Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Autisme

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya). Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa . Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan 1

description

cfdfffffff

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Autisme

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa .Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40% sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autisma meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autis. Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan jumlah anak austime dapat mencapai 150 - 200 ribu orang.Berdasarkan hal diatas, maka kami sebagai penulis tertarik untuk lebih memahami konsep anak dengan autisme, dimana konsep ini saling terkait satu sama lain. Semoga Askep ini dapat membantu para orang tua, masyarakat umum dan khusnya kami (mahasiswa keperawatan) dalam memahami anak dengan autisme, sehingga kami harapkan kedua anak dengan kondisi ini dapat diperlakukan dengan baik.B. Tujuan a. Tujuan umumAgar mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan autism.b. Tujuan Khususa) Mahasiswa memahami pengertian Autisme.b) Mahasiswa memahami etiologi dan manifestasi klinik autismec) Mahasiswa memahami cara mengetahui autis pada anak.d) Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan anak dengan autisme

BAB IILANDASAN TEORITIS

1. DefenisiAutisme adalah ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum usia dua setengah tahun dan ditandai dengan gangguan pada wicara dan bahasa, mobilitas, persepsi, dan hubungan interpersonal.(Speer,KathleenMorgan. 2007)Autisme adalah gangguan perkembangan yang umumnya menimpa anak-anak.Gangguan ini membuat anak tidak mampu berinteraksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. (Aizid,Rizem.2011) autisme merupakan gangguan perkembangan pervasive dengan masalah awal tiga area perkembangan utama yaitu perilaku, interaksi sosial dan komunikasi. Gangguan ini dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas. Autisme adalah kelainan yang mempunyai dampak besar terhadap kehidupan penderita, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kadang keadaan ini membuat kebingungan dan sangat menyakitkan hati orang tua penderita. Menurut Isaac, A (2005)Definisi Autisme adalah kelainan neuropsikiatrik yang menyebabkan kurangnya kemampuan berinteraksi sosial dan komunikasi, minat yang terbatas, perilaku tidak wajar dan adanya gerakan stereotipik, dimana kelainan ini muncul sebelum anak berusia 3 tahun (Teramihardja, J, 2007)Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang koqnitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi social.

2. EtiologiPenyebab yang pasti dari autisme belum diketahui, yang pasti hal ini bukan disebabkan karena pola asuh yang salah.Menurut penelitian para ahli menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi factor genetic dan lingkungan seperti pengaruh negative selama masa perkembangan otak.Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negative selama masa perkembangan otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis,gangguan absorpsi-protein tertentu akibat kelainan di usus.3. Klasifikasia) Jenis persepsiAutisme persepsi meupakan autism yang timbul sebelum lahir dengan gejala adanya rangsangan dari luar, baik kecil maupun kuat dapat menimbulkan kecemasan.b) Jenis reaksiAutisme reaktif yaitu dengan gejala penderita membuat gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan kadang disertai kejang dan dapat diamati pada usia 6-7 tahun,memiliki sifat rapuh,mudah terpengaruh oleh dunia luar.c) JenisautismeyangtimbulkemudianJenis ini diketahui setelah anak agak besar dan akan mengalami kesulitan dalam mengubah perilakunya karena sudah melekat atau ditambah adanya pengalaman yang baru.

4. PATOFISIOLOGI Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan.Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).Penelitian pada monyet dengan merusak hipokampus dan amigdala mengakibatkan bayi monyet berusia dua bulan menunjukkan perilaku pasif-agresif. Mereka tidak memulai kontak sosial, tetapi tidak menolaknya. Namun, pada usia enam bulan perilaku berubah. Mereka menolak pendekatan sosial monyet lain, menarik diri, mulai menunjukkan gerakan stereotipik dan hiperaktivitas mirip penyandang autisme. Selain itu, mereka memperlihatkan gangguan kognitif.Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan, radiasi, serta ko kain.5. Tanda dan gejala AutismeGejala autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun,dan secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2-5 tahun. Namun, pada beberapa kasus anak autis, gejalanya justru terlihat pada usia sekolah. Berdasarkan sebuah penelitian, autisme lebih banyak menimpa anak laki-laki dari pada anak perempuanAdapun gejala-gejala autisme pada anak, menurut Dr. Suriviana, antara lain:a. Gangguan pada bidang komunikasi verbal dan nonverbal,meliputi:a) Terlambat bicara atau tidak dapat bicarab) Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain,yang sering disebut sebagai bahasa planet.c) Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuaid) Bicara tidak digunakan untuk komunikasie) Meniru atau membeo; beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada, maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya.f) Kadang berbicara monoton seperti robotg) Mimik muka datarh) Seperti anak tuli,tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat.

b. Gangguan pada interaksi sosial, meliputi:a) Menolak atau menghindar untuk bertatap mukab) Mengalami kesulitanc) Merasa tidak senang dan menolak bila dipelukd) Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang laine) Menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya,apabila ia sedang menginginkan sesuatuf) Jika didekati untuk bermain,justru menjauhg) Tidak berbagi kesenangan dengan orang lainh) Terkadang masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar,kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun.i) Keengganan untuk berinterasi lebih nyata dengan anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya.c. Gangguan pada bidang perilaku dan bermaina) Seolah tidak mengerti cara bermain, bermainnya sangat monoton, dan melakukan gerakan yang sama berulang-ulang sampai berjam-jam.b) Bila sudah senang terhadap satu mainan, tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh.c) Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil-mobilan secara terus-menerus untuk waktu yang lama) atau sesuatu yang berputar.d) Terdapat kelekatan dengan benda-benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, serta gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana-mana.e) Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, dan air yang bergerak.f) Perilaku ritualistik sering terjadig) Dapat terlihat sangat hiperaktif,misalnya tidak dapat diam, lari ke sana-sini, melompat-lompat, berputar-putar, dan memukul benda berulang-ulang.h) Bisa juga menjadi terlalu diam.

d. Gangguan pada bidang perasaan dan emosi, meliputi:a) Tidak ada atau kurangnya rasa empati (misalnya, ketika melihat anak menangis, si anak tidak merasa kasihan ia bahkan merasa terganggu, sehingga anak sedang menangis akan didatangi dan dipukulinya).b) Tertawa-tawa sendiri serta menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyatac) Sering mengamuk tidak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan apa yang diinginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan destruktif.e. Gangguan dalam persepsi sensori, meliputi:a) Mencium-cium, menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa sajab) Bila mendengar suara keras,langsung menutup mata.c) Tidak menyukai rabaan atau pelukan; bila digendong, cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan.d) Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu. (Aizid, Rizem. 2011)6. Gambaran dan Perilaku Anak Autis a. Gambaran unik anak autisa) Selektif yang berlebihan terhadap rangsangan sehingga kemampuan menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas.b) Kurang motifasi, bukan hanya sering menarik diri dan asyik sendiri, tetapi juga cenderung tidak termotivasi menjelajah lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka.c) Memiliki respon stimulasi diri tinggi. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merangsang diri sendiri, misalnya bertepuk tangan, mengepak-ngepakkan tangan, dan memandangi jari-jemari sehingga tidak produktif.d) Memiliki respon terhadap imbalan. Mereka belajar paling efektif pada kondisi imbalan langsung, yang jenisnya sangat individual. Namun, respon ini berbeda untuk setiap anak autis.

2. Perilaku Autistika. Perilaku berlebihan (excessive)a) Perilaku self-abuse (melukai diri sendiriPerilaku memukul, menggigit, dan mencakar diri diri sendiri.b) AgresifPerilaku menendang, memukul, menggigit, dan mencubit.c) Tantrum Perilaku menjerit, menangis, dan meloncat-loncat.d) Masuk atau membuat berantakanMasuk ke dalam lemari, memberantakkan buku-buku dan mainan, dan bermain-main di air.e) Perilaku stimulasi-diriMenatap jari-jemari, berayun, dan mengepak-ngepakkan tangan.b. Perilaku Berkekurangan (deficit)a) Kesiapan belajarKontak mata jika disuruh dan mengikuti perintah sederhana, seperti tutup pintu dan duduk.b) Keterampilan motorik kasarBermain bola dan mengayuh sepeda roda tiga.c) Keterampilan motorik halusMenyalin garis, mewarnai, dan menggunakan gunting.d) Imitasi non verbalTepuk tangan, menunjuk bagian tubuh, dan mengikuti gerakan atau mimik mulut.e) Imitasi verbalMengeluarkan suara secara spontan, meniru suku-suku kata, dan meniru penekanan atau tinggi rendah dalam suatu kalimatf) Pembicaraan sederhana yang bergunaMenjawab pertanyaan-pertanyaan paling tidak satu kata, meminta sesuatu dengan satu kata atau lebih.7. PenatalaksanaanAutisme merupakan gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable) namun bisa diterapi (treatable), maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun ada gejala-gejala yang dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya dapat berbaur dengan anak-anak lain secara normal.Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :a. Terapi MedikamentosaTerapi ini dilakukan dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon terhadap lingkungan,menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang.Obat-obat yang ada di Indonesia adalah dari jenis anti-depresan selektive serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan benzodiazepin, seperti fluoxetine prozac,sertralin,zoloft,dan risperidone rispedal.b. Terapi BiomedisTerapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat.c. Terapi wicaraUmumnya, terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan non verbal yang memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak autisme dan mengenal kondisi anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan anak.d. PsikoterapiTerapi khusus bagi anak autisme yang dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran aktif dari orang tua. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan non verbal yang memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak autisme dan mengenal kondisi anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan anak.

e. Terapi okupasiTerapi ini bertujuan membantu anak autisme yang mempunyai perkembangan motorik kurang baik, antara lain gerak-geriknya kasar dan kurang luwes.Terapi okupasi akan menguatkan, memperbaiki koordinasi, dan keterampilan otot halus anak.f. TerapiMusicTerapi music untuk anak-anak autisme ialah penggunaan bunyi dan musik dalam memunculkan hubungan antara penderita dengan individu lain, sekaligus terapi untuk mendukung serta menguatkan secara fisik, mental, social dan emosional. Penggunaan bunyi dan musik dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bermain music bersama dengan improvisasi bebas. Hal ini sangat cocok untuk anak-anak autisme yang notabene sulit dalam berkomunikasi. Melalui musik, anak-anak autisme dapat mengungkapkan perasaan mereka dengan segala cara, baik menggunakan anggota tubuh, suara, maupun alat musik yang disediakan.g. Peran orang tuaBanyak peran yang bisa dan harus dilakukan orang tua anak autis. Pertama, memastikan diagnosa, sekaligus mengetahui ada- tidaknya gangguan lain pada anak untuk ikut diobati.Carilah dokter yang dapat memahami penyakit anak dan jangan fanatik pada satu dokter karena tidak selamanya seorang dokter benar secara mutlak. Hal yang juga sangat membantu orang tua adalah bertemu dan berbicara dengan sesama orang tua anak autis. Usahakan bergabung dalam parents support group.Selain untuk berbagi rasa, juga untuk berbagi pengalaman, informasi, dan pengetahuan.Orang tua juga harus bertindak sebagai manager saat terapi dilakukan, misalnya mempersiapkan kamar khusus, mencari dan mewawancara terapis, mengatur jadwal, melakukan evaluasi bersam tim, juga mampu memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, terapisan, dan pengobatan anak.

h. Spesifikasi diet bagi anak autisa) Bahan makanan yang mengandung luten yang biasanya terdapat dalam gandum, tepung terigu, atau maizena, oat, barley, dan lainlain. Produk olahan yang mengandung gluten antara lain kecap, roti, cookies atau biskuit, mie, sereal, donat, pie.b) Bahan makanan yang mengandung kasein yang biasanya terdapat dalam susu hewan. Produk olahan yang mengandung kasein antara lain keju, es krim, yougurt, biskuit, margarin.c) Bahan makanan yang mengandung penyedap rasa atau MSG. Selain itu,sebagian besar anak autisme juga sensitif terhadap bumbu makanan tertentu seperti ketumbar, merica, jahe, cengkeh.d) Bahan pemanis dan pewarna buatan seperti permen, saos tomat, minuman kemasan.e) Makanan yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosis, makanan olahan atau makanan yang dijual di supermarket.f) Makanan siap sajig) Minuman berkarbonasi atau sooftdrinkh) Buah-buahantertentuseperti anggur, pir, lengkeng, pisang, apel, jeruk, tomat, almond, cherry, strawberry, melon, mangga yang terlalu manis, ketimun.i) Jenis air tertentu, seperti air ledeng, air sumur. Oleh karena itu tetap dianjurkan bagi anak autisme untuk mengkonsumsi air mineralj) Kurma, jagung, santan, minyyak kelapa atau kelapa sawit, abon sapik) Gelatin, mayones, mustard, cukal) Ebi, kornet, dendeng, ham, telur asin, ikan asin, daging kambing. Oleh karena itu, ikan dan daging ayam masih menjadi prioritas makanan bagi anak autisme.m) Kentang goreng, rempeyekn) Semua jenis gula tanpa terkecuali selain jenis gula yang direkomendasikan dokter atau terapiso) Madu dengan campuran gula

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANA. PengkajianKaji riwayat kehamilan ibu,nutrisi saat hamil dan terjadi ganguan pada saat hamil atau tidak.Kaji riwayat partum dan post partumUji perkembangana. Psikososiala) Menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tuab) Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstremc) Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objekd) Perilaku menstimulasi dirie) Pola tidur tidak teraturf) Permainan stereotipg) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lainh) Tantrum yang seringi) Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraanj) Kemampuan bertutur kata menurunk) Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halusb. Neurologisa) Respons yang tidak sesuai terhadap stimulasib) Reflex mengisap burukc) Tidak mampu menangis ketika laparc. Gastrointestinala) Penurunan nafsu makanb) penurunan berat badand. Gangguan tingkah lakue. Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal.contoh:sulit bicara atau bicara berulang-ulangf. Gangguan pola bermain.contohnya:tidak suka bermain dengan teman sebayag. Gangguan sensori,seperti tidak sensitive terhadap rasa sakit/takuth. Gangguan respon emosi.contoh:sering marah-marah dan tertawa tanpa alasani. Gangguan interaksi socialB. Diagnosa Keperawatana. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulasib. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubngan dengan rawat inap di rumah sakitc. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguanC. Intervensi Keperawatana. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulasiHasil yang diharapkan :Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh yang sederhana,konkret; bayi dengan efektif dapat mengomunikasikan kebutuhannya (keinginan akan makan, kenyamanan, dan sebagainya).INTERVENSIRASIONAL

Ketika berkomunikasi dengan anak, bicaralah dengan kalimat singkat yang terdiri atas satu hingga tiga kata, dan ulangi perintah sesuai yg diperlukan.

Kalimat yang sederhana dan diulang-ulang mungkin merupakan satu-satunya cara berkomunikasi karena anak yang autistic mungkin tidak mampu mengembangkan tahap operasional yang konkret

Gunakan irama,music,dan gerakan tubuh untuk membantu perkembangan komunikasi sampai anak dapat memahami bahasa.Gerakan fisik dan suara membantu anak mengenali integritas tubuh serta batasan-batasannya sehingga mendorongnya terpisah dari objek dan orang lain.

Bantu anak mengenali hubungan antara sebab akibat dengan cara menyebutkan perasaannya yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus bagi mereka.

Memahami konsep penyebab dan efek membantu anak membangun kemampuan untuk terpisah dari objek serta orang lain dan mendorongnya mengekspresikan kebutuhan serta perasaannya.

Ketika berkomunikasi dengan anak,bedakan kenyataan dengan fantasi,dalam pernyataan yang singkat dan jelas.

Biasanya anak autistic tidak mampu membedakan antara realitas dan fantasi,dan gagal untuk mengenali nyeri atau sensasi lain serta peristiwa hidup dengan cara yang bermakna.

Sentuh dan gendong bayi, tetapi semampu yang dapat ditoleransiMenyentuh dan menggendong mungkin tidak membuat bayi yang autistic merasa nyaman

b. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di rumah sakitHasil yang diharapkan :Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak diri sendiri,yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruksi berkurang,serta peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.INTERVENSIRASIONAL

Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang periode perawatan di rumah sakit.

anak yang autistic dapat berkembang melalui lingkungan yang kondusif dan rutinitas,dan biasanya tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan dalam hidup mereka.

Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat dan sering.Dekati anak dengan sikap lembut dan bersahabat,dan jelaskan apa yang akan anda lakukan dengan kalimat yang jelas,dan sederhana.

Sesi yang singkat dan sering memungkinkan anak mudah mengenal perawat serta lingkungan rumah sakit.Mempertahankan sikap tenang,ramah,dan mendemonstrasikan prosedur pada orang tua,dapat membantu anak menerima intervensi.

Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk memastikan keamanan anak dan untuk mengalahkan amarah dan frustasinya.

Restrain fisik dapat mencegah anak dari tindakan mencederai diri sendiri.Biarkan anak terlibat dalam perilaku yang tidak terlalu membahayakan.

Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilaku positif dan menghukum perilaku yang negative.

Pemberian imbalan dan hukuman dapat membantu mengubah perilaku anak dan mencegah episode kekerasan.

Ketika anak berperilaku destruktif, tanyakan apakah ia mencoba menyampaikan sesuatu untuk dimakan atau diminum atau apakah ia perlu pergi ke kamar mandiSetiap peningkatan perilaku agresif menujukkan perasaan stress meningkat, kemungkinan muncul dari kebutuhan untuk mengkomunikasikan sesuatu

c. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguanHasil yang diharapkan :Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasihat serta bantuan.INTERVENSIRASIONAL

Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.

Membiarkan orang tua mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka tentang kondisi kronis anak membantu mereka beradaptasi terhadap frustasi dengan baik.

Rujuk orang tua ke kelompok pendukung autism setempat dan ke sekolah khusus jika diperlukan.

Kelompok pendukung memperbolehkan orang tua menemui orang tua dari anak lain yang menderita autis untuk berbagi informasi dan memberikan dukungan emosional.

Anjurkan orang tua untuk mengikuti konselingKontak dengan kelompok swabantu membantu orang tua memperoleh informasi tentang masalah terkini,dan perkembangan yang berhubungan dengan autisme

18