Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan KankerDisunting dari : onkologi/Askep Kanker _ NursingBegin.com.htm
Definisi Kanker1. Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.
sel kankerPenyebab mutasi genom berubah dari satu atau lebih gen atau mutasi dari segmen besar dari untai DNA yang mengandung banyak gen atau kehilangan segmen kromosom besar (Guyton, 1981).
2. Kanker bukanlah penyakit tunggal dengan satu penyebab, melainkan merupakan grup penyakit berbeda dengan penyebab yang berbeda, manifestasi, perawatan dan prognosis (Brunner).
Epidemiologi Kanker Jumlah pasien kanker meningkat di Amerika, Eropa, Asia Kulit hitam lebih banyak dari kulit putih Vegetarian lebih sedikit dari non vegetarian Faktor penyebab utama :
- Lingkungan, social- Fisik : radiasi, perlukaan/lecet- Kimia : makanan, industri, farmasi, rokok- Genetik : payudara, uterus- Virus : umumnya pada binatang
Karakteristik dari neoplasma
Karakteristik NeoplasmaSumber : Bouchard, R., and Owens, N. F.; Nursing care of the cancer patient, 3rd ed., St. Louis, 1976, The C.V. Mosby Co.
Jenis/Lokasi Kanker1. Payudara2. Kolon rektum3. Laring4. Paru5. Leukemia6. Pankreas7. Prostat8. Gaster9. Uterus10. Serviks11. Lain : Hodgkin’s, Thyroid dll
Penamaan Kanker
Dinamakan bedasarkan jaringan asalnya. Sarcoma berasal dari jaringan mesodermal yang terdiri dari jaringan ikat, tulang, kartilage, lemak, otot dan pembuluh darah. Osteosarcoma menunjukan kanker tulang. Carcinoma menunjukan tumor yang berasal dari jaringan epitel seperti membran mukosa dan kelenjar (termasuk didalamnya kanker payudara, ovarium, dan paru). Kanker sumsum tulang disebut dengan myeloma. Sementara kanker darah atau hemopoietik dikenal sebagai balstoma dan tumor dapat meliputi kanker lympe, eritrosit, dan sel mieloid. Leukemias menjelaskan tentang kanker yang berasal dari sel darah putih yang dapat di golongkan menjadi myeloid, lymphatik atau monositik
Peran Perawat
1. Promotif sampai dengan rehabilitatif2. Memberi dukungan klien terhadap prosedur diagnostik3. Mengenali kebutuhan psiko sosial dan spiritual4. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi klien5. Memberi bantuan bagi klien yang mendapat pengobatan anti kanker/terhadap keganasan6. Membantu klien fase penyembuhan/rehabiltasi7. Membantu klien untuk tindak lanjut pengobatan8. Berpartisipasi dalam koleksi data penelitian/registrasi kanker
Diagnostik Kanker1. Riwayat keperawatan & penyakit, sosial, pemeriksaan fisik2. Biopsi patologis3. Pemeriksaan darah, darah lengkap, thrombosit, kimia darah: elektrolit & LFT & BUN &
chreatinin4. Imaging : foto toraks, scan-nuklir, CT-scan, MRI.
Manajemen : Pendekatan Multi DisiplinTindakan pengobatan:
1. pembedahan, 2. kemotherapi, 3. radiasi, 4. imunotherapi, atau 5. kombinasi
Jenis Pembedahan :1. Biopsi2. Rekontruksi3. Paliatif4. Adjuvant
5. Pembedahan primer otak6. Reseksi metastasis7. Profilaksis : polip8. Kuratif
Kemotherapi
Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kankerIndikasi dan prinsip :1. Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel normal2. Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif3. Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari manfaatnya4. Obat kemotherapi umumnya sangat toksik Þ teliti/cermat evaluasi kondisi pasien
Komplikasi Kemotherapi1. Efek samping :
- nausea, vomiting- alopecia- rasa (pengecap) menurun- mucositis
2. toksik- hematologik : depresi sumsum tulang, anemia- ginjal, hepar
Radiotherapy1. Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides)2. Pada X-ray therapy, radiasi diberikan secara lokal untuk menghindari kerusakan jaringan
sehat lainnya.
Pengkajian Keperawatan pada Askep Kanker
A. Sistem Integumen1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema3. Perhatikan pigmentasi kulit4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
B. Sistem Gastrointestinal1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit3. Kaji diare & konstipasi4. Kaji anoreksia5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
C. Sistem Hematopoetik1. Kaji Netropenia
a. Kaji tanda infeksib. Auskultasi paruc. Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoed. Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 - menengah, < 20.000/m3 - berat3. Kaji Anemia
a. Warna kulit, capilarry refillb. Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
D. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular1. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif -
terutama bleomisin
2. Kaji tanda CHF3. Lakukan pemeriksaan EKG
E. Sistem Neuromuskular1. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik2. Perhatikan adanya parestesia3. Evaluasi refleks4. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki5. Kaji gangguan pendengaran6. Diskusikan ADL
F. Sistem Genitourinari1. Kaji frekwensi BAK2. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine3. Kaji : hematuria, oliguria, anuria4. Monitor BUN, kreatinin
Diagnosa Keperawatan pada Askep Kanker1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan5. Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut6. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis7. Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut8. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare9. Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia10. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia1. Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun:2. Jenis, dosis, cara pemberian kemoterapi3. Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang dimiliki4. Kebiasaan kebersihan diri5. Pola tidur6. Pola makan7. Pola eliminasi8. Riwayat & pemeriksaan fisik9. Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat eliminasi, adanya exudat10. Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan11. Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas12. Fungsi pernafasan & suara nafas13. Laboratorium: DPL14. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm315. Lindungi klien dari terpaparnya bakteri16. Tempatkan klien di ruang isolasi17. Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi klien yang menginformasikan:
pengunjung harus cuci tangan sebelum masuk, pengunjung yang FLU dilarang masuk dan DILARANG membawa buah, bunga atau sayuran segar ke ruangan klien
18. Pasang papan pengumuman yang menginformasikan TIDAK BOLEH menginjeksi per-IM dan mengukur suhu per-rektum
19. Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari sekali, dan kebersihan area perineum dalam kegiatan perawatan klien
20. Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik aseptik 2 hari sekali atau apabila ada tanda-tanda plebitis
21. Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)22. Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan petugas kesehatan yang FLU (atau
infeksi lain) atau yang merawat klien yang terinfeksi di ruang isolasi
23. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm324. Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien25. Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur26. Monitor angka lab neutrofil27. Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area tertentu (mukosa mulut,
tempat bekas penusukan suntik/infus, dll)28. Monitor perubahan warna urin, sputum & feses
Diagnosa 2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia1. Lakukan tindakan khusus jika trombosit menurun / meningkat2. Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan3. Pasang tanda “Dilarang” injeksi per IM dan pemberian obat aspirin4. Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas penusukan minimal 5 menit5. Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut, hindari penggunaan dental floss6. Pasang pembatas tempat tidur7. Cegah konstipasi dengan pemberian cairan minimal 3 L/hari
Monitor terjadinya perdarahan1. Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis, epistaksis, darah di feses, urin, dan muntahan2. Perubahan tekanan darah ortostatik >10 mmHg atau nadi >100/mnt3. Monitor hematokrit & trombosit
Lapor dokter jika ada tanda perdarahanDiskusikan tanda & gejala infeksi yang terjadi ke dokter yang bertanggung jawab, kolaborasi perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan kultur, pemberian antipiretik & antibiotik
Diagnosa 3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan1. Kaji tanda dan gejala anemia2. Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30% (anemia sedang), <25%>3. Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan, palpitasi, berkeringat dingin; anemia
sedang: meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing, nyeri dada, sesak saat istirahat, dan takikardi)
4. Anjurkan klien untuk merubah posisi secara bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.
5. Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan posisi.6. Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik atau tetap.7. Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi8. Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas, dan kebutuhan klien akan Oksigen9. Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)10. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat
anemia11. Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitas-
istirahat12. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat besi seperti hati, telur, daging, wortel
dan kismis
Diagnosa 4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan1. Anjurkan klien untuk minum 3L/hari2. Monitor intake-output tiap 4 jam3. Kaji frekuensi, konsistensi & volume diare/muntah4. Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa5. Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program6. Rawat area kulit perineum dengan salep betametasone atau Zinc7. Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus sesuai program
Diagnosa 5. Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut1. Kaji & catat kondisi mukosa mulut (lidah, bibir, dinding & langit-langit mulut) & kaji
adanya stomatitis tiap shift. Ajarkan pada klien cara mendeteksi dini adanya stomatitis2. Kaji kenyamanan & kemampuan untuk makan & minum3. Kaji status nutrisi klien4. Anjurkan & ajarkan klien membersihkan mulut (kumur-kumur) tiap 2 jam
5. Gunakan cairan fisiologis, atau campuran cairan fisiologis dan BicNat (1 sdt dicampur 800 cc air) tiap 4 jam atau,
6. Gunakan larutan H2O2 dg perbandingan 1 : 4, atau7. Obat kumur Listerine8. Anjurkan & ajarkan sikat gigi dan menggunakan dental floss, & tidak dilakukan jika leukosit
<1500/mm3>9. Anjurkan & jelaskan klien untuk melepas gigi palsu saat kumur-kumur & saat sedang iritasi
mukosa10. Anjurkan & ajarkan klien untuk melembabkan mulut dengan cara banyak minum dan
menggunakan pelembab bibir11. Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, panas & asam) & jelaskan pada klien
Diagnosa 6. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis1. Berikan (kolaborasi) obat kumur yang mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur
dilakukan tiap 3 jam2. Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic sedang-kuat per parenteral (mis. Morphin)
Diagnosa 7. Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut1. Kaji kemampuan komunikasi klien2. Kaji adanya sekret yang kental yang sulit untuk dikeluarkan, anjurkan minum hangat3. Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika klien tidak dapat
berkomunikasi verbal4. Responsif terhadap bel panggilan dari klien
Diagnosa 8. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare1. Kaji area kulit perineum2. Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun lembut saat membilas sesudah bab3. Oleskan anastetik topikal K/P4. Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum5. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik akibat Kemoterapi6. Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai cairan urin bening7. Diuresis dengan furosemid sesuai dg program8. Ukur pH urin (pH > 7)9. Cegah dehidrasi dan muntah yang masif10. Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari11. Monitor hasil lab ureum, creatinin
Diagnosa 9. Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia1. Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang digunakan2. Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang terjadi, yaitu alopesia terjadi sejenak,
dapat tumbuh rambut yang baru3. Anjurkan klien menceritakan perasaannya4. Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang5. Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig, topi atau selendang6. Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS7. Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan menggunakan sampoo baby, “sun cream”, dll8. Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan kacamata hitam & topi jika bepergian
Diagnosa 10. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi1. Bina rasa saling percaya2. Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan pengobatannya pa da fungsi seksual3. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan masalah klien4. Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual5. Alternatif pengekspresian seksual6. Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri7. Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit8. Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan pasangannya9. Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual10. Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga
11. Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya12. Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi
faqudin.staff.umm.ac.id/files/2010/05/Asuhan-Keperawatan-pada-Klien-dengan-Kanker.doc