluarga .

Misalnya : - ingin ziarah ke suatu tempat

- ingin bertemu dengan seseorang yang sangat bermakna bagi

dirinya

- ingin berkumpul dengan anak jalanan / yatim piatu

- ingin memberikan organnya untuk orang lain ( donor organ )

- membuat surat wasiat

- membangun tempat ibadat

- membuat perjanjian dengan keluarga tentang apa yang harusdilakukan oleh keluarga setelah ia meninggal

- dst.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien

5/14/2018 Asuhan Keperawatan Pada Pasien - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-pada-pasien-55a92d69dd2ef 4/6

 

Bila situasi ini terjadi di RS, maka perawat harus memberi dukungan penuh

terhadap rencana tersebut.

Menurut kepercayaan di Indonesia, segala sesuatu yang disampaikan /

dikatakan oleh seseorang yang akan meninggal merupakan “amanat” yang 

harus dijalankan oleh mereka yang ditinggalkan.

Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian :

1. Hilang Tonus Otot : relaksasi otot wajah, sulit berbicara, sulitmenelan dan gag refleks hilang pelan-pelan, menurunnya aktivitas

saluran cerna ( nausea, obstipasi, distensi abdomen ), kontrol sfingter

menurun ( incontinensia urie & alvi ), pergerakan berkurang.

2. Sirkulasi Darah Berkurang : sensasi menurun, sianosis ekstremitas,

kulit dingin di ekstremitas, telinga dan hidung.

3. Perubahan Tanda – Tanda Vital : nadi lambat, irregular, nafas

cepat, lama-lama menjadi lambat dan irregular, pernafasan mulut

sehingga membran mukosa mulut menjadi kering.

4. Gangguan Sensorik : penglihatan kabur, sensasi penciuman dan

pengecapan berkurang, pendengaran merupakan sensorik yang paling

akhir hilang.

5. Perubahan Tingkat Kesadaran : bervariasi.

Tanda-tanda Klinis Sesaat Menjelang Kematian :

Pupil melebar, tidak dapat bergerak, refleks hilang, nadi lambat dan lemah,

pernafasan cheyne’s stokes, mengorok / stridor, tekanan darah sangat 

rendah, mata membuka / menutup sebagian.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Kaji tingkat kesadaran / pemahaman pasien &/ keluarga :

a. closed awareness : pasien &/ keluarga tidak menyadari proses

kematian yang sudah menjelang. Mereka sama sekali tidak mengerti

mengapa pasien sakit dan percaya bahwa pasien akan segera

sembuh.

b.Mutual pretense : pasien , keluarga dan perawat mengetahui

kondisi terminal pasien dan tidak membicarakannya lagi, serta tidak 

berusaha untuk meningkatkan kondisinya. Kadang-kadang pasienmenghindari percakapan tentang kematian demi menghindarkan

keluarga dari tekanan.

c. Open awareness : pasien &/ keluarga telah mengetahui tentang

proses kematian dan merasa nyaman untuk memperbincangkannya

walaupun terasa sulit dan sakit. Kesadaran ini membuat pasien

mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah,

bahkan dapat berpartisipasi dalam merencanakan pemakaman

2. Kaji tanda-tanda perubahan fisik pasien : tonus otot, penurunan

sirkulasi ,perubahan Tanda-tanda vital ( TTV), gangguan sensoris dan

perubahan tingkat kesadaran.

3. Kaji tanda klinis sesaat sebelum meninggal, seperti :respons

terhadap stimulus, pergerakan otot, khususnya otot pernafasan,

fungsi refleks dan TTV.

4. Kaji kondisi nutrisi pasien : penampilan umum, berat badan, kekuatan

dan ketebalan otot, nilai Hb dan kondisi konjucntiva.

5. Kaji status cairan pasien : volume output cairan ( urine, muntah,

diare, keringat ), kondisi membrane mukosa dan turgor kulit.

6. Kaji rasa aman dan nyaman pasien : rasa nyeri, personal hygiene

7. Kaji persepsi pasien &/ keluarga tentang kematian : budaya dan

spiritual

8. kaji perubahan psikologis pasien &/ keluarga : menurunnya proses

intelektual, seperti menurunnya kemampuan untuk mengingat

informasi, tidak dapat berfikir jernih, dan sulit mengambil keputusan;

meningkatnya sensitivitas ( mudah tersinggung, mudah marah, mudah

sedih, dst. ), menurunnya kemampuan untuk melaksanakan aktivitasdan tugas dalam mengadaptasi masalah, serta reaksi berkabung

a. Tahap Denial : kaji pengetahuan pasien, kecemasan pasien dan

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien

5/14/2018 Asuhan Keperawatan Pada Pasien - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-pada-pasien-55a92d69dd2ef 5/6

 

penerimaan pasien terhadap penyakit, pengobatan dan hasilnya.

b. Tahap Anger : pasien menyalahkan semua orang, emosi tidak 

terkendali, komunikasi ada dan tiada, orientasi pada diri

sendiri.

c. Tahapan Bargaining : pasien mulai menerima keadaan dan

berusaha untuk mengulur waktu, rasa marah sudah berkurang.

d. Tahapan Depresi : kaji potensial bunuh diri, gunakan kalimatterbuka untuk mendapatkan data dari pasien

e. Tahapan Acceptance : kaji keinginan pasien untuk istirahat /

menyendiri.

9. Kaji kebutuhan spiritual pasien : kebutuhan pasien akan tokoh agama

atau seseorang yang dapat membantu kebutuhan spiri tualnya,

biasanya pada saat pasien sedang berada di tahap bargaining.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan : pasien dapat menghadapi kematian dalam damai

Kriteria : pasien tidak merasa kesepian, takut dan depresi

Pasien merasa aman, nyaman dan percaya diri

Pasien dapat menerima keadaan / penyakitnya

Intervensi :

1. Menjelang kematian :

a. pertahankan kebersihan tubuh, pakaian dan tempat tidur pasien

b. atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien

c. lakukan “suction” bila terjadi penumpukan secret pada jalan 

nafas

d. berikan nutrisi dan cairan yang adekuat

e. lakukan perawatan mata agar tidak terjadi kekeringan / infeksi

kornea

f. lakukan oral hygiene

g. lakukan reposisi tidur setiap 2 jam sekali dan lakukan masase

pada daerah penonjolan tulang dengan menggunakan minyak 

kayu putih untuk mencegah dekubitus

h. kolaborasi untuk pemberian analgetika bila diperlukani. anjurkan keluarga untuk mendampingi dan mengajak pasien

berdoa

 j. Bantu pasien &/ keluarga untuk dapat menerima keadaannya

k. Bantu dan dukung pasien untuk membuat rencana bagi dirinya

maupun keluarga / orang lain

l. Tunjukkan rasa caring dan empati

2. Saat menghadapi proses berduka :

Bantu pasien untuk dapat melewati proses berkabung dengan baik 

a. Tahap Denial dan Anger : dampingi pasien dan dengarkan

keluhan pasien, tidak mencela pembicaraan pasien / memberi

komentar, gunakan prinsip-prinsip komunikasi terapeutik. Pada

fase ini segala nasehat, penyuluhan jangan diberikan dulu.

b. Tahap Bargaining : berikan penjelasan tentang penyakitnya

setahap demi setahap. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan

spiritualnya dengan menghubungi tokoh agama atau seseorang

yang ia percaya dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya.

c. Tahap depresi : temani pasien, hindari / jauhkan pasien dari

barang-barang yang dapat merusak dirinya, seperti obat, cairan

antiseptic, gelas, pisau, garpu, dsb., cegah pasien untuk bunuh

diri

d. Tahap Acceptance : Bantu pasien untuk membuat keputusan /

program selanjutnya

3. Setelah kematian :

a. tanggalkan semua peralatan medis yang digunakan oleh pasien,

seperti NGT, kateter urine, IV line, endotracheal tube /tracheostomi tube, dst.

b. bersihkan tubuh pasien sesuai dengan agama pasien

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien

5/14/2018 Asuhan Keperawatan Pada Pasien - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-pada-pasien-55a92d69dd2ef 6/6

 

c. kenakan pakaian sesuai keinginan pasien / keluarga atau kain

kafan bila pasien beragama islam

d. atur posisi supine dengan kedua tangan di sisi tubuh atau

menyilang di atas abdomen ( posisi berdoa sesuai dengan agama

yang dianut pasien )

e. lubang telinga, lubang hidung, anus diberi kapas lemak untuk 

menahan sekresi cairan yang keluar.f. Bila mata pasien tidak dapat menutup rapat, sementara diberi

plester kecil pada ujungnya

g. Mulut pasien diusahakan tertutup rapat

h. Beri tanda pengenal / identitas, bereskan administrasi, seperti

surat keterangan kematian, dsb

i. Jenazah dibawa ke kamar jenazah / pulang setelah 2 jam

kemudian

Catatan :

Untuk pasien yang menderita penyakit tertentu, misalnya HIV Aids, maka

perawatan jenazah sesuaikan dengan protap yang berlaku.

EVALUASI

Pasien dapat menghadapi kematian dalam damai, tanpa merasa kesepian,

takut dan depresi, setelah pasien &/ keluarga dapat menerima keadaannya.

PENUTUP

Setiap perawat professional akan berusaha membantu dan mendampingi

pasien menghadapi masa terminal / kritis dengan memperhatikan kebutuhan

fisik, psikologis, sosial dan spiritual pasien sesuai dengan hingga pasien

dapat menghadapi kematian dalam damai.

September 2011

 Anastasia Anna

FKep Unpad