Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah ...
Transcript of Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah ...
Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah
Gangguan Pola Tidur Pada Ny.B di Lingkungan I
Kelurahan Sitirejo II Kecamatan
Medan Amplas
Karya Tulis Ilmiah
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Helen Sihombing
132500022
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang senantiasa
melimpahkan Kasih sayang dan rahmat-Nya, dan telah memberikan kekuatan,
kesempatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun
karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur Pada Ny.B di Lingkungan I
Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas”
Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ismayadi S.Kep, M.Kep selaku dosen
pembimbing yang selama ini telah membimbing dan memberikan saran, kritik,
dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Disamping itu penulis juga banyak mendapat bantuan moril dan material
dari berbagai pihak dalam menyelesaikan studi dan penulisan karya tulis ilmiah
ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep,Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku wakil Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr.Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan
III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep Selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Jenny M. Purba S.Kp, MNS, Ph.D Selaku Dosen Pembimbing
Akademik Saya.
Universitas Sumatera Utara
7. Bapak Ismayadi, S.Kep,Ns, M.Kes Selaku dosen pembimbing karya tulis
ilmiah saya.
8. Bapak Iwan Rusdi S.Kp, MNS Selaku Dosen penguji Karya Tulis Ilmiah
saya.
9. Kepada kedua orang tua yaitu Bapak saya (E. Sihombing) dan Ibu saya (B.
Sipayung) serta Bibik Asuh saya (Ny. B sipayung) yang tercinta atas
segala keikhlasan dalam memberikan kasih sayang serta kakak-kakak saya
(Artha dan Rohani) dan Adik saya (Devi), yang tidak pernah lelah
memberikan dukungan moril maupun materil dengan penuh kasih sayang
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. keluarga besar saya yang juga memberikan dukungan langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada saya Eltha,Veronika,Ali,Sridevi,Desi,IMelda,Wilda,Yohana, dan
Lily,terima kasih telah menjadi sahabat terbaik sampai saat ini dan untuk
selamanya.
12. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan khususnya Teman-teman Program Studi DIII Keperawatan
Stambuk 2013, terima kasih atas doa, dukungan dan kebersamaannya
selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang
membangun dari semua pihak bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pelayanan keperawatan.
Medan, 24 Juni 2016
Penulis,
Helen Sihombing
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. i KATA PENGANTAR ......................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Tujuan .................................................................................... 4 C. Manfaat ................................................................................. 5
BAB II PENGELOLAAN KASUS .................................................... 6 A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Gangguan Tidur .................................................................... 6 1. Pengertian Tidur ............................................................... 6 2. Fisiologi Tidur .................................................................. 7 3. Pengaruh Tidur ................................................................. 7 4. Siklus Tidur ...................................................................... 10 5. Pola Tidur Normal ........................................................... 11 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur .......................... 12 7. Konsep Dasar Gangguan Pola Tidur Pada Lansia ........... 13
B. Asuhan Keperawatan Kasus ................................................... 17 1. Pengkajian ....................................................................... 17 2. Analisa Data .................................................................... 24 3. Masalah Keperawatan ..................................................... 25 4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) .................................. 25 5. Perencanaan Keperawatan .............................................. 26 6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ....................... 28
BAB III PENUTUP ............................................................................... 31 A. Kesimpulan .......................................................................... 31 B. Saran .................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 33 LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan
makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan
istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu
keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan
fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan
istirahat yang cukup,kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan menurun
serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003). Tidur adalah status perubahan
kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur
dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme tubuh menurun (Choppra, 2003),
tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan
respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007). Pola istirahat dan tidur yang
biasa dari seorang yang masuk rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain
dengan mudah dipengaruhi oleh penyakit atau rutinitas pelayanan kesehatan yang
tidak dikenal. (Potter & Perry, 2005).
Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data
hasil polling tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih 2
banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% :
54% (National Sleep Foundation, 2007).
Orang Lanjut Usia (Lansia), menurut defenisi World Health Organization
(WHO), adalah orang usia 60 tahun ke atas yang terdiri dari (1) usia lanjut
(elderly) 60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan (3) usia sangat lanjut
(very old) diatas 90 tahun ( Raharja, 2013). Indonesia meupakan salah satu negara
berkembang yang jumlah penduduknya berusia 60 tahun keatas semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Universitas Sumatera Utara
terjadi peningkatan usia harapan hidup (UHH) . Pada tahun 2000 UHH di
Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%) .
Angka ini meningkat menjadi 69,43% tahun pada tahun 2010 (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,58% (Kemenkes, 2013). Peningkatan usia
harapan hidup tersebut bisa karena pengaruh kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang kedokteran. Kualitas hidup
merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan kerena menurut
konstitusi WHO,kesehatan meliputi kesehatan fisik, mental, serta social secara
keseluruhan. Pengukuran kesehatan, serta perawatan kesehatan tidak hanya
ditunjukan oleh perubahan frekuensi dan beratnya penyakit, melainkan juga harus
meliputi kenyamanan hidup yang dapat dinilai melalui peningkatan kualitas hidup
(Pangkahila, 2007).
WHO mengartikan kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai
posisinya dalam kehidupan , dalam konteks kultur dan system nilai dimana mereka
hidup, dan dalam hubungan dengan tujuan , harapan ,standar yang ada, dan perhatian
mereka (Pangkahila, 2007). Sedangkan kualitas hidup lansia merupakan suatu
komponen yang kompleks , mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam
kehidupan,kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik,
pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan social dan jaringan social (Sutikno,
2011). Lansia dikatakan memiliki hidup yang berkualitas apabila mereka memiliki
kondisi fungsional yang optimal, sehingga mereka dapat menikmati masa tuanya
dengan penuh makna, membahagiakan dan berguna.
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
dapat berfungsi dengan baik dan merupakan salah satu aspek yang dapat
berpengaruh pada kualitas hidup manusia. Terdapat perbedaan pola tidur pada
lansia dibandingkan dengan usia muda (Prayitno, 2002). Pada kelompok usia
lanjut, kebutuhan tidur akan berkurang dan mereka cenderung lebih mudah
bangun dari tidurnya. Pada usia 12 tahun kebutuhan untuk tidur adalah 9 jam,
berkurang menjadi 8 jam pada usia 20 tahun, 7 jam pada usia 40 tahun, 6 jam
setengah pada usia 60 tahun dan 6 jam pada usia 80 tahun (Prayitno, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Dengan bertambahnya jumlah lansia, maka jumlah permasalahan pada
lansia juga akan bertambah. Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita
penyakit fisik yang mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% pasien yang
menderita sakit fisik tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama
depresi dan ansietas . Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan
gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur (Prayitno, 2002).
Gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% dan yang
paling sering ditemukan adalah insomnia. Gangguan juga terjadi pada dalamnya
tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Selama tidur
malam, seseorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. Hal ini
berbeda dengan lansia yang lebih sering terbangun (Amir, 2007).
Indonesia adalah suatu negara berkembang yang memiliki umur harapan
hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup
dan pelayanan kesehatan secara umum. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu
bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya (Kosasih dkk,
2004). Indonesia juga termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging structured population) karena mempunyai jumlah penduduk
lansia ini antara lain disebabkan karena tingkat social ekonomi masyarakat yang
meningkat, kemajuan dibidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan
masyarakat yang meningkat. Jumlah penduduk pada lansia tahun 2006 sebesar 19
juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010, diprediksikan
jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun.
Sedangkan, pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta
(11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Efendi, 2009).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Mei 2016,
dari data angket 42 orang lansia, terdapat 37 orang lansia tidak pernah mendengar
tentang posyandu lansia, 40 orang lansia berkeinginan dibentuknya posyandu lansia,
42 orang lansia menginginkan pemeriksaan dan pengobatan kesehatan, 10 orang
lansia menderita hipertensi, 5 orang mengalami gangguan pola tidur, 15 orang
menderita reumatik, 3 orang lansia menderita sesak nafas, 2 orang menderita penyakit
jantung, 5 orang tidak memeriksa kesehatan secara rutin. 18 orang lansia hanya
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan rumah tangga setiap hari , 20 orang tidak ikut dalam kegiatan
social, 4 orang berkebun Wawancara dengan kepala lingkungan I, Kelurahan Sitirejo
II dan lansia belum terbentuk posyandu lansia wawancara dengan lansia mengatakan
belum pernah mengikuti posyandu lansia Observasi. Berdasarkan hasil Observasi saat
pengkajian ditemukan 3 orang lansia menerita stroke, tidak terdapatnya posyandu
lansia, dari data angket yang dikumpukan. Tingginya angka penyakit degenerative
(Hipertensi, rematik, jantung, dan diabetes mellitus) yang diderita oleh lansia,
dikarenakan kurangnya pengetahuan lansia tentang pelayanan kesehatan. Dengan
timbulnya berbagai macam penyakit yang diderita oleh lansia pada daerah sitirejo,
kemungkinan untuk gangguan pola tidur pada lansia sering muncul, khususnya pada
penderita rematik, asma.
Menurut data yang di dapat pada lingkungan I sitirejo II sebanyak kurang
lebih 20% lansia mengalami gangguan tidur, mengalami gangguan dikarenakan
berbagai faktor yang terjadi pada lansia , baik dalam kondisi fisik yang menderita
penyakit, faktor lingkungan, stress dan proses menua. Berdasarkan data diatas,
saya tertarik untuk melakukan pengangkatan pada judul saya yaitu “Asuhan
Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur Pada
Ny.B di Lingkungan I Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Lansia dengan Masalah Gangguan Pola Tidur
pada Ny. B di Lingkungan 1 Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. B dengan masalah
gangguan tidur penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar Tidur.
Universitas Sumatera Utara
b. Menegakkan diagnosa pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar Tidur.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada Ny.B dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar Tidur.
d. Melakukan implementasi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
yang sudah dibuat pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
Tidur.
e. Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
memberi asuhan keperawatan kepada lansia untuk meningkatkan
kebutuhan tidur yang mengalami terganggu pola tidurnya.
2. Bagi Pasien dengan Gangguan Pola Tidur
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan Dapat membantu perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
tidur di Lingkungan 1 Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur
1. Pengertian Tidur
Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan tak sadarkan diri yang relatif
dan ini diperlukan agar sel-sel dalam tubuh dapat memulihkan kondisinya (Siti
Maryam & Mia, 2010). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
di bangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008).
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah,
2006).
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda
sebagai berikut :
1. Aktifitas fisik minimal.
2. Tingkat Kesadaran yang Bervariasi.
3. Terjadinya Perubahan-Perubahan proses fisiologis tubuh , dan
4. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Pada waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang brfluktuasi.
Tingkat kesadaran pada organ-organ pengindraan berbeda-beda, organ
pengindraan yang mengalami penurunan kesadaran yang paling dalam selama
tidur adalah indra penciuman. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi pada malam hari tanpa disadari oleh penghuninya yang
sedang tidur. Organ pengindraan yang mengalami penurunan tingkat kesadaran
yang paling kecil adalah indra pendengaran dan rasa sakit. Ini menjelaskan
mengapa orang-orang yang sakit dan berada dalam lingkungan yang bising acap
kali tidak dapat tidur.
Universitas Sumatera Utara
2. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktifitas tidur ini
diatur oleh system pengativasian retikularis yang merupakan system yang
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, Reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan
Visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari
sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan
implus yang diterima dipusat otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).
3. Pengaturan Tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat ,saraf
perifer , endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan musculoskeletal (Robinson 1993,
dalam Potter ). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasikan atau direkam dengan
elektroensefalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukuran tonus otot,
dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram (EOG)
untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk tidur dan bangun. Reticuler activating system (RAS) di bagian batang otak
atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensorik raba.
Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi dan proses pikir).
Universitas Sumatera Utara
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS
melepaskan katekolamin, misalnya neropinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan
oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak
tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor
sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan system 8imbic seperti
emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan
berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS
menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
Tahapan Tidur menurut (Tarwoto & Wartonah, 2006)
1. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak
tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan
istirahat, tekanan darah turun, kecapatan pernapasan menurun, metabolisme
turun, dan gerakan bola mata lambat.
a. Tahapan Tidur NREM
1) NREM Tahap 1
a) Tingkat transisi.
b) Merespons Cahaya.
c) Berlangsung beberapa menit.
d) Mudah terbangun dengan rangsangan.
e) Aktifitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun.
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) NREM Tahap 2
a) Periode suara tidur.
b) Mulai relaksasi otot.
c) Berlangsung 10-20 menit.
d) Fungsi Tubuh berlangsung lambat.
Universitas Sumatera Utara
e) Dapat dibangunkan dengan mudah.
3) NREM Tahap 3
a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak.
b) Sulit dibangunkan.
c) Relakasi otot menyeluruh.
d) Tekanan darah menurun.
e) Berlangsung 15-30 menit.
4) NREM Tahap 4
a) Tidur nyenyak.
b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif.
c) Untuk restorasi dan istirahat , tonus otot menurun.
d) Sekresi lambung menurun.
e) Gerak bola mata cepat.
2. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial.
Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu
gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif . Tidur REM ditndai dengan
mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat ( mata
cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada
lakilaki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan Pernapasan tidak
teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan
menunjukkan gejala- gejala sebagai berikut :
a. Cenderung Hiperaktif.
b. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosi labil).
c. Nafsu makan bertambah.
d. Bingung dan Curiga.
Tahapan Tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu, 20-25% dari tidur malamnya.
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi.
Universitas Sumatera Utara
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi.
Karakteristik Tidur REM
a. Mata : Cepat, tertutup dan terbuka.
b. Otot- otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
c. Pernapasan : Tidak teratur, kadanf dengan apnea.
d. Nadi : Cepat dan regular.
e. Tekanan Darah : Meningkat atau Fluktuasi.
f. Sekresi gaster : Meningkat.
g. Metabolisme : Meningkat, temperature tubuh naik.
h. Gelombang otak : EEG aktif.
i. Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
4. Siklus Tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 sampai 30
menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan
berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).
Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh,
tiap siklus terdiri dari 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola
siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju tahap 4 NREM, diikuti kebalikan
tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya
mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter & Perry, 2005).
Tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek,dan
memperjangkan periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit
selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten
menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai contoh, orang yang tidur dapat
berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2,3, dan 4 sebelum
masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi.
Perubahan tahap ketahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan
Universitas Sumatera Utara
untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk
tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur
nyenyak cenderung bertahap (Closs, 1998 dalam Potter & Perry, 2005)
5. Pola Tidur Normal
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan.
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
b. Mudah berespons terhadap stimulus.
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.
c. Tahap REM 20-30%.
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam malam hari.
b. Tahap REM 20%.
5. Usia Sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 20%.
7. Dewasa Muda
a. Tidur 7-9 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
8. dewasa pertengahan.
a. Tidur kurang lebih 7 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
Universitas Sumatera Utara
9. Usia Tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
c. Tahap NREM IV menurun kadang kadang absen.
d. Sering terbangun pada malam hari.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada
yang kebutuhannya yang terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami
gangguan. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut :
1. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur
dengan nyenyak . Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya , pada klien yang
menderita gangguan pada system persendian. Dalam kondisi yang
mengalami nyeri pada sendi tidak akan dapat istirahat atau tidur.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur
dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang rebut, bising, dan gaduh
akan menghambat seseorang untuk tidur khususnya lansia.
3. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin
darah melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV
NREM dan REM.
4. Diet
Makanan yang banyak mengandung L- Triptofan seperti keju,susu,
dagingmdan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alcohol akan
mengganggu tidur.
5. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur sesorang . Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan
yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
6. Obat – Obatan
Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan
tidur, ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat
golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM.
7. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal . Namun demikian , keadaan sakit menjadikan pasien kurang
tidur atau tidak dapat tidur.
8. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
9. Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
10. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
11. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal ,seseorang yang tahan minum
alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Konsep Dasar Gangguan Pola Tidur Pada Lansia
1. Pengertian Gangguan Pola Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu
Universitas Sumatera Utara
dari ketiga maslah berikut : insomnia gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur
atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang
hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).
2. Klasifikasi Gangguan Tidur
1. Insomnia
Insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk
untuk atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun
dari tidur, tetapi belum merasa cukup tidur dapat disebut mengalami
insomnia (Japaradi, 2002). Dengan demikian, insomnia merupakan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas
maupun kuantititas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali
seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang menderita
insomnia sering dapat tidur lebih lama yang mereka perkirakan, tetapi
kualitasnya kurang. Ada 3 jenis insomnia yaitu, Insomnia inisial, Insomnia
Intermitten dan Insomnia Terminal. Insomnia Inisial adalah
ketidakmampuan seseorang untuk memulai tidur.Insomnia Intermitten
adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga. Sedangkan Insomnia Terminal adalah bangun secara dini, dan tidak
dapat tidur lagi. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalam insomnia diantaranya adalah, rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,
tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat
membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi dan tindakan
lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya- upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi insomnia yaitu :
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju, susu.
Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari
protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur.
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.
c. Hindari tidur diwaktu siang atau sore hari.
Universitas Sumatera Utara
d. Berusaha untuk tidur apabila benar- benar kantuk dan tidak pada waktu
kesadaran penuh.
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat seblum tidur.
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur.
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum berusaha
untuk tidur.
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semi purposeful aksi motorik , seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi,
berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa
menit dan kembali tidur lagi (Japardi, 2002). Somnambulisme ini lebih
banyak terjadi pada anak – anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang
mengalami somnambulisme mempunyai resiko terjadinya cedera.Upaya yang
dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan
membimbing anak. Tindakan ini dilakukan untuk mengantisipasi resiko
terjadinya cedera pada anak. Ketika anak dalam kondisi somnambulisme,
maka anak harus dibimbing untuk kembali ketempat tidur. Upaya lain yang
dapat dilakukan untuk mengatasi somnambulisme adalah dengan membuat
lingkungan yang nyaman dan aman serta dapat pula dengan menggunakan
obat seperti diazepam dan valium.
3. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari lebih dari 9 jam, biasanya
disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,
liver dan metabolisme.
4. Parasomnia
Merupakan Sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti
samnohebalisme (tidur sambil berjalan).
Universitas Sumatera Utara
5. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol) . Terjadi pada
anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab
secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stress, dan toilet
training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis
antara lain : hindari stress, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan
kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
6. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah
serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada setiap
saat dimana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi
secara pasti belum jelas, tetapi diduga karena terjadi akibat kerusakan
genetika system saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan.
Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi pada
waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat–alat yang
berputar–putar atau berada ditepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat
digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat
orang tidak dapat tidur. Obat tersebut di antaranya jenis amfetamin.
7. Night Terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung
terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
8. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang
menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut
mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
Universitas Sumatera Utara
B. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Lansia
1. Pengkajian Pada Lansia
1. Biodata
a. Identitas Diri Klien
b. Nama Lengkap : Ny, B Sirait
c. Tempat, Tanggal Lahir : Porsea, 24 Desember 1949
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Agama : Kristen Protestan
g. Suku : Batak Toba
h. Pendidikan : Spg
i. Pekerjaan : Pensiunan Guru
j. Alamat : Gg. Patri Kel.Sitirejo II no 8
k. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti
2. Keluhan Utama
Ny B mengatakan sulit tidur pada malam hari. Sering terbangun tiba-tiba.
Dan saat akhir-akhir ini mengalami sedikit nyeri pada sendi - sendi lutut.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/Palliative
1) Apa penyebabnya
Ny. B mengatakan bahwa gangguan pola tidur yang terjadi saat ini
dikarenakan klien lelah dan terkadang sedikit nyeri pada sendi.
2) Hal-hal yang memperbaiki Keadaan
Istirahat dengan cukup dan mencoba untuk tidur.
b. Quantity/ Quality
1) Bagaimana dirasakan
Klien merasa kurang istirahat, mata terlihat lesu.
2) Bagaimana dilihat
Klien terlihat lesu, kurang bersemangat.
c. Region
1) Dimana Lokasinya : -
Universitas Sumatera Utara
2) Apakah Menyebar : -
d. Severity : -
e. Time : -
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan dahulu pernah mengalami konstipasi. Tapi sekarang
sudah tidak kambuh lagi.
b. Pengobatan/ Tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan sering mengkonsumsi daun daun tradisional untuk
pengobatan dengan cara direbus dan mengkonsumsi buah-buahan.
c. Pernah dirawat/ di operasi
Klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit dan belum
pernah dioperasi.
d. Lama Dirawat
Tidak pernah dirawat dirumah sakit.
e. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi apapun terhadap dirinya
f. Imunisasi
Klien mengatakan tidak mendapat imunisasi pada waktu beliau masih
kecil.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang Tua
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang serius terhadap orang
tuanya.
b. Saudara Kandung
Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
c. Penyakit Keturunan yang ada.
Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan Jiwa.
Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Universitas Sumatera Utara
e. Anggota Keluarga yang meninggal.
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi Klien Tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa dia ingin selalu sehat, dan tidak akan sakit.
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien mengatakan senang dengan kondisi tubuhnya, tidak gemuk.
2) Ideal Diri
Klien mengatakan semoga saja dia tidak mengalami penyakit
serius sehingga dapat tetap beraktifitas seperti biasa nya.
3) Harga Diri
Klien merasa senang dengan dirinya, karena anaknya patuh
terhadap dia dank lien merasa dihargai.
4) Peran Diri
Berperan sebagai ibu rumah tangga, Seorang istri,ibu dan nenek
ditengah-tengah keluarga nya.
5) Identitas Diri
Seorang Ibu rumah tangga dengan pensiunan guru.
c. Keadaan Emosi
Baik , dapat mengontrol emosi.
d. Hubungan Sosial
Hubungan social Klien dengan lingkungan social terjalin dengan baik.
- Orang yang berarti : Suami dan Anak
- Hubungan dengan Keluarga : Kandung
- Hubungan dengan Orang Lain : Terjalin dengan baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan : Tidak ada
- Orang Lain
e. Spritual
1) Nilai dan Keyakinan
Klien percaya dengan keyakinan Agama yang dianutnya
Universitas Sumatera Utara
2) Kegiatan Ibadah
Klien mengikuti Ibadah minggu dan Perkumpulan keluarga
f. Istirahat Tidur
- Lama Tidur malam : 21.00-05.00 wib
- Setelah mengalami gangguan : 22.00-02.00 wib
- Siang : 13.00-14.00 wib
- Keluhan dengan Tidur :Tidur terganggu, sering terbangun
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda – tanda Vital
- Suhu Tubuh : 37 C
- Tekanan Darah : 120/80 mmhg
- Nadi : 82x/menit
- Pernapasan : 22 x/menit
- Skala nyeri : Skala 3
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 60 kg
c. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan Rambut
- Bentuk : Normal , Berbentuk bulat.
- Ubun – ubun : Ada
- Kulit kepala : Bersih , tidak ada Ketombe
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: Rapi , rambut lebat, ikal, ada
uban
- Bau : Tidak ada
- Warna Kulit : Kuning langsat
Wajah
- Warna Kulit : Kuning langsat
- Struktur Wajah :Bulat, tidak ada kelainan
Universitas Sumatera Utara
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan: 2 buah bola mata dan simetris
- Palpebra : Terbuka
- Konjungtiva dan sclera : Tidak Pucat
- Pupil : Simetris
- Cornea dan iris : Adanya sedikit kekeruhan lensa
Hidung
- Tulang hidung : Simetris , normal
- Lubang Hidung : Lengkap , ada 2 lubang
- Cuping hidung : Normal
Telinga
- Bentuk Telinga : Simetris , lengkap ada 2 daun telinga
- Ukuran Telinga : Kecil
- Lubang Telinga : Bersih
- Ketajaman Pendengaran : Masih Baik
Mulut dan Faring
- Keadaan Bibir : Tidak kering
- Keadaan Gusi dan Gigi : Gusi dan gigi bersih, gigi lengkap
- Keadaan Lidah : Normal
Leher
- Posisi Trachea : Simetris
- Thiroid : Normal , tidak ada pembengkakan
- Suara : Bersih
- Kelenjar Limfe : Ada
- Denyut nadi karotis : Normal, masi teraba
Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Baik
- Kehangatan : Kulit terasa hangat.
- Warna : Kuning langsat
- Turgor : Normal
- Kelembapan : Kulit lembab
Universitas Sumatera Utara
- Kelainan Pada Kulit : Adanya bintik hitam karena proses Menua.
Pemeriksaan Thoraks/Dada
- Inspeksi thoraks
(Normal,burelchest,funnelchest,pigeonchest,failchest,kifos
Koliasis)
- Pernafasan (Frekuensi,irama) : Normal , tidak sulit dalam bernafas
- Tanda Kesulitan Bernafas : Tidak ada
Pemeriksaan Paru
- Palpasi Getaran Suara : Tidak dilakukan
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi(Suara nafas,suara : Tidak dilakukan Pemeriksaan Ucapan,suara
tambahan)
Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi : Kedua belah dada normal, simetris
- Palpasi : Normal, Tidak ada bunyi tambahan
- Perkusi : Normal, Terdengar suara resonan
- Auskultasi : Normal, Terdengar suara broncial
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi ( Bentuk,benjolan) : Normal, tidak ada benjolan
- Auskultasi : Tidak terdengar kelainan
- Palpasi (Tanda nyeri tekan : Tidak adanya pembesaran Hepar /limfa
Benjolan,ascites,hepar,lien)
- Perkusi (Suara abdomen) : Normal
8. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Pola Makan dan Minum
- Frekuensi makan / hari : 3 x Sehari
- Nafsu / Selera makan : Baik dan Normal
- Nyeri Ulu hati : Tidak ada
- Alergi : Tidak ada
- Mual dan Muntah : Tidak ada
- Waktu Pemberian makan : Teratur dan tepat waktu
Universitas Sumatera Utara
- Jumlah dan Jenis makan : 1 Porsi makan dengan nasi Putih dan lauk
- Waktu pemberian minum : Setiap saat apabila haus
- Masalah Makan minum : Tidak ada masalah
b. Perawatan Diri / Personal hygiene
- Kebersihan Tubuh : Bersih, tidak tampak kotoran,rapi
- Kebersihan Gigi dan Mulut : Bersih, Tidak berbau
- Kebersihan Kuku kaki/tangan : Bersih, kuku tidak panjang
c. Pola Kegiatan / Aktivitas
- Uraian Kegiatan Klien untuk :
1. Mandi : Dilakukan 2 x sehari dengan mandiri
2. Makan : 3x sehari dilakukan secara mandiri
3. Eliminasi : Dilakukan secara mandiri
4. Ganti Pakaian : Dilakukan secara mandiri
- Uraian aktivitas Ibadah : Klien setiap hari minggu ke gereja.
9. Pola Eliminasi
a. BAB
- Pola BAB : Kurang lebih 4-6 kali seminggu
- Karakter Feses : Normal , Lembek dan berwarna Kuning
- Riwayat Perdarahan : Tidak Pernah
- Diare : Tidak ada
a. BAK
- Pola BAK : Kurang lebih 3 – 6 Kali sehari
- Karakter Urine : Normal, Bau tidak menyengat
- Nyeri/Rasa terbakar/sulit BAK: Tidak ada
- Riwayat Penyakit Ginjal : Tidak ada
Universitas Sumatera Utara
2. ANALISA DATA
NO Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1
2
Ds :Ny. B mengatakan Saya
sering terbangun apa bila
tidur malam. Terkadang
tidak bisa tidur nyenyak.
Do :
- K/u Baik
- Konjungtiva enemis
- Terkadang menguap
- Klien tampak lelah
- TD : 120/80 mmhg
- N : 80 x/ menit
- RR : 24 x/ menit
- S : 36 c
Waktu tidur malam sekitar
21.00 – 05.00 wib.
Waktu tidur setelah
mengalami gangguan
22.00-02.00 wib
Ds : Ny. B mengatakan
tidak mengetahui tentang
penyakit reumatik.
Makanan, pantangan dan
pengobatannya
Do : Ny.B tampak bertanya
tentang rematik, makanan,
pantangan, dan cara
pengobatannya.
-Faktor menua
-Kebisingan
-Keadaan Lingkungan
yang tidak nyaman.
-Proses Menua.
-Kurang pengetahuan
tentang informasi
reumatik.
Gangguan Pola
Tidur
Kurang
pengetahuan
tentang reumatik.
Universitas Sumatera Utara
NO Data Penyebab Masalah
Keperawatan
3
Ds : Ny. B mengatakan
adanya nyeri pada bagian
lutut dan dirasakan pada
saat bangun tidur, ketika
berdiri dan duduk.
Do :
TD : 130/70 mmhg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,5 c
Respirasi : 24x/ menit
Ny.B tampak memegangi
kakinya.
Skala nyeri : skala 3
-Proses Menua.
-Nyeri
-Tulang mengalami
gesekan.
-Permukaan tulang dan
sendi tidak lagi licin.
Nyeri
3. Masalah Keperawatan
1. Gangguan Pola Tidur.
2. Kurang Pengetahuan Tentang Reumatik.
3. Nyeri.
4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Faktor menua dan keadaan
lingkungan yang tidak nyaman ditandai dengan klien sering terbangun
pada saat tidur dan tidur tidak nyenyak.
2. Kurangnya pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi tentang rematik.
3. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada kaki berhubungan dengan
terjadinya nyeri pada kaki ditandai dengan rasa kesemutan dan nyeri
pada persendian.
Universitas Sumatera Utara
5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1
Gangguan Pola
Tidur
Berhubungan
dengan Faktor
menua dan
keadaan
lingkungan yang
tidak nyaman
ditandai dengan
klien sering
terbangun pada
saat tidur dan
tidur tidak
nyenyak
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
gangguan tidur
tidak terjadi.
Dengan kriteria
hasil :Klien dapat
tidur, nyaman
dan rileks.
-Lakukan
pengkajian
masalah
gangguan tidur
klien,
karakteristik dan
penyebab
kurang tidur
-Lakukan
persiapan untuk
tidur malam
seperti jam 8.
-Anjurkan
makan yang
cukup satu jam
sebelum tidur.
-Keadaan
tempat tidur
yang nyaman
-Lingkungan
yang tidak
berisik dari
kebisingan
-Tingkatkan
aktivitas sehari-
hari dan Kurangi
aktivitas
sebelum tidur.
-Memberikan
informasi rencana
keperawatan
-mengatur pola
tidur .
-Meningkatkan
pola tidur.
-Mengurangi
gangguan pada
pola tidur.
-Memberikan
kenyamanan
untuk tidur.
Universitas Sumatera Utara
NO Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2 Kurangnya
pengetahuan
tentang rematik
berhubungan
dengan kurang
terpaparnya
informasi tentang
rematik
Setelah dilakukan
intervensi,
diharapkan :
Ny.B diharapkan
paham mengenai
penyakitnya.
-Kaji tingkat
pengetahuan klien.
-Berikan
pendidikan
kesehatan tentang
cara mencegah
dan mengatasi
rematik.
-Anjurkan klien
untuk
mengkonsumsi
makanan yang
dapat dikonsumsi.
-Evaluasi tingkat
pengetahuan klien.
-Menambah pengetahuan
klien tentang penyakit
yang dideritanya.
-Klien mengetahui
tentang rematik untuk
pengurangan memicu
terjadinya nyeri.
-Mengetahui sejauh mana
klien paham tentang
peyakit dideritanya.
3 Nyeri akut akibat
proses inflamasi
pada kaki
berhubungan
dengan terjadinya
nyeri pada kaki
ditandai dengan
rasa kesemutan
dan nyeri pada
persendian.
Setelah dilakukan
intervensi hasil
yang diharapkan :
-Ny.B
melaporkan rasa
kesemutan dan
nyeri pada sendi
berkurang
-Ny. B dapat
merasa nyaman,
tanpa rasa ngilu
dan nyeri pada
kaki.
-Menganjurkan
Klien untuk mandi
air hangat,
kompres sendi-
sendi yang sakit
denga kompres
hangat.
-Memberikan
masase yang
lembut
-Mengajarkan
teknik relaksasi.
- Mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan klien
sehingga tercapai rasa
nyaman.
-Nyeri berkurang melalui
masase yang dilakukan.
-Memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi dan
mengurangi tegangan
otot/spasme.
Universitas Sumatera Utara
6. Implementasi Dan Evaluasi Tanggal No Implementasi Evaluasi
26/5/2016
Kamis
1
- Melakukan pengkajian masalah
gangguan tidur klien,
karakteristik, dan penyebab
kurang tidur
Hasil : Klien sering terbangun
pada malam hari, klien terbangun
kira-kira 1 jam tertidur, jika sudah
terbangun klien biasanya
melakukan kegiatan minum air
hangat, penyebab klien terbangun
karena faktor lingkungan dan jika
gejala rematik yang membuatnya
nyeri
-Menganjurkan klien untuk tidur
malam seperti pada jam 8 malam
sesuai dengan pola tidur klien.
Hasil : Klien tidur jam 20.00-
04.00 wib.
-Anjurkan Keluarga klien untuk
memberikan keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih dan bantal
yang nyaman.
Hasil : Keluarga klien menuruti
anjuran tersebut.Membuat tempat
tidur yang nyaman, lingkungan
yang tidak panas.
-Meningkatkan aktivitas sehari-
hari dan kurangi aktivitas sebelum
tidur.
Hasil : Klien tidak melakukan
kegiatan sebelum tidur. Tidak
mengerjakan yang berat-berat.
S :Klien mengatakan masih
mengalami gangguan sekali-
sekali.
O :
-K/u Baik
-Klien merasa sudah hampir
bisa tidur
-TD : 120/70mmhg
-Nadi : 82x/menit
-RR : 24x/menit
-S : 36 C
Kuantitas tidur pada malam hari
dari jam 20.00 – 04.00 wib
Pada siang hari 12.00 – 14.00
wib
A : Masalah Sebagian teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
Tanggal No Implementasi Evaluasi
26/5/2016
Kamis
2 -Membina hubungan
saling percaya dengan
klien.
Hasil : Memberi salam
kepada klien,dan klien
membalas salam tersebut.
-Menjelaskan tentang
rematik kepada klien.
Hasil : Klien bertanya
mengenai rematik
tersebut.
-Menjelaskan Cara untuk
mengurangi sakit pada
lutut dengan berolah raga.
Hasil : Klien mengatakan
telah melakukan olah raga
jalan pagi.
-Menjelaskan makanan
yang dapat dikonsumsi
klien
Hasil : Klien
mengkonsumsi susu, telur,
buah-buahan dan keju.
-Menjelaskan makanan
yang tidak boleh
dikonsumsi oleh penderita
rematik.
Hasil : Klien mengatakan
menghindari konsumsi
makanan seperti Kacang,
buncis dll.
S : Klien mengatakan sudah paham
dengan apa yang disampaikan mengenai
rematik, penyebab, makanan yang dapat
dan tidak dapat dikonsumsi.
O : Ny. B tampak paham dengan apa
yang disampaikan.
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan
-Beri penkes tentang rematik.
Universitas Sumatera Utara
Tanggal No Implementasi Evaluasi
26/5/2016
Kamis
3
-Membina Hubungan saling
percaya dengan klien.
Hasil : memberi salam pada klien
dank lien merespon salam yang
disampaikan.
-Mengkaji keluhan yang
dirasakan klien, catat faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal.
Hasil : Klien mengalami nyeri
saat bergerak tiba-tiba, faktor
yang mempercepat nyeri saat
klien banyak berdiri, klien
memegangi lutut yang nyeri.
-Menganjurkan klien untuk mandi
air hangat, kompres sendi-sendi
yang sakit dengan kompres hangat.
Hasil : Klien mengatakan setiap
malam mandi air hangat,
mencontohkan kepada klien
mengompres kaki nya dengan air
hangat.
-Mengajarkan klien untuk teknik
relaksasi.
Hasil : Klien mampu melakukan
teknik penarikan nafas saat nyeri
menyerang.
-Mengajarkan klien untuk
melakukan olahraga kaki, misalnya
dengan berjalan pagi hari.
Hasil : Klien mengatakan pagi
berjalan untuk olah raga kakinya.
S : Ny. B mengatakan sudah 3
minggu merasakan kesemutan
dan nyeri sendi pada lutut-
lututnya
-Ny. B mengatakan rasa nyeri
sendi tersebut datang ketika
akan bergerak missal duduk
atau berdiri.
O :
-TD : 120/80 mmhg
-Nadi : 82x/menit
-Suhu : 36 C
-Respirasi : 24x/menit
-Ny. B tampak memegangi kaki
bagian lututnya.
-Ny. B tampak melakukan teknik
relaksasi dan distraksi dengan
cara tarik nafas dalam.
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan
-Kaji pengetahuan klien tentang
rematik
-Berikan penkes tentang
penyakit rematik.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Ny.B
yang mengalami masalah gangguan tidur didapatkan hasil sebagai :
1. Tidur adalah, suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada rasa stress
emosional, bebas dari kecemasan.
2. Faktor resiko gangguan tidur pada Ny.B meliputi dikarenakan
berhubungan dengan gangguan lingkungan klien, gejala rematik yang
diderita, serta pengetahuan yang kurang mengenai rematik.
3. Tindakan penanganan gangguan pola tidur dilakukan dengan menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman sehingga dapat memicu pola istirahat
dengan baik.
4. Masalah Keperawatan yang ditemukan pada Ny.B adalah gangguan pola
tidur, Nyeri berhubungan dengan gejala rematik, dan Kurangnya
pengetahuan tentang rematik.
5. Dari data yang telah didapat, prioritas masalah utama klien adalah
Gangguan Pola Tidur.
6. Implementasi yang sudah dilakukan pada Ny.B dapat berupa mengatur
pola tidur klien, menjelaskan pentingnya kebutuhan tidur pada klien, serta
menghindari kegiatan yang mengganggu pola tidur sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran
1. Klien sebaiknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran untuk dapat
memperbaiki pelaksanaan gangguan pola tidur agar pemenuhan kebutuhan
tidur terpenuhi.
2. Keluarga bekerja sama untuk dapat membuat suasana ataupun keadaan
yang memicu ketenangan, agar klien tidak mengalami gangguan tidur.
3. Untuk setiap tindakan asuhan keperawatan yang diberikan, sebaiknya klien
melaksanakannya demi tercapainya asuhan keperawatan yang baik untuk
klien.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi (2008) Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta
Maryam Siti.R, dkk (2010) Asuhan Keperawatan Pada Lansia, Trans Info Media
Jakarta Maryam Siti.R, dkk (2008) Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannnya, Salemba
Medika Jakarta Nugroho Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi 2, Jakarta Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik, edisi 4. Jakarta: EGC Wartonah Tarwoto (2006) KDM dan Proses Keperawatan, edisi 3, Salemba
Medika Jakarta Wartonah Tarwoto (2010) KDM dan Proses Keperawatan, edisi 4, Salemba
Medika Jakarta
Universitas Sumatera Utara
CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Hari/
Tanggal
Implementasi
Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1. Gangguan
Pola tidur
Berhubungan
dengan
ketidaknorma
lan fisiologis
dan faktor
menua
ditandai
dengan klien
sering
terbangun
pada saat
tidur.
Jumat/
27/5/2016
1. Mengkaji Pola tidur
klien perhari.
Hasil : Klien tidur
mulai dari jam 20.00-
04.00 wib
2. Mengkaji tentang
keinginan untuk tidur
pasien.
Hasil : Semenjak
tempat tidur klien
nyaman dan nyeri
tidak lagi timbul klien
merasa ingin tidur
dengan nyaman.
3. Mengkaji faktor
penyebab gangguan
tidur.
Hasil : Klien merasa
nyaman dengan
kondisi
lingkungannya
sehingga dapat
dengan nyaman untuk
tidur.
4. Mengkaji tanda-tanda
vital klien.
TD : 120/80 mmhg
S :
Ny. B mengatakan
untuk tidur nya
saat ini semakin
membaik,
khususnya pada
saat tidak ada
kebisingan, dan
ngilu pada kaki
nya.
O :
Tanda-tanda vital
T : 36,5 C
RR : 24x/menit
HR : 82x/menit
BB : 52 kg
TB : 150 Cm
A :
Masalah Teratasi
P :
Intervensi
Universitas Sumatera Utara
RR : 22x/menit
HR :82x/menit
S : 36 C
5. Mendiskusikan
pentingnya kebutuhan
istirahat tidur untuk
pasien.
Hasil : Klien
mengatakan lebih
sering untuk mengatur
pola tidurnya dengan
baik.
6. Menganjurkan klien
untuk minum air
hangat sebelum tidur.
Hasil : Klien
meminum air hangat
setiap sore.
7. Menganjurkan klien
untuk membuat
suasana lingkungan
nyaman.
Hasil : Tempat tidur
klien dilapisi dengan
tilam yang lembut,
bantal yang bersih.
dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
No Dx Hari/
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
2. Kurangnya
Pengetahua
n tentang
Rematik
berhubunga
n dengan
keterbatasa
n kognitif
1. Mengkaji klien untuk
mengetahui sejauh apa
pandangan mengenai
rematik.
Hasil : Klien bertanya apa
itu rematik.
2. Mengkaji Klien makanan
apa yang dikonsumsi dan
tidak dikonsumsi oleh klien
Hasil : Klien menunjukkan
makanan yang
dikonsumsinya yaitu, susu,
dan telur. Dan tidak
mengkonsumsi kacang-
kacangan.
3. Mengkaji klien kegiatan
apa yang dilakukan untuk
mengurangi rematik.
Hasil : Klien berolahraga
pagi, mengompres dengan
air hangat pada sore hari.
untuk saat ini
rematik yang
dirasakannya tidak
begitu
mengganggu,
karena klien tahu
rematik tersebut
terjadi karena pada
umumnya
menyerang lansia.
O :
TD : 120/80
mmhg
T : 37 C
RR : 23x/menit
HR : 82x/menit
A : Masalah
Teratasi
P : Intervensi
Dilanjutkan
3. Nyeri akut
akibat
proses
inflamasi
1. Mengkaji Skala nyeri yang
masih terjadi pada klien.
Hasil : Klien tidak lagi
merasa nyeri, dengan skala
S :
Klien mengatakan
bahwa nyeri
sedikit berkurang,
Universitas Sumatera Utara
pada kaki
berhubunga
n dengan
kesemutan
dan nyeri
pada
persendian.
3.
2. Mengkaji kegiatan apa
yang dilakukan pasien
untuk mengurangi rasa
nyeri.
Hasil : Klien mengompres
dengan air hangat.
3. Mengkaji respon klien
setelah melakukan teknik
relaksasi, kompres hangat
dan kegiatan olahraga yang
dilakukan.
Hasil : Klien menarik nafas
dalam sebanyak 3 kali.
2. Mendiskusikan bersama
pasien tentang mengatasi
rasa nyeri.
Hasil : Klien melakukan
pengompresan ketika nyeri.
3. Mengingatkan pasien untuk
tidak memakan makanan
yang menyebabkan nyeri
pada gejala rematik.
Hasil : Klien
mengkonsumsi buah-
buahan, susu, dan telur.
terutama pada saat
klien melakukan
teknik relaksasi,
mengompres kaki
dan jalan pagi
O :
T : 36,5 C
TD : 130/70
mmhg
HR : 82x/menit
RR : 24x/menit
A : Masalah
Teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
No Dx Hari/
Tanggal
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
1. Gangguan
Pola tidur
berhubungan
dengan
ketidaknorma
lan fisiologis
dan faktor
menua
ditandai
dengan klien
sering
terbangun
pada saat
tidur.
Sabtu/28/2016 1. Mengkaji pola tidur
klien saat ini.
Hasil : Klien tidur
pada jam 20.00-
04.00 wib
2. Mengkaji Kondisi
kenyamanan klien
untuk dapat tidur.
Hasil : Klien tidur
diatas tilam yang
lembut sehingga
terasa nyaman.
3. Mengkaji aktifitas
apa saja yang dapat
dilakukan sebelum
tidur.
Hasil : Sebelum
tidur, klien
meminum air
hangat.
4. Menganjurkan klien
untuk meminum air
hangat sebelum
tidur.
Hasil : Klien minum
air hangat segelas
pada malam hari.
5. Menganjurkan klien
S :
Ny. B
mengatakan saat
ini klien sudah
bisa tidur.
Kebutuhan tidur
semakin baik.
O :
T : 37 C
TD : 120/80
mmhg
HR : 82x/menit
RR : 24x/menit
Klien tampak
lebih segar,
wajah.
Konjungtiva
tidak enemis
Tidak tampak
lesu, tidak
tampak
menguap.
A :
Universitas Sumatera Utara
untuk membuat
suasana lingkungan
nyaman.
Hasil : Keluarga
membuat kondisi
tempat tidur lebih
nyaman dengan
kasur yang lembut,
bantal yang bersih.
Masalah
Teratasi
P : Intervensi
Dilanjutkan
2. Kurangnya
Pengetahuan
Tentang
Rematik
berhubungan
dengan
keterbatasan
kognitif.
1. Mengkaji klien
tentang penyakit
rematik.
Hasil : Klien paham
tentang rematik.
2. Mengkaji klien
makanan apa yang
dikonsumsi dan tidak
dikonsumsi sehari-
hari.
Hasil : Klien
memperlihatkan
susu, telur yang
dikonsumsi olehnya.
3. Mengkaji klien
aktifitas apa yang
dapat membuat
rematik itu terjadi.
Hasil : nyeri
muncul ketika klien
banyak berdiri, dan
S :
Ny. B
mengatakan
rematik adalah
penyakit yang
pada umunya
menyerang
lansia seperti
dirinya dan
klien
mengatakan
rematik tidak
begitu
menggangu
selama
melakukan
pencegahan dan
mengkonsumsi
makanan yang
dianjurkan.
Universitas Sumatera Utara
bergerak tiba-tiba.
4. Memberi
Pendidikan
Kesehatan
mengenai rematik.
Hasil : Klien
melakukan apa
yang disarankan
pada pendidikan
yang diberi.
O :
T : 36 C
TD :
120/80mmhg
HR : 82x/menit
RR : 22x/menit
Klien antusias
untuk berbicara
mengenai
gejala rematik
yang
dideritanya.
A : Masalah
Teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
No Dx Hari/
Tanggal
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi (SOAP)
3. Nyeri
akut
akibat
proses
1. Mengkaji kapan
nyeri yang
dirasakan klien.
Hasil : nyeri
S :
Klien mengatakan
bahwa nyeri
sedikit berkurang,
Universitas Sumatera Utara
inflamasi
pada kaki
berhubun
gan
dengan
kesemuta
n dan
nyeri
pada
persendia
n.
muncul saat
melakukan banyak
aktifitas dan
bergerak tiba-tiba.
2. Mengkaji kegiatan
apa yang dilakukan
pasien untuk
mengurangi rasa
nyeri.
Hasil :
mengompres kaki
dengan air hangat.
3. Mengkaji respon
klien setelah
melakukan teknik
relaksasi, kompres
hangat dan
kegiatan olahraga
yang dilakukan.
Hasil : Klien
menarik nafas saat
nyeri muncul
dengan
memperagakannya,
mengompres
dengan air hangat
dan jalan pagi hari.
terutama pada saat
klien melakukan
teknik relaksasi,
mengompres kaki
dan jalan pagi
O :
T : 36 C
TD : 120/80
mmhg
HR : 82x/menit
RR : 24x/menit
Klien tampak
biasa dan tidak
merasakan nyeri
A : Masalah
Teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
dengan
melakukan
relaksasi, kompres
hangat, dan jalan
pagi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Rematik
Hari/tanggal : Kamis, 26 Mei 2016
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Keluarga Tn. J
Sasaran : Ny. B
A.Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x20 menit, keluarga Ny. B
khususnya mengetahui arti dari rematik.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan diharapkan klien mampu:
1. Mengetahui pengertian rematik.
2. Mengetahui penyebab dari rematik.
3. Mengetahui tanda dan gejalanya rematik.
4. Mengetahui penatalaksanaan rematik..
5. Mengetahui diet untuk penderita rematik.
6. Tanaman obat untuk rematik.
B. Media
leaflet.
C.Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan adalah Ceramah dan tanya jawab.
Universitas Sumatera Utara
D. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon anak dan
keluarga
1. 5 Menit
Pembukaan
- Memberikan salam
- Memperkenalan diri
- Memberikan pertanyaan dasar seputar materi
penyuluhan
Mendengarkan dan
menjawab
2. 10 Menit
Pelaksanaan
Menyampaikan materi:
1. Menjelaskan pengertian rematik
2. Menjelaskan penyebab dari rematik.
3. Menjelaskan tanda dan gejala rematik.
4. Menjelaskan penatalaksanaan rematik.
5. Menjelaskan diet untuk penderita
rematik.
6. Menjelaskan tanaman obat untuk
rematik.
Tanya jawab
Mendengarkan
materi penyuluhan,
bertanya
3. 5 Menit
Penutup
-Merangkum semua materi yang telah
disampaikan sebelumnya
-Melakukan evaluasi menanyakan ulang secara
lisan mengenai pokok-pokok materi
Salam penutup
-Menjawab
pertanyaan
-Memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
E. Evaluasi
Sasaran memahami dengan apa yang disampaikan penyuluh ditandai
dengan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan secara lisan:
1. Apa pengertian rematik.
2. Apa penyebab dari rematik.
3.Apa tanda dan gejala dari rematik.
4.Apa penatalaksanaan rematik.
5. Apa diet untuk penderita rematik.
6. Apa tanaman obat untuk rematik.
F. Materi penyuluhan
(Terlampir)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara