Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

39
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RHEUMATOID ARTRITIS Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III Oleh : Icho Marselawati M. Rizani Raudati Heldayani Dosen Pengampu : Bapak Ns. Hammad, M.Kep KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN II A BANJARBARU TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena ridho dan kehendak-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Rheumatoid Artritis” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang diampu oleh Bapak Ns. Hammad, M.Kep pada pendidikan program Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan Banjarbaru. Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan beberapa kesulitan dalam penulisan dan keterbatasan dalam memperoleh

description

rt

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RHEUMATOID ARTRITISDisusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III

Oleh :Icho Marselawati

M. RizaniRaudati Heldayani

Dosen Pengampu : Bapak Ns. Hammad, M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN  KEPERAWATAN II ABANJARBARU

TAHUN 2014

KATA PENGANTARDengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena  ridho dan kehendak-

Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan Judul  “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Rheumatoid Artritis” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang diampu oleh Bapak Ns. Hammad, M.Kep pada pendidikan program Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan Banjarbaru.    

Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan beberapa kesulitan dalam penulisan dan keterbatasan dalam memperoleh literatur, Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena itu kami mohon arahan, saran dan kritik yang sifatnya menyempurnakan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.Banjarbaru, April 2014

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

Kelompok XII

BAB IPENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANGPerubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.

Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (1997), artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya multifaktor. Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Artritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan artitis reumatoid juvenil.

Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang timbul berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang merupakan manisfestasi ekstraartikuler. Bila penyakit ini terjadi bukan pada sendi, seperti bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya dinamakan reumatoid ektraarikuler.

Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982).

Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari reumatoid artritis terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ). Untuk itu akan dibahas lebih lanjut pada makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan reumatoid artritis.

1.2  RUMUSAN MASALAHBagaimana konsep dasar reumatoid artritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan

reumatoid artritis ?

1.3  TUJUAN PENULISAN1.      Untuk mengetahui pengertian reumatoid artritis. 2.      Untuk mengetahui etiologi reumatoid artritis.3.      Untuk mengetahui manisfestasi klinis reumatoid artritis.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

4.      Untuk mengetahui patofisiologi reumatoid artritis.5.      Untuk mengetahui komplikasi reumatoid artritis.6.      Untuk mengetahui prognosis reumatoid artritis.7.      Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang reumatoid artritis.8.      Untuk mengetahui penatalaksanaan/pengobatan reumatoid artritis. 9.      Untuk menjabarkan asuhan keperawatan pada klien dengan reumatoid artritis.

1.4  MANFAAT PENULISANDengan makalah ini diharapkan supaya para pembaca bisa lebih mengenal terhadap tanda

dan gejala yang berhubungan dengan reumatoid artritis. Dan menyampaikan kepada para pembaca tentang asuhan keperawatan reumatoid artritis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1  PENGERTIAN REUMATOID ARTRITISKata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,

itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).

Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif, walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.

Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan.  (Muttaqin, 2006)

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra–artikuler. (Smeltzer, 2001).

Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertropi dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:1.      Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang

harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.2.      Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang

harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.3.      Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang

harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.4.      Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang

harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

2.2  ETIOLOGI REUMATOID ARTRITISPenyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal

mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor genetik. Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan genetik bisa memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price, 1995; Noer S, 1996), dan lingkungan (Noer S, 1996).

Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas ada interaksi factor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998: Blab et al, 1999). Namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), factor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

2.3  PATOLOGI REUMATOID ARTRITIS1)      Kelainan pada sinovia

             Kelainan artitis reumatoid dimulai pada sinovia berupa sinovitis. Pada tahap awal terjadi hiperemi dan pembengkakan pada sel-sel yang meliputi sinovia disertai dngan infiltrasi limposit dan sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi pembentukan vilus berkembang ke arah ruang sendi dan terjadi nekrosis dan kerusakan dalam ruang sendi. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh jaringan fibroblas membentuk garis radial kearah bagian yang nekrosis.2)      Kelainan pada tendoPada tendo terjadi tenosinovitis disertai dengan invasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendo secara parsial atau total.

3)      Kelainan pada tulang.Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

a.       Stadium I (stadium sinovitis)Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.

b.      Stadium II (stadium destruksi)Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

c.       Stadium III (stadium deformitas)Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

4)      Kelainan pada jaringan ekstra artikular.Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikuler adalah :

a.       OtotPada otot terjadi miopati yang pada elektromiograf menunjukkan adanya degenerasi serabut otot.

b.      Pembuluh darah kapilerTerjadi perubahan pada pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis nekrotik. Akibatnya terjadi gangguan respon arteriol terhadap temperatur.

c.       Nodul subkutanNodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian sentral dan dikelilingi oleh lapisan sel mnonuklear yang tersusun secara radier dengan jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh klien artritis reumatoid. Gambaran ektra-artikuler yang khas adalah ditemukannya nodul subkutan yang merupakan tanda patognomonik dan ditemukan pada 25% dari klien artritis reumatoid.Gambar 3.2.3 

d.      Kelenjar limfeTerjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran limfe sendi, hiperplasia folikuler, peningkatan aktivitas sistem retikuloendotelial dan proliferasi jaringan ikat yang mengakibatkan splenomegali.

e.       SarafPada saraf terjadi perubahan pada jaringan periuneral berupa nekrosis fokal, rekasi epiteloid serta infiltrasi yang menyebabkan neuropati sehingga terjadi gangguan sensoris.

f.       Organ-organ ViseaKelainan artritis reumatoid juga dapat terjadi pada organ visera seperti jantung dimana adanya demam reumatik kemungkinan akan menyebabkan gangguan pada katub jantung. (Muttaqin, Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal, 2006).

2.4  MANISFESTASI KLINIS REUMATOID ARTRITISGejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis rheumatoid. Persendian

yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-artikular. (Chairuddin, 2003).

Kriteria dm American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi 1987, adalah:1.      Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian dan di sekitarnya

sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.

2.      Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft tissue

swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurang-

kurangnya 3 sendisecara bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku,

pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.

3.      Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian

tangan seperti tertera di atas.

4.      Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak mutlak bersifat simetris) pada

kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis simultaneously).

5.      Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ektensor atau

daerah jukstaartikular dalam observasi seorang dokter.

6.      Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum yang

diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok control.

7.      Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen tangan

posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi atau

dekalsifikasi tulang  yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7 kriteria di

atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. (Mansjoer, 2001).

2.5  PATOFISOLOGI REUMATOID ARTRITISSebelum memahami patofisiologi penyakit reumatik penting untuk memahami lebih dahulu

tentang anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau sinovial. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan.

Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan  degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.

Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting dalam fisiologi sendi. Pertama, kartilago artikuler memberikan permukaan penahan beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan sinovial, membuat gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua, kartilago akan meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga mengurangi stres mekanis. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal tetapi beban (gaya yang dihasilkan oleh berat

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

tubuh) berlebihan pada sendi menyebabkan jaringan tersebut gagal, atau beban pada sendi secara fisiologis masih banyak tetapi kartilago artikuler atau tulangnya tidak normal. (muttaqin, 2005).

Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. Pada respon imun

Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.

Aktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.

2.6  KOMPLIKASI REUMATOID ARTRITIS         Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang

merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada artitis reumatoid.

         Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosis dan infark.

         Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.

         Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari , depresi, dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. (Corwin, 2009).

         Osteoporosis.         Nekrosis sendi panggul.         Deformitaas sendi.         Kontraktur jaringan lunak.         Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

2.7  PEMERIKSAAN PENUNJANG REUMATOID ARTRITISTidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat menyokong bila

terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboraturium terdapat:         Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila

masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.

         Protein C-reaktif biasanya positif.         LED meningkat.         Leukosit normal atau meningkat sedikit.         Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.         Trombosit meningkat.         Kadar albumin serum turun dan globulin naik.

Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka jugasering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi. (Mansjoer, 2001).

Gambar RA rontgen : 

2.8  PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN REUMATOID ARTRITISTujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,

menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita. Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1.      Pemberian terapiPengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.

2.      Pengaturan aktivitas dan istirahatPada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3.      Kompres panas dan dinginKompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

4.      DietUntuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.

5.      Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA, 2013).

6.      GiziPemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.

7.      PembedahanPembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

2.9  ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REUMATOID ARTRITIS1.      PENGKAJIANa.       Aktivitas/Istirahat         Gejala        : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress pada

sendi; kekakuan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.

         Tanda        : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.

b.      Kardiovaskuler         Gejala        : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat intermitten, sianotik, kemudian

kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.c.       Integritas Ego         Gejala        : Faktor-faktor stress akut/kronis, misal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,

faktor-faktor hubungan sosial. Keputusasaan dan ketidak berdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.

d.      Makanan/Cairan         Gejala        : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makan/cairan adekuat; mual,

anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.         Tanda        : Penurunan berat badan, dan membran mukosa kering.e.       Hiegiene         Gejala        : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri.

Ketergantungan pada orang lain.f.       Neurosensori         Gejala        : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

         Tanda        : Pembengkakan sendi simetris.g.      Nyeri/kenyamanan         Gejala        : Fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada

sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).h.      Keamanan         Gejala        : Kulit mengilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam

menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membran mukosa.

i.        Interaksi sosial         Gejala        : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis (Doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :

1)   Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2)   Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.

3)   Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.

4)   Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.

5)   Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.

6)   Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

Sementara Carpenito (1995) merupakan diagnosis keperawtan pada klien reumatoid artritis, adalah sebagai berikut :

1)   Kelemahan berhubungan dengan penurunan mobilitas.2)   Risiko tinggi kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan pengaruh obat dan sndrom

Sjogren.3)   Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, fibrositis.4)   Risiko tinggi isolasi sosial berhubungan dengan kelemahan dan kesulitan ambulasi. 5)   Gangguan pola seksual berhubungan dengan nyeri, kelemahan, sulit mengatur posisi, dan kurang

adekuat lubrikasi.6)   Gangguan proses keluarga berhubungan dengan kesulitan/ketidakmampuan klien.7)   Ketidakberdayaan berhubungan dengan perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit.

3.      RENCANA KEPERAWATANRencana asuhan keperawatan pada klien artritis reumatoid di bawah ini, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan , tindakan keperawatan, dan rasionalasis ( Doenges, 2000).

1)   Diagnosis keperawatan       : Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

Tujuan                                 : Nyeri berkurang, hilang atau teradaptasi.Kriteria Hasil                      :

-          klien melaporkan penurunan nyeri.-          menunjukkan perilaku yang lebih relaks.-          memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan.-          Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.

No INTERVENSI RASIONAL

1. Mandiri

Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta

catat lokasi dan intensitas, faktor -

faktor yang mempercepat, dan

respons rasa sakit nonverbal.

Membantu dalam menentukan

kebutuhan manajemen nyeri dan

efektivitas program.

2. Berikan matras/kasur keras, bantal

kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai

kebutuhan.

Matras yang empuk/lembut, bantal

yang besar akan menjaga

pemeliharaan kesejajaran tubuh yang

tepat, menempatkan stres pada sendi

yang sakit. Peninggian tempat tidur

menurunkan tekanan pada sendi

yang nyeri.

3. Biarkan klien mengambil posisi

yang nyaman waktu tidur atau

duduk di kursi. Tingkatkan istirahat

di tempat tidur sesuai indikasi.

Pada penyakit yang berat/

eksaserbasi, tirah baring mungkin

diperlukan untuk membatasi

nyeri/cedera.

4. Tempatkan/ pantau penggunaan

bantal, karung pasir, gulungan

trokanter , bebat atau brace.

Mengistirahatkan sendi-sendi yang

sakit dan mempertahankan posisi

netral. Penggunaan brace dapat

menurunkan nyeri /kerusakan pada

sendi. Imobilisasi yang lama dapat

mengakibatkan hilang mobilitas

/fungsi sendi.

5. Anjurkan klien untuk sering

merubah posisi. Bantu klien untuk

bergerak di tempat tidur, sokong

Mencegah terjadinya kelelahan

umum dan kekakuan sendi.

Menstabilkan sendi, mengurangi

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

sendi yang sakit di atas dan di

bawah, serta hindari gerakan yang

menyentak.

gerakan/rasa sakit pada sendi.

6. Anjurkan klien untuk mandi air

hangat. Sediakan waslap hangat

untuk kompres sendi yang sakit.

Pantau suhu air kompres, air mandi,

dan sebagainya.

Meningkatkan relaksasi otot dan

mobilitas, menurunkan rasa sakit,

dan menghilangkan kekakuan pada

pagi hari. Sensitivitas pada panas

dapat dihilangkan dan luka dermal

dapat disembuhkan.

7. Berikan masase yang lembut. Meningkatkan relaksasi/ mengurangi

tegangan otot.

8. Dorong penggunaan teknik

manajemen stres, misal relaksasi

progresif, sentuhan terapeutik,

biofeedback, visualisasi, pedoman

imajinasi, hipnosis diri, dan

pengendalian napas.

Meningkatkan relaksasi, memberikan

rasa kontrol nyeri, dan dapat

meningkatkan kemampuan koping.

9. Libatkan dalam aktivitas hiburan

sesuai dengan jadwal aktivitas klien.

Memfokuskan kembali perhatian,

memberikan stimulasi, dan

meningkatkan rasa percaya diri dan

perasaan sehat.

10. Beri obat sebelum dilakukan

aktivitas/ latihan yang direncanakan

sesuai petunjuk.

Meningkatkan relaksasi, mengurangi

tegangan otot/ spasme, memudahkan

untuk ikut serta dalam terapi.

11. Kolaborasi

Berikan obat sesuai petunjuk:

  Asetilsalisilat (Aspirin).       Bekerja sebagai antiinflmasi dan

efek analgesik ringan dalam

mengurangi kekakuan dan

meningkatkan mobilitas. ASA harus

dipakai secara reguler untuk

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

  NSAID lainnya, misal ibuprofen

(motrin), naproksen, sulindak,

piroksikam (feldence), fenoprofen.

  D-penisilamin (cuprimine).

  Antasida.

  Produk kodein.

mendukung kadar dalam darah

terapeutik. Riset mengindikasikan

bahwa ASA memiliki indeks

toksisitas yang paling rendah dari

NSAID lain yang diresepkan.

      Dapat digunakan bila klien tidak

memberikan respons pada aspirin

atau untuk meningkatkan efek dari

aspirin.

      Dapat mengontrol efek-efek sistemik

dari RA jika terapi lainnya tidak

berhasil. Efek samping yang lebih

berat misalnya trombositopenia,

leukopenia, anemia aplastik

membutuhkan pemantauan yang

ketat. Obat harus diberikan di antara

waktu makan, karena absorpsi obat

menjadi tidak seimbang akibat

makanan dan produk antasida dan

besi.

      Diberikan bersamaan dengan

NSAID untuk meminimalkan

iritasi/ketidaknymanan lambung.

      Meskipun narkotika umumnya

adalah kontraindikasi, namun karena

sifat kronis dari penyakit, pengguna

jangka pendek mungkin diperlukan

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

selama periode eksaserbasi akut

untuk mengontrol nyeri yang berat.

12. Bantu klien dengan terapi fisik,

misal sarung tangan parafin, bak

mandi dengan kolam bergelombang.

Memberikan dukungan hangat/ panas

untuk sendi yang sakit.

13. Berikan kompres dingin jika

dibutuhkan.

Rasa dingin dapat menghilangkan

nyeri dan bengkak pada periode akut.

14. Pertahankan unit TENS jika

digunakan.

Rangsang elektrik tingkat rendah

yang konstan dapat menghambat

transmisi sensasi nyeri.

15. Siapkan intervensi pembedahan,

misal sinovektomi

Pengangkatan sinovium yang

meradang dapat mengurangi nyeri

dan membatasi progresi dari

perubahan degeneratif.

2)      Diagnosa Keperawatan      : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.Tujuan                                 : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.Kriteria Hasil                      :

-          Klien dapat ikut serta dalam program latihan.-          Tidak terjadi kontraktur sendi.-          Bertambahnya kekukatan otot.-          Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas, mempertahankan koordinasi

mobilitas sesuai tingkat optimal.

No INTERVENSI RASIONAL

1. Mandiri

Evaluasi/ lanjutan pemantauan

tingkat inflamasi/ rasa sakit pada

sendi.

Tingkat aktivitas/ latihan tergantung

dari perkembangan resolusi proses

inflamasi.

2. Pertahankan istirahat tirah baring/

duduk jika diperlukan. Buat jadwal

aktivitas yang sesuai dengan

toleransi untuk memberikan periode

Istirahat sistemik dianjurkan selama

eksaserbasi akut dan seluruh fase

penyakit yang penting, untuk

mencegah kelelahan, dan

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

istirahat yang terus-menerus dan

tidur malam hari yang tidak

terganggu.

mempertahankan kekuatan.

3. Bantu klien latihan rentang gerak

pasif/ aktif, demikian juga latihan

resistif dan isometrik jika

memungkinkan.

Mempertahankan/ meningkatkan

fungsi sendi, kekuatan otot, dan

stamina umum. Latihan yang tidak

adekuat dapat menimbulkan

kekakuan sendi, karenanya aktivitas

yang berlebihan dapat merusak

sendi.

4. Ubah posisi klien setiap dua jam

dengan bantuan personel yang

cukup. Demonstrasikan/ bantu

teknik pemindahan dan penggunaan

bantuan mobilitas.

Menghilangkan tekanan pada

jaringan dan meningkatkan sirkulasi.

Mempermudah perawatan diri dan

kemandirian klien. Teknik

pemindahan yang tepat dapat

mencegah robekan abrasi kulit.

5. Posisikan sendi yang sakit dengan

bantal, kantung pasir, gulung

trokanter, bebat, dan brace.

Meningkatkan stabilitas jaringan

(mengurangi risiko cedera) dan

mempertahankan posisi sendi yang

diperlukandan dan kesejajaran tubuh

serta dapat mengurangi kontraktur.

6. Gunakan bantal kecil/ tipis di bawah

leher.

Mencegah fleksi leher.

7. Dorong klien mempertahankan

postur tegak dan duduk, berdiri ,

berjalan.

Memaksimalkan fungsi sendi,

mempertahankan mobilitas.

8. Berikan lingkungan yang aman,

misal menaikkan kursi/ kloset,

menggunakan pegangan tangga pada

bak/ pancuran dan toilet,

penggunaan alat bantu mobilitas/

Menghindari cedera akibat

kecelakaan/ jatuh.

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

kursi roda.

9. Kolaborasi

Konsultasi dengan ahli terapi fisik/

okupasi dan spesialis vokasional.

Berguna dalam memformulasikan

program latihan/ aktivitas yang

berdasarkan pada kebutuhan

individual dan dalam

mengidentifikasi alat/ bantuan

mobilitas.

10. Berikan matras busa/pengubah

tekanan.

Menurunkan tekanan pada jaringan

yang mudah pecah untuk

mengurangi risiko imobilitas/terjadi

dekubitus.

11. Berikan obat-obatan sesuai indikasi:

       Agen antireumatik, misal garam

emas, natrium tiomaleat.

       Steroid .

Obat-obatan :

      Krisoterapi (garam emas ) dapat

menghasilkan remisi dramatis/terus-

menerus tetapi dapat mengakibatkan

inflamasi rebound bila terjadi

penghentian atau dapat terjadi efek

samping serius, misal krisis nitrotoid

seperti pusing, penglihatan kabur,

kemerahan tubuh, dan berkembang

menjadi syok anafilaktrik.

      Mungkin dibutuhkan untuk menekan

inflamasi sistemik akut.

12. Siapkan intervensi bedah:

      Artroplasti.

Intervensi bedah:

      Perbaikan pada kelemahan

periartikuler dan subluksasi dapat

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

      Prosedur pelepasan tunnel,

perbaikan tendon, ganglionektomi.

      Implan sendi.

meningkatkan stabilitas sendi.

      Perbaikan berkenaan dengan defek

jaringan penyambung, meningkatkan

fungsi, dan mobilitas.

      Pergantian mungkin diperlukan

untuk memperbaiki fungsi optimal

dan mobilitas.

3)      Diagnosa Keperawatan      : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.Tujuan                                 : Klien mampu mengimplementasikan pola koping yang baru dan mengungkapkan serta menunjukkan terhadap penampilan.Kriteria Hasil                      :

-          Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.

-          Menyusun rencana realistis untuk masa depan.-          Klien menerima perunbahan citra tubuh.-          Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam pengambilan keputusan tentang

perawatan.

No INTERVENSI RASIONAL

1. Mandiri

Dorong klien mengungkapkan

perasaannya mengenai proses

penyakit dan harapan masa depan.

Memberikan kesempatan untuk

mengidentifikasi rasa

takut/kesalahan konsep dan mampu

menghadapi masalah secara

langsung.

2. Diskusikan arti dari kehilangan/

perubahan pada klien/ orang

terdekat. Pastikan bagaimana

Mengidentifikasi bagaimana

penyakit memengaruhi persepsi diri

dan interaksi dengan orang lain akan

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

pendangan pribadi klien dalam

berfungsi dalam gaya hidup sehari-

hari, termasuk aspek-aspek seksual.

menentukan kebutuhan terhadap

intervensi/konseling lebih lanjut.

3. Diskusikan persepsi klien menganai

bagaimana orang terdekat menerima

keterbatasan klien.

Isyarat verbal/nonverbal orang

terdekat dapat memengaruhi

bagaimana klien memandang dirinya

sendiri.

4. Akui dan terima perasaan berduka,

bermusuhan, serta ketergantungan.

Nyeri konstan akan melelahkan,

perasaan marah, dan bermusuhan

umum terjadi.

5. Observasi perilaku klien terhadap

kemungkinan menarik diri,

menyangkal atau terlalu

memperhatikan perubahan tubuh.

Dapat menunjukkan emosional atau

metode koping maladaftif,

membutuhkan intervensi lebih

lanjut/dukungan psikologis.

6. Susun batasan pada perilaku

maladaftif. Bantu klien untuk

mengidentifikasi perilaku positif

yang dapat membantu mekanisme

koping yang adaftif

Membantu klien untuk

mempertahankan control diri, yang

dapat meningkatkan perasaan harga

diri.

7. Ikut sertakan klien dalam

merencanakan perawatan dan

membuat jadwal aktifitas.

Meningkatkan perasaan

kompetensi/harga diri, mendorong

kemandirian, dan mendorong

partisipasi dalam terapi.

8. Bantu kebutuhan perawatan yang

diperlukan klien

Mempertahankan penampilan yang

dapat meningkatkan citra diri.

9. Berikan respons/pujian positif bila

perlu.

Memungkinkan klien untuk merasa

senang terhadap dirinya sendiri.

Menguatkan perilaku positif, dan

meningkatkan rasa percaya diri.

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

10

.

Kolaborasi

Rujuk pada konselig psikiatri, missal

perawat spesialis psikiatri,

psikologi/psikolog, pekerja social.

Klien/orang terdekat mungkin

membutuhkan dukungan selama

berhadapan dengan proses jangka

panjang/ketidakmampuan.

11

.

Berikan obat-obatan sesuai petunjuk,

missal antiansietas dan obat-obatan

peningkat alam perasaan.

Mungkin dibutuhkan pada saat

munculnya depresi hebat sampai

klien mampu mengembangkan

kemampuan koping yang lebih

efektif.

4.      Diagnosa Keperawatan    : Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.Tujuan                              : Klien dapat melakukan perawatan diri sesuai kemampuannya.Kriteria Hasil                    :

-          Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.

-          Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.-          Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan

perawatan diri.

No

.

INTERVENSI RASIONAL

1. Mandiri

Diskusikan dengan klien tingkat

fungsional umum sebelum

timbulnya/eksaserbasi penyakit dan

resiko perubahan yang diantisipasi.

Klien mungkin dapat melanjutkan

aktivitas umum dengan melakukan

adaptasi yang diperlukan pada

keterbatasan saat ini.

2. Pertahankan mobilitas, control

terhadap nyeri, dan program latihan.

Mendukung kemandirian

fisik/emosional klien.

3. Kaji hambatan klien dalam

partisipasi perawatan diri.

Identifikasi/buat rencana untuk

modifikasi lingkungan.

Menyiapkan klien untuk

meningkatkan kemandirian, yang

akan meningkatkan harga diri.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

4. Kolaborasi

Konsultasi dengan ahli terapi

okupasi.

Berguna dalam menentukan alat

bantu untuk memenuhi kebutuhan

individual, missal memasang

kancing, menggunakan alat bantu,

emmakai sepatu, atau

menggantungkan pgangan untuk

mandi pancuran.

5. Mengatur evaluasi kesehatan di

rumah sebelum dan setelah

pemulangan.

Mengidentifikasi masalah-masalah

yang mungkin dihadapi karena

tingkat ketidakmampuan actual.

Memberikan lebih banyak

keberhasilan usaha tim dengan

orang lan yang ikut serta dalam

perawatan, missal tim terapi

okupasi.

6. Membuat jadwal konsul dengan

lembaga lainnya, missal pelayanan

perawatan di rumah, ahli nutrisi.

Klien mungkin membutuhkan

berbagai bantuan tambahan utnuk

partisipasi situasi di rumah.

5.      Diagnosa Keperawatan    : Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.

No

.

INTERVENSI RASIONAL

1. Mandiri

Kaji tingkat fingsional fisik klien. Menidentifikasi tungkat

bantuan/dukungan yang diperlukan

klien.

2. Evaluasi lingkungan sekitar untuk Menentukan kemungkinan susunan

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

mengkaji kemampuan klien dalam

melakukan perawatan diri sendiri.

yang ada/perubahan susunan rumah

untuk memenuhi kebutuhan klien

3. Tentukan sumber-sumber financial

untuk memenuhi kebutuhan situasi

individual. Identifikasi system

pendukung yang tersedia untuk

klien, misalnya membagi perbaikan/

tugas-tugas rumah tangga antara

anggota keluarga atau pelayanan.

Menjamin bahwa kebutuhan klien

akan dipenuhi secara terus-menerus.

4. Identifikasi peralatan yang

diperlukan untuk mendukung

aktifitas klien, missal peninggian

dudukan toilet, kursi roda.

Memberikan kesempatan untuk

mendapatkan peralatan sebelum

pulang untuk menunjang aktivitas

klien di rumah.

5. Kolaborasi

Koordinasikan evaluasi di rumah

dengan ahli terapi okupasi.

Bermanfaat untuk mengidentifkasi

peralatan, cara-cara untuk

mengubah berbagai tugas dalam

mempertahankan kemandirian.

6 Identifikasi sumber-sumber

komunitas, missal pelayanan

pembantu rumah tangga, pelayanan

social (bila ada)

Memberikan kemudahan berpindah

pada/mendukung kontinuitas dalam

situasi di rumah.

6.      Diagnosa Keperawatan    : Kurang pengetahuan/kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi.Tujuan                              : Klien mampu memahami/menjelaskan mengenai penyakit, prognosis dan perawatannya.Kriteria Hasil                    :

-          Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.-          Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten

dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

No INTERVENSI RASIONAL

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

.

1. Mandiri

Tinjau proses penyakit, prognosis,

dan harapan masa depan.

Memberikan pengetahuan di mana

klien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi yang

disampaikan.

2. Diskusikan kebiasaan klien dalam

penatalaksanaan proses sakit melalui

diet, obat-obatan, serta program diet

seimbang, latihan, dan istirahat.

Tujuan control penyakit adalh untuk

menekan inflamasi sendi/jaringan

lain guna mempertahankan fungsi

sendi dan mencegah deformitas.

3. Bantu klien dalam merencanakan

jadwal aktivitas yang realistis,

periode istirahat, perawatan diri,

pemberian obat-obatan, terapi fisik,

dan menajemen stress.

Memberikan striuktur dan

megurangi ansietas pada waktu

menangani proses penyakit kronis

yang kompleks.

4. Tekankan pentingnya melanjutkan

manajemen farmakoteraupeutik.

Keuntungan dari terapi obat-obatan

tergantung ketepatan dosis.

5. Rekomendasikan penggunaan

aspiran bersalut/dibuper enteric atau

salisilat (anthorpan) atai kolin

magnesium trisalisilat (trilisate).

Preparat bersalut/dibufer di cerna

dengan makanan, meminimalkan

iritasi gaster, mengurangi resiko

perdarahan.

6. Anjurkan klien untuk mencerna

obat-obatan dengan makanan, susu

atau antasida.

Membatasi iritasi gaster.

7. Identifikasi efek samping obat-

obatan yang merugikan, missal

tinnitus, intoleransi lambung,

perdarahan gastrointestinal, dann

ruam purpurik.

Memperpanjang dan

memaksimalkan dosis aspirin dapat

mengakibatkan takar lajak

(overdosis).

8. Tekankan pentingnya membaca

label produk dan mengurangi

Banyak produk mengandung

salisilat tersembunyi (missal obat

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

penggunaan obat yang dijual bebas

tanpa persetujuan dokter.

diare) yang dapat meningkatkan

resiko overdosis obat/efek samping

yang berbahaya

9. Tinjau pentingnya diet yang

seimbang dengan makanan yang

banyak mengandung vitamin,

protein, dan zat besi.

Meningkatkan perasaan sehat.

10. Dorong klien yang obesitas untuk

menurunkan berat badan dan

berikan informasi penurunan berat

badan sesuai kebutuhan.

Penurunan berat badan akan

mengurangi tekanan pada sendi.

11. Berikan informasi menganai alat

bantu, missal bermain barang-

barang yang bergerak, tongkat untuk

mengambil, piring-piring ringan,

tempat duduk toilet yang dapat

dinaikkan, palang palang keamanan.

Mengurangi paksaan untuk

menggunakan sendi dan

memungkinkan individu untuk ikut

serta secara lebih nyaman dalam

aktivitas yang dibutuhkan

12. Diskusikan teknik menghemat

energy, kisal duduk lebih baik

daripada berdiri dalam menyiapkan

makanan dan mandi.

Mencegah kepenatan.

13. Dorong klien untuk menpertahankan

posisi tubuh yang benar, baik saat

istirahat maupun saat aktivitas,

missal menjaga sendi tetap

meregang, tidak fleksi.

Mekanika tubuh yang baik harus

menjadi bagian dari gaya hidup

klien untuk mengurangi takanan

sendi dan nyeri.

14. Tinjau perlunya inspeksi sering pada

kulit dan lakukan perawatan kulut

lainnya di bawah bebat, gips, alat

penyokong. Tunjukkan pemberian

Mengurangi resiko iritsai/kerusakan

kulit.

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

bantalan yang tepat.

BAB IIIPENUTUP

3.1  KESIMPULANArtritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,

progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif, walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.

Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan.  (Muttaqin, 2006).

Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut.Tujuan utama dari program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformitas.

DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2009.    Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Rheumatoid Artritis

Muttaqin, arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Muttaqin, arif. 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.