Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

31
Modul Pembelajaran ............ Akademi Keperawatan Harum Jakarta 19 UNIT IV ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM - SISTEM TUBUH PADA LANSIA A. PENGANTAR B. TUJUAN Saudara, setelah anda mempelajari tentang proses keperawatan pada unit sebelumnya tentang konsep asuhan keperawatan pada lansia secara keseluruhan, selanjutnya materi yang akan disajikan dalam bab ini adalah merupakan proses asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan fungsi sistem tubuh. Pada unit ini proses asuhan keperawatan yang akan dibahas antara lain sistem kardiovaskuler, respiratori, endokrin, gastrointestinal, perkemihan, neurologi, integumen, sensori dan muskuloskeletal. Pada unit ini akan diawali dengan penjabaran perubahan yang terjadi pada masing masing sistem, dan masalah kesehatan/ penyakit yang sering terjadi pada tiap sistem, dan asuhan keperawatan diawali dari tahap pengumpulan data, dilanjutkan dengan tahap-tahap yang berhubungan dengan pengkajian keperawatan, yaitu: validasi data dan identifikasi pola/masalah, dan dilanjuti dengan menganalisa data yang didapat, merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul. Dan diakhiri dengan melakukan evaluasi. Diharapkan materi yang telah disajikan akan membekali saudara untuk lebih mudah melakukan asuhan keperawatan pada masing masing sistem. Perlu saudara perhatikan pada bab ini kami tidak mengulas materi tiap sistem secara mendetail karena materi pada bab ini sudah dibahas pada semester sebelumnya yaitu pada mata kuliah KMB I dan II. Dan saudara perlu membaca kembali tentang pembahasan ini agar dapat memahaminya materi yang akan disampaikan dengan baik.

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 19

UNIT IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM -

SISTEM TUBUH PADA LANSIA

A. PENGANTAR

B. TUJUAN

Saudara, setelah anda mempelajari tentang proses keperawatan pada unit sebelumnya tentang konsep asuhan keperawatan pada lansia secara keseluruhan, selanjutnya materi yang akan disajikan dalam bab ini adalah merupakan proses asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan fungsi sistem tubuh. Pada unit ini proses asuhan keperawatan yang akan dibahas antara lain sistem kardiovaskuler, respiratori, endokrin, gastrointestinal, perkemihan, neurologi, integumen, sensori dan muskuloskeletal. Pada unit ini akan diawali dengan penjabaran perubahan yang terjadi pada masing – masing sistem, dan masalah kesehatan/ penyakit yang sering terjadi pada tiap sistem, dan asuhan keperawatan diawali dari tahap pengumpulan data, dilanjutkan dengan tahap-tahap yang berhubungan dengan pengkajian keperawatan, yaitu: validasi data dan identifikasi pola/masalah, dan dilanjuti dengan menganalisa data yang didapat, merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul. Dan diakhiri dengan melakukan evaluasi.

Diharapkan materi yang telah disajikan akan membekali saudara untuk lebih mudah melakukan asuhan keperawatan pada masing – masing sistem.

Perlu saudara perhatikan pada bab ini kami tidak mengulas materi tiap

sistem secara mendetail karena materi pada bab ini sudah dibahas pada

semester sebelumnya yaitu pada mata kuliah KMB I dan II. Dan saudara

perlu membaca kembali tentang pembahasan ini agar dapat memahaminya

materi yang akan disampaikan dengan baik.

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 20

C. BAHAN BACAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM KARDIOVASKULER

Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel –sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.

Setelah berumur 20 tahun, kekuatan otot jantung berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. Dengan bertambahnya umur, denyut jantung maksimum dan fungsi lain dari jantung juga beransur- ansur menurun.

Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% disbanding orang berusia 20 tahun. Oleh karena itu, tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua yang mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal.

Derajat kerja jantung dapat dinilai dari besarnya curah jantung (cardiac output), yaitu jumlah darah yang dikeluarkan oleh bilik jantung/ ventrikel permenit. Pada usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan sudah tentu menimbulkan efek pada fungsi alat- alat lain, seperti : otot, paru dan ginjal karena berkurangnya arus darah ke organ tubuh itu.

Sebaliknya, tekanan darah saat istirahat akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia walaupun tidak begitu besar. Dengan adanya aktivitas fisik, tekanan darah seseorang akan meningkat, terutama tekanan sistoliknya. Pada lanjut usia peningkatan tekanan darah saat melakukan pekerjaan fisik ini meningkat lebih cepat disbanding orang muda.

Denyut jantung nadi juga meningkat pada waktu seseorang melakukan pekerjaan fisik dan pada saat bekerja maksimal, namun denyut nadi maksimal pada lanjut usia ternyata menurun karena jantung tidak dapat mencapai frekuensi seperti saat masih muda. Rumus untuk meramalkan denyut nadi maksimal seseorang adalah (200- usia).

Mari kita lihat dan baca secara seksama materi yang akan dibahas .......

Selamat Membaca ......

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 21

Table. 1. Perubahan normal pada sistem kardiovakuler akibat penuaan.

Perubahan normal yang berhubungan

Dengan penuaan

Implikasi klinis

Ventrikel kiri menebal. Penurunan kekuatan kontraktil.

Katup jantung menebal dan membentuk penonjolan.

Gangguan aliran darah melalui katup.

Jumlah sel pacemaker menurun. Umum terjadi distrimia.

Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi.

Penumpulan respons baroreseptor.

Penumpulan respons terhadap panas dan dingin.

Vena mengalami dilatasi, katup- katup menjadi tidak kompeten.

Edema pada ektremitas bawah dengan penumpukan darah.

Proses asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan kardiovaskuler 1. Pengkajian

a. Pengkajian riwayat penyakit 1) Riwayat hipertensi, atelosklerosis, penyakit jantung

koroner/katup. 2) Pertanyaan untuk riwayat kardiovaskuler

Apakah anda merasakan perasaan berdebar- debar di dada ?

Apakah anda merasakan kesulitan untuk mengambil napas pada saat melakukan aktivitas normal sehari – hari ?

Apakah anda merasakan pembengkakan pada kaki dan tungkai ?

Apakah anda merasakan sangat penuh setelah makan sedikit ?

Apakah anda merasakan sering buang air kecil selama malam hari?

Apakah anda merasakan adanya batuk kering pada malam hari dan hilang pada siang hari ?

b. Pemeriksaan fisik. 1). Frekuensi jantung meningkat 2). Perubahan irama jantung 3). Takipnea 4). Kenaikan tekanan darah 5). Nadi cepat (takikardia) 6). Bunyi jantung ; terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4

(pengerasan ventrikel kiri/ hipertrofi ventrikel kiri) 7). Perubahan warna kulit, suhu dingin. Pengisian kapiler lambat.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 22

8). Berat badan normal atau obesitas 9). Edema 10). Penurunan kekuatan genggaman tangan atau reflex tendon

dalam. 11). Bunyi napas tambahan (krakles / mengi) 12). Adanya papiledema. 13). Perubahan status mental. 14). Mual, nyeri ulu hati, nyeri dada.

2. Diagnosa keperawatan

a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertrofi.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

c. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.

d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.

e. Inefektif koping individu berhubungan dengan mudah terserang penyakit, krisis situasional/ maturasional, perubahan dalam hidup, relaksasi tidak adekuat, sistem penduduk tidak adekuat, nutrisi buruk, kerja berlebihan, metode koping tidak efektif.

f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/ daya ingat, keterbatasan kognitif, penyangkal diagnosis.

3. Perencanaan tindakan keperawatan

a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertrofi.

Kriteria hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung.

Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.

Mempertahankan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 23

Tindakan keperawatan

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri :

1. Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.

Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran lengkap tentang keterlibatan vaskuler. Hipertensi sistolik merupakan faktor risiko penyakit serebrovaskuler dan iskemia jantung bila tekanan diastolic 90 – 115 mmHg.

2. Catat keberadaan serta kualitas denyutan sentral dan perifer.

Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femolaris terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.

3. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi nafas

S4 umum terdengar pada klien hipertensi berat karena hipertrofi atrium (peningkatan volume/ tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krekles dan mengi mengidentifikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya gagal jantung kronik.

4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

Pucat, dingin, kulit lembab, dan masa pengisian kapiler lambat berkaitan dengan vasokontriksi atau dekompensasi atau penurunan curah jantung.

5. Catat edema umum atau tertentu.

Mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal/ vascular.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM PULMONAL/ PARU

Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap perubahan fungsi pulmonal. Perubahan lain seperti hilangnya silia dan menurunnya reflex batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan perlindungan pada system pulmonal.

Perubahan anatomis seperti kemampuan komplaince paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernafasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot pernafasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernafasan dapat meningkatkan resiko berkembangnya keletihan otot-otot pernafasan pada lansia. Perubahan-perubahan tersebut turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen maksimum. Perubahan-perubahan pada interstisium parenkim dan penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat mengasilkan penurunan difusi oksigen. Perubahan-perubahan ini bila dikombinasikan dengan sekitar 50% pengurangan respon hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65 tahun, dapat mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitasnya.

Perubahan normal system pulmonal akibat penuaan dan implikasi klinisnya dirangkum dalam table table dibawah :

Perubahanan Hasil Perubahan

Klasifikasi kartilago kosta

Peningkatan diameter anteroposterior peningkatan pernafasan abdomen dan diafragma

Penurunan PaO2

Atrofi otot pernafasan Peningkatan resiko untuk terjadinya kelelahan otot inspirasi

Penurunan kecepatan aliran ekspirasi maksimal

Penurunan dalam Peningkatan volume Peningkatan volume

Sistem Pulmonal yang

mengalami penuaan

secarnormal

PERUBAHAN ANATOMIS DAN GANGGUAN

SISTEM PULMONAL PADA LANSIA

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 25

recoil elastis penutupan Peningkatan udara yang terjebak Ketidakcocokan ventilasi – perfusi

residu Menurunnya kekuatan kapasitas vital

Pembesaran duktus alveolar Peningkatan ukuran dan kekakuan trakea dan jalan napas pusat

Menurunnya area permukaan alveolar Menurunnya kapasitas difusi Peningkatan ruang

Perubahan Hasil Konsekwensi

Hilangnya silia Perubahan reflex muntah dan batuk Pengumpulan respons terhadap hipoksemia dan hiperkapnia

Kurang efektifnya peningkatan mukosasilia Jalan nafas yang tidak terlindungi Penurunan saturasi oksigen

Peningkatan risiko gangguan respirasi Peningkatan resiko cedera pulmonal Penurunan cadangan fisiologis

Penurunan fungsi limfosit T dan imunitas humoral

Penurunan respons antibody terhadap antigen spesifik

Peningkatan kerentanan terhadap infeksi Berkurangnya respons hipersensivitas lambat (respons negative palsu terhadap tes derivative protein yang dimurnikan) Penurunan efisiensi dari vaksinasi

Penurunan fungsi reseptor B2

Penurunan respon terhadap agonis B2 yang dihirup

Peningkatan kesulitan dalam menangani asma

Penurunan motolitas esofagus dang aster dan hilangnya tonus spingter kardiak

Peningkatan resiko refluks ke esofagus

Peningkatan resiko terjadinya aspirasi

Pengkajian sistem pernafasan dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses penuaan yang terjadi pada sistem pernafasan. Hal ini mencakup : 1. Perubahan pada saluran pernafasan atas 2. Diameter dinding

Pengkajian Sistem Pernafasan

PENYEBAB PERUBAHAN CADANGAN FISIOLOGIS

DAN MEKANISME PERLINDUNGAN PULMONAL

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 26

3. Dinding dada kaku Bentuk kelainan yang dikaji meliputi adanya pernafasan dengan menggunakan otot nafas tambahan, pernafasan yang memerlukan tenaga, pernafasan yang kurang efisien, menurunya reaksi batuk, serta lansia menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran nafas bagian bawah. Adapun factor risiko yang ditemukan antara lain berupa merokok, polusi udara, atau polusi akibat keterpaparan (exposure) dari lingkungan pekerjaan, seperti asbestosis.

Diagnosa keperawatan :

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan :

Infeksi Trauma Kerusakan perspektual / kognitif Bronkospasme Peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental Penurunan energy / kelemahan

Ditandai dengan :

Sianosis, dispnea, demam, takipnea

Pernyataan kesulitan bernafas

Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan, penggunaan otot aksesori

Bunyi nafas abnormal, missal : mengi, ronkhi dan krekels

Batuk (menetap), dengan / tanpa produksi sputum

Kriteria hasil / kriteria evaluasi :

Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, missal batuk

efektif dan mengeluarkan secret

Tindakan keperawatan

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri

1. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, misal mengi, ronkhi dan krekels

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat / tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventius, missal : penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (asma berat), atau tidak ada bunyi nafas (emfisema).

2. Kaji frekwensi pernafasan. Catat rasio Takipnea biasanya ditemukan

Diagnosa Keperawatan

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 27

inspirasi / ekspirasi selama stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekwensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.

3. Catat derajat dispnea, missal : keluhan sesak, gelisah, ansietas, distress pernafasan, dan penggunaan otot bantu nafas

Disfungsi pernafasan selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, missal : infeksi, reaksi alergi

4. Beri posisi yang nyaman, missal : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sadaran tempat tidur

Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Dukungan tangan/kaki dengan meja, bantal, membantu menurunkan kelemahan otot, dan sebagai alat ekspansi dada

5. Bantu untuk mengambil posisi bantuk yang nyaman dan ajarkan tehnik batuk efektif

Batuk efektif membutuhkan nafas dalam dan kontraksi otot pernafasan, khususnya otot abdomen, untuk meningkatkan tekanan intratorak dan pengeluaran sekresi

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan :

Perubahan aliran darah Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, dan

jebakan udara) Kerusakan membrane alveo-kapiler

Di tandai dengan:

Dispnea

Somnolen, mudah terangsang, bingung, gelisah

Ketidakmampuan mengeluarkan secret

Nilai GDA abnormal (hipoksia dan hiperkapnia)

Perubahan tanda vital

Penurunan toleransi terhadap aktivitas 1. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

dengan indikasi hasil GDA dan toleransi klien

Mencegah memburuknya hipoksia. Catatan : emfisema kronis, mengatur pernafasan ditentukan oleh kadar Co2, dikeluarkan dengan peningkatan Pa02 berlebihan

2. Berikan penekanan susunan saraf pusat (antiansietas, sedative, narkotik) dengan hati-hati

Mengontrol ansietas/gelisah meningkatkan konsumsi oksigen, eksasserbasi dispnea. Pantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas

3. Bantu intubasi, berikan/ pertahankan ventilasi mekanik

Kegagalan nafas perlu upaya tindakan penyelamatn hidup

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 28

Tanda-tanda masalah pernafasan

Perubahan pada sputum Nafas yang semakin pendek Demam Perubahan toleransi terhadap aktivitas

Pengobatan Gunakan sesuai petunjuk HIndari obat-obat yang dijual bebas tanpa berkonsultasi dengan pemberi layanan (missal aspirin yang berinteraksi dengan koumadin, anatsid dapat menghambat absorpsi dari antibiotic tertentu) Bila efek yang tidak diinginkan terjadi, beri tahu pemberi layanan Vaksin pneumokokus

Diet Berikan makanan dengan porsi kecil dan sering (hindari makan yang banyak karena hal tersebut dapat menyebabkan distensi lambung dan kelemahan respirasi) Berikan diet seimbang yang baik (hindari diet tinggi karbohidrat karena hal tersebut dapat meningkatkan kandungan Co2 dan meningkatkan ventilasi) Pertahankan hidrasi yang adekuat, kira-kira 1 L/hari (hindari kafein dan produk susu)

Latihan Latihan secara teratur sesuai toleransi (meningkatkan cadangan pulmonal dan meningkatkan aliran darah balik vena) Kurangi aktivitas jika terjadi keletihan Hentikan aktivitas sementara dengan periode istirahat

Bahaya lingkungan Hindari merokok/merokok pasif Hindari pemicu untuk masalah respirasi Hindari aktivitas di luar rumah ketika kadar polusi tinggi

PEDOMAN PENGAJARAN UNTUK LANSIA

DENGAN MASALAH PERNAFASAN

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM PERKEMIHAN

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari 600.000 nefron. Nefron terdiri atas glomerulus dengan sebuah kapiler yang berfungsi sebagai filter. Penyaringan terjadi di dalam sel-sel epitelial yang menghubungkan setiap glomerulus.

Pada lansia ginjal berukuran lebih kecil dibanding dengan ginjal pada usia muda. Pada usia 90 tahun beratnya berkurang 20-30% atau 110-150 gram bersamaan dengan pengurangan ukuran ginjal.

A. Perubahan aliran darah ginjal pada lanjut usia. Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per menit darah dari 40% hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600 ml/menit. Normalnya 20% dari plasma disaring di glomerulus dengan GFR 120 ml/menit atau sekitar 170 liter per hari. Penyaringan terjadi di tubular ginjal dengan lebih dari 99% yang terserap kembali meninggalkan pengeluaran urin terakhir 1-1,5 liter per hari. Pengurangan aliran darah ginjal mungkin sebagai hasil dari kombinasi pengurangan curah jantung dan perubahan dari hilus besar, arcus aorta dan arteri interlobaris yang berhubungan dengan usia.

B. Perubahan fungsi ginjal pada lanjut usia Pada lansia banyak fungsi hemostasis dari ginjal yang berkurang, sehingga merupakan predisposisi untuk terjadinya gagal ginjal. Ginjal yang sudah tua tetap memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan fungsi hemostasis, kecuali bila timbul beberapa penyakit yang dapat merusak ginjal. Beberapa hal yang berkaitan dengan faal ginjal pada lanjut usia antara lain : (Cox, Jr dkk, 1985) 1. Fungsi konsentrasi dan pengenceran menurun. 2. Keseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah terganggu bila

dibandingkan dengan usia muda. 3. Ureum darah normal karena masukan protein terbatas dan produksi ureum

yang menurun. Kreatinin darah normal karena produksi yang menurun serta massa otot yang berkurang. Maka yang paling tepat untuk menilai faal ginjal pada lanjut usia adalah dengan memeriksa Creatinine Clearance.

PERUBAHAN SISTEM

GINJAL PADA LANJUT USIA

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 30

4. Renal Plasma Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR) menurun sejak usia 30 tahun.

C. Perubahan laju filtrasi glomerulus pada lanjut usia

Salah satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada usia lanjut terjadi penurunan GFR. Hal ini dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan jumlah glomerulus. Pada beberapa penelitian yang menggunakan bermacam-macam metode, menunjukkan bahwa GFR tetap stabil setelah usia remaja hingga usia 30-35 tahun, kemudian menurun hingga 8-10 ml/menit/1,73 m2/dekade. Penurunan bersihan kreatinin dengan usia tidak berhubungan dengan peningkatan konsentrasi kreatinin serum. Produksi kreatinin sehari-hari (dari pengeluaran kreatinin di urin) menurun sejalan dengan penurunan bersihan kreatinin. D. Perubahan fungsi tubulus pada lanjut usia

Aliran plasma ginjal yang efektif (terutama tes eksresi PAH) menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an. Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi tidak terlalu banyak pada usia 70, 80 dan 90 tahunan. Transpor maksimal tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun progresif sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR. Penemuan ini mendukung hipotesis untuk menentukan jumlah nefron yang masih berfungsi, misalnya hipotesis yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan gangguan pada transpor tubulus, tetapi berhubungan dengan atrofi nefron sehingga kapasitas total untuk transpor menurun.

E. Perubahan pengaturan keseimbangan air pada lanjut usia Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia, dimana pada peningkatan usia maka pengaturan metabolisme air menjadi terganggu yang sering terjadi pada lanjut usia. Jumlah total air dalam tubuh menurun sejalan dengan peningkatan usia. Penurunan ini lebih berarti pada perempuan daripada laki-laki, prinsipnya adalah penurunan indeks massa tubuh karena terjadi peningkatan jumlah lemak dalam tubuh. Pada lanjut usia, untuk mensekresi sejumlah urin atau kehilangan air dapat meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler dan menyebabkan penurunan volume yang mengakibatkan timbulnya rasa haus subjektif. Pusat-pusat yang mengatur perasaan haus timbul terletak pada daerah yang menghasilkan ADH di hypothalamus.

a. Pengkajian

1. Kaji faktor resiko : obat- obatan, kondisi patologis, psikososial, serta kelainan kognitif dan fungsional.

2. Riwayat penyakit : Diabetes melitus, hiperprostat. 3. Riwayat pembedahan

ASUHAN KEPERAWATAN

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 31

4. Riwayat pola berkemih : kapan terjadinya inkontinensia, frekuensi terjadinya, terdapat keinginan berkemih dan adanya tetesan urin sebelum dan sesudah berkemih, hematuria, volume urin,aliran urin, terdapat urgensi.

5. Keluhan utama : nyeri saat berkemih, rasa tidak nyaman saat berkemih. 6. Kaji dan catat masukan jumlah cairan yang diminum, waktu minum, jenis

minuman. 7. Pemeriksaan fisik :

Nyeri tekan pada angulus kostovertebral, distensi abdomen, nyeri tekan pada abdomen, impaksi fekal.

Edema, bau genitourinaria, obstruksi rektal untuk pria, dan pemeriksaan pelvis untuk wanita.

Adanya kesulitan dalam defisit mobilisasi.

Pemeriksaan neurologis 8. Kaji klien dapat menahan kemih sebelum mencapai toilet (berapa lama). 9. Setelah berkemih apakah merasa tidak lampias.

a. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan urgensi, inkontinensia, stress. Kriteria hasil :

Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa.

Tidak mengalami tanda obstruksi

Rencana tindakan :

Intervensi Rasional

1. Awasi pemasukkan dan pengeluaran dan karakteristik urin.

Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.

2. Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasinya.

Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.

3. Anjurkan klien untuk banyak minum.

Membilas bakteri, darah dan debris. Dan tidak terjadinya hidrasi.

4. Selidiki keluhan kandung kemih, perhatikan penurunan keluaran urin.

Retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ ginjal).

5. Observasi perubahan status mental atau tingkat kesadaran.

Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.

6. Kolaborasi dalam Menentukan adanya ISK, yang

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 32

pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

penyebab komplikasi.

2. Inkontinensia urin berhubungan dengan hipertropi prostat, infeksi traktus, reaksi obat, gangguan kognitif. Kriteria hasil:

Pola berkemih normal

Klien dapat menahan rasa berkemih sampai ke kamar mandi.

Rencana tindakan :

Intervensi

Rasional

1. Anjurkan klien banyak minum 8 – 10 gelas, dan kurangi minum saat malam hari.

Membersihkan bakteri dan obstruksi.

2. Anjurkan pada klien untuk tidak meminum yang mengandung alkohol dan kafein.

Dapat meningkatkan stimulus kontraksi kandung kemih.

3. Perhatikan pencahayaan dan faktor upaya mengenai akses ke toilet.

Mengurangi terjadinya cidera.

4. Ajarkan klien latihan pelvis kegel

Melatih otot pelvis untuk mengurangi inkontinensia.

5. Kolaborasi dalam pemberian obat esterogen, propantheline, imipramie, dan dicyclomine.

6. Kolaborasi dalam pemasangan kateter

Obat untuk mengurangi inkontinensia. Mengobservasi jumlah urin, warna urin.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM PENGINDRAAN

A. SISTEM PENGLIHATAN 1. Perubahan struktur kelopak mata

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini juga disebut dengan perubahan infolusional, terjadi pada : a. M.Orbikularis

Perubahan pada M. orbicularis bisa menyebabkan perubahan kedudukan Palbebra, misalnya kelopak mata jatuh.

b. Retraktor Palpebra inferior Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi / berputar kearah luar.

c. Tarsus Apabila tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih melengkung kedalam.

d. Tendo Kantus medial / lateral Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kantus medial / lateral sehingga secara horizontal kekencangan palpebra berkurang.

2. Perubahan sistem lakrimal

Kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epipora (sumbatan), Yang mengakibatkan kelenjar lakrimal secara progresif kurang.

3. Proses penuaan pada kornea

Arcus senilis, merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering di jumpai. Ini memberikan keluhan. Kalaianan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang bewarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi kornea.

4. Perubahan muskulus siliaris

Dengan bertambahnya usia, bentuk daripada muskuls siliaris akan mengalami perubahan. Mengenai manifestasi klinis yang dikaitkan dengan perubahan muskulus siliaris pada lanjut usia, dikatakan bahwa degenarasi muskulus siliaris bukan merupakan faktor utama yang

Perubahan Sistem

Pengindraan pada Lansia

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 34

mendasari terjadinya presbiofia. Ini dikaitkan dengan perubahan serabut-serabut lensa yang menjadi padat, sehingga lensa kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk mengatasi hal tersebut muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga mengalami hipertrofi.

5. Perubahan replaksi

Dengan bertambahnya usia penurunan daya akomdasi akan menurun. Karena proses kekeruhan dilensa dan lensa cenderung lebih cembung.

6. Perubahan struktur jaringan dalam bola mata

Semangkin bertambahnya umur nucleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian kortek menipis, elastisitas lensa jadi berkurang, indeks bias berubah (jadi lemah). Yang mula-mula bening trasparan, menjadi tampak keruh ( sclerosis ).

7. Perubahan fungsional

Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau ( foto fobi ) timbul akibat proses penuaan pada lensa dan kornea. Masalah-masalah lainnya yang sering muncul pada lansia dengan gangguan penglihatan adalah sfinter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarrak, susah melihat dalam keadaan gelap, hilangya daya akomodasi.

B. SISTEM PENDENGARAN

1. Daun telinga sudah mulai mengkeriput. 2. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

3. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis. 4. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatin.

C. SISTEM PENGECAPAN 1. Jumlah kuncup – kuncup perasa pada lidah mengalami penurunan. 2. Dan kuncup perasa pada lidah mengalami kerusakan, yang menurunkan

sensitivitas terhadap rasa. 3. Defisiensi vitamin D, dan penurunan produksi saliva. 4. Gigi palsu dan pengobatan tertentu dapat mengumpulkan sensasi

terhadap rasa.

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 35

D. SISTEM PENCIUMAN

Kehilangan kemampuan sensasi penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, sekret dari hidung, sinusitis kronis, kebiasaan tertentu dengan bau aroma, epitaksis, alergi, penuaan, dan faktor lingkungan.

Asuhan Keperawatan pada sistem penglihatan A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

2. Makanan / Cairan : Mual, muntah

3. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda : Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan penyebab katarak mata.

4. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.

5. Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

B. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi 1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan

penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal Kriteria Hasil : - Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan - Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa

kehilangan lebih lanjut.

Asuhan Keperawatan Sistem Pengindraan

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 36

Intervensi :

- Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan - Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan

kehilangan penglihatan - Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti

jadwal, tidak salah dosis. - Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan

penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.

2. Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Asuhan keperawatan pada sistem pendengaran A. Pengkajian

a. Riwayat penyakit : Klien mengalami ganggguan pendengaran pekak/ tuli, parotitis, infleunza, meningitis, trauma kepala, dan penggunaan obat ototoksik.

b. Keluhan untama : Suara mendengung/ mendenging, rasa pusing yang berputer/ vertigo, keluar cairan dari telinga/ otore, dan rasa nyeri pada telinga.

c. Pemeriksaan fisik : - Inspeksi aurikulus dan jaringan sekitar tentang deformitas, lesi ukuran,

cairan, konsistensi, simetris, gerakan aurikulus nyeri. - Palpasi nyeri tekan pada mastoid. - Adanya inflamasi nodus aurikula posterior. - Pemeriksaan nervus kranial VIII.

Tenggorokan :

- Nyeri pada tenggorokan (keluhan hilang timbul/ menetap), nyeri sampai ketelinga atau tidak.

- Nyeri tenggorok disertai demam, batuk, serak dankering. - Banyaknya dahak/ lendir, pus/ bercampur darah. - Kemampuan menelan (disfagia).

Faring dan rongga mulut :

- Observasi rongga mulut, lidah dan gerakan lidah - Ada pembesaran Kelenjar limfe - Arkus faring serta gerakan tonsil - Suara serak (disfoni), adanya peradangan hidung dan tenggorok.

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 37

- Suara serak disertai dengan batuk rasa nyeri - Nyeri tekan pada hidung dan sinus paranasal. - Adanya sekret (observasi konsistensi sekret, warna, jumlah). - Kaji adanya alergi. - Tes pendengaran dengan tes bisik, tes garpu tala, dan tes audiometri.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Perubahan kenyamana (nyeri) akut berhubungan dengan adanya peradangan. Kriteria hasil : a. Melakukan tindakan untuk menurunkan nyeri. b. Mengungkapkan tindakan penurunan nyeri. c. Mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktifitas sehari –

hari.

Intervensi :

a. Kaji nyeri b. Aktivitas sehari – hari c. Kaji tentang intensitas nyeri, kakrakter nyeri d. Ajarkan pada klien tentang managemen nyeri e. Kaji pengalaman nyeri klien f. Kaji perjalanan nyeri g. Observasi tanda – tanda vital h. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses peradangan

3. Ansietas berhubungan dengan adanya iritasi, nyeri pada telinga luar.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM ENDOKRIN

Efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebihsulit untuk mendeteksi

dengan organ tubuh lain. Walaupun demikian gangguan endokrin lebih banyak pada usia 40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat dibanding denganmenopause. Dari pria dan wanita, output anterior pituitary mengalami penurunan.Umur yang relatif terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin adalah sebagai berikut : 1. Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis dan

nodularity. 2. Hormon thiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme biasanya

sering padaorang dewasa. 3. Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin buruk,

fibrotik. 4. Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan

menjadimati/fibrotik.

A. Pengkajian Aktivitas / istirahat : Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur/ istirahat. Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas. Letargi/ disorientasi, koma. Penurunan kekuaran otot. Sirkulasi : Gejala : Adanya riwayat hipertensi. Kebas, dan kesemuatan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural. Nadi yang menurun/ tak ada. Distrimia, kulit panas, kering, dan kemerahan. Integritas ego :

Perubahan normal pada

sistem endokrin

Asuhan keperawatan

pada sistem endokrin

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 39

Gejala : Stres, tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsangan. Eliminasi : Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia.

Rasa nyeri/ terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang.

Nyeri tekan abdomen, diare. Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri. Urin berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan menurun.

Makanan/ cairan :

Gejala : Hilang napsu makan, mual/ muntah, tidak mengikuti diet. Penurunan berat badan berlebih dari periode beberapa hari/ minggu. Haus, penggunaan diuretik.

Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek. Kekakuan/ distensi abdomen, muntah. Pembesaran tiroid, bau halitosis/ manis, bau buah (napas

aseton). Neurosensori : Gejala : Pusing/Pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia. Gangguan penglihatan. Tanda : Disorientasi; mengamuk; letargi; stupor/koma (tahap lanjut).

Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA). Nyeri/ kenyamanan : Gejala : Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/berat) Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati –

hati. Pernapasan : Gejala : Merasa kekuarangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum

purulen (tergantung adanya infeksi/ tidak). Tanda : Lapar udara, batuk, dengan /tanpa sputum purulen (infeksi). Frekuensi pernapasan. Keamanan : Gejala : Kulit kering, gatal: ulkus kulit. Tanda : Demam, diaforesis Kulit rusak, lesi/ulserasi. Menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak.

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 40

Parastesia/ paralisis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).

Seksualitas : Gejala : rabas vagina (cederung infeksi). Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis

osmotik, diare, muntah, masukkan dibatasi : mual, kacau mental. Kriteria hasil : Mendokumentasikan hidrasi adekuat yang dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, pengeluaran urin tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi :

Rencana tindakan Rasional

Kaji riwayat klien sehubungan dengan lamanya atau intensitas dari gejala seperti muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan.

Membantu memperkirakan kekurangan volume total. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air.

Pantau tanda- tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.

Hipovolemia dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovolemia saat tekanan darah sistolik turun ≥ 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau berdiri.

Pantau pola napas seperti adanya pernapasan kussmaul atau pernapasan yang berbau keton.

Paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan pemecahan asam asetoasetat dan harus berkurang bila ketosis terkoreksi.

Pantau masukkan dan pengeluaran.

Memperkirakan kebutuhan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan terapi yang diberikan.

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

Merupakan indikator tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.

Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM MUSKULOSKELETAL

cairan pengganti.

Pertahankan pemberian cairan minimal 2500 ml/hari

Mempertahankan hasil pengkajian terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

Kaji adanya perubahan mental dan sensori

Perubahan mental berhubungan dengan hiperglikemia atau hipoglikemia, elektrolit abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral, dan hipoksia.

Observasi mual, nyeri abdomen, muntah, dan distensi abdomen.

Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung sehingga sering menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.

Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan distensi vaskuler.

Pemberian cairan untuk perbaikan. Yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan cairan dan gagal jantung kronis.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukkan oral, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis)

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 42

Perubahan normal sistem muskuloskeletal pada penuaan. a. Sistem skeletal

Penurunan progresif dalam tinggi badan, penyempitan diskus intervertebral dan penekanan pada kolumna spinalis. Bahu menjadi sempit dan pelvis menjadi lebih lebar. Jumlah massa otot tubuh mengalami penurunan, hilangnya lemak subkutan perifer cenderung untuk mempertajam kontur tubuh dan memperdalam cekungan di sekitar kelopak mata, aksila, bahu, dan tulang rusuk. Tonjolan tulang (veterbra, krista iliaka, tulang rusuk, skalupa) menjadi lebih menonjol. Kecepatan formasi tulang baru mengalami perlambatan seiring dengan penambahan usia, yang menyebabkan hilangnya massa total tulang pada lansia.

b. Sistem muskular Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot melambat dengan penambahan usia, dan jaringan atrofi digantikan oleh jaringan fibrosa. Perlambatan,pergerakkan yang kurang aktif dihubungkan dengan perpanjangan waktu kontraksi otot, periode laten, dan periode relaksasi dari unit motor dalam jaringan otot. Sendi – sendi seperti pinggul, lutut, siku, pergelangan tangan, leher, dan vetebra menjadi sedikit fleksi pada usia lanjut. Peningkatan fleksi disebabkan oleh perubahan dalam kolumna vertebra, ankilosis (kekakuan) ligamen dan sendi, penyusutan dan sklerosis tendon dan otot, dan perubahan generatif sistem ekstrapiramidal.

c. Sendi Terdapat kemunduran kartilago sendi,sebagian besar terjadi pada sendi- seni yang menahan berat, dan pembentukan tulang di permukaan sendi. Komponen – komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif yang jika tidak dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi dan deformitas.

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan memfokusksn pada bagaimana perubahan yang berhubungan dengan usia mempengaruhi status fungsional lansia dan termasuk hal- hal berikut ini :

a. Tinggi badan, berat badan, postru tubuh, dan gaya berjalan memberikan dasar yang dapat mengidentifikasikan adanya kerusakan otot obesitas atau edema.

b. Aktivitas dan pola istirahat, dulu dan sekarang, harus dicatat. Seseorang yang tidak pernah berolah raga atau diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.

Asuhan keperawatan pada

sistem muskuloskeletal

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 43

c. Pengkajian diet termasuk asupan kalsium dan vitamin D. Obesitas dan malnutrisi dapat memengaruhi mobilitas dan kekuatan otot. Obesitas menjadi faktor predisposisi bagi lansia untuk mengalami ketidakstabilan ligamen, terutama pada derah punggung bagian bawah dan sendi – sendi lain yang menahan berat tubuh.

d. Pengobatan, termasuk obat-obatan yang dijual bebas dan pengobatan sendiri di rumah, dapat membuat lansia lebih mudah mengalami keracunan obat dan efek samping obat. Pengumpulan informasi yang spesifik tentang penggunaan relaksan otot, agens antireumatik, salisilat, agens antiinflamasi nonsteroid, dan steroid sistemik harus dilakukan. Beberapa obat telah diketahui dapat menimbulkan kerusakan pada sistem muskuloskeletal : antikonvulsi (osteomalasia), fenotiazin (gangguan cara berjalan), steroid (distribusi lemak tubuh abnormal dan kelemahan otot).

e. Kombinasi mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan menentukan kemampuan fungsional klien tersebut. Pengkajian mobilitas dan kemampuan fungsional.

f. Cedera pada masa lalu (misalnya fraktur tulang pinggul) dapat mengindikasikan adanya suatu kondisi osteoporosis. Riwayat nyeri sendi, dan kekakuan, kelemahan atau keletihan sering dihubungkan dengan adanya osteoartritis atau artritis reumatoid. Nyeri punggung dan parestesia atau rasa kesemutan pada ekstremitas bawah mungkin merupakan gejala degenerasi diskus vertebral atau intervertebral pada daerah lumbal.

g. Pemeriksaan fisik : Adanya kifosis atau skoliosis harus dicatat. Kifosis yang berat dapat mengganggu fungsi pernapasan dan kardiovaskuler. Adanya nyeri tekan di atasprosesus spinosus dapat diduga adanya suatu fraktur vetebral. Bengkak terlihat pada sendi – sendi interfalang. Bengkak yang terlihat pada sendi-sendi reumatoid bukanlah tulang, tetapi lebih pada pembengkakan sinovial dan jaringan lunak. Nyeri dan kekakuan sendi pada pagi hari dapat berlangsung selama beberapa jam pada klien atritis reumatoid.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi 1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan agen

pencedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi sendi. Kriteria hasil : a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol. b. Telihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam

aktivitas sesuai kemampuan. c. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan. d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke

dalam program kontrol/ nyeri.

Intervensi :

Rencana tindakan Rasional

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 44

Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, intesitas (skala 0-10), dan waktu. Catat faktor yang mempercepat dan tanda rasa sakit nonverbal.

Membantu menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.

Berikan matras/ kasur lembut dan bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

Matras lembut dan bantal kecil mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, mengistirahatkan sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan sendi yang terinflamasi/ nyeri.

Berikan posisi nyaman waktu tidur/ duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

Penyakit berat/ eksaserbasi, tirah baring diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

Pantau penggunaan bantal, karung pasir, bebat dan brace.

Mengistirahatkan sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.

Anjurkan sering mengubah posisi. Bantu bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit diatas dan di bawah, serta hindari gerakan menyentak.

Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi serta mengurangi gerakan dan rasa sakit pada sendi.

Anjurkan mandi air hangat/ pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit beberapa kali sehari.

Panas meningkatan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat hilang dan luka dermal dapat sembuh.

Berikan masase yang lembut.

Meningkatkan relaksasi atau mengurangi ketegangan otot.

Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai individu.

Memfokuskan kembali perhatian memberikan stimulasi, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.

Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

Meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot/ spasme, memudahkan ikut serta dalam terapi.

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 45

D. RANGKUMAN

Kolaborasi : Berikan obat analgetik sesuai indikasi

Mengurangi rasa nyeri

2. Kerusakan Mobilisasi fisik berhubungan dengan deformitas

skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perseptual

kognitif, psikososial, perubahan kemampuan untuk melakukan tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

LATIHAN

Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1 dari modul ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari masalah yang terjadi pada lansia dan dikaitkan dengan peranan anda sebagai seorang perawat dalam hal ini pemberian asuhan keperawatan dan agar tercapainya tujuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!

Buat rangkuman tentang masalah kesehatan pada lansia terkait perubahan sistem tubuh berikut intervensi keperawatan yaitu :

a. Sistem kardiovaskuler : mengenai penyakit hipertensi dan stroke

b. Sistem pernafasan : mengenai penyakit PPOK, asma, bronkhitis, pneumonia, emboli paru dan tuberkulosis

c. Sistem perkemihan : mengenai penyakit ISK, inkontinensia dan hipertropi prostat

d. Sistem pengindraan : mengenai penyakit glukoma, dan katarak

e. Sistem endokrin : mengenai penyakit DM, dan hipertiroidism

f. Sistem muskuloskeletal : mengenai penyakit osteoporosis, osteoarthritis, dan arthritis reumatoid

SELAMAT MENGERJAKAN !!!!!

Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 46

–sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung. Penyakit yang sering terjadi pada sistem ini adalah hipertensi dan stroke.

Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap perubahan fungsi pulmonal. Perubahan lain seperti hilangnya silia dan menurunnya reflex batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan perlindungan pada system pulmonal.Perubahan anatomis seperti kemampuan komplaince paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernafasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot pernafasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernafasan dapat meningkatkan resiko berkembangnya keletihan otot-otot pernafasan pada lansia. Penyakit yang sering terjadi pada sistem ini adalah PPOK, Asma, bronkhitis, emboli paru, pneumonia, dan tuberkulosis

Pada lansia ginjal berukuran lebih kecil dibanding dengan ginjal pada usia muda. Pada usia 90 tahun beratnya berkurang 20-30% atau 110-150 gram bersamaan dengan pengurangan ukuran ginjal. Penyakit yang sering terjadi pada perubahan sistem ini adalah ISK, inkontenensia, dan hipertropi prostat

Pada lansia telah mengalami semua pmelipuenurunan sistem sensori persepsi meliputi penurunan fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan. Penyakit yang sering terjadi akibat penurunan penglihatan berupa glukoma dan katarak

Efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebihsulit untuk mendeteksi dengan organ tubuh lain. Walaupun demikian gangguan endokrinlebih banyak pada usia 40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat dibanding denganmenopause. Dari pria dan wanita, output anterior pituitary mengalami penurunan.Penyakit yang sering ada pada lansia pada sistem ini adalah DM, hipertiroididsm

Lanjut usia mengalami perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi penurunan skeletal, muskulo dan sendi. Penyakit yang sering dirasakan lansia berupa osteoporosis, osteoarthritis, dan arthritis reumatoid

E. TES FORMATIF

1. Berikut ini perubahan normal pada sistem kardiovaskuler akibat penuaan :

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 47

a. Ventrikel kiri menipis b. Katup jantung menebal dan membentuk penonjolan c. Jumlah sel pacemaker meningkat d. Vena mengalami kontriksi, katup-katup menjadi tidak kompeten

2. Seorang lansia dikatakan hipertensi sistolik terisolasi bila : a. Tekanan sistolik sama dengan 140 dan diastolik 90 mmHg b. Tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg c. Tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg d. Tekanan sistolik dibawah 160 mmHg dan diastolik dibawah 90 mmHg

3. Diagnosa keperawatan utama pada lansia dengan gangguan sistem kardiovaskuler adalah : a. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring lama b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah d. Inkontinensia urin b.d hipertropi prostat

4. Peningkatan volume residu pada lansia disebabkan adanya perubahan fisiologis dari : a. Atrofi otot pernafasan b. Pembesaran duktus alveolar c. Kekakuan trakea d. Penurunan dalam recoil elastis

5. Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada lansia dengan gangguan sistem pernafasan adalah : a. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring lama b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan

afterload c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah d. Inkontinensia urin b.d hipertropi prostat

6. Perubahan fungsi fisiologis sistem perkemihan yaitu : a. Glomerular Filtration Rate ( GFR ) menurun b. Fungsi konsentrasi renal meningkat c. Fungsi pengenceran renal meningkat d. Renal plasma flow ( RPF ) meningkat

7. Diagnosa medis keperawatan yang bisa ditegakkan terkait gangguan sistem perkemihan adalah : a. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring lama b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah d. Inkontinensia urin b.d hipertropi prostat

8. Kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis pada lansia disebabkan oleh : a. Lemak keputihan pada kornea b. Perubahan pada M. Orbicularis c. Kelemahan palpebra, malposisi palpebra sehingga terjadi sumbatan d. Perubahan muskulus silaris

9. Berikut ini perubahan fungsi sistem endokrin secara khusus yaitu : a. Peningkatan kemampuan mentoleransi stres b. Konsentrasi glukosa darah meningkat c. Peningkatan kadar estrogen d. Peningkatan kadar aldosteron serum 50 %

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 48

E. DAFTAR PUSTAKA

G. UMPAN BALIK

F. KUNCI JAWABAN

TES

A.

B.

C.

10. Berikut ini perubahan normal sistem skeletal pada lansia yaitu : a. Pelebaran diskus intervetebral b. Bahu dan pelvis melebar c. Jumlah massa otot tubuh menurun d. Kecepatan formasi tulang baru mengalami percepatan pertumbuhan

1. B 6. A 2. B 7. D 3. B 8. C 4. D 9. B 5. C 10. C

Bagi mahasiswa dapat menjawab 8 dari 10 pertanyaan diatas dengan tepat akan mendapatkan nilai 100

Doengoes, Marilyn C, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC. Hudak, Gallo, (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC. Price, Sylvia, (1999). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC. Smeltzer, Bare, (2001). Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC. Angela, et.al, (1996). Essentials of gerontological nursing, adaptation to the aging process, JB Lipincott, comp. Annete, GL. (1996). Gerontological nursing, Mosby year Book, St, Louis Miss. Maryam. RS, dkk. ( 2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta :

Salemba Medika.

Nugroho. W. (2008). Keperawatan gerontik & geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Sistem Tubuh Lansia

Modul Pembelajaran ............

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 49

Tamher, dkk. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Watson. R. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta : EGC

Kushariyadi. (2010). Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta : Salemba Medika