ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …
POLTEKKES KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA
PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
HIKMATUL FAUZIAH NIM: 143110247
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA
PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
HIKMATUL FAUZIAH NIM: 143110247
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan proposal ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III
pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti
menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
(1) Ibu Ns. Zola Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep dan Delima, S.Pd, M.Kes selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini;
(2) Bapak H. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
(3) Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
(4) Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
(5) Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal
peneliti.
(6) Pihak RSI Ibnu Sina Padang yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
(7) Teristimewa kepada ayah, mama dan abang yang telah memberikan bantuan,
semangat dan medengar keluh kesah selama pembuatan KTI ini. Kepada ayah dan
mama maafkan selama kuliah peneliti banyak menghabiskan uang kalian.
(8) Spesial kepada Fahcrul Imam yang telah menemani dan mendengarkan keluh kesah
dari awal pembuatan KTI ini hingga sampai saat ini mudahan segera menyusul
wisuda juga.
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
(9) Sahabat tercinta Indah Anggia Fisqi, Amd. Kep, Sintya Tinela, Amd. Kep, Safdara
Tika, Amd. Kep, Fauziah Iswandi, Amd. Kep, dan Ladi Permata, Amd. Kep, yang
selama 3 tahun ini bersama, susah senang hingga kita bersama-sama meraih gelar
Amd. Kep.
(10) Terima kasih juga untuk kelompok 47 PKLT terutama Zahara Sakinah, Amd.
Keb dan Sri Fahnur Septiani, Amd. Kep senang bisa bertemu dengan kalian
menghabiskan waktu selama kita PKL, pengalaman, pertemuan yang susah
dilupakan juga sangat aneh dan sudah menemai sampai malam pembuataan KTI ini.
Akhirnya sampai sekarang kita masih komunikasi dan menjadi sahabat yang baru.
(11) Terima kasih kepada teman satu pembimbing lidia dan zikri yang telah sama-
sama melalui pembuatan proposal hingga KTI ini, banyak kejadian yang sama-
sama kita alami.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenaan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Padang, 12 Juni 2017
Peneliti
v
Poltekkes Kemenkes Padang
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hikmatul Fauziah
NIM : 143110247
Tempat/Tanggal Lahir : Padang/ 06 Mei 1996
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Orang Tua
Ayah : Agus Syafrial
Ibu : Lida Defi
Alamat : Komplek Taruko I Blok PP No 18 Padang
Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
TK Raudhatul Atfal 2001-2002
MIN Gunung Pangilun Padang 2002-2008
MTsN Model Padang 2008-2011
SMAN 5 Padang 2011-2014
Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 Hikmatul Fauziah Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang Tahun 2017 Isi: xiii + 58 Halaman + 7 Lampiran
ABSTRAK Demam berdarah dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi tropis berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian. Angka kematian pada anak DBD Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia). Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DBD di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi kasus. Tempat penelitian di RSI Ibnu Sina Padang dari tanggal 22 Mei 2017 - 27 Mei 2017. Populasi semua pasien anak dengan DBD, sampel di ambil 2 partisipan dengan teknik purposive sampling. Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan asuhan keperawatan. Cara pengumpulan data dengan teknik observasi, pengukuran, wawancara dan studi dokumentasi. Rencana Analisis data yang telah didapatkan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori sesuai dengan proses keperawatan.
Hasil penelitian yang didapatkan pada An. H dan An, N yaitu mengalami DBD dengan gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5oC, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Kedua pasien memiliki tetangga yang mengalami DBD sebelumnya. Didapatkan 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. H, pada An. N 2 diagnosa yang muncul. Rencana keperawatan untuk diagnose hipertermi adalah perawatan demam, sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan didapatkan masalah teratasi.
Disarankan kepada Direktur RSI Ibnu Sina Padang agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
Kata kunci (Key Word): Demam Berdarah Dengue (DBD), Asuhan Keperawatan
Daftar Pustaka: 31 (2008-2017)
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL ................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
A. Konsep DBD ................................................................................... 7 1. Pengertian DBD ........................................................................ 7 2. Etiologi ...................................................................................... 7 3. Klasifikasi ................................................................................. 8 4. Patofisiologi .............................................................................. 9 5. WOC ......................................................................................... 11 6. Manifestasi Klinis ...................................................................... 12 7. Respon Tubuh ........................................................................... 13 8. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 14 9. Panatalaksanaan ......................................................................... 14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan DBD .................. 17
x
Poltekkes Kemenkes Padang
1. Pengkajian ................................................................................. 17 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ....................................... 21 3. Perencanaan Keperawatan ......................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30
A. Desain Penelitian ............................................................................. 30 B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 30 C. Subjek Penelitian ............................................................................. 30 D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 30 E. Cara Pengumpulan Data .................................................................. 32 F. Jenis-Jenis Data ............................................................................... 33 G. Rencana Analisis ............................................................................. 34
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN .............................
A. Deskripsi Kasus ............................................................................... 35 1. Pengkajian ................................................................................. 35 2. Diagnosis Keperawatan ............................................................. 37 3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 38 4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 41 5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 42
B. Pembahasan .................................................................................... 46 1. Pengkajian ................................................................................. 46 2. Diagnosis Keperawatan ............................................................. 48 3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 51 4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 52 5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 57 B. Saran .............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 WOC DBD Pada Anak ............................................................... 10
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue ............................ 8
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD ................................ 19
Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 35
Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................... 37
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 38
Tabel 4.4 Implemetasi Keperawatan............................................................ 41
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 43
xiii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Inform Concent
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 4 : Ganchart
Lampiran 5 : Jadwal Bimbingan Proposal
Lampiran 6 : Jadwal Bimbingan KTI
Lampiran 7 : Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun (Kemenkes, 2015). DBD dapat menyerang semua
kelompok umur, namun DBD masih merupakan penyebab utama kematian pada
anak-anak. DBD sering terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan
tingkat serangan tertinggi dalam umur 5-9 tahun (Rahma, 2011).
World Health Organization (WHO) (2016) tahun 2015, menyebutkan bahwa
wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia. Filipina melaporkan lebih dari
169.000 kasus dan Malaysia melebihi 111.000 kasus dugaan demam berdarah,
meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun sebelumnya. Diperkirakan
500.000 orang dengan dengue parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya,
sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka tidak
dapat diselamatkan (meninggal dunia).
Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir Februari tahun 2016,
kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3
Kota dari 11 Provinsi di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah
penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487
orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang Golongan terbanyak
yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan
usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (Kemenkes RI, 2016).
Jumlah penderita DBD di Provinsi Sumatra Barat yang dilaporkan pada tahun
2014 sebanyak 2.282 kasus dengan jumlah kematian 12 orang. Selama tahun
2014 lebih kurang terdapat 4 kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya KLB
DBD yaitu Kota Padang, Kabupaten lima Kota, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, karena daerah tersebut termasuk
2
Poltekkes Kemenkes Padang
daerah endemis DBD . Kasus tertinggi ada di Kota Padang (666 kasus), diikuti
Kabupaten Pesisir Selatan (282 kasus), Kabupaten Tanah Datar (279 kasus) dan
Kasus terendah adalah di Kota Padang Panjang (7 kasus), hanya Kabupaten
Kepulauan Mentawai yang tidak punya kasus DBD (Dinas Kesehatan Provinsi
Sumbar, 2015).
Kasus DBD di Kota Padang tahun 2014, lebih rendah dari tahun 2013 (998
kasus). Kasus ini lebih banyak terjadi pada perempuan (350 kasus) dibanding
laki-laki (316 kasus), meninggal sebanyak 6 orang dengan CFR (Case Fatality
Rate) 0,9 %. Kasus DBD terbanyak pada tahun 2014 terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Buaya (67 kasus) diikuti oleh Puskesmas Andalas dan
Belimbing (62 kasus) (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Kejadian DBD
pada anak di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015 dari bulan Juni sampai
Desember sebanyak 63 kasus. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan kejadian
DBD pada anak sebanyak 164 kasus.
DBD pada anak dapat menunjukkan gejala demam tinggi dan mendadak disertai
sakit kepala, nyeri sendi atau otot, dan muntah. Gejala khas DBD berupa
perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan
konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,
hematemesis, melena (Susilaningrum dkk, 2013).
Hasil penelitian Annisa, dkk (2015), menyebutkan bahwa tanda dan gejala lain
yang terdapat pada anak DBD yaitu pembesaran hepar, epistaksis, purpura, juga
hematemesis. Kemenkes RI (2010), menyebutkan bahwa tanda bahaya DBD
adalah nyeri perut, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan,
perdarahan mukosa, letargi, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan
hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.
3
Poltekkes Kemenkes Padang
Pengkajian anak dengan DBD ditemukan adanya peningkatan suhu yang
mendadak disertai mengigil, adanya pedarahan kulit seperti petekhie, ekimosis,
hematom, epistaksis, hematemesis bahkan hematemesis melena. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri otot, sakit kepala, nyeri ulu hati,
pembengkakan sekitar mata. Hasil pemeriksaan labor didapatkan adanya
tromsitopenia dan hemokonsentrasi (Alimul, 2008).
Hemokonsentrasi dapat dinilai dari hematokrit. Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Akibat kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak
yang mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai
hematokrit (Susilaningrum dkk, 2013).
Nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan terjadinya syok pada anak dengan
gejala anak menjadi lemah, ujung-ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan
lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan
tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Gejala tersebut akan membahayakan
anak bila tidak ditangani dengan cepat. Penanganan kasus DBD yang yang
terlambat akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan
kematian (Ngastiyah, 2014).
Alimul (2008), mengatakan bahwa salah satu diagnosis atau masalah
keperawatan yang terjadi pada anak DBD adalah kurang volume cairan.
Kurangnya volume cairan pada anak DBD ini dapat disebabkan oleh adanya
perpindahan cairan intra vaskuler ke ekstravaskuler akibat peningkatan
permeabilitas kapiler. Tindakan perawat yang dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah monitor tanda vital, keadaan umum, tanda-tanda syok
dan asupan cairan. Asupan cairan dapat diberikan melalui pemberian minum
peroral dan melalui intravena.
4
Poltekkes Kemenkes Padang
Orang tua perlu mengetahui gejala awal DBD pada anak. Biasanya orang tua
membawa anak ke pelayanan kesehatan setelah mengalami perdarahan seperti
peteki, gusi berdarah dan hematemesi. Oleh karena itu peran dan pengetahuan
orang tua tentang penyakit DBD sangat penting agar tidak terjadi keterlambatan
dalam penanganan kasus DBD. Anak dan orang tua perlu dipersiapkan untuk
tindakan invasif yang dibutuhkan saat proses perawatan (Ngastyah, 2014).
Hasil penelitian Marestika, dkk (2012) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan
orang tua dalam penatalaksanaan masalah DBD pada anak di Kecamatan Buah
Batu wilayah kerja Puskesmas Margahayu Raya Bandung pada bulan Juni 2012
lebih dari setengahnya termasuk dalam kategori cukup baik, dikarenakan orang
tua sudah cukup familiar dengan penyakit demam berdarah. Orang tua belum
memahami kapan anak harus dibawa ketempat pelayanan kesehatan terdekat
untuk memeriksakan kondisi anak mereka. Supaya tidak terjadi keterlambatan
dalam penanganan kasus DBD. Sidiek (2012), menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan mengenai DBD tidak berhubungan dengan kejadian DBD pada
anak. Tingkat pengetahuan ibu pada anak yang mengalami kejadian penyakit
DBD dibanding pada anak yang tidak mengalami kejadian DBD tidak memiliki
perbedaan yang bermakna.
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2017 di RSI Ibnu
Sina Padang terdapat 1 pasien anak DBD, dengan diagnosa keperawatan utama
pada anak yaitu dengan hipertermi. Dari hasil pengamatan, peneliti mengamati
perawat sudah melakukan pengkajian dengan baik. Hasil wawancara peneliti
dengan perawat mengatakan tindakan keperawatan untuk pasien hipertermi
menganjurkan anak untuk banyak minum dan melakukan kompres. Pengamatan
peneliti perawat melakukan tindakan keperawatan tersebut ketika pada saat
overan, ketika orang tua mengatakan pasien demam, dan saat pemberian obat.
5
Poltekkes Kemenkes Padang
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertatrik untuk melakukan penelitian
studi kasus asuhan keparawatan pada anak dengan DBD di ruang rawat RSI
Ibnu Sina Padang.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan DBD di RSI. Ibnu Sina
Padang
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Peneliti mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Institusi Pelayanan
Penulisan KTI diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD.
6
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Peneliti
Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan DBD.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi
pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih
lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan anak dengan DBD
7
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR DBD
1. Pengertian
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes
albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).
DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di
daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15
tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus
ini. Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya
adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2009).
2. Etiologi
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini terutama
ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini terdapat
hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m diatas
permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini telah
diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari
arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi salah
satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain (Nursalam
dkk, 2008).
8
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue
DD/ DBD Derajat Gejala
DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit
kepala, nyeri retro-orbital, sakit pada otot, sakit
pada persendian
DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif
DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan
DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi
(kulit dingin dan lembab serta gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan
nadi tidak terukur
Sumber : Soadjas, 2011
DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut :
1) Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat
manifestasi perdarahan (uji turniket positif)
2) Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain
3) Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit
yang dingin dan lembab, gelisah
4) Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur.
(WHO, 2017)
9
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF.
Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah
bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang
mendaparkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini
disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of
hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks
virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri, 2016).
Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga
cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume
plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian
(Ngastiyah, 2014).
Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit. Penyebab
peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor
dapat menjadi penyebab seperti yaitu virus dengue, komponen aktif system
10
Poltekkes Kemenkes Padang
komplemen, dan kerusakan sel endotel. Trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan system koagulasi dianggap sebagai penyebab utama
perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk, 2008).
11
Poltekkes Kemenkes Padang
12
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Manifestasi Klinis
Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala
tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul
bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan
berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,
epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014)
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak
menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin,
dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014)
Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut :
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
jelas
2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau hematemesis
3) Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
13
Poltekkes Kemenkes Padang
6. Respon Tubuh
a. Sistem pernafasan
Adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran
intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan
dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak
napas (Soedjas, 2011)
b. Sistem sirkulasi
Dengue syok sindrom biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada pasien DBD akan mengalami peningkatan hematokrit sehingga
terjadi pengentalan darah dan mengakibatkan aliran darah ke jantung
menjadi lambat atau berkurang. Ketika aliran darah ke jantung melambat
curah jantung akan menurun.
d. Sistem otak
Otak akan mengalami kekurangan oksigen karena awal permulaan nya
terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke ekstravaskuler
menyebabkan terjadi peningkatan hematokrit, sehingga darah menjadi
kental dan suplai oksigen ke otak juga akan berkurang. Pasien menjadi
gelisah bahkan menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan Darah lengkap
(a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi
perdarahan yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun
14
Poltekkes Kemenkes Padang
Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
(b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi
kebocoran plasma
Nilai normal: 33- 38%
(c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia
kurang dari 100.000/ml
Nilai normal: 200.000-400.000/ml
(d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal
Nilai normal: 9.000-12.000/mm3
2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:
(a) pH darah biasanya meningkat
Nilai normal: 7.35-7.45
(b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik
mengakibatkan pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40 mmHg)
dan HCO3 rendah.
b. Pemeriksaan rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga
pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura.
(Wijayaningsih, 2013)
8. Penatalaksanaan
Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada
penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya :
a. Penatalaksanaan Medis
1) DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum
pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres
15
Poltekkes Kemenkes Padang
hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan
dosis : anak yang berumur <1 tahun 50mg IM, anak yang berumur
>1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada
pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss menerus muntah,
tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya
dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.
2) DBD disertai renjatan
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan
renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan
sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10
ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan
berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk
mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena
jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza
biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya,
tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24
jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping
kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah
dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang
16
Poltekkes Kemenkes Padang
infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang
pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit
dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah
kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya
dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat
lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya
kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam
rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.
Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan
darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit
tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil
pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.
17
Poltekkes Kemenkes Padang
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA ANAK DBD
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak dengan usia kurang
15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak
anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan
batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak yang menderita DBD
sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsumakan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
c. Kondisi lingkungan
18
Poltekkes Kemenkes Padang
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar)
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar)
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade
IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil)
Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD
grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam
10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya
sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai
kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m
plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk abate.
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan
grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah
mengental dan oksigen ke otak berkurang.
19
Poltekkes Kemenkes Padang
2) Keadaan umum
Lemah
3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade
IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg
atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata
Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
IV.
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan
mengalami hyperemia pharing
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
10) Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade
III, dan IV.
11) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
20
Poltekkes Kemenkes Padang
Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
12) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniket. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan tekanan
antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada
tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008).
13) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
14) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak
21
Poltekkes Kemenkes Padang
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme.
b) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kegagalan mekanisme regulasi.
d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
e) Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
f) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya
suplai oksigen ke jaringan
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (mual, muntah dan anoreksia)
h) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di rongga
pleura.
(Nanda, 2015)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD
Diagnosis keperawatan NOC NIC
Kekurangan volume cairan Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko : a) Perubahan status mental b) Penurunan tekanan
darah c) Penurunan tekanan nadi d) Penurunan volume nadi e) Penurunan turgor kulit f) Membran mukosa
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : a) Tekanan darah tidak
terganggu b) Keseimbangan intake
dan output tidak terganggu
c) Berat badan stabil tidak terganggu
d) Turgor kulit tidak terganggu
e) Hematokrit sedikit terganggu
Manajemen cairan a) Pertahankan catatan
intake dan output yang akurat
b) Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)
c) Monitor vital sign d) Monitor masukan atau
cairan dan hitung intake kalori harian
e) Monitor status nutrisi f) Dorong pasien untuk
menambah asupan oral
22
Poltekkes Kemenkes Padang
kering g) Kulit kering h) Peningkatan suhu tubuh Faktor yang berhubungan dengan : a) Kehilangan cairan aktif b) Kegagalan mekanisme
regulasi
f) Berat jenis urin sedikit terganggu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hidrasi tidak terjadi dengan kriteria hasil : a) Turgor kulit tidak
terganggu b) Membran mukosa
lembab tidak terganngu
c) Intake cairan tidak terganggu
d) Output urin tidak terganggu
e) Perfusi jaringan tidak terganggu
f) Tidak ada haus g) Tidak ada peningkatan
hematokrit h) Tidak ada nadi cepat
dan lemah
(misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan)
g) Tawari makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)
h) Kolaborasi pemberian cairan IV
i) Monitor hasil laboratorium
Hipertermia Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik : a) Kunvulsi b) Kulit kemerahan c) Peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normal d) Kejang e) Takhikardi f) Takhipnea g) Kulit terasa hangat
Faktor yang berhubungan dengan : a) Anastesia b) Penurunan respirasi c) Dehidrasi d) Pemajanan lingkungan
yang panas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: a) Tidak ada
peningkatan suhu tubuh
b) Tidak ada hipertermia c) Tidak ada sakit kepala d) Tidak ada sakit otot e) Tidak ada perubahan
warna kulit f) Tidak ada dehidrasi
Perawatan Demam a) Pantau suhu dan tanda-
tanda vital lainnya b) Monitor warna kulit dan
suhu c) Berikan obat atau cairan
IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil)
d) Monitor penurunan tingkat kesadaran
e) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam
f) Dorong konsumsi cairan g) Fasilitasi istirahat
23
Poltekkes Kemenkes Padang
e) Penyakit f) Peningkatan laju
metabolisme
h) Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila
Resiko perdarahan Definisi : beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan Faktor resiko : a) Aneurisme b) Defisiensi pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan kehilangan darah tidak terjadi dengan kriteria hasil : a) Tidak ada kehilangan
darah yang terlihat b) Tidak ada hematuria c) Tidak ada keluar darah
dari anus d) Tidak ada hematemesis e) Tidak ada penurunan
tekanan darah sistolik f) Tidak ada penurunan
tekanan darah diastolik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koagulasi darah membaik dengan kriteria hasil: a) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal pembentukan bekuan
b) Tidak ada deviasi dari kisaran normal waktu prtrombin (PT)
c) Tidak ada deviasi dari kisaran normalwaktu parsial tromboplastin (PTT)
d) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hematokrit (Hct)
e) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hemoglobin (Hb)
f) Tidak ada peradarahan g) Ringan petekie h) Tidak ada ekimosis i) Tidak ada BAB
berdarah
Pencegahan Perdarahan a) Monitor ketat tanda-
tanda perdarahan b) Catat nilai Hb dan Ht
sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
c) Monitor nilai labor d) Monitor status cairan
yang meliputi intake dan ouput
e) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh
f) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
g) Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
24
Poltekkes Kemenkes Padang
j) Tidak ada hematuria k) Tidak ada
hematemesis l) Tidak ada gusi darah
Nyeri akut Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa Batasan karakteristik :
a) Perubahan selera makan
b) Perubahan tekanan darah
c) Perubahan frekuensi jantung
d) Perubahan frekuensi pernapasan
e) Mengekspresikan perilaku
f) Masker wajah g) Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan dengan : agen cedera ( misal biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: a) Tidak ada nyeri yang
dilaporkan b) Tidak ada mengerang
dan menangis c) Tidak ada menyeringit d) Tidak ada ketegangan
otot e) Tidak ada kehilangan
nafsu makan f) Tidak ada Ekspresi
wajah nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kontrol nyeri teratasi dengan kriteria hasil : a) Sering menunjukkan
mengenali kapan nyeri terjadi
b) Secara konsisten menunjukkan menggambarkan faktor nyeri
c) Sering menunjukkan menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgetik
d) Sering menunjukkan melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada professional kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Manajemen nyeri a) Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non
25
Poltekkes Kemenkes Padang
diharapkan status kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil: a) Tidak terganggu
kesejahteraan fisik b) Tidak terganggu
control terhadap gejala (Sambungan)
c) Tidak terganggu kesejahteraan kesejahteraan psikologis
d) Tidak terganggu lingkungan fisik
e) Tidak terganggu suhu ruangan
f) Tidak terganggu dukungan sosial dari keluarga
farmakologi dan inter personal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
m) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
n) Dukung tingkatkan istirahat/ tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
o) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Pemberian analgetik a) Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi d) Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian,dan dosis optimal
g) Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
h) Monitor vital sign
26
Poltekkes Kemenkes Padang
sebelum dan sesudah pemberian anlgesik pertama kali
i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
j) Evaluasi efektifitas analgesic,tanda dan gejala (efek samping)
Resiko syok Defenisi : berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa Faktor resiko : a) Hipotensi b) Hipovolemia c) Hipoksemia d) Hipoksia e) Infeksi f) Sepsis g) Sindrom respons
inflamasi sistemik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan syok: hipovolemik tidak terjadi dengan kriteria hasil:
a) Tidak ada penurunan tekanan nadi perifer
b) Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik
c) Tidak ada penurunan tekanan darah diastolik
d) Tidak ada melambatnya waktu pengisian kapiler
e) Tidak ada nadi lemah dan halus
f) Tidak ada akral dingin, kulit lembab/ basah
g) Tidak ada penurunan tingkat kesadaran
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tanda-tanda vital dalam rentang normal dengan kriteria hasil: a) Tekanan darah sistolik
tidak ada deviasi dari kisaran normal
b) Tidak ada deviasi dari kisaran normal tekanan darah diastolic
c) Tidak ada deviasi dari kisaran normal tekanan nadi
Manajemen hipovolemi a) Monitor status
hemidinamik, meliputi nadi, tekanan darah.
b) Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (misalnya: turgor kulit buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah, membrane mukosa kering, dan penurunan urin output
c) Monitor adanya sumber-sumber perdarahan (misalnya: perdarahan, muntah, keringat yang berlebihan)
d) Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan kehilangan darah (misalnya: hemoglonin, hematoktrit, trombombosit)
e) Dukung asupan cairan oral (misalnya: berikan cairan lebih dari 24 jam dan berikan cairan dengan makanan), jika tidak ada kontraindikasi
f) Berikan cairan IV isotonic (misalnya cairan normal saline atau Ringer Laktat) untuk rehidrasi ekstraseluler dengan
27
Poltekkes Kemenkes Padang
d) Tidak ada deviasi dari kisaran normal tingkat dan irama pernapasan
tetesan aliran yang tepat g) Instruksikan pada pasien
dan/atau keluarga untuk mencatat intake dan output, dengan tepat
h) Instruksikan pada pasien dan/atau keluarga tindakn-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hopivolemi
Monitor tanda-tanda vital a) Minitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status pernapasan
b) Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terus-menerus dengan tepat
c) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
d) Monitor sianosis sentral dan perifer
e) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Defenisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan Batasan karakteristik: a) Tidak ada nadi b) Perubahan fungsi
motorik c) Perubahan karakteristik
kulit (warna, elastisitas, kelembapan, kuku, suhu)
d) Perubahan tekanan darah di ekstremitas
e) Warna tidak kembali ke
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Perfusi jaringan: perifer tidak terganggu dengan kriteria hasil: a) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal pengisian kapiler jari dan jari kaki
b) Tidak ada deviasi dari kisaran normal Suhu kulit ujung kaki dan tangan
c) Kekuatan denyut nadi karotis, brakialis, radial, femoralis, pedal bagian kiri dan kanan dalam kisaran normal
Manajemen Hipovolemi a) Monitor status
hemodinamik, meliputi nadi, tekanan drah, MAP, CVP, PAP, CO.
b) Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (misalnya., turgor kulit buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah, sangat haus, membrane mukosa kering, dan penurunan urin output
c) Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan (misalnya., perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan, dan takpnea)
28
Poltekkes Kemenkes Padang
tungkai saat diturunkan f) Kelambatan
penyembuhan luka perifer
g) Penurunan nadi h) Edema i) Nyeri ekstremitas j) Pemendekan jarak total
yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit
k) Warna kulit pucat saat elevasi
d) Tekanan darah sistolik dan diastolik tidak ada deviasi dari kisaran normal tekanan darah sistolik dan diastolik dalam kisaran normal
e) Tidak ada muka pucat f) Tidak ada kelemahan
otot
d) Posisikan untuk perfusi perifer
Monitor tanda-tanda vital a) Minitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status pernapasan
b) Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terus-menerus dengan tepat
c) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
d) Monitor sianosis sentral dan perifer
e) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Defenisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic Batasan Karakteristik: a) Berat badan 20% atau
lebih dibawah rentang berat badan ideal
b) Bising usus hiperaktif c) Kelemahan otot untuk
mengunyah d) Kelemahan otot untuk
menelan e) Kehilangan rambut
berlebihan f) Membran mukosa pucat g) Ketidakmampuan
memakan makanan h) Nyeri abdomen Faktor yang Berhubungan: a) Faktor biologis b) Ketidakmampuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi dengan kriteria hasil: a) asupan makanan
secara peroral sepenuhnya adekuat
b) Asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat
c) Asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat
d) Asupan nutrisi parenteral sepenuhnya adekuat
Manajemen Nutrisi a) Kaji adanya alergi
makanan b) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Monitor Nutrisi a) Monitor adanya
penurunan berat badan b) Monitor lingkungan
selama makan c) Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi d) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah patah
e) Monitor mual muntah f) Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht g) Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik, papilla lidah dan cavitas
29
Poltekkes Kemenkes Padang
mencerna makanan c) Kurang asupan makanan
oral
Ketidakefektifan Pola Napas Defenisi: Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak member ventilasi adekuat Faktor Resiko: a) Perubahan kedalaman
pernapasan b) Perubahan ekskursi
dada c) Mengambil posisi tiga
titik d) Bradipnea e) Penurunan tekanan
ekspirasi f) Penurunan tekanan
inspirasi g) Penurunan ventilasi
semenit h) Penurunan kapasitas
vital i) Dispnea j) Pernapasan cuping
hidung k) Fase kespirasi
memanjang l) Takipnea Faktor Berhubungan: a) Ansietas b) Posisi tubuh c) Deformitas tulang d) Deformitas dinding
dada e) Keletihan f) Hiperventilasi g) Sindrom hipoventilasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas efektif dengan kriteria hasil: a) Frekuensi pernapasan
tidak ada deviasi dari normal
b) Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari kisaran normal
c) Kapasitas vital tidak ada deviasi dari kisaran normal
Terapi Oksigen a) Pertahankan kepatenan
jalan napas b) Siapkan peralatan
oksigen dan berikan melalui system humidifier
c) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
(Sambungan) d) Monitor aliran oksigen e) Monitor efektifitas
terapi oksigen f) Atur posisi untuk
meringankan sesak napas
g) Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya
Sumber: Nanda (2015); Nursing Interventions Classification (NOC) (2013); Nursing Outcome
Classification (NIC) (2013)
30
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan
oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan
DBD di RSI Ibnu Sina Padang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2017. Waktu
penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari-Mei 2017.
C. Subjek Penelitian
Penelitian menggunakan 2 responden dengan kriteria:
1. Kriteria Inklusi
a. Anak yang mengalami DBD pada grade II, III, dan IV di ruang rawat
RSI Ibnu Sina Padang.
b. Orang tua setuju berpatisipasi dengan peneliti.
2. Kriteria Ekslusi
a. Anak dengan DBD memiliki penyakit komplikasi lain seperti penyakit
kelainan darah leukemia, thalasemia.
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan
proses keperawatan anak mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi dan studi dokumentasi.
31
Poltekkes Kemenkes Padang
Proses keperawatan meliputi :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kali nya di fasilitas
kesehatan terdari dari: identitas pasien, identifikasi penanggung jawab,
riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, data spikologis, data
ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan
laboratorium, dan program pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada di
analisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya.
Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang didapat saat
interaksi dengan pasien, biasanya apa yang dikeluhkan oleh pasien, dan
data objektif yaitu data yang diperoleh perawat dari hasil pengamatan
dan pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES
(Problem+Etiologi+Symptom) dan menggunakan istilah diagnosa
keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA.
3. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dari beberapa komponen sebagai berrikut:
a. Diagnosa yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC-NOC.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
32
Poltekkes Kemenkes Padang
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa kepoerawatan.
c. Evaluasi keperawatan.
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.
E. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) artinya
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
data dan sumber data yang telah ada. Triagulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan observasi, pengukuran,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak (Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam obeservasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga
mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada pasien, misalnya
pasien terpasang infus, kompres hangat, pemberian obat, terpasang oksigen
dan tranfusi. Observasi pemeriksaan fisik seperti pemantauan tanda
perdarahan yaitu petekie, perdarahan gusi, ekimosis, hematemesis dan
melena. Pemantauan tanda-tanda vital yaitu nadi, pernapasan, tekanan darah
dan suhu. Pemantauan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, dan
trombosit.
33
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, seperti
melakukan pengukuran suhu, menimbang berat badan, dan mengukur tinggi
anak, uji touniket, pengkuran napas, nadi, dan tekanan darah.
3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
lebih mendalam (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari
wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur
kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi
wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya
yang jelas. Artinya pewawancara diberi kebebasan yang diharapkan dan
responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
Wawancara dilakukan tentang identitas pasien, riwayat kesehatan (keluhan
masuk rumah sakit, riwayat kesehayan sekarang, riwayat penyakit yang
diderita sebelumnya dan riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya,
kondisi lingkungan pasien), dan activity daily (ADL) seperti makan, minum,
BAB, BAK, istirahat dan tidur.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dari rumah sakit untuk
menunjang penelitian yang akan dilakukan. Data pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, hematokrit, trombosit), data pemeriksaan diagnostik (rontgen
thorax), dan data pengobatan pasien.
34
Poltekkes Kemenkes Padang
F. Jenis-Jenis Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari rekam medik, serta dari dokumentasi di ruang rawat RSI
Ibnu Sina Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang
(pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan.
G. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada pasien anak dengan DBD. Data yang
telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan
tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus DBD. Analisa
yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori
yang ada dengan kondisi pasien.
35
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan 1 An. H berumur 10 tahun
dirawat di Ruang Rawat Inap Zam Zam RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa
DBD grade I. Partisipan 2 An. N berumur 7 tahun dirawat di Ruangan Inap
Syafa RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa DBD grade II.
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2 An. H masuk RSI Ibnu Sina pada tanggal 23 Mei 2017 pada jam 09.45 wib melalui IGD dengan keluhan demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: 37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg.
Keluarga mengatakan An. N masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00 dengan keluhan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seleruh tubuh. Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.
Pengkajian dilakukan pada hari selasa pada tanggal 23 Mei 2017 jam 13.15 WIB. Keluarga mengatakan kondisi An. H sekarang badan teraba hangat, sakit kepala masih, perut masih terasa sakit, nyeri pada persendian dan nafsu makan berkurang. Saat dilakukan pengkajian merupakan hari rawat pertama klien. Selama dirawat terdapat beberapa data penunjang seperti pemeriksaan labor.
Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 22 Mei 2017 pada jam 10.00. Keluarga mengatakan kondisi An. N sekarang demam sudah berkurang, badan teraba hangat, tampak lemah, nafsu makan berkurang dan kurang minum. Tampak bintik-bintik merah di seluruh tubuh masih ada. Saat dilakukan pengkajian merupakan hari rawat kedua klien. Selama dirawat terdapat beberapa data penunjang seperti pemeriksaan labor.
An. H mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit yang lain maupun sakit DBD sebelumnya.
An. H mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit yang lain maupun sakit DBD sebelumnya.
Salah satu keluarga An. H juga sedang mengalami sakit DBD yaitu kakak kandung An. H yang tinggal serumah.
Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti An. N
36
Poltekkes Kemenkes Padang
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2 An. H tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. Keluarga mengatakan di sekitar rumah juga ada yang mengalami DBD.
An. N tinggal di lingkungan komplek di tengah kota. Keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah mengalami DBD sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik tingkat kesadaran An. H kompos mentis dengan GCS 15, wajah tampak kemerahan, tidak ada lesi, dan tidak ada benjolan. Pada mata skelera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan adanya edema pada palpebra. Hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada epistaksis. Pada mulut warna bibir pucat dan mukosa kering, bibir tampak pecah-pecah serta nyeri saat menelan, tidak ada perdarahan gusi. Telinga simetris kiri kanan, pendengaran baik. Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening dan pembesaran kelenjer limfe. Pada pemeriksaan dada An. H dinding dada tampak simteris, tidak ada tarikan dinding dada, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba, jantung dalam batas normal, irama jantung reguler. Pemeriksaan abdomen simetris, nyeri tekan pada ulu hati, bising usus (+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali cepat, kulit kering dan tampak kemerahan. Terpasang infuse RL 20 tts/i pada ekstremitas atas bagian kiri, tidak ada edema, capillary refil < 3 dtk, nyeri pada persendian. Pada ekstremitas bawah akral teraba hangat, capillary refil < 3, nyeri pada persendian.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran An. N kompos mentis dengan GCS 15, wajah tampak kemerahan dengan bintik-bintik merah, tidak ada lesi, dan tidak ada benjolan. Pada mata sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan tidak ada edema palbebra. Hidung simetris, tidak ada pernapsan cuping hidung, tidak ada epistaksis. Pada mulut warna bibir kemerahan, mukosa lembab dan gusi berdarah. Telinga simetris kiri dan kanan, pendengaran baik. Tidak pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada An. N dinding dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tampak bintik merah pada dada, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis terbab, jantung dalam batas normal, irama jantung ireguler. Pemeriksaam abdomen simetris, tampak bintik pada abdomen, nyeri tekan pada ulu hati, bising usus (+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali cepat, kulit kering dan tampak bintik merah kemerahn. Terpasang IVFD RL 20 tts/I pada ekstremitas bagian atas sebelah kiri, tidak ada edema, capillary refill < 3 detik, tidak ada sianosis, akral teraba hangat. Pada ektremitas bawah tampak bintik merah pada kaki, akral teraba hangat, tidak edema, tidak sianosis, capillary refill < 3 detik, dan nyeri pada persendian.
37
Poltekkes Kemenkes Padang
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2 Selama dirawat di rumah sakit An. H biasanya buang air besar satu dua kali sehari karena mencret, sedangkan untuk buang air kecilnya lebih sering ± 7-8 kali. An. H sering mual dan muntah, An. H sering terbangun saat malam hari dan tidak nyenyak, pada saat sehat An. H tidak ada tidur siang atau sore karena An. H beraktivitas dan sekolah. Pada saat sakit An. H minum 4-5 gelas/hari
Selama dirawat di rumah sakit An. N biasanya buang air besar satu kali sehari dengan konsistensi padat dan berwarna coklat kehitaman, sedangkan untuk buang air kecilnya lebih sering ± 6-7 kali. An. N sering terbangun saat malam hari, pada saat sehat An. N sering tidur pada sore hari sekitar pukul 16.30. pada saat sakit An. N minum 4-5 gelas/hari.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 23 Mei 2017 a. Hemaglobin: 13,0 g/dl (normalnya:
10-16 g/dl) b. Lekosit: 2.500/ mm3 (normalnya:
9.000-12.000/mm3) c. Hematokrit: 42 % (normalnya: 33-38
%) d. Trombosit: 133.000/mm3
(normalnya: 200.000-400.000/mm3)
Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, pada tanggal 22 Mei 2017, a. Hemaglobin: 11,1 g/dl (10-16 g/dl) b. Lekosit: 4.200/ mm3 (9.000-
12.000/mm3) c. Hematokrit: 34 % (33-38 %) d. Trombosit: 126.000/mm3 (200.000-
400.000/mm3)
IVFD RL 20 tts/menit 12 jam/ kolf, Paracetamol 500mg 3x1, Trolit 3x1, Ranitidine syrp 2x1
IVFD RL 20 tts/menit 12 jam/ kolf,, paracetamol syr 3x11/2 sth, puyer 3x1
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan diangkat berdasarakan data yang didapatkan berupa data
subjektif dan objektif. Pada partisipan 1 An. H ditemukan 4 diagnosis
keperawatan, sedangkan pada partisipan 2 An. N ditemukan 2 diagnosis
keperawatan.
Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Partisipan 1 An. H ditemukan 4 diagnosis keperawatan yaitu hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Partisipan 2 An. N ditemukan 2 diagnosis keperawatan yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, dan resiko perdarahan berhubungan trombositopenia Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
38
Poltekkes Kemenkes Padang
berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism diagnose tersebut diangkat karena suhu klien 38,2oc demam hari ke-4, badan teraba hangat, kulit tampak kemerahan, dan leokosit 2.500/mm3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Diagnosis tersebut diangkat karena tampak anak tampak muntah, bibir kering, mukosa bibir pucat, pecah-pecah dan hematokrit meningkat 42%. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit. Diagnosis tersebut diangkat karena klien mengatakan perut terasa nyeri, kepala nyeri, tampak memengangi perut, skala nyeri 2-3, nyeri tekan pada ulu hati. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan Diagnosis tersebut diangkat karena diit hanya dihabiskan ¼ porsi saja, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, tampak memuntahkan makanan yang dimakan, BB: 36 kg sebelum sakit: 38 kg, Hb: 13,0 g/dl.
diagnosa tersebut diangkat karena suhu klien suhu: 38oC demam hari ke-5, tampak wajah kemerahan, kulit teraba hangat, lekosit: 4.200/ mm3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Diagnosis tersebut diangkat karena suhu : 38oc, rr : 21 x/m, hr : 81 x/m, hemobglobin: 11,1 g/dl, trombosit: 126.000/mm3, konjungtiva anemis, mukosa bibir tampak kemerahan, adanya tampak bintik merah pada seluruh tubuh.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada
NIC dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua
partisipan.
Tabel 4.3 Rencana Asuhan Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism. Setelah
Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism. Setelah
39
Poltekkes Kemenkes Padang
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Intervensinya adalah Perawatan Demam pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam, dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : tekanan darah tidak terganggu, hematokrit sedikit terganggu turgor kulit tidak terganggu, membran mukosa lembab tidak terganngu, intake cairan tidak terganggu, output urin tidak terganggu, tidak ada haus, tidak ada peningkatan hematokrit, tidak ada nadi cepat dan lemah. Intervensinya adalah Manajemen Cairan yaitu pertahankan catatan intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah), monitor vital sign, monitor masukan atau cairan dan hitung intake kalori harian, dorong pasien untuk menambah asupan oral (misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan), tawari makanan ringan (misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah), kolaborasi pemberian
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Intervensinya adalah Perawatan Demam pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam, dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila.
Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan kehilangan darah tidak terjadi dengan kriteria hasil : tidak ada kehilangan darah yang terlihat, tidak ada hematuria, tidak ada keluar darah dari anus, tidak ada hematemesis, tidak ada penurunan tekanan darah sistolik, tidak ada penurunan tekanan darah diastolic. Intervensinya adalah Pencegahan Perdarahan yaitu monitor ketat tanda-tanda perdarahan, monitor nilai labor, monitor status cairan yang meliputi intake dan ouput, observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh (BAB), instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin k, instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat).
40
Poltekkes Kemenkes Padang
cairan IV, moniotor hasil laboratorium. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada mengerang dan menangis, tidak ada menyeringit, tidak ada ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, tidak ada ekspresi wajah nyeri. Intervensinya adalah manajemen nyeri yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien, kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri, bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan, kurangi faktor presipitasi nyeri, pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan inter personal),kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi, tingkatkan istirahat, kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kurangnya asupan makanan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi dengan kriteria hasil: asupan makanan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat, asupan nutrisi parenteral sepenuhnya adekuat. Intervensinya adalah manajemen nutrisi yaitu kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, berikan
41
Poltekkes Kemenkes Padang
informasi tentang kebutuhan nutrisi, tawarkan makanan ringan yang padat gizi, anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara berada di rumah sakit. Monitor nutrisi yaitu monitor adanya penurunan berat badan, monitor lingkungan selama makan, monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi, monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering, monitor mual muntah, monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil
dapat tercapai.
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S: 38,2oc), monitor warna kulit dan suhu, diberikan obat atau cairan IV (paracetamol 500 mg jam 13.35, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar, Dorong konsumsi cairan setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu), kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila (menggunakan handuk kecil). Kekurangan volume cairan adalah pertahankan catatan intake dan output yang akurat, memonitor status hidrasi (membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah), memonitor
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S: 38oC), monitor warna kulit dan suhu, diberikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup dan RL 20 tts/i/12jam), menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar, Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih), kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila (menggunakan handuk kecil). Resiko perdarahan adalah monitor nilai labor monitor, status cairan yang meliputi intake dan ouput, observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh (BAB), instruksikan pasien untuk
42
Poltekkes Kemenkes Padang
vital sign, menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan minuman ringan dan buahan segar/ jus buah), lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah (menggunakan air dan madu), kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i), memonitor hasil laboratorium (hematokrit) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi yaitu penyakit melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan (pasien tampak meringis, dan memengangi perut yang sakit), mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, melakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian), menganjurkan tingkatkan istirahat, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri pada abdomen (Ranitidine sirup). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu mengkaji adanya alergi makanan (menanyakan apakah ada alergi terhadap makanan), anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering, menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang disukai pasien (roti, biscuit), monitor mual muntah
meningkatkan makanan yang kaya vitamin k (kacang kedelai, anggur), instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang
dilakukan pada kedua partisipan.
43
Poltekkes Kemenkes Padang
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Perkembangan yang dialami oleh An. H setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari yaitu pada hari ke 4 untuk masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme teratasi, ditemui data objektif: suhu anak sudah dalam batas normal yaitu 36,5oC, kulit tidak dampak kemerahan lagi, Kulit tidak teraba hangat lagi, Leokosit: 5000/mm3, data subjektif: keluarga mengatakan badan An. H tidak teraba hangat. Kriteria hasil tercapai yaitu tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Hasil evaluasi untuk masalah keseimbangan cairan dan hidrasi pada diagnosis keperawatan yang kedua yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif tertatasi pada hari ke 4, dengan kriteria hasil tekanan darah tidak terganggu masih dalam batas normal, hematokrit sedikit terganggu karena belum dalam batas normal tetapi tidak mengalami peningkatan, membran mukosa lembab, dan tidak ada penurunan dan kenaikan nadi. Hasil evaluasi untuk masalah nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, control nyeri dan status kenyamanan pada diagnosis ketiga teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria hasil tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada wajah yang menyeringit, tidak ada ekspresi wajah nyeri, tidak terganggu kesejahteraan fisik karena pasien kurang tidur.
Perkembangan yang dialami oleh An. N setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari didapatkan hasil evaluasi termogulasi pada diagnosis hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme teratasi pada hari ke 3, dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu yang awal masuk suhu An. N 38oC turun menjadi 36oC, kembalinya warna kulit yang permulaan kulit An. H kemerahan, dan tidak ada tanda dehidrasi, leokosit 4500/mm3. Keluarga mengatakan suhu dan badan pasien tidak ada mengalami kenaikan dan tidak ada teraba hangat Hasil evaluasi untuk masalah resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria hasil bintik merah pada seluruh tubuh sudah mulai berkurang, gusi beradarah tidak ada lagi, dan pemeriksaan labor hemoglobin: 11 g/dl, trombosit: 125.000/mm3.
44
Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil evaluasi untuk masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi pada hari ke 5 dengan kriteria hasil asupan makanan secara peroral sepenuhnya adekuat An. H sudah menghabiskan diitnya lebih ½ piring, asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan intravena sudah sepenuhnya adekuat.
45
Poltekkes Kemenkes Padang
46
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dengan
aplikasi atau prakrek asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan kasus
yang telah dilakukan sejak tanggal 22 – 27 mei 2016. Kegiatan yang dilakukan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pada partisipan 1 An. H hasil pengkajian riwayat kesehatan An. H didapatkan
demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada
persendian, dan sakit kepala, sedangkan pada partisipan 2 An. N didapatkan
demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian,
sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seluruh tubuh.
Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-
gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam
muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling
ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan
gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.
Hasil analisa peneliti, kasus yang ditemukan pada An. H dan An. N sesuai
dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh
demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala
dan perut dan adanya bentuk perdarahan.
Partispan 1 An. H keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang
dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu, banyak gantungan baju di kamar.
47
Poltekkes Kemenkes Padang
Keluarga mengatakan di 2-3 rumah juga ada yang mengalami DBD, sedangkan
pada partisipan 2 An. N keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember
tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah
mengalami DBD sebelumnya. Pola tidur An. N sering tidur pada sore hari
sekitar pukul 16.30.
Wati (2009) menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah
sakit DBD teradapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan
kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian DBD.
Nursalam dkk (2008) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang
menyebabkan DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang, bak yang jarang
di kuras dan gantungan baju di kamar). Nyamuk Aedes Aegypti biasanya
menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00.
Menurut Soedjas, 2011 menyebutkan bahwa nyamuk dari tetangga mungkin
terbang ke rumah sekitarnya, karena nyamuk memiliki daya jelajah hingga 100
meter.
Menurut analisa penenliti faktor penyebab dari penyakit DBD yang ditemukan
pada An. H dan An. N sama dengan teori dari aspek lingkungan. Sedangkan
pada aspek pola kebiasan tidur anak pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore
hari pada jam 16.00-18.00 tidak sama dengan teori karena pola tidur pada siang
hari dan sore tidak selalu berhubungan dengan kejadian DBD.
Pemeriksaan fisik pada An. H didapatkan adanya edema palpebra, nyeri ulu hati,
nyeri persendian dan tidak ada tanda perdarahan, sedangkan pada An. N
didapatkan pemeriksaan fisik ada nya petekie di seluruh tubuh, gusi berdarah,
nyeri ulu hati dan persendian.
48
Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil penelitian Annisa dkk (2015), menyebutkan bahwa perdarahan spontan
yang lebih banyak terjadi pada anak adalah peteki (51,9%), epistaksis (16,5%),
ekimosis (11,4%), hematemesis (6,3%) dan perdarahan gusi (2,5%).
Susilaningrum dkk (2013) Gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau
tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut
Nursalam dkk (2008) mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa peradarahan
spontan mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai
epistaksis dan peradarahan gusi.
Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada anak DBD sama dengan
teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan koagulasi.
Menurut penelitian Zein dkk (2015) mengatakan bahwa didapatkan jumlah anak
yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%). Menurut
Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD adanya
nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri abdomen dan nyeri
persendian sesuai dengan teori. Adanya tersebut diakibatkan kebocoran plasma
endothelium kapiler sehingga tertumpuknya cairan.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus An. H yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
49
Poltekkes Kemenkes Padang
kurangnya asupan makanan. Pada An. N diagnosa yang muncul yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan
berhubungan trombositopenia. Diagnosis yang muncul pada dokumentasi rumah
sakit pada An. H terdapat 2 diagnosis yaitu hipertermi dan ketidakseimbanagn
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sedangkan pada An. N hanya satu diagnosis
yaitu hipertermi.
Menurut NANDA (2015) terdapat 8 diagnosis keperawatan yang muncul yaitu
hipertermia , resiko perdarahan, kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko
syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.
Diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan teori pada An. H
diantaranya resiko syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dan
ketidakefektifan pola napas.
a. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia,
hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015)
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. H
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. H seperti penurunan
tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah
ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak
ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna,
elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di
ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan
penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas,
50
Poltekkes Kemenkes Padang
pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,
warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan
karakteristik pada An. H seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya
edema, dan pengisian capillary refill >2 detik.
c. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman
pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan
cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada
An. H seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. H dalam batas normal, tidak
adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.
Sedangkan pada An. N diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan
teori diantaranya kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.
a. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskular,
interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko :
perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi,
penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membran mukosa kering,
kulit kering, peningkatan suhu tubuh (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan kekurangan
volume cairan karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti
tidak ada penurunan tekanan darah, tidak ada penurunan tekanan nadi,
51
Poltekkes Kemenkes Padang
penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, dan tidak terjadi peningkatan
hematokrit.
b. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Batasan
karakteristik : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan
frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, mengekspresikan
perilaku, masker wajah, gangguan tidur (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan nyeri akut
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti tidak adanya
meringis dan menangis, keluarga mengatakan tidak terganggunya tidur An. N
karena nyeri ulu hati.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Batasan
karakteristik: berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal,
bising usus hiperaktif, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot
untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat,
ketidakmampuan memakan makanan, nyeri abdomen.
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena tidak ditemukan
batasan karakteristik pada An. N seperti berat badan 20% atau lebih dibawah
rentang berat badan ideal, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot
untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat, dan
ketidakmampuan memakan makanan.
d. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia,
hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015)
52
Poltekkes Kemenkes Padang
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. N
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti penurunan
tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah
ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak
ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna,
elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di
ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan
penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas,
pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,
warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan
karakteristik pada An. N seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya
edema, pengisian capillary refill >2 detik, tidak adanya akral dingin dan tidak
ada sianosis.
f. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman
pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan
cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada
An. N seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. N dalam batas normal, tidak
adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.
3. Intervensi Keperawatan
53
Poltekkes Kemenkes Padang
Berdasarkan kasus An. H dan An. N, tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme rencana tindakan terdiri dari
pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan
obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti
menggil), dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan
aksila.
Berdasarkan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertermi
adalah pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,
berikan obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti
menggil), monitor penurunan tingkat kesadaran, tutup pasien dengan selimut
atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut
hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk
demam, dorong konsumsi cairan, fasilitasi istirahat, kompres hangat pasien pada
lipat paha dan aksila
Berdasarkan analisi peneliti, rencana tindakan yang dilakukan untuk diagnosa
hipertemi belum sama dengan teori. Didalam teori rencana tindakan yang tidak
di lakukan adalah pemberian selimut hangat pada pasien karena di ruangan
belum ada fasilitas untuk selimut hangat, diruangan hanya diberikan selimut
tebal biasa saja.
4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
pada kedua partisipan tindakan keperawatan yang dilakukan kompres hangat
pasien pada lipat paha dan aksila. Menurut penelitian Sri Purwanti, dkk (2008)
pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien anak
hipertermia di ruang rawat inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta, setelah memberi
tindakan kompres hangat selama 10 menit dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh. Menurut peneliti
54
Poltekkes Kemenkes Padang
melakukan kompres hangat terhadap pasien yang mengalami hipertermi sama
dengan teori, karena pada saat kompres denga air hangat akan membuat
pembuluh darah melebar sehingga panas akan keluar dan bukan masuk lagi ke
dalam tubuh.
Tindakan keperawatan yang dilakukan selanjutnya diberikan obat atau cairan IV
(paracetamol, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), dorong konsumsi cairan setiap jam
11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu).
Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD pada
anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi
suportif pada penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat
terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian cairan
kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II
jenis cairan yang diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%.
Sedangkan untuk terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah
satunya terapi antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian
menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian parasetamol sebanyak 58
penderita (78.38%).
Ngastyah (2014) mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya
bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi
seperti paracetamol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5-
2 liter dalam 24 jam, infus diberikan pada pasien apabila pasien terus menerus
muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
atau hematokrit yang cenderung meningkat.
Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan implementasi dorong pasien untuk
minum dan kolaborasi pemberian obat dan cairan intra vena (IV) sesuai dengan
teori. Karena kekurangan cairan pada tubuh akan menyebabkan pengurangan
volume plasma yang berakibatkan terjadinya peningkatan hematokrit dan
55
Poltekkes Kemenkes Padang
pengentalan darah, sehingga bisa menyababkan anak menjadi syok hipovolemik.
Kejadian tersebut terjadi pada fase akut dimana cairan akan keluar dari
intraseluler ke eskstraseluler dan masuk pada organ yang berongga.
Implementasi nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit salah satu
intervensinya yaitu pemberian obat ranitidine sirup pada An. H. menurut
penelitian setianyngrum (2016) mengatakan bahwa penggunaan ranitidin
sebanyak 15 pasien (37,5%). Pada pasien DBD dapat terjadi perdarahan spontan,
salah satunya pada saluran cerna. Untuk mencegah terjadinya perdarahan
spontan pada saluran cerna sehingga perlu diberikan obat anitukak.
Menurut peneliti pemberian obat ranitidine untuk mengatasi nyeri pada An. H
sesuai dengan teori karena pada anak DBD anak mengalami nyeri perut dan
nyeri tekan pada ulu hati, apabila tidak diatasi bisa penyebab perdarahan saluran
pencernaan. Perdarahan saluran cerna terjadi akibat anak tidak makan, dan mual
muntah sehingga akan meningkatkan asam lambung mengakibatkan terkikis
dinding lambung hingga lambung menjadi berdarah.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada An. H dengan masalah keperawatan hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 4
rawatan dengan kriteria hasil data subjektif keluarga mengatakan anak tidak
demam lagi setelah demam hari ke 7, suhu: 36,5oC, leokosit: 5000/mm3 kulit
tampak tidak kemerahan lagi, dan tidak ada tanda dehidrasi seperti mukosa
lembab, tidak pucat dan bibir tidak pecah-pecah.
Evaluasi keperawatan pada An. N dengan masalah keperawatan hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 3
rawatan dengan kriteria hasil data keluarga mengatakan An. N tidak demam lagi
dan badan tidak teraba hangat lagi, data objektif S: 36oC, kulit tidak teraba
hangat lagi, tidak ada tanda dehidrasi dan hasil leokosit 4500/mm3.
56
Poltekkes Kemenkes Padang
Menurut penelitian Suciwati (2014) kriteria hasil tercapai pada diagnosis
hipertermi pada hari rawatan ketiga yaitu suhu dalam batas normal 36oC. pada
penelitian suciwati pasien masuk pada demam hari kelima. Menurut soedjas
(2011) mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi pada hari ke-6 atau
ke-7, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun
sebagai bagian dari rekasi tahap ini.
Berdasarkan analisa peneliti, kriteria hasil diagnosis hipertermi sesuai dengan
teori karena pada kedua partisipan menunjukkan bahwa suhu anak turun hari ke-
7. Sehingga diagnosis keperawatan hipertermi pada An. H dan An. N sudah
teratasi pada hari ke 4 (hari ke 7 demam) dan hari ke 3 (hari ke 7 demam)
pelaksanaan asuhan keperawatan. Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-6 atau
ke-7 dimana virus sudah mulai melemah, ditunjukkan adanya keadaan umum
membaik, nafsu makan sudah ada dan demam sudah turun sebagai bagian dari
rekasi tahap ini
57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan
demam berdarah dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang
tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan:
1. Hasil pengkajian pada An. H dan An. N didapatkan data mengalami DBD
dengan gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5oC, mual dan
muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Sebelum
nya kedua pasien memiliki tetangga yang mengalami DBD sebelumnya.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. H yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan
dengan inflamasi penyakit, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Pada An.
N diagnosa yang muncul pada kasus An. N yaitu Hipertermi berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan berhubungan
trombositopenia.
3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama hipertermi pada
kedua pasien yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna
kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik,
agenantibakteri, dan agen anti menggil), dorong konsumsi cairan, kompres
hangat pasien pada lipat paha dan aksila.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari, Implementasi sesuai
dengan intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah hipertermi pada An. H teratasi
pada hari ke 4 dan pada An. N teratasi pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak
ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada
perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi
58
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Saran
1. Bagi Direktur RSI Ibnu Sina Padang
Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala
penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD
kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
penerapan asuhan keperawatan lainnya.
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, N.W.E., Tjitrosantoso, H., Yamlean, P.V.Y. 2013. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada Penderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 2. https://ejournal.unsrat.ac.id (Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2017)
Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Annisa, D. R. G., Hapsari, M., & Farhanah, N. 2015. Perbedaan Profil Klinis Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak Dan Dewasa. Jurnal Media Medika Muda. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico (Diakses Pada tanggal 11 Januari 2017)
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia Dengue And Severe Dengue. (World Health Organization (WHO), 2016). Dengue Haemoragic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. (World
Health Organization (WHO), 2017) Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2015/07/profil-tahun-2014-edisi-2015.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2017)
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Barat Tahun 2014. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat
Kemenkes Kesehatan RI. 2016. Wilayah Klb Dbd Ada Di 11 Provinsi.Senin 7 Maret 2016. http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-di-11-provinsi.html (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2017)
_________. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Sekretaris Jenderal.
_________. 2015. Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari. 08 Januari
2015 http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html (Diakses Pada Tanggal 10 Januari 2017)
_________. 2010. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi
Poltekkes Kemenkes Padang
Marestika, D.D., Ropi, Helwiyah., & Simagunsong, B. 2012. Pengetahuan Orang Tua Dalam Penatalaksanaan Dbd Pada Anak Di Puskesmas Margahayu Raya Bandung. Jurnal Padjajaran. Volume (2012). http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=103881 (Diakses Pada Tanggal 06 Januari 2017)
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing
Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia Herdman, H., Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta:EGC
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Purwanti, Sri. 2009. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. Vol.1 No. 2. journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/download/3741/2410 (Diakses Pada Tanggal 5 Juni 2017)
Nursalam, Susilaningrum, R., & Utami, S. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta: Salemba Medika. Rahma, Muliya. 2011. Manifestasi klinis dan hematologi dan serologi temuan pada
anak-anak dengan infeksi dengue. Jurnal Pediatrica Indonesiana, Volume 51. https://paediatricaindonesiana.org (Diakses Pada Tanggal 08 Januari 2017)
Setianyngrum, N.M.I. 2016. Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Periode Agustus 2015-Maret 2016. http://perpusnwu.web.id. (Diakses Pada Tanggal 18 Juni 2017)
Sidiek, Aboesina. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Penyakit DBD
Terhadap Kejadian Penyakit DBD Pada Anak. Jurnal Media Medika Muda. Suciwati. 2014. Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Demam Berdarah Dengue
Di Ruang B Iii Kiri R Umah Sakit Telogorejo Semarang.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. 2013. Asuhan Keperawata Bayi dan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Soedarmo, S.S.P. 2009. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta: Penerbit
Univertas Indonesia (UI-Press)
Poltekkes Kemenkes Padang
Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I,. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Soedjas, Triwibowo. 2011. Bila Anak Sakit. Yogyakarta: Amara Books Soedarto. 2009. Penyakit Menular Di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto Wijaya, A.S., Putri, Y.Z.,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: Medical
Book. Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media Zein, D.A, Hapsari, M.D, Farhanah, N. 2015. Gambaran Karakteristik Warning Sign
WHO 2009 Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak dan Dewasa. Jurnal Universitas Diponegoro. Volume 4 No 4. (Diakses Pada Tanggal 5 Juni 2017)
Lampiran 1
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 1
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 2
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 2
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 3
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 4
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 5
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 5
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 6
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 6
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 7
35
Poltekkes Kemenkes Padang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DENGAN DBD DI RUANGAN ZAM ZAM RSI IBNU SINA PADANG
Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam
Selasa 23 Mei 17 13.15
Rumah Sakit : RSI Ibnu Sina Padang
Ruangan : Zam Zam 9
Tanggal Masuk RS : 23 Mei 2017
No. Rekam Medik : 067084
Sumber informasi : Pasien dan Keluarga
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. H
Tanggal lahir / Umur 18-12-2007 / 10 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan SD
Anak ke / jumlah saudara
2/2
Diagnosa Medis DHF grade I
2. IDENTITAS ORANGTUA
IBU AYAH
Nama Ny. N Tn. A
Umur 44 tahun 50 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMA SI
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS
Alamat Griya karisma permai 3 blok B.28 Kubu dalam
Griya karisma permai 3 blok B.28 Kubu dalam
3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
No Nama
(Inisial) Usia
(bl/th) Jenis
Kelamin Hub.dg KK
Pendi dikan
Status kesehatan Ket
1. Tn. A 14 th L Saudara
Kandung
SMP Mengalami DBD
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
II. RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA
Keluarga mengatakan An. H masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 23 Mei 2017 jam 09.45 dengan keluhan demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: 37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian dilakukan pada hari selasa pada tanggal 23 mei 2017 jam 13.15 WIB. Keluarga mengatakan kondisi An. H sekarang badan teraba hangat, sakit kepala masih, perut masih terasa sakit, nyeri pada persendian dan nafsu makan berkurang.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan An. R tidak ada pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit lain (seperti anemia, leukomias, thalasemia dan lainnya) maupun sakit yang sama.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit Ada Penyakit DBD Riwayat penyakit keturunan Tidak ada -
Genogram Ket :
: Laki-laki O : Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah
V. Lingkungan An. H tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. Keluarga mengatakan di sekitar rumah juga ada yang mengalami DBD
VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
1) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15 KU: sedang
b. Tanda Vital Suhu : 38,2oC RR : 21 x/m HR : 81 x/m TD : 110/ 80 mmHg
c. Posture BBsebelum sakit : 38 kg PB/TB : - cm BB saat sakit : 36 kg
d. Kepala
Bentuk : Normal
Kebersihan : Bersih
Tidak ada lesi
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Benjolan : tidak ada
Data lain : wajah tampak kemerahan, kepala terasa nyeri
e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : edema Pupil : isokor
f. Hidung Letak : Simetri Pernapasan cuping hidung :Tidak ada Kebersihan : Bersih Tidak ada epistaksis
g. Mulut
Warna bibir: bibir tampak pucat dan kering Kebersihan rongga mulut : bersih Data lain : nyeri saat menelan, bibir tampak pecah-pecah, tidak ada gusi berdarah
h. Telinga Bentuk : Simetris Kebersihan : Bersih Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata Pemeriksaan pendengaran : baik
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi
: Dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dinding dada
Auskultasi
: Vesikuler
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi
: Sonor
- Jantung Inspeksi
: Iktus cordis tidak terlihat
Auskultasi : Irama teratur
Palpasi
: Iktus cordis teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
k. Abdomen Inspeksi
: Simetris kiri dan kanan, tidak ada asites
Auskultasi
: Bising usus (+)
Palpasi : nyeri tekan pada ulu hati
Perkusi
: tymphani
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Kering
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Warna: tampak kemerahan
Data lain : ......................................................................................
m. Ekstremitas Atas
Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada edema, terpasang IVFD RL 20 tts/I di tangan sebelah kiri, nyeri otot dan persendian
n. Ekstremitas Bawah
Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada edema, neri otot dan persendian
o. Genitalia dan anus
Tidak ada masalah
2) Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi Sehat : Makan : makan 3x sehari dengan komponen nasi, lauk pauk dan juga
sayur Minum : 5-6 gelas/ perhari Sakit : Makan : mendapat diit ML, makan hanya 1-2 sendok dan
dimuntahkan, tidak nafsu makan Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum
b. Istirahat dan tidur
Siang Sehat : keluarga mengatakan klien jarang tidur siang karena beaktivitas dan sekolah Sakit: klien sering tidur ± 2 jam/ perhari
Malam Sehat: keluarga mengatakan klien tidur teratur 8 jam/ perhati dengan nyenyak Sakit: klien sering terbangun saat malam karena nyeri pada perut, demam. Tidur ± 6 jam/ perhari.
c. Eliminasi BAK Sehat: klien BAK 5x/ perhari Sakit : keluarga mengatakan klien BAK ±7-8 kali
BAB Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau
khas,warna kekuningan. Sakit: klien BAB 2 kali sehari dengan konsitensi cair, bau khas warna
kekuningan
d. Personal higiene
Frek. Mandi: 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/hr Masalah :.............................................................................
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium
Hasil pemeriksaan hematologi Pada tanggal 23 Mei 2017 Hemaglobin : 13,0 g/dl (10-16 g/dl) Lekosit : 2.500/ mm3 (9.000-12.000/mm3) Hekamtokrit : 42 % (33-38 %) Trombosit : 133.000/mm3 (200.000-400.000/mm3)
Radiologi -
Terapi medis
- Paracetamol 250mg 3x1 - Trolit 3x1
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
- Ranitidine syrp 2x1
Perawat Yang Melakukan Pengkajian
(___________________________)
Nama lengkap & tanda tangan
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
ANALISA DATA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. H No MR : 067084 NO
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1. DS: - Keluarga mengatakan An. H
badan teraba hangat dan kulit kemerahan
DO: - Suhu: 38,2oC - TD: 110/80 mmHg - Tampak wajah kemerahan - Kulit teraba hangat - Lekosit:: 2.500/mm3
Peningkatan laju metabolisme
Hipertermi
2. DS: - Keluarga mengatakan An. H
mual dan muntah - Keluarga mengatakan An. H
BAB mencret
DO: - Suhu : 38,2oC, RR : 21 x/m,
HR : 81 x/m, TD : 110/ 80 mmHg
- Hematokrit: 42 % - Trombosit: 133.000/mm3 - Mukosa bibir kering dan
pecah-pecah - Kulit kering
Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan
3. DS: - An. H mengatakan nyei pada
bagian perut di ulu hati, nyeri kepala dan nyeri pada persendian
- An. H mengatakan nyeri saat menelan
- Keluarga mengatakan An. H kurang tidur karna nyeri pada nyeri pada ulu hati
DO: - Skala nyeri 2-3 - Tampak wajah An. H meringis
Inflamasi penyakit Nyeri Akut
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
- TD: 110/80 mmHg - Tampak memengangi perut - Nyeri tekan pada ulu hati
4. DS: - Keluarga mengatakan An. H
makan hanya 1-2 sendok dan dimuntahkan
- An. H mengatakan sakit saat menelan
DO: - Tampak diit hanya dihabiskan
sedikit hanya ¼ porsi - Membran mukosa bibir pucat - Diit yang diberikan ML - Konjungtiva anemis - Tampak pasien memuntahkan
makanan - BB: 36 kg sebelum sakit: 38
kg, - Hb: 13,0 g/dl.
Kurangnya asupan makanan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DX TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1 23 Mei 2017 Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme 2 23 Mei 2017 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif 3 23 Mei 2017 Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi penyakit 4 23 Mei 2017 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. H No MR : 067084
Diagnosis keperawatan NOC NIC
Kekurangan volume cairan Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : g) Tekanan darah tidak
terganggu h) Hematokrit sedikit
Manajemen Cairan j) Pertahankan catatan
intake dan output yang akurat
k) Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Faktor risiko : i) Perubahan status mental j) Penurunan tekanan
darah k) Penurunan tekanan nadi l) Penurunan volume nadi m) Penurunan turgor kulit n) Membran mukosa
kering o) Kulit kering p) Peningkatan suhu tubuh Faktor yang berhubungan dengan : c) Kehilangan cairan aktif d) Kegagalan mekanisme
regulasi
terganggu Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hidrasi tidak terjadi dengan kriteria hasil : i) Turgor kulit tidak
terganggu j) Membran mukosa
lembab tidak terganngu
k) Intake cairan tidak terganggu
l) Output urin tidak terganggu
m) Tidak ada haus n) Tidak ada peningkatan
hematokrit o) Tidak ada nadi cepat
dan lemah
tekanan darah) l) Monitor vital sign m) Monitor masukan atau
cairan dan hitung intake kalori harian
n) Monitor status nutrisi o) Dorong pasien untuk
menambah asupan oral (misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan)
p) Tawari makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)
q) Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering
r) Kolaborasi pemberian cairan IV
s) Monitor hasil laboratorium
Hipertermia Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik : h) Kunvulsi i) Kulit kemerahan j) Peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normal k) Kejang l) Takhikardi m) Takhipnea n) Kulit terasa hangat
Faktor yang berhubungan dengan : g) Anastesia h) Penurunan respirasi i) Dehidrasi j) Pemajanan lingkungan
yang panas k) Penyakit l) Peningkatan laju
metabolisme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: g) Tidak ada
peningkatan suhu tubuh
h) Tidak ada hipertermia i) Tidak ada sakit kepala j) Tidak ada sakit otot k) Tidak ada perubahan
warna kulit l) Tidak ada dehidrasi
Perawatan Demam i) Pantau suhu dan tanda-
tanda vital lainnya j) Monitor warna kulit dan
suhu k) Berikan obat atau cairan
IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil)
l) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam
m) Dorong konsumsi cairan n) Kompres hangat pasien
pada lipat paha dan aksila
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Nyeri akut Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa Batasan karakteristik :
h) Perubahan selera makan
i) Perubahan tekanan darah
j) Perubahan frekuensi jantung
k) Perubahan frekuensi pernapasan
l) Mengekspresikan perilaku
m) Masker wajah n) Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan dengan : agen cedera ( misal biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: g) Tidak ada nyeri yang
dilaporkan h) Tidak ada mengerang
dan menangis i) Tidak ada menyeringit j) Tidak ada ketegangan
otot k) Tidak ada kehilangan
nafsu makan l) Tidak ada Ekspresi
wajah nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil: g) Tidak terganggu
kesejahteraan fisik h) Tidak terganggu
control terhadap gejala i) Tidak terganggu
kesejahteraan kesejahteraan psikologis
j) Tidak terganggu lingkungan fisik
k) Tidak terganggu suhu ruangan
l) Tidak terganggu dukungan sosial dari keluarga
Manajemen nyeri p) Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
q) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
r) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
s) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
t) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
u) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
v) Kurangi faktor presipitasi nyeri
w) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan inter personal)
x) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
y) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
z) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
aa) Tingkatkan istirahat bb) Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Defenisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic Batasan Karakteristik: i) Berat badan 20% atau
lebih dibawah rentang berat badan ideal
j) Bising usus hiperaktif k) Kelemahan otot untuk
mengunyah l) Kelemahan otot untuk
menelan m) Kehilangan rambut
berlebihan n) Membran mukosa pucat o) Ketidakmampuan
memakan makanan p) Nyeri abdomen Faktor yang Berhubungan: d) Faktor biologis e) Ketidakmampuan
mencerna makanan f) Kurang asupan makanan
tindakan keperawatan status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi dengan kriteria hasil: e) asupan makanan
secara peroral sepenuhnya adekuat
f) Asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat
g) Asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat
h) Asupan nutrisi parenteral sepenuhnya adekuat
d) Kaji adanya alergi makanan
e) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
f) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
g) Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
h) Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara berada di rumah sakit
Monitor Nutrisi h) Monitor adanya
penurunan berat badan i) Monitor lingkungan
selama makan j) Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi k) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah patah
l) Monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering
m) Monitor mual muntah n) Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht
Lampiran 7
35
Poltekkes Kemenkes Padang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. H No MR : 067084
Hari/ Tanggal
Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Selasa/ 23 mei 2017
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (38,2oc)
2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu
3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol 250 mg jam 13.35)
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Menganjurkan keluarga untuk
membrikan pakaian yang longgar 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air
putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam 7. Fasilitasi istirahat 8. Kompres hangat pasien pada lipat paha
dan aksila menggunakan handuk kecil
S: - Keluarga mengatakan An. H badan
teraba hangat O: - S: 37,8oC, TD: 110/ 80 mmHg, RR:
21x/I, HR: 80 x/i - Tampak kulit kemerahan - Kulit teraba hangat - Intake: minum 1000ml - Leokosit: 2500/mm3
A: masalah termogulasi belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pantau suhu - Anjurkan konsumsi cairan - Kompres hangat
Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)
3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan
oral (menawarkan cairan diantara waktu makan)
S: - Keluarga mengatakan An. H masih
mencret - Keluarga mengatakan An. H masih
mual dan muntah
O: - Tampak An. H masih muntah - Hematokrit: 42 %
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)
6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah
7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i)
8. Monitor hasil laboratorium
- Trombosit: 133.000/mm3 - Mukosa bibir kering dan masih
pecah-pecah - Kulit masih kering - Intake: minum: 1000 ml, IVFD RL
12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pertahankan catatan intake - Menganjurkan pasien menambah
supan oral - Lembabkan bibir yang kering dan
pecah-pecah - Monitor hasil laboratorium
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat
S: - An. H mengatakan nyei pada bagian
perut di ulu hati, nyeri kepala dan nyeri pada persendian
- Keluarga mengatakan An. H masih kurang tidur karna nyeri pada nyeri pada ulu hati
O: - S: 37, 8oC, TD: 110/ 80 mmHg, RR:
21x/I, HR: 80 x/i - Wajah An. H masih tampak meringis - Tampak An. H memenganhi
perutnya - Skala nyeri masih 2-3
A: masalah manajemen nyeri beum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Observasi reaksi non verbal dari
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
ketidaknyamanan - Lakukan penanganan nyeri (non
farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)
- Menganjurkan tingkatkan istirahat Ketidakseimbangan nutrsi
kurang dari kebutuhan tubuh
1. Kaji adanya alergi makanan 2. Anjurkan keluarga memberikan makan
sedikit tapi sering 3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan yang disukai pasien
4. Monitor mual muntah
S: - Keluarga mengatakan masih sulit
untuk makan - Keluarga mengatakan memuntahkan
apa yang dimakan - Keluarga mengatakan An. H tidak
ada alergi terhadap makanan O: - Diit hanya dihabis ¼ piring saja atau
1-2 sendok saja - Tampak pasien memuntahkan apa
yang dimakan - Tampak mukosa bibir masih pucat
A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Anjurkan keluarga memberikan
makan sedikit tapi sering - Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan yang disukai pasien
- Monitor mual muntah
Rabu/ 24 Mei 2017
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S: 38oC)
2. Monitor warna kulit (kulit kemerahan) dan suhu
3. Berikan obat atau cairan IV ( antipiretik: paracetamol 250 mg jam 12.00)
S: - Keluarga mengatakan An. H badan
masih teraba hangat O: - S: 37,5oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR:
20x/I, HR: 84 x/i
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan pakaian yang longgar 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam 7. Fasilitasi istirahat 8. Kompres hangat pasien pada lipat paha
dan aksila
- Tampak kulit masih kemerahan - Kulit teraba hangat - Intake: minum 1300ml - Leokosit: 3.500/mm3
A: masalah termogulasi belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pantau suhu - Dorong konsumsi cairan setiap jam - Fasilitasi istirahat
Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)
3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan
oral (menawarkan cairan diantara waktu makan)
5. Menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)
6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah
7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i)
8. Monitor hasil laboratorium
S: - Keluarga mengatakan An. H masih
mencret - Keluarga mengatakan An. H masih
mual dan muntah
O: - Tampak An. H masih muntah - Hematokrit: 41 % - Trombosit: 137.000/mm3 - Mukosa bibir kering dan masih
pecah-pecah - Kulit masih kering - Intake: minum: 1300 ml, IVFD RL
12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor status dehidrasi - Dorong pasien untuk menambah
asupan oral - Lembabkan bibir yang kering dan
pecah-pecah - Monitor hasil laboratorium
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat 6. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri abdomen (Ranitidine sirup jam 18.00)
S: - An. H mengatakan nyeri pada bagian
perut di ulu hati, nyeri kepala dan nyeri pada persendian
- Keluarga mengatakan An. H masih kurang tidur karna nyeri pada nyeri pada ulu hati
O: - S: 38oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR:
19x/I, HR: 84 x/i - Wajah An. H masih tampak meringis - Tampak An. H masih memengaghi
perutnya - Skala nyeri masih 3-4
A: masalah manajemen nyeri belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif - Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan - Menganjurkan tingkatkan istirahat - Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri abdomen (Ranitidine sirup)
Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Kaji adanya alergi makanan 2. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi 3. Anjurkan keluarga memberikan makan
sedikit tapi sering 4. Monitor mual muntah
S: - Keluarga mengatakan masih sulit
untuk makan - Keluarga mengatakan memuntahkan
apa yang dimakan - Keluarga mengatakan mengerti
tentang kebuthan nutrisi pasien O:
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
- Diit masih hanya dihabiskan ¼ piring saja atau 1-2 sendok saja
- Tampak pasien masih memuntahkan apa yang dimakan
- Tampak mukosa bibir masih pucat A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Anjurkan keluarga memberikan
makan sedikit tapi sering - Monitor mual muntah
Kamis/ 25 Mei 2017
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (37,5 oC)
2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol
250 mg jam 12.00) 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Menganjurkan keluarga untuk
membrikan pakaian yang longgar 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam 7. Fasilitasi istirahat
S: - Keluarga mengatakan An. H badan
masih demam An. H sudah turun O: - S: 36,8oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
20x/I, HR: 85 x/i - Tampak kulit masih kemerahan - Kulit masih teraba sedikit hangat - Intake: minum 1800ml - Leokosit: 4.200/mm3
A: masalah termogulasi teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan
Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)
3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan
oral (menawarkan cairan diantara waktu makan)
5. Menganjurkan keluarga memberikan
S: - Keluarga mengatakan An. H sudah
tidak mencret lagi - Keluarga mengatakan An. H tidak
muntah lagi tapi mual masih
O: - Tampak An. H tidak muntah lagi
saat makan - Hematokrit: 40 %
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)
6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah
7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i)
1. Monitor hasil laboratorium
- Trombosit: 130.000/mm3 - Mukosa bibir sudah tampak sedikit
lembab dan masih pecah-pecah - Kulit masih kering - Intake: minum: 1800 ml, IVFD RL
12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan belum teratasi P: intervensi dilanjutkan
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat 6. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri abdomen (Ranitidine sirup jam 18.00)
S: - An. H mengatakan nyei pada bagian
perut di ulu hati masih terasa, nyeri kepala dan nyeri pada persendian sudah tidak lagi
O: - S: 36,8oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
20x/I, HR: 85 x/i - Wajah An. H masih tidak tampak
meringis lagi - Skala nyeri masih 2 - Tampak An. H sudah melakukan
penaganan nyeri dengan alihkan perhatian yaitu berbincang dengan saudaranya
A: masalah manajemen nyeri teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering
2. Monitor mual muntah 3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan yang disukai pasien
S: - Keluarga mengatakan masih sulit
untuk makan - Keluarga mengatakan An. H tidak
muntah lagi O:
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
- Diit masih hanya dihabiskan ¼ piring saja atau 1-2 sendok saja
- Tampak mukosa bibir masih pucat - Tampak An. H tampak sudah makan
makanan ringan yg disukainya A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
Jumat/ 26 Mei 2017
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (antipiretik:
paracetamol 250 mg jam 12.00) 4. Menganjurkan keluarga untuk
membrikan pakaian yang longgar 5. Dorong konsumsi cairan dua jam sekali 6. Fasilitasi istirahat
S: - Keluarga mengatakan An. H sudah
tidak demam lagi O: - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
20x/I, HR: 80 x/i - Leokosit: 5000/mm3 - Tampak kulit tidak kemerahan lagi - Kulit tidak teraba hangat lagi - Intake: minum 1500ml - Leokosit: -/mm3
A: masalah termogulasi teratasi P: intervensi dihentikan
Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)
3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan
oral (menawarkan cairan diantara waktu makan)
5. Menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan(misalnya minuman
S: - Keluarga mengatakan An. H sudah
banyak untuk minum
O: - Hematokrit: 39 % - Trombosit: 139.000/mm3 - Mukosa bibir sudah tampak lembab
dan masih tidak pecah-pecah lagi - Kulit sudah lembab - Intake: minum: 1500 ml, IVFD RL
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
ringan dan buahan segar/ jus buah) 6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah-
pecah 7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD
RL 20 tts/i) 8. Monitor hasil laboratorium
12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan teratasi P: intervensi dihentikan
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat 6. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri abdomen (Ranitidine sirup)
S: - An. H mengatakan nyei pada bagian
perut di ulu hati masih terasa sedikit, nyeri kepala dan nyeri pada persendian sudah tidak lagi
- Keluarga mengatakan nafsu makan An. H masih kurang
O: - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
20x/I, HR: 80 x/i - Wajah An. H tidak tampak meringis
lagi - Skala nyeri 1
A: masalah manajemen nyeri teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering
2. Monitor mual muntah 3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan yang disukai pasien
S: - Keluarga mengatakan An. H mual
dan muntah tidak ada lagi - Keluarga mengatakan nafsu makan
An. H masih kurang O: - Diit masih hanya dihabiskan 1/2
piring - Tampak mukosa bibir masih sedikit
pucat
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
- Tampak An. H tampak sudah makan makanan ringan yg disukainya
A: Masalah nutrsi teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
Sabtu/ 27 Mei 2017
Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat
S: - An. H mengatakan nyeri pada bagian
perut di ulu hati masih terasa sedikit, nyeri kepala dan nyeri pada persendian sudah tidak lagi
- Keluarga mengatakan nafsu makan An. H masih kurang
- Dokter mengatakan An. H boleh pulang
O: - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:
20x/I, HR: 80 x/i - Wajah An. H tidak tampak meringis
lagi - Skala nyeri 1
A: masalah manajemen nyeri teratasi P: Intervensi dihentikan
Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering
2. Monitor mual muntahs 3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan yang disukai pasien.
S: - Keluarga mengatakan An. H mual
dan muntah tidak ada lagi - Keluarga mengatakan nafsu makan
An. H masih kurang - Dokter mengatakan pasien boleh
pulang dan control ulang O: - Diit masih hanya dihabiskan 1/2
piring - Tampak mukosa bibir masih sedikit
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
pucat - Tampak An. H tampak sudah makan
makanan ringan yg disukainya A: Masalah nutrsi teratasi P: Intervensi dihentikan
Lampiran 7
35
Poltekkes Kemenkes Padang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN DBD DI RUANGAN SYAFA RSI IBNU SINA PADANG
Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam
Senin 22 Mei 2017 10.00
Rumah Sakit : RSI Ibnu Sina Padang
Ruangan : Syafa 11
Tanggal Masuk RS : 21 Mei 2017
No. Rekam Medik : 113269
Sumber informasi : Keluarga
J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
4. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. N
Tanggal lahir / Umur 29-8-2009 / 7 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan TK
Anak ke / jumlah saudara
1 / 1
Diagnosa Medis DHF
5. IDENTITAS ORANGTUA
IBU AYAH
Nama Ny. M Tn. K
Umur 53 tahun 52 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan PNS PNS
Alamat Jln. Delima 77D Padang
Jln. Delima 77D Padang
6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
No Nama
(Inisial) Usia
(bl/th) Jenis
Kelamin Hub.dg KK
Pendi dikan
Status kesehatan Ket
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
III. RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA
Keluarga mengatakan An. N masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00 dengan keluhan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seleruh tubuh. Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 22 mei 2017 10.00. Keluarga mengatakan kondisi An. N sekarang demam sudah berkurang, badan teraba hangat, tampak lemah, nafsu makan berkurang dan kurang minum. Tampak bintik-bintik merah di seluruh tubuh masih ada.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan An. R tidak ada pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit lain maupun sakit yang sama.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit Tidak Ada - Riwayat penyakit keturunan Tidak ada -
Genogram Ket :
: Laki-laki O : Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah
V. Lingkungan An. N tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah tidak memakai bak mandi hanya menggunakan ember, banyak baju yang bergantungan. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah mengalami DBD sebelumnya.
VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis GCS : E 4M 6V5 Jumlah :15 KU : sedang
b. Tanda Vital Suhu : 38oC RR : 19 x/m HR : 84 x/m TD : - mmHg
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Posture BB : gr atau kg PB/TB : cm
d. Kepala
Bentuk : Normal, simetris
Kebersihan : Bersih
Tidak ada lesi, benjolan: tidak ada, wajah tampak kemerahan dan tampak bintik merah.
e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema Pupil : isokor
f. Hidung Letak : Simetri Pernapasan cuping hidung : Tidak Ada Kebersihan : Bersih Tidak ada perdarahan epistaksis
g. Mulut
Warna bibir: kemerahan, bibir lembab Kebersihan rongga mulut : bersih Ada perdarahan gusi
h. Telinga Bentuk : Simetris Kebersihan : Bersih Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata Pemeriksaan pendengaran : baik
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : Tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi
: simetris, tampak bintik merah, tidak ada tarikan dinding dada
Auskultasi
: Vesikuler
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
- Jantung Inspeksi
: iktur cordis tidak terlihat
Auskultasi : irama jantung reguler
Palpasi
: Iktus kordis teraba
k. Abdomen Inspeksi
: Simetris, tampak bintik merah pada abdomen
Auskultasi
: Bising usus (+)
Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati
Perkusi : Tymphani
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Kering
Warna: kemerahan
Data lain : Tampak bintik merah pada seluruh tubuh
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
m. Ekstremitas Atas
Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada otot dan persendian
n. Ekstremitas Bawah
Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada otot dan persendian
o. Genitalia dan anus
Tidak ada masalah
2) Kebiasaan sehari-hari
e. Nutrisi dan cairan
Sehat : Makan : makan 2x sehari dengan komponen nasi, lauk pauk dan juga
sayur Minum : 6 gelas/ perhari Sakit : Makan : mendapat diit ML, kadang makan 1-2 sendok, kadang tidak
makan. Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum
f. Istirahat dan tidur
Siang Sehat : keluarga mengatakan klien sering tidur pada sore hari skitar pukul 16.30 Sakit: klien sering tidur ± 2 jam/ perhari
Malam Sehat: keluarga mengatakan klien tidur teratur 8 jam/ perhati dengan nyenyak Sakit: klien tidur ± 8 jam/hari tetapi sering terbangun dan kurang nyenyak
g. Eliminasi BAK Sehat: klien BAK 5x/ perhari Sakit : keluarga mengatakan klien BAK ±6-7 kali
BAB Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau
khas,warna kekuningan. Sakit: klien BAB 1 kali sehari dengan konsitensi padat, bau khas,
warna coklat kehitaman
h. Personal higiene
Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/h
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium
Hasil pemeriksaan hematologi Pada tanggal 22 Mei 2017 Hemaglobin : 11,1 g/dl (10-16 g/dl) Lekosit : 4.200/ mm3 (9.000-12.000/mm3) Hekamtokrit : 34 % (33-38 %) Trombosit : 126.000/mm3 (200.000-400.000/mm3)
Radiologi -
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Terapi medis
- Paracetamol syr 3x11/2 sth - Puyer 3x1
Perawat Yang Melakukan Pengkajian
(___________________________) Nama lengkap & tanda tangan
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
ANALISA DATA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. N No MR : 113269 NO
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1. DS: - Keluarga mengatakan An. N
badan teraba hangat dan kulit kemerahan
DO: - Suhu: 38oC - Tampak wajah kemerahan - Kulit teraba hangat - Lekosit:: 4.200/ mm3
Peningkatan laju metabolisme
Hipertermi
2. DS: - Keluarga mengatakan An. N
tampak bintik merah sejak hari minggu
- Keluarga mengatakan BAB An. N berwarna coklat kehitaman
DO: - Suhu : 38oC, RR : 21 x/m, HR
: 81 x/m - Hemobglobin: 11,1 g/dl - Trombosit: 126.000/mm3 - Konjungtiva anemis - Mukosa bibir tampak
kemerahan - Adanya tampak bintik merah
pada seluruh tubuh
Trombisitopenia Resiko perdarahan
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DX TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1 23 Mei 2017 Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme 2 23 Mei 2017 Resiko perdarahan berhubungan dengan trombisitopenia
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. N No MR : 113269
Diagnosis keperawatan NOC NIC Hipertermia Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik : o) Kunvulsi p) Kulit kemerahan q) Peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normal r) Kejang s) Takhikardi t) Takhipnea u) Kulit terasa hangat
Faktor yang berhubungan dengan : m) Anastesia n) Penurunan respirasi o) Dehidrasi p) Pemajanan lingkungan
yang panas q) Penyakit r) Peningkatan laju
metabolisme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: m) Tidak ada
peningkatan suhu tubuh
n) Tidak ada hipertermia o) Tidak ada sakit kepala p) Tidak ada sakit otot q) Tidak ada perubahan
warna kulit r) Tidak ada dehidrasi
Perawatan Demam o) Pantau suhu dan tanda-
tanda vital lainnya p) Monitor warna kulit dan
suhu q) Berikan obat atau cairan
IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil)
r) Monitor penurunan tingkat kesadaran
s) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam
t) Dorong konsumsi cairan u) Fasilitasi istirahat v) Kompres hangat pasien
pada lipat paha dan aksila
Resiko perdarahan Definisi : beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan Faktor resiko : c) Aneurisme d) Defisiensi pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan kehilangan darah tidak terjadi dengan kriteria hasil : g) Tidak ada kehilangan
darah yang terlihat h) Tidak ada hematuria i) Tidak ada keluar darah
dari anus j) Tidak ada hematemesis k) Tidak ada penurunan
tekanan darah sistolik l) Tidak ada penurunan
tekanan darah diastolik
Pencegahan Perdarahan h) Monitor ketat tanda-
tanda perdarahan i) Monitor nilai labor j) Monitor status cairan
yang meliputi intake dan ouput
k) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh
l) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
m) Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koagulasi darah membaik dengan kriteria hasil: m) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal pembentukan bekuan
n) Tidak ada deviasi dari kisaran normal waktu prtrombin (PT)
o) Tidak ada deviasi dari kisaran normalwaktu parsial tromboplastin (PTT)
p) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hematokrit (Hct)
q) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hemoglobin (Hb)
r) Tidak ada peradarahan s) Ringan petekie t) Tidak ada ekimosis u) Tidak ada BAB
berdarah v) Tidak ada hematuria w) Tidak ada
hematemesis x) Tidak ada gusi darah
yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
Lampiran 7
35
Poltekkes Kemenkes Padang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. N No MR : 113269
Hari/ Tanggal
Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Senin/ 22 mei 2017
Hipertermi 9. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (38oc)
10. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu
11. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup jam 12.00 dan IVFD RL 20 tts/i/12 jam)
12. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar
13. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam
14. Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila menggunakan handuk kecil
S: - Keluarga mengatakan badan An. N
sudah tidak panas lagi O: - S: 37oC, RR: 21x/I, HR: 80 x/i - Tampak kulit kemerahan - Kulit teraba hangat - Intake: minum 1250ml - Leokosit: 4200/mm3
A: masalah termogulasi belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pantau suhu - Berikan obat - Dorong konsumsi cairan setiap jam - Kompres hangat
Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan (BAB berwarna coklat kehitaman)
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi
intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi
cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kaya vitamin K (kacang-
S: - Keluarga mengatakan BAB
berwarna kehitaman O: - Tampak bintik merah di seluruh
tubuh - Hb: 11,1 g/dl - Trombosit: 126.000/mm3 - Mukosa bibir masih tampak
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
kacangan, anggur) 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor
tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
kemerahan A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
Selasa/ 23 mei 2017
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (36,8oc)
2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu
3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup jam 12.00 dan IVFD RL 20 tts/i/12 jam)
4. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar
5. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam
S: - Keluarga mengatakan badan An. N
sudah tidak panas lagi O: - S: 36,5oC, RR: 20x/I, HR: 92 x/i - Tampak masih kemerahan - Kulit tidak teraba hangat - Intake: minum 1500ml - Leokosit: 3900/mm3
A: masalah termogulasi teratasi P: intervensi dilanjutkan
Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan (BAB berwarna coklat kehitaman, gusi berdarah)
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi
intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi
S: - Keluarga mengatakan BAB
berwarna kehitaman dan gigi berdarah
O: - Tampak bintik merah di seluruh
tubuh
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)
6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
- Tampak gusi berdarah - Hb: 11,4 g/dl - Trombosit: 106.000/mm3 - Mukosa bibir masih tampak
kemerahan A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
- Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)
Rabu/ 24 mei 2017
Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan (BAB berwarna coklat kehitaman, gusi berdarah)
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi
intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi
cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kaya vitamin K (kacang-
S: - Keluarga mengatakan BAB
berwarna masih kehitaman dan gigi berdarah
O: - Tampak bintik merah di seluruh
tubuh - Tampak masih ada gusi berdarah - Hb: 11,2 g/dl - Trombosit: 108.000/mm3
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
kacangan, anggur) 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor
tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
- Mukosa bibir masih tampak kemerahan
A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
- Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)
Kamis/ 25 mei 2017
Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( gusi berdarah)
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi
intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi
cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)
6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada
S: - Keluarga mengatakan BAB
berwarna masih kehitaman sudah tidak ada dan gigi berdarah masih
O: - Tampak bintik merah di seluruh
tubuh masih - Tampak masih gusi berdarah sudah
berkurang - Hb: 11,0 g/dl - Trombosit: 125.000/mm3 - Mukosa bibir sudah tampak tidak
kemerahan lagi A: masalah belum teratasi
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
perawat)
P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
- Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)
Jumat/ 26 mei 2017
Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( gusi berdarah)
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi
intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi
cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)
6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)
S: - Keluarga mengatakan BAB
berwarna masih kehitaman sudah tidak ada dan tidak ada lagi gigi berdarah
- Keluarga mengatakan An. N dibolehkan pulang
O: - Tampak bintik merah di seluruh
tubuh masih - Tampak gusi beradarh tidak ada lagi - Hb: - g/dl - Trombosit: -mm3 - Mukosa bibir sudah tampak tidak
kemerahan lagi A: masalah teratasi P: intervensi dihentikan
Lampiran 7 (Lanjutan)
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes Padang