Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke

11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE A. DEFINISI Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah di bagian otak. ( Brunner & Suddart,2002. Menurut WHO, 1989, Stroke adalah defisit neurologisakut yang di sebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai daerah fokal otak yang terkena. B. ETIOLOGI Penyebab-penyebabnya antara lain: a. Trombosit : bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak. b. Embolisme cerebral :bekuan darah atau material lain. c. Iskemia : penurunan aliran darak ke area otak. C. FAKTOR RESIKO Ada beberapa factor resiko stroke, yaitu : 1. Factor yang tidak dapat dirubah / Non Reversible Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke 2. Factor yang dapat dirubah / Reversible Hipertensi Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah celebral Penyakit jantung / kelainan jantung 1

description

asuhan keperawatan pada klien stroke

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE

A. DEFINISIStroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah di bagian otak. ( Brunner & Suddart,2002.Menurut WHO, 1989, Stroke adalah defisit neurologisakut yang di sebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai daerah fokal otak yang terkena.

B. ETIOLOGIPenyebab-penyebabnya antara lain:a. Trombosit : bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak.b. Embolisme cerebral :bekuan darah atau material lain.c. Iskemia : penurunan aliran darak ke area otak.

C. FAKTOR RESIKOAda beberapa factor resiko stroke, yaitu :1. Factor yang tidak dapat dirubah / Non Reversible Jenis kelamin: pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita Usia: makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak Keturunan: adanya riwayat keluarga yang terkena stroke2. Factor yang dapat dirubah / Reversible HipertensiProses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah celebral Penyakit jantung / kelainan jantungKerusakan kerja jantung akan menurunkan kacdiak autput dan menurunkan aliran darah ke otak. Disamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah Kolesterol tinggiKolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak ObesitasPada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolestrol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh darah otak Diabetes mellitus (DM)Penderita DM berpotensi mengalami stroke, yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah selebral PolicitemiaPada policitemia, viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun3. Kebiasaan hidup PerokokPada perokok akan timbul plague pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis Peminum alcohol Kurang aktifitas fisikKurang aktifitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (pembuluh darah kaku) salah satunya pembuluh darah otak

D. KLASIFIKASI STROKEBerdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya, stroke diklasifikasikan menjadi :1. Stroke HemoragikTerjadi pendarahan cerebral dan mungkin juga pendarahan subarachnoid yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapatbterjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.2. Stroke Non HemoragikStroke Non Hemoragik terjadi bila aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak.Umumnya berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi pendarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses oedem otak oleh karena hypoksia jaringan otak.Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.

E. MANIFESTASI KLINIKGejala - gejala muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, tergantung bagian otak yang terganggu.1. TIA (Transient Ischemic Attack)Gangguan neurologis sesaat, beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan dalam waktu kurang dari 24 jam.

2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Defisit)Gangguan neurologis setempat, gejala timbul lebih dari 24 jam dan akan hilang dalam waktu 1 minggu.3. Stroke In VolutionStroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk.4. Stroke KomplitGangguan neurologis yang timbul bersifat menetap atau permanent.

Selain itu gejala yang timbul pada stroke non hemoragik tergantung pada bagian otak yang terganggu, misalnya :1. Defisit Neurologisa. Homonimus hemianopsia : kehilangan setengah lapang penglihatan. Tidak menyadari orang / obyek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.b. Kehilangan penglihatan perifer : sulit melihat pada malam hari dan tidak menyadari obyek atau batas obyek.c. Diplopia : penglihatan ganda.2. Defisit Motorika. Hemiparesis : kelemahan pada separuh bagian tubuh. Kelemahan jiwa, lengan dan kaki pada sisi yang sama.b. Hemiplegia : kelumpuhan pada separuh bagian tubuh. Pavalisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.c. Ataksia : berjalan tidak mantap / tegak. Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.d. Disatria : kesulitan membentuk kata.e. Disfagia : kesulitan dalam menelan.3. Defisit SensoriParestesia : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh.4. Defisit Verbala. Afasia ekspresif : tidak mampu membentuk kata yangdapat dipahamib. Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yanmg diucapkanc. Afasi global : kombinasi afasia ekspresif dan reseptif5. Defisit Kognitifa. Kehilangan memori jangka pendek dan panjangb. Penurunan lapang perhatianc. Kerusakan kemampuan untuk berkosentrasid. Perubahan penilaian6. Defisit Emosionala. Kehilangan control dirib. Labilitas emosionalc. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stressd. Depresie. Menarik dirif. Rasa takut, bermusuhan dan marah

F. PATOFISIOLOGI1. Stroke Non HemoragikIskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Thrombus umumnya terjadi oleh karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba - tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Pendarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.2. Stroke Hemoragik Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke subtansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang tidak dapat di kompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke subtansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak atau penekanan padadaerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada, sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang diagnostic yang dapat dilakukan, adalah :1. Laboratorium : mengarah pada pemeriksaan darah lengkapi elektrolit, kolesteroldan bila perlu AGD, gula darah dan sebagainya.2. CT scan : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.3. Angiografi : mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang teganggu.4. Pungsi Lumbal : menunjukkan adanya tekanan normal. Tekana meningkat pada cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya pendarahan.5. MRI : mengetahui adanya edema, infark, hematoma dan bergesernya struktur otak.

H. PENATALAKSANAANSecara umum penatalaksanaan pada pasien stroke, adalah :1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamik baik.2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan3. Tanda- tanda vital diusahakan stabil4. Bed rest5. Koreksi adanya hiperglikemia dan hypoglikemia6. Perthankan keseimbangan cairan dan elektrolit7. Kandun kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu dilakukan kateterisasi8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa atau cairan hipotonik9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurunatau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NET

I. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Pengkajian Primer1. AirwayAdanya sumbatan / obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan skret akibat kelemahan reflek batuk2. BreathingKelemahan menelan / batuk / melindungi jalan nafas, timbulnya pernafasan yang sulit dan atau tidak teratur, suara nafas terdengar ronchi / aspirasi3. CirculationTekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, tokikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membrane mucosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjutb. Pengkajian Sekunder1. Pemeriksaan head to toe2. Pemeriksaan saraf cranial3. Kaji riwayat kesehatana. Kaji riwayat penyakit dahulub. Kaji riwayat penyakit sekarangc. Kaji riwayat penyakit keluarga4. Kaji riwayat psikososial5. Pengkajian nyeri6. Pemeriksaan diagnostic2. Diagnosa Keperawatana. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.Ditandai oleh :1. Perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori.2. Perubahan respon sensorik/motorik, kegelisahan.3. Defisit sensori, bahasa dan emosional.4. Perubahan tanda-tanda vital.

Tujuan / kriteria hasil :1. Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran.2. Menampakkan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK.Intervensi : 1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi individu/penyebab koma/penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK.2. Monitor dan catat status neurologis.3. Monitor tanda-tanda vital.4. Evaluasi pupil ( ukuran dan reflek ).5. Pertahankan tirah baring, sediakan lingkungan yang tenang.

Kolaborasi Berikan oksigen sesuai indikasi

a. Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskuler, ketidak mampuan persepsi kognitif.Ditandai oleh : Ketidakmampuan bergerak pada lingkungan fisik : kelemahan, koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot .

Tujuan /kriteria hasil :1. Tidak ada kontraktur.2. Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh.3. Menampakkan kemampuan perilaku/teknis aktifitas sebagaimana permulaannya.4. Terpeliharanya integritas kulit.

Intervensi :1. Alih baring tiap dua jam.2. Mulai latihan aktif/pasif rentang gerak sendi pada semua extremitas.3. Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi.4. Bantu meningkatkan keseimbangan duduk.5. Awasi bagian kulit di atas tonjolan tulang.

Kolaborasi : 1. Konsul bagian fisioterapi.2. Gunakan bed khusus sesuai indikasi.

b. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskular, kehilangan tonus otot fasial/kelemahan umum/letih.Ditandai oleh :1. Tidak mampu berbicara /disartria.2. Ketidakmampuan modula wicara, mengenal kata, mengidentifikasi obyek.3. Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensif.

Tujuan/kriteria hasil :1. Pasien mampu memahami problem komunikasi.2. Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi.3. Menggunakan sumber bantuan dengan tepat.

Intervensi :1. Bantu menentukan derajat disfungsi.2. Bedakan antara afasia dengan disartria.3. Sediakan bel khusus jika diperlukan.4. Sediakan metode komunikasi alternatif.5. Antisipasi dan sediakan kebutuhan klien.6. Bicara langsung kepada klien dengan perlahan dan jelas.

Kolaborasi : Konsul dengan ahli terapi wicara

c. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/koordinasi otot.Ditandai oleh : Ketidakmampuan makan, mandi, memakai/melepas pakaian, kesulitan tugas toileting.

Tujuan/kriteria hasil :1. Melakukan aktifitas perawatan dini dalam tingkat kemampuan diri .2. Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan.

Intervensi :1. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.2. Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.3. Berikan unpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.4. Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada kebiasaan pola normal tersebut. Kadar makanan yang berserat, anjurkan untuk minum banyak.

Kolaborasi :1. Berikan supositoria dan pelunak faeces.2. Konsultasi dengan ahli fisioterapi/okupasi.

8