ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

121
POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA PADANG KARYA TULIS ILMIAH HIKMATUL FAUZIAH NIM: 143110247 JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

HIKMATUL FAUZIAH NIM: 143110247

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

HIKMATUL FAUZIAH NIM: 143110247

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2017

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

ii

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

iii

Poltekkes Kemenkes Padang

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan proposal ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III

pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti

menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima

kasih kepada:

(1) Ibu Ns. Zola Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep dan Delima, S.Pd, M.Kes selaku dosen

pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini;

(2) Bapak H. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI Padang.

(3) Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.

(4) Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.

(5) Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal

peneliti.

(6) Pihak RSI Ibnu Sina Padang yang telah banyak membantu dalam usaha

memperoleh data yang saya perlukan;

(7) Teristimewa kepada ayah, mama dan abang yang telah memberikan bantuan,

semangat dan medengar keluh kesah selama pembuatan KTI ini. Kepada ayah dan

mama maafkan selama kuliah peneliti banyak menghabiskan uang kalian.

(8) Spesial kepada Fahcrul Imam yang telah menemani dan mendengarkan keluh kesah

dari awal pembuatan KTI ini hingga sampai saat ini mudahan segera menyusul

wisuda juga.

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

iv

Poltekkes Kemenkes Padang

(9) Sahabat tercinta Indah Anggia Fisqi, Amd. Kep, Sintya Tinela, Amd. Kep, Safdara

Tika, Amd. Kep, Fauziah Iswandi, Amd. Kep, dan Ladi Permata, Amd. Kep, yang

selama 3 tahun ini bersama, susah senang hingga kita bersama-sama meraih gelar

Amd. Kep.

(10) Terima kasih juga untuk kelompok 47 PKLT terutama Zahara Sakinah, Amd.

Keb dan Sri Fahnur Septiani, Amd. Kep senang bisa bertemu dengan kalian

menghabiskan waktu selama kita PKL, pengalaman, pertemuan yang susah

dilupakan juga sangat aneh dan sudah menemai sampai malam pembuataan KTI ini.

Akhirnya sampai sekarang kita masih komunikasi dan menjadi sahabat yang baru.

(11) Terima kasih kepada teman satu pembimbing lidia dan zikri yang telah sama-

sama melalui pembuatan proposal hingga KTI ini, banyak kejadian yang sama-

sama kita alami.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenaan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Padang, 12 Juni 2017

Peneliti

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

v

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

vi

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

vii

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hikmatul Fauziah

NIM : 143110247

Tempat/Tanggal Lahir : Padang/ 06 Mei 1996

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Orang Tua

Ayah : Agus Syafrial

Ibu : Lida Defi

Alamat : Komplek Taruko I Blok PP No 18 Padang

Riwayat Pendidikan :

Pendidikan Tahun

TK Raudhatul Atfal 2001-2002

MIN Gunung Pangilun Padang 2002-2008

MTsN Model Padang 2008-2011

SMAN 5 Padang 2011-2014

Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

viii

Poltekkes Kemenkes Padang

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 Hikmatul Fauziah Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang Tahun 2017 Isi: xiii + 58 Halaman + 7 Lampiran

ABSTRAK Demam berdarah dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi tropis berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian. Angka kematian pada anak DBD Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia). Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DBD di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi kasus. Tempat penelitian di RSI Ibnu Sina Padang dari tanggal 22 Mei 2017 - 27 Mei 2017. Populasi semua pasien anak dengan DBD, sampel di ambil 2 partisipan dengan teknik purposive sampling. Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan asuhan keperawatan. Cara pengumpulan data dengan teknik observasi, pengukuran, wawancara dan studi dokumentasi. Rencana Analisis data yang telah didapatkan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori sesuai dengan proses keperawatan.

Hasil penelitian yang didapatkan pada An. H dan An, N yaitu mengalami DBD dengan gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5oC, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Kedua pasien memiliki tetangga yang mengalami DBD sebelumnya. Didapatkan 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. H, pada An. N 2 diagnosa yang muncul. Rencana keperawatan untuk diagnose hipertermi adalah perawatan demam, sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan didapatkan masalah teratasi.

Disarankan kepada Direktur RSI Ibnu Sina Padang agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

Kata kunci (Key Word): Demam Berdarah Dengue (DBD), Asuhan Keperawatan

Daftar Pustaka: 31 (2008-2017)

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

ix

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL ................................................... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xi

DAFTAR TABEL....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7

A. Konsep DBD ................................................................................... 7 1. Pengertian DBD ........................................................................ 7 2. Etiologi ...................................................................................... 7 3. Klasifikasi ................................................................................. 8 4. Patofisiologi .............................................................................. 9 5. WOC ......................................................................................... 11 6. Manifestasi Klinis ...................................................................... 12 7. Respon Tubuh ........................................................................... 13 8. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 14 9. Panatalaksanaan ......................................................................... 14

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan DBD .................. 17

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

x

Poltekkes Kemenkes Padang

1. Pengkajian ................................................................................. 17 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ....................................... 21 3. Perencanaan Keperawatan ......................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30

A. Desain Penelitian ............................................................................. 30 B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 30 C. Subjek Penelitian ............................................................................. 30 D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 30 E. Cara Pengumpulan Data .................................................................. 32 F. Jenis-Jenis Data ............................................................................... 33 G. Rencana Analisis ............................................................................. 34

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN .............................

A. Deskripsi Kasus ............................................................................... 35 1. Pengkajian ................................................................................. 35 2. Diagnosis Keperawatan ............................................................. 37 3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 38 4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 41 5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 42

B. Pembahasan .................................................................................... 46 1. Pengkajian ................................................................................. 46 2. Diagnosis Keperawatan ............................................................. 48 3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 51 4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 52 5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 57 B. Saran .............................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

xi

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC DBD Pada Anak ............................................................... 10

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

xii

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue ............................ 8

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD ................................ 19

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 35

Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................... 37

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 38

Tabel 4.4 Implemetasi Keperawatan............................................................ 41

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 43

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

xiii

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Inform Concent

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 4 : Ganchart

Lampiran 5 : Jadwal Bimbingan Proposal

Lampiran 6 : Jadwal Bimbingan KTI

Lampiran 7 : Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

1

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit DBD dapat

muncul sepanjang tahun (Kemenkes, 2015). DBD dapat menyerang semua

kelompok umur, namun DBD masih merupakan penyebab utama kematian pada

anak-anak. DBD sering terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan

tingkat serangan tertinggi dalam umur 5-9 tahun (Rahma, 2011).

World Health Organization (WHO) (2016) tahun 2015, menyebutkan bahwa

wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia. Filipina melaporkan lebih dari

169.000 kasus dan Malaysia melebihi 111.000 kasus dugaan demam berdarah,

meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun sebelumnya. Diperkirakan

500.000 orang dengan dengue parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya,

sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka tidak

dapat diselamatkan (meninggal dunia).

Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir Februari tahun 2016,

kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3

Kota dari 11 Provinsi di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah

penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487

orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang Golongan terbanyak

yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan

usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (Kemenkes RI, 2016).

Jumlah penderita DBD di Provinsi Sumatra Barat yang dilaporkan pada tahun

2014 sebanyak 2.282 kasus dengan jumlah kematian 12 orang. Selama tahun

2014 lebih kurang terdapat 4 kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya KLB

DBD yaitu Kota Padang, Kabupaten lima Kota, Kabupaten Pesisir Selatan,

Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, karena daerah tersebut termasuk

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

2

Poltekkes Kemenkes Padang

daerah endemis DBD . Kasus tertinggi ada di Kota Padang (666 kasus), diikuti

Kabupaten Pesisir Selatan (282 kasus), Kabupaten Tanah Datar (279 kasus) dan

Kasus terendah adalah di Kota Padang Panjang (7 kasus), hanya Kabupaten

Kepulauan Mentawai yang tidak punya kasus DBD (Dinas Kesehatan Provinsi

Sumbar, 2015).

Kasus DBD di Kota Padang tahun 2014, lebih rendah dari tahun 2013 (998

kasus). Kasus ini lebih banyak terjadi pada perempuan (350 kasus) dibanding

laki-laki (316 kasus), meninggal sebanyak 6 orang dengan CFR (Case Fatality

Rate) 0,9 %. Kasus DBD terbanyak pada tahun 2014 terdapat di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Buaya (67 kasus) diikuti oleh Puskesmas Andalas dan

Belimbing (62 kasus) (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Kejadian DBD

pada anak di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015 dari bulan Juni sampai

Desember sebanyak 63 kasus. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan kejadian

DBD pada anak sebanyak 164 kasus.

DBD pada anak dapat menunjukkan gejala demam tinggi dan mendadak disertai

sakit kepala, nyeri sendi atau otot, dan muntah. Gejala khas DBD berupa

perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan

konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,

hematemesis, melena (Susilaningrum dkk, 2013).

Hasil penelitian Annisa, dkk (2015), menyebutkan bahwa tanda dan gejala lain

yang terdapat pada anak DBD yaitu pembesaran hepar, epistaksis, purpura, juga

hematemesis. Kemenkes RI (2010), menyebutkan bahwa tanda bahaya DBD

adalah nyeri perut, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan,

perdarahan mukosa, letargi, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan

hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

3

Poltekkes Kemenkes Padang

Pengkajian anak dengan DBD ditemukan adanya peningkatan suhu yang

mendadak disertai mengigil, adanya pedarahan kulit seperti petekhie, ekimosis,

hematom, epistaksis, hematemesis bahkan hematemesis melena. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri otot, sakit kepala, nyeri ulu hati,

pembengkakan sekitar mata. Hasil pemeriksaan labor didapatkan adanya

tromsitopenia dan hemokonsentrasi (Alimul, 2008).

Hemokonsentrasi dapat dinilai dari hematokrit. Nilai hematokrit meningkat

bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.

Akibat kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak

yang mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai

hematokrit (Susilaningrum dkk, 2013).

Nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan terjadinya syok pada anak dengan

gejala anak menjadi lemah, ujung-ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan

lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan

tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Gejala tersebut akan membahayakan

anak bila tidak ditangani dengan cepat. Penanganan kasus DBD yang yang

terlambat akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan

kematian (Ngastiyah, 2014).

Alimul (2008), mengatakan bahwa salah satu diagnosis atau masalah

keperawatan yang terjadi pada anak DBD adalah kurang volume cairan.

Kurangnya volume cairan pada anak DBD ini dapat disebabkan oleh adanya

perpindahan cairan intra vaskuler ke ekstravaskuler akibat peningkatan

permeabilitas kapiler. Tindakan perawat yang dilakukan untuk mengatasi

masalah tersebut adalah monitor tanda vital, keadaan umum, tanda-tanda syok

dan asupan cairan. Asupan cairan dapat diberikan melalui pemberian minum

peroral dan melalui intravena.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

4

Poltekkes Kemenkes Padang

Orang tua perlu mengetahui gejala awal DBD pada anak. Biasanya orang tua

membawa anak ke pelayanan kesehatan setelah mengalami perdarahan seperti

peteki, gusi berdarah dan hematemesi. Oleh karena itu peran dan pengetahuan

orang tua tentang penyakit DBD sangat penting agar tidak terjadi keterlambatan

dalam penanganan kasus DBD. Anak dan orang tua perlu dipersiapkan untuk

tindakan invasif yang dibutuhkan saat proses perawatan (Ngastyah, 2014).

Hasil penelitian Marestika, dkk (2012) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan

orang tua dalam penatalaksanaan masalah DBD pada anak di Kecamatan Buah

Batu wilayah kerja Puskesmas Margahayu Raya Bandung pada bulan Juni 2012

lebih dari setengahnya termasuk dalam kategori cukup baik, dikarenakan orang

tua sudah cukup familiar dengan penyakit demam berdarah. Orang tua belum

memahami kapan anak harus dibawa ketempat pelayanan kesehatan terdekat

untuk memeriksakan kondisi anak mereka. Supaya tidak terjadi keterlambatan

dalam penanganan kasus DBD. Sidiek (2012), menyatakan bahwa tingkat

pengetahuan mengenai DBD tidak berhubungan dengan kejadian DBD pada

anak. Tingkat pengetahuan ibu pada anak yang mengalami kejadian penyakit

DBD dibanding pada anak yang tidak mengalami kejadian DBD tidak memiliki

perbedaan yang bermakna.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2017 di RSI Ibnu

Sina Padang terdapat 1 pasien anak DBD, dengan diagnosa keperawatan utama

pada anak yaitu dengan hipertermi. Dari hasil pengamatan, peneliti mengamati

perawat sudah melakukan pengkajian dengan baik. Hasil wawancara peneliti

dengan perawat mengatakan tindakan keperawatan untuk pasien hipertermi

menganjurkan anak untuk banyak minum dan melakukan kompres. Pengamatan

peneliti perawat melakukan tindakan keperawatan tersebut ketika pada saat

overan, ketika orang tua mengatakan pasien demam, dan saat pemberian obat.

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

5

Poltekkes Kemenkes Padang

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertatrik untuk melakukan penelitian

studi kasus asuhan keparawatan pada anak dengan DBD di ruang rawat RSI

Ibnu Sina Padang.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan DBD di RSI. Ibnu Sina

Padang

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Peneliti mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.

b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien

anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.

c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien anak dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Institusi Pelayanan

Penulisan KTI diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam

meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

6

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Pengembangan Keilmuan

a. Bagi Peneliti

Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak

dengan DBD.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi

pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih

lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan anak dengan DBD

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

7

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR DBD

1. Pengertian

Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes

albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).

DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di

daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15

tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus

ini. Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya

adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2009).

2. Etiologi

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini terutama

ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini terdapat

hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m diatas

permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini telah

diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari

arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

DEN-4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi salah

satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe

bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain (Nursalam

dkk, 2008).

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

8

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue

DD/ DBD Derajat Gejala

DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit

kepala, nyeri retro-orbital, sakit pada otot, sakit

pada persendian

DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif

DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan

DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi

(kulit dingin dan lembab serta gelisah)

DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan

nadi tidak terukur

Sumber : Soadjas, 2011

DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut :

1) Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat

manifestasi perdarahan (uji turniket positif)

2) Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan

perdarahan lain

3) Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi

cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit

yang dingin dan lembab, gelisah

4) Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan

darah yang tidak dapat diukur.

(WHO, 2017)

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

9

Poltekkes Kemenkes Padang

4. Patofisiologi

Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui

gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF.

Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual,

nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan

kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah

bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang

mendaparkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini

disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of

hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody,

sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks

virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri, 2016).

Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang

berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat yang

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga

cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya

perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume

plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014).

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat

renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang

sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat

kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi

anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian

(Ngastiyah, 2014).

Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit. Penyebab

peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor

dapat menjadi penyebab seperti yaitu virus dengue, komponen aktif system

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

10

Poltekkes Kemenkes Padang

komplemen, dan kerusakan sel endotel. Trombositopenia, gangguan fungsi

trombosit dan kelainan system koagulasi dianggap sebagai penyebab utama

perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk, 2008).

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

11

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

12

Poltekkes Kemenkes Padang

5. Manifestasi Klinis

Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas

disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri

pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala

tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul

bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan

berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,

epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat

perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014)

Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat

demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak

menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin,

dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun

dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014)

Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut :

1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab

jelas

2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan

adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia,

ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau hematemesis

3) Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)

4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang

menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun

(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan

kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

13

Poltekkes Kemenkes Padang

6. Respon Tubuh

a. Sistem pernafasan

Adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran

intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan

dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak

napas (Soedjas, 2011)

b. Sistem sirkulasi

Dengue syok sindrom biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan

oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran

plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,

hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan

berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium

volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau

kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.

c. Sistem kardiovaskuler

Pada pasien DBD akan mengalami peningkatan hematokrit sehingga

terjadi pengentalan darah dan mengakibatkan aliran darah ke jantung

menjadi lambat atau berkurang. Ketika aliran darah ke jantung melambat

curah jantung akan menurun.

d. Sistem otak

Otak akan mengalami kekurangan oksigen karena awal permulaan nya

terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke ekstravaskuler

menyebabkan terjadi peningkatan hematokrit, sehingga darah menjadi

kental dan suplai oksigen ke otak juga akan berkurang. Pasien menjadi

gelisah bahkan menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan darah

1) Pemeriksaan Darah lengkap

(a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi

perdarahan yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

14

Poltekkes Kemenkes Padang

Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL

(b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi

kebocoran plasma

Nilai normal: 33- 38%

(c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia

kurang dari 100.000/ml

Nilai normal: 200.000-400.000/ml

(d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal

Nilai normal: 9.000-12.000/mm3

2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia

3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:

(a) pH darah biasanya meningkat

Nilai normal: 7.35-7.45

(b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik

mengakibatkan pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40 mmHg)

dan HCO3 rendah.

b. Pemeriksaan rontgen thorak

Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga

pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura.

(Wijayaningsih, 2013)

8. Penatalaksanaan

Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada

penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya :

a. Penatalaksanaan Medis

1) DBD tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien

dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum

pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam.

Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

15

Poltekkes Kemenkes Padang

hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan

dosis : anak yang berumur <1 tahun 50mg IM, anak yang berumur

>1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada

pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss menerus muntah,

tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya

dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.

2) DBD disertai renjatan

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang infus

sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.

Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan

renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan

sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10

ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan

berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk

mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena

jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

b. Penatalaksanaan keperawatan

1) Perawatan pasien DBD derajat I

Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza

biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya,

tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,

observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit

secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24

jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping

kompres hangat jika pasien demam.

2) Perawatan pasien DBD derajat II

Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat

sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah

dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan

renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

16

Poltekkes Kemenkes Padang

infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang

pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit

dan hemoglobin serta trombosit.

3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)

Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan

penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga

memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah

kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya

dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat

lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah

jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya

kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam

rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk

meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.

Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan

darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit

tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil

pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

17

Poltekkes Kemenkes Padang

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA ANAK DBD

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak dengan usia kurang

15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua,

pekerjaan orang tua.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah

sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak

anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan

batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare atau

konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian, nyeri ulu hati dan

pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya

mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.

4) Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak

dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila

terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak yang menderita DBD

sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsumakan menurun.

Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan

nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan

berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

c. Kondisi lingkungan

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

18

Poltekkes Kemenkes Padang

Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang

kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar)

d. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme

Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.

2) Eliminasi alvi (buang air besar)

Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade

IV bisa terjadi melena.

3) Eliminasi urin (bang air kecil)

Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD

grade IV sering terjadi hematuria.

4) Tidur dan istirahat

Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam

10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya

sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai

kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.

5) Kebersihan

Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan

cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang

nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m

plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk abate.

e. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut

sampai ujung kaki.

Pemeriksaan fisik secara umum :

1) Tingkat kesadaran

Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan

grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah

mengental dan oksigen ke otak berkurang.

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

19

Poltekkes Kemenkes Padang

2) Keadaan umum

Lemah

3) Tanda-tanda vital (TTV)

Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade

IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg

atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)

4) Kepala

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.

5) Mata

Konjungtiva anemis

6) Hidung

Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,

IV.

7) Telinga

Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)

8) Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan

mengalami hyperemia pharing

9) Leher

Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami

pembesaran

10) Dada/thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun

pada paru

A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade

III, dan IV.

11) Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

20

Poltekkes Kemenkes Padang

Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Per : Terdengar redup

A : Adanya penurunan bising usus

12) Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji

tourniket. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan

lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu

menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan tekanan

antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada

tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan

timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008).

13) Genitalia

Biasanya tidak ada masalah

14) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku

sianosis/tidak

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

21

Poltekkes Kemenkes Padang

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

a) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme.

b) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,

kegagalan mekanisme regulasi.

d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.

e) Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah

f) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya

suplai oksigen ke jaringan

g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis (mual, muntah dan anoreksia)

h) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di rongga

pleura.

(Nanda, 2015)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD

Diagnosis keperawatan NOC NIC

Kekurangan volume cairan Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko : a) Perubahan status mental b) Penurunan tekanan

darah c) Penurunan tekanan nadi d) Penurunan volume nadi e) Penurunan turgor kulit f) Membran mukosa

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : a) Tekanan darah tidak

terganggu b) Keseimbangan intake

dan output tidak terganggu

c) Berat badan stabil tidak terganggu

d) Turgor kulit tidak terganggu

e) Hematokrit sedikit terganggu

Manajemen cairan a) Pertahankan catatan

intake dan output yang akurat

b) Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)

c) Monitor vital sign d) Monitor masukan atau

cairan dan hitung intake kalori harian

e) Monitor status nutrisi f) Dorong pasien untuk

menambah asupan oral

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

22

Poltekkes Kemenkes Padang

kering g) Kulit kering h) Peningkatan suhu tubuh Faktor yang berhubungan dengan : a) Kehilangan cairan aktif b) Kegagalan mekanisme

regulasi

f) Berat jenis urin sedikit terganggu

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hidrasi tidak terjadi dengan kriteria hasil : a) Turgor kulit tidak

terganggu b) Membran mukosa

lembab tidak terganngu

c) Intake cairan tidak terganggu

d) Output urin tidak terganggu

e) Perfusi jaringan tidak terganggu

f) Tidak ada haus g) Tidak ada peningkatan

hematokrit h) Tidak ada nadi cepat

dan lemah

(misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan)

g) Tawari makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)

h) Kolaborasi pemberian cairan IV

i) Monitor hasil laboratorium

Hipertermia Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik : a) Kunvulsi b) Kulit kemerahan c) Peningkatan suhu tubuh

diatas kisaran normal d) Kejang e) Takhikardi f) Takhipnea g) Kulit terasa hangat

Faktor yang berhubungan dengan : a) Anastesia b) Penurunan respirasi c) Dehidrasi d) Pemajanan lingkungan

yang panas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: a) Tidak ada

peningkatan suhu tubuh

b) Tidak ada hipertermia c) Tidak ada sakit kepala d) Tidak ada sakit otot e) Tidak ada perubahan

warna kulit f) Tidak ada dehidrasi

Perawatan Demam a) Pantau suhu dan tanda-

tanda vital lainnya b) Monitor warna kulit dan

suhu c) Berikan obat atau cairan

IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil)

d) Monitor penurunan tingkat kesadaran

e) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam

f) Dorong konsumsi cairan g) Fasilitasi istirahat

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

23

Poltekkes Kemenkes Padang

e) Penyakit f) Peningkatan laju

metabolisme

h) Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila

Resiko perdarahan Definisi : beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan Faktor resiko : a) Aneurisme b) Defisiensi pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan kehilangan darah tidak terjadi dengan kriteria hasil : a) Tidak ada kehilangan

darah yang terlihat b) Tidak ada hematuria c) Tidak ada keluar darah

dari anus d) Tidak ada hematemesis e) Tidak ada penurunan

tekanan darah sistolik f) Tidak ada penurunan

tekanan darah diastolik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koagulasi darah membaik dengan kriteria hasil: a) Tidak ada deviasi dari

kisaran normal pembentukan bekuan

b) Tidak ada deviasi dari kisaran normal waktu prtrombin (PT)

c) Tidak ada deviasi dari kisaran normalwaktu parsial tromboplastin (PTT)

d) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hematokrit (Hct)

e) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hemoglobin (Hb)

f) Tidak ada peradarahan g) Ringan petekie h) Tidak ada ekimosis i) Tidak ada BAB

berdarah

Pencegahan Perdarahan a) Monitor ketat tanda-

tanda perdarahan b) Catat nilai Hb dan Ht

sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan

c) Monitor nilai labor d) Monitor status cairan

yang meliputi intake dan ouput

e) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh

f) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K

g) Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

24

Poltekkes Kemenkes Padang

j) Tidak ada hematuria k) Tidak ada

hematemesis l) Tidak ada gusi darah

Nyeri akut Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa Batasan karakteristik :

a) Perubahan selera makan

b) Perubahan tekanan darah

c) Perubahan frekuensi jantung

d) Perubahan frekuensi pernapasan

e) Mengekspresikan perilaku

f) Masker wajah g) Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan dengan : agen cedera ( misal biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: a) Tidak ada nyeri yang

dilaporkan b) Tidak ada mengerang

dan menangis c) Tidak ada menyeringit d) Tidak ada ketegangan

otot e) Tidak ada kehilangan

nafsu makan f) Tidak ada Ekspresi

wajah nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kontrol nyeri teratasi dengan kriteria hasil : a) Sering menunjukkan

mengenali kapan nyeri terjadi

b) Secara konsisten menunjukkan menggambarkan faktor nyeri

c) Sering menunjukkan menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgetik

d) Sering menunjukkan melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada professional kesehatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Manajemen nyeri a) Lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

b) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

i) Kurangi faktor presipitasi nyeri

j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

25

Poltekkes Kemenkes Padang

diharapkan status kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil: a) Tidak terganggu

kesejahteraan fisik b) Tidak terganggu

control terhadap gejala (Sambungan)

c) Tidak terganggu kesejahteraan kesejahteraan psikologis

d) Tidak terganggu lingkungan fisik

e) Tidak terganggu suhu ruangan

f) Tidak terganggu dukungan sosial dari keluarga

farmakologi dan inter personal)

k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

l) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

m) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

n) Dukung tingkatkan istirahat/ tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri

o) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Pemberian analgetik a) Tentukan lokasi,

karakteristik,kualitas,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi

c) Cek riwayat alergi d) Pilih analgesik yang

diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

f) Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian,dan dosis optimal

g) Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

h) Monitor vital sign

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

26

Poltekkes Kemenkes Padang

sebelum dan sesudah pemberian anlgesik pertama kali

i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

j) Evaluasi efektifitas analgesic,tanda dan gejala (efek samping)

Resiko syok Defenisi : berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa Faktor resiko : a) Hipotensi b) Hipovolemia c) Hipoksemia d) Hipoksia e) Infeksi f) Sepsis g) Sindrom respons

inflamasi sistemik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan syok: hipovolemik tidak terjadi dengan kriteria hasil:

a) Tidak ada penurunan tekanan nadi perifer

b) Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik

c) Tidak ada penurunan tekanan darah diastolik

d) Tidak ada melambatnya waktu pengisian kapiler

e) Tidak ada nadi lemah dan halus

f) Tidak ada akral dingin, kulit lembab/ basah

g) Tidak ada penurunan tingkat kesadaran

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tanda-tanda vital dalam rentang normal dengan kriteria hasil: a) Tekanan darah sistolik

tidak ada deviasi dari kisaran normal

b) Tidak ada deviasi dari kisaran normal tekanan darah diastolic

c) Tidak ada deviasi dari kisaran normal tekanan nadi

Manajemen hipovolemi a) Monitor status

hemidinamik, meliputi nadi, tekanan darah.

b) Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (misalnya: turgor kulit buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah, membrane mukosa kering, dan penurunan urin output

c) Monitor adanya sumber-sumber perdarahan (misalnya: perdarahan, muntah, keringat yang berlebihan)

d) Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan kehilangan darah (misalnya: hemoglonin, hematoktrit, trombombosit)

e) Dukung asupan cairan oral (misalnya: berikan cairan lebih dari 24 jam dan berikan cairan dengan makanan), jika tidak ada kontraindikasi

f) Berikan cairan IV isotonic (misalnya cairan normal saline atau Ringer Laktat) untuk rehidrasi ekstraseluler dengan

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

27

Poltekkes Kemenkes Padang

d) Tidak ada deviasi dari kisaran normal tingkat dan irama pernapasan

tetesan aliran yang tepat g) Instruksikan pada pasien

dan/atau keluarga untuk mencatat intake dan output, dengan tepat

h) Instruksikan pada pasien dan/atau keluarga tindakn-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hopivolemi

Monitor tanda-tanda vital a) Minitor tekanan darah,

nadi, suhu, dan status pernapasan

b) Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terus-menerus dengan tepat

c) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban

d) Monitor sianosis sentral dan perifer

e) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Defenisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan Batasan karakteristik: a) Tidak ada nadi b) Perubahan fungsi

motorik c) Perubahan karakteristik

kulit (warna, elastisitas, kelembapan, kuku, suhu)

d) Perubahan tekanan darah di ekstremitas

e) Warna tidak kembali ke

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Perfusi jaringan: perifer tidak terganggu dengan kriteria hasil: a) Tidak ada deviasi dari

kisaran normal pengisian kapiler jari dan jari kaki

b) Tidak ada deviasi dari kisaran normal Suhu kulit ujung kaki dan tangan

c) Kekuatan denyut nadi karotis, brakialis, radial, femoralis, pedal bagian kiri dan kanan dalam kisaran normal

Manajemen Hipovolemi a) Monitor status

hemodinamik, meliputi nadi, tekanan drah, MAP, CVP, PAP, CO.

b) Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (misalnya., turgor kulit buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah, sangat haus, membrane mukosa kering, dan penurunan urin output

c) Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan (misalnya., perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan, dan takpnea)

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

28

Poltekkes Kemenkes Padang

tungkai saat diturunkan f) Kelambatan

penyembuhan luka perifer

g) Penurunan nadi h) Edema i) Nyeri ekstremitas j) Pemendekan jarak total

yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit

k) Warna kulit pucat saat elevasi

d) Tekanan darah sistolik dan diastolik tidak ada deviasi dari kisaran normal tekanan darah sistolik dan diastolik dalam kisaran normal

e) Tidak ada muka pucat f) Tidak ada kelemahan

otot

d) Posisikan untuk perfusi perifer

Monitor tanda-tanda vital a) Minitor tekanan darah,

nadi, suhu, dan status pernapasan

b) Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terus-menerus dengan tepat

c) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban

d) Monitor sianosis sentral dan perifer

e) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Defenisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic Batasan Karakteristik: a) Berat badan 20% atau

lebih dibawah rentang berat badan ideal

b) Bising usus hiperaktif c) Kelemahan otot untuk

mengunyah d) Kelemahan otot untuk

menelan e) Kehilangan rambut

berlebihan f) Membran mukosa pucat g) Ketidakmampuan

memakan makanan h) Nyeri abdomen Faktor yang Berhubungan: a) Faktor biologis b) Ketidakmampuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi dengan kriteria hasil: a) asupan makanan

secara peroral sepenuhnya adekuat

b) Asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat

c) Asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat

d) Asupan nutrisi parenteral sepenuhnya adekuat

Manajemen Nutrisi a) Kaji adanya alergi

makanan b) Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

c) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Monitor Nutrisi a) Monitor adanya

penurunan berat badan b) Monitor lingkungan

selama makan c) Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi d) Monitor kekeringan,

rambut kusam, dan mudah patah

e) Monitor mual muntah f) Monitor kadar albumin,

total protein, Hb, Ht g) Catat adanya edema,

hiperemik, hipertonik, papilla lidah dan cavitas

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

29

Poltekkes Kemenkes Padang

mencerna makanan c) Kurang asupan makanan

oral

Ketidakefektifan Pola Napas Defenisi: Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak member ventilasi adekuat Faktor Resiko: a) Perubahan kedalaman

pernapasan b) Perubahan ekskursi

dada c) Mengambil posisi tiga

titik d) Bradipnea e) Penurunan tekanan

ekspirasi f) Penurunan tekanan

inspirasi g) Penurunan ventilasi

semenit h) Penurunan kapasitas

vital i) Dispnea j) Pernapasan cuping

hidung k) Fase kespirasi

memanjang l) Takipnea Faktor Berhubungan: a) Ansietas b) Posisi tubuh c) Deformitas tulang d) Deformitas dinding

dada e) Keletihan f) Hiperventilasi g) Sindrom hipoventilasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas efektif dengan kriteria hasil: a) Frekuensi pernapasan

tidak ada deviasi dari normal

b) Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari kisaran normal

c) Kapasitas vital tidak ada deviasi dari kisaran normal

Terapi Oksigen a) Pertahankan kepatenan

jalan napas b) Siapkan peralatan

oksigen dan berikan melalui system humidifier

c) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan

(Sambungan) d) Monitor aliran oksigen e) Monitor efektifitas

terapi oksigen f) Atur posisi untuk

meringankan sesak napas

g) Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya

Sumber: Nanda (2015); Nursing Interventions Classification (NOC) (2013); Nursing Outcome

Classification (NIC) (2013)

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

30

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu

keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan

oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan

DBD di RSI Ibnu Sina Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2017. Waktu

penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari-Mei 2017.

C. Subjek Penelitian

Penelitian menggunakan 2 responden dengan kriteria:

1. Kriteria Inklusi

a. Anak yang mengalami DBD pada grade II, III, dan IV di ruang rawat

RSI Ibnu Sina Padang.

b. Orang tua setuju berpatisipasi dengan peneliti.

2. Kriteria Ekslusi

a. Anak dengan DBD memiliki penyakit komplikasi lain seperti penyakit

kelainan darah leukemia, thalasemia.

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan

proses keperawatan anak mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,

observasi dan studi dokumentasi.

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

31

Poltekkes Kemenkes Padang

Proses keperawatan meliputi :

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kali nya di fasilitas

kesehatan terdari dari: identitas pasien, identifikasi penanggung jawab,

riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, data spikologis, data

ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan

laboratorium, dan program pengobatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada di

analisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai berikut:

a. Analisa data

Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya.

Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang didapat saat

interaksi dengan pasien, biasanya apa yang dikeluhkan oleh pasien, dan

data objektif yaitu data yang diperoleh perawat dari hasil pengamatan

dan pemeriksaan fisik.

b. Menegakkan diagnosa

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES

(Problem+Etiologi+Symptom) dan menggunakan istilah diagnosa

keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA.

3. Intervensi

Rencana keperawatan terdiri dari beberapa komponen sebagai berrikut:

a. Diagnosa yang diprioritaskan

b. Tujuan dan kriteria hasil

c. Intervensi

Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC-NOC.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

32

Poltekkes Kemenkes Padang

a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan.

c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.

d. Tanda tangan perawat pelaksana.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:

a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.

b. Diagnosa kepoerawatan.

c. Evaluasi keperawatan.

Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

E. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) artinya

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

data dan sumber data yang telah ada. Triagulasi teknik berarti peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan

data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan observasi, pengukuran,

wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara

serempak (Sugiyono, 2014).

1. Observasi

Dalam obeservasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari

pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga

mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada pasien, misalnya

pasien terpasang infus, kompres hangat, pemberian obat, terpasang oksigen

dan tranfusi. Observasi pemeriksaan fisik seperti pemantauan tanda

perdarahan yaitu petekie, perdarahan gusi, ekimosis, hematemesis dan

melena. Pemantauan tanda-tanda vital yaitu nadi, pernapasan, tekanan darah

dan suhu. Pemantauan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, dan

trombosit.

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

33

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Pengukuran

Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda

mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, seperti

melakukan pengukuran suhu, menimbang berat badan, dan mengukur tinggi

anak, uji touniket, pengkuran napas, nadi, dan tekanan darah.

3. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden

lebih mendalam (Sugiyono, 2014).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari

wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur

kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi

wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya

yang jelas. Artinya pewawancara diberi kebebasan yang diharapkan dan

responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.

Wawancara dilakukan tentang identitas pasien, riwayat kesehatan (keluhan

masuk rumah sakit, riwayat kesehayan sekarang, riwayat penyakit yang

diderita sebelumnya dan riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya,

kondisi lingkungan pasien), dan activity daily (ADL) seperti makan, minum,

BAB, BAK, istirahat dan tidur.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dari rumah sakit untuk

menunjang penelitian yang akan dilakukan. Data pemeriksaan laboratorium

(hemoglobin, hematokrit, trombosit), data pemeriksaan diagnostik (rontgen

thorax), dan data pengobatan pasien.

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

34

Poltekkes Kemenkes Padang

F. Jenis-Jenis Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti

pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan

pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap

pasien.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

langsung dari rekam medik, serta dari dokumentasi di ruang rawat RSI

Ibnu Sina Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang

(pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), catatan atau

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak

dipublikasikan.

G. Rencana Analisis

Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis

semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan

konsep dan teori keperawatan pada pasien anak dengan DBD. Data yang

telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan

tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan

dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus DBD. Analisa

yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori

yang ada dengan kondisi pasien.

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

35

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan 1 An. H berumur 10 tahun

dirawat di Ruang Rawat Inap Zam Zam RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa

DBD grade I. Partisipan 2 An. N berumur 7 tahun dirawat di Ruangan Inap

Syafa RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa DBD grade II.

Tabel 4.1

Pengkajian Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2 An. H masuk RSI Ibnu Sina pada tanggal 23 Mei 2017 pada jam 09.45 wib melalui IGD dengan keluhan demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: 37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg.

Keluarga mengatakan An. N masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00 dengan keluhan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seleruh tubuh. Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.

Pengkajian dilakukan pada hari selasa pada tanggal 23 Mei 2017 jam 13.15 WIB. Keluarga mengatakan kondisi An. H sekarang badan teraba hangat, sakit kepala masih, perut masih terasa sakit, nyeri pada persendian dan nafsu makan berkurang. Saat dilakukan pengkajian merupakan hari rawat pertama klien. Selama dirawat terdapat beberapa data penunjang seperti pemeriksaan labor.

Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 22 Mei 2017 pada jam 10.00. Keluarga mengatakan kondisi An. N sekarang demam sudah berkurang, badan teraba hangat, tampak lemah, nafsu makan berkurang dan kurang minum. Tampak bintik-bintik merah di seluruh tubuh masih ada. Saat dilakukan pengkajian merupakan hari rawat kedua klien. Selama dirawat terdapat beberapa data penunjang seperti pemeriksaan labor.

An. H mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit yang lain maupun sakit DBD sebelumnya.

An. H mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit yang lain maupun sakit DBD sebelumnya.

Salah satu keluarga An. H juga sedang mengalami sakit DBD yaitu kakak kandung An. H yang tinggal serumah.

Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti An. N

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

36

Poltekkes Kemenkes Padang

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2 An. H tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. Keluarga mengatakan di sekitar rumah juga ada yang mengalami DBD.

An. N tinggal di lingkungan komplek di tengah kota. Keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah mengalami DBD sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik tingkat kesadaran An. H kompos mentis dengan GCS 15, wajah tampak kemerahan, tidak ada lesi, dan tidak ada benjolan. Pada mata skelera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan adanya edema pada palpebra. Hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada epistaksis. Pada mulut warna bibir pucat dan mukosa kering, bibir tampak pecah-pecah serta nyeri saat menelan, tidak ada perdarahan gusi. Telinga simetris kiri kanan, pendengaran baik. Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening dan pembesaran kelenjer limfe. Pada pemeriksaan dada An. H dinding dada tampak simteris, tidak ada tarikan dinding dada, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba, jantung dalam batas normal, irama jantung reguler. Pemeriksaan abdomen simetris, nyeri tekan pada ulu hati, bising usus (+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali cepat, kulit kering dan tampak kemerahan. Terpasang infuse RL 20 tts/i pada ekstremitas atas bagian kiri, tidak ada edema, capillary refil < 3 dtk, nyeri pada persendian. Pada ekstremitas bawah akral teraba hangat, capillary refil < 3, nyeri pada persendian.

Pada pemeriksaan fisik kesadaran An. N kompos mentis dengan GCS 15, wajah tampak kemerahan dengan bintik-bintik merah, tidak ada lesi, dan tidak ada benjolan. Pada mata sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan tidak ada edema palbebra. Hidung simetris, tidak ada pernapsan cuping hidung, tidak ada epistaksis. Pada mulut warna bibir kemerahan, mukosa lembab dan gusi berdarah. Telinga simetris kiri dan kanan, pendengaran baik. Tidak pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada An. N dinding dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tampak bintik merah pada dada, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis terbab, jantung dalam batas normal, irama jantung ireguler. Pemeriksaam abdomen simetris, tampak bintik pada abdomen, nyeri tekan pada ulu hati, bising usus (+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali cepat, kulit kering dan tampak bintik merah kemerahn. Terpasang IVFD RL 20 tts/I pada ekstremitas bagian atas sebelah kiri, tidak ada edema, capillary refill < 3 detik, tidak ada sianosis, akral teraba hangat. Pada ektremitas bawah tampak bintik merah pada kaki, akral teraba hangat, tidak edema, tidak sianosis, capillary refill < 3 detik, dan nyeri pada persendian.

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

37

Poltekkes Kemenkes Padang

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2 Selama dirawat di rumah sakit An. H biasanya buang air besar satu dua kali sehari karena mencret, sedangkan untuk buang air kecilnya lebih sering ± 7-8 kali. An. H sering mual dan muntah, An. H sering terbangun saat malam hari dan tidak nyenyak, pada saat sehat An. H tidak ada tidur siang atau sore karena An. H beraktivitas dan sekolah. Pada saat sakit An. H minum 4-5 gelas/hari

Selama dirawat di rumah sakit An. N biasanya buang air besar satu kali sehari dengan konsistensi padat dan berwarna coklat kehitaman, sedangkan untuk buang air kecilnya lebih sering ± 6-7 kali. An. N sering terbangun saat malam hari, pada saat sehat An. N sering tidur pada sore hari sekitar pukul 16.30. pada saat sakit An. N minum 4-5 gelas/hari.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 23 Mei 2017 a. Hemaglobin: 13,0 g/dl (normalnya:

10-16 g/dl) b. Lekosit: 2.500/ mm3 (normalnya:

9.000-12.000/mm3) c. Hematokrit: 42 % (normalnya: 33-38

%) d. Trombosit: 133.000/mm3

(normalnya: 200.000-400.000/mm3)

Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, pada tanggal 22 Mei 2017, a. Hemaglobin: 11,1 g/dl (10-16 g/dl) b. Lekosit: 4.200/ mm3 (9.000-

12.000/mm3) c. Hematokrit: 34 % (33-38 %) d. Trombosit: 126.000/mm3 (200.000-

400.000/mm3)

IVFD RL 20 tts/menit 12 jam/ kolf, Paracetamol 500mg 3x1, Trolit 3x1, Ranitidine syrp 2x1

IVFD RL 20 tts/menit 12 jam/ kolf,, paracetamol syr 3x11/2 sth, puyer 3x1

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan diangkat berdasarakan data yang didapatkan berupa data

subjektif dan objektif. Pada partisipan 1 An. H ditemukan 4 diagnosis

keperawatan, sedangkan pada partisipan 2 An. N ditemukan 2 diagnosis

keperawatan.

Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2

Partisipan 1 An. H ditemukan 4 diagnosis keperawatan yaitu hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Partisipan 2 An. N ditemukan 2 diagnosis keperawatan yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, dan resiko perdarahan berhubungan trombositopenia Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

38

Poltekkes Kemenkes Padang

berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism diagnose tersebut diangkat karena suhu klien 38,2oc demam hari ke-4, badan teraba hangat, kulit tampak kemerahan, dan leokosit 2.500/mm3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Diagnosis tersebut diangkat karena tampak anak tampak muntah, bibir kering, mukosa bibir pucat, pecah-pecah dan hematokrit meningkat 42%. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit. Diagnosis tersebut diangkat karena klien mengatakan perut terasa nyeri, kepala nyeri, tampak memengangi perut, skala nyeri 2-3, nyeri tekan pada ulu hati. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan Diagnosis tersebut diangkat karena diit hanya dihabiskan ¼ porsi saja, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, tampak memuntahkan makanan yang dimakan, BB: 36 kg sebelum sakit: 38 kg, Hb: 13,0 g/dl.

diagnosa tersebut diangkat karena suhu klien suhu: 38oC demam hari ke-5, tampak wajah kemerahan, kulit teraba hangat, lekosit: 4.200/ mm3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Diagnosis tersebut diangkat karena suhu : 38oc, rr : 21 x/m, hr : 81 x/m, hemobglobin: 11,1 g/dl, trombosit: 126.000/mm3, konjungtiva anemis, mukosa bibir tampak kemerahan, adanya tampak bintik merah pada seluruh tubuh.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada

NIC dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua

partisipan.

Tabel 4.3 Rencana Asuhan Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2

Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism. Setelah

Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism. Setelah

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

39

Poltekkes Kemenkes Padang

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Intervensinya adalah Perawatan Demam pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam, dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : tekanan darah tidak terganggu, hematokrit sedikit terganggu turgor kulit tidak terganggu, membran mukosa lembab tidak terganngu, intake cairan tidak terganggu, output urin tidak terganggu, tidak ada haus, tidak ada peningkatan hematokrit, tidak ada nadi cepat dan lemah. Intervensinya adalah Manajemen Cairan yaitu pertahankan catatan intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah), monitor vital sign, monitor masukan atau cairan dan hitung intake kalori harian, dorong pasien untuk menambah asupan oral (misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan), tawari makanan ringan (misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah), kolaborasi pemberian

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Intervensinya adalah Perawatan Demam pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam, dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila.

Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan kehilangan darah tidak terjadi dengan kriteria hasil : tidak ada kehilangan darah yang terlihat, tidak ada hematuria, tidak ada keluar darah dari anus, tidak ada hematemesis, tidak ada penurunan tekanan darah sistolik, tidak ada penurunan tekanan darah diastolic. Intervensinya adalah Pencegahan Perdarahan yaitu monitor ketat tanda-tanda perdarahan, monitor nilai labor, monitor status cairan yang meliputi intake dan ouput, observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh (BAB), instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin k, instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat).

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

40

Poltekkes Kemenkes Padang

cairan IV, moniotor hasil laboratorium. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada mengerang dan menangis, tidak ada menyeringit, tidak ada ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, tidak ada ekspresi wajah nyeri. Intervensinya adalah manajemen nyeri yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien, kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri, bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan, kurangi faktor presipitasi nyeri, pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan inter personal),kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi, tingkatkan istirahat, kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kurangnya asupan makanan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi dengan kriteria hasil: asupan makanan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat, asupan nutrisi parenteral sepenuhnya adekuat. Intervensinya adalah manajemen nutrisi yaitu kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, berikan

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

41

Poltekkes Kemenkes Padang

informasi tentang kebutuhan nutrisi, tawarkan makanan ringan yang padat gizi, anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara berada di rumah sakit. Monitor nutrisi yaitu monitor adanya penurunan berat badan, monitor lingkungan selama makan, monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi, monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering, monitor mual muntah, monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan

tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil

dapat tercapai.

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S: 38,2oc), monitor warna kulit dan suhu, diberikan obat atau cairan IV (paracetamol 500 mg jam 13.35, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar, Dorong konsumsi cairan setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu), kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila (menggunakan handuk kecil). Kekurangan volume cairan adalah pertahankan catatan intake dan output yang akurat, memonitor status hidrasi (membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah), memonitor

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S: 38oC), monitor warna kulit dan suhu, diberikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup dan RL 20 tts/i/12jam), menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar, Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih), kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila (menggunakan handuk kecil). Resiko perdarahan adalah monitor nilai labor monitor, status cairan yang meliputi intake dan ouput, observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh (BAB), instruksikan pasien untuk

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

42

Poltekkes Kemenkes Padang

vital sign, menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan minuman ringan dan buahan segar/ jus buah), lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah (menggunakan air dan madu), kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i), memonitor hasil laboratorium (hematokrit) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi yaitu penyakit melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan (pasien tampak meringis, dan memengangi perut yang sakit), mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, melakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian), menganjurkan tingkatkan istirahat, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri pada abdomen (Ranitidine sirup). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu mengkaji adanya alergi makanan (menanyakan apakah ada alergi terhadap makanan), anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering, menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang disukai pasien (roti, biscuit), monitor mual muntah

meningkatkan makanan yang kaya vitamin k (kacang kedelai, anggur), instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang

dilakukan pada kedua partisipan.

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

43

Poltekkes Kemenkes Padang

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2

Perkembangan yang dialami oleh An. H setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari yaitu pada hari ke 4 untuk masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme teratasi, ditemui data objektif: suhu anak sudah dalam batas normal yaitu 36,5oC, kulit tidak dampak kemerahan lagi, Kulit tidak teraba hangat lagi, Leokosit: 5000/mm3, data subjektif: keluarga mengatakan badan An. H tidak teraba hangat. Kriteria hasil tercapai yaitu tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Hasil evaluasi untuk masalah keseimbangan cairan dan hidrasi pada diagnosis keperawatan yang kedua yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif tertatasi pada hari ke 4, dengan kriteria hasil tekanan darah tidak terganggu masih dalam batas normal, hematokrit sedikit terganggu karena belum dalam batas normal tetapi tidak mengalami peningkatan, membran mukosa lembab, dan tidak ada penurunan dan kenaikan nadi. Hasil evaluasi untuk masalah nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, control nyeri dan status kenyamanan pada diagnosis ketiga teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria hasil tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada wajah yang menyeringit, tidak ada ekspresi wajah nyeri, tidak terganggu kesejahteraan fisik karena pasien kurang tidur.

Perkembangan yang dialami oleh An. N setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari didapatkan hasil evaluasi termogulasi pada diagnosis hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme teratasi pada hari ke 3, dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu yang awal masuk suhu An. N 38oC turun menjadi 36oC, kembalinya warna kulit yang permulaan kulit An. H kemerahan, dan tidak ada tanda dehidrasi, leokosit 4500/mm3. Keluarga mengatakan suhu dan badan pasien tidak ada mengalami kenaikan dan tidak ada teraba hangat Hasil evaluasi untuk masalah resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria hasil bintik merah pada seluruh tubuh sudah mulai berkurang, gusi beradarah tidak ada lagi, dan pemeriksaan labor hemoglobin: 11 g/dl, trombosit: 125.000/mm3.

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

44

Poltekkes Kemenkes Padang

Hasil evaluasi untuk masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi pada hari ke 5 dengan kriteria hasil asupan makanan secara peroral sepenuhnya adekuat An. H sudah menghabiskan diitnya lebih ½ piring, asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan intravena sudah sepenuhnya adekuat.

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

45

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

46

Poltekkes Kemenkes Padang

B. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dengan

aplikasi atau prakrek asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan kasus

yang telah dilakukan sejak tanggal 22 – 27 mei 2016. Kegiatan yang dilakukan

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pada partisipan 1 An. H hasil pengkajian riwayat kesehatan An. H didapatkan

demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada

persendian, dan sakit kepala, sedangkan pada partisipan 2 An. N didapatkan

demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian,

sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seluruh tubuh.

Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa

sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,

muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-

gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam

muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling

ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan

gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat

perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.

Hasil analisa peneliti, kasus yang ditemukan pada An. H dan An. N sesuai

dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh

demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu

makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala

dan perut dan adanya bentuk perdarahan.

Partispan 1 An. H keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang

dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu, banyak gantungan baju di kamar.

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

47

Poltekkes Kemenkes Padang

Keluarga mengatakan di 2-3 rumah juga ada yang mengalami DBD, sedangkan

pada partisipan 2 An. N keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember

tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah

mengalami DBD sebelumnya. Pola tidur An. N sering tidur pada sore hari

sekitar pukul 16.30.

Wati (2009) menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah

sakit DBD teradapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan

kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian DBD.

Nursalam dkk (2008) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang

menyebabkan DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya dan

lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang, bak yang jarang

di kuras dan gantungan baju di kamar). Nyamuk Aedes Aegypti biasanya

menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00.

Menurut Soedjas, 2011 menyebutkan bahwa nyamuk dari tetangga mungkin

terbang ke rumah sekitarnya, karena nyamuk memiliki daya jelajah hingga 100

meter.

Menurut analisa penenliti faktor penyebab dari penyakit DBD yang ditemukan

pada An. H dan An. N sama dengan teori dari aspek lingkungan. Sedangkan

pada aspek pola kebiasan tidur anak pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore

hari pada jam 16.00-18.00 tidak sama dengan teori karena pola tidur pada siang

hari dan sore tidak selalu berhubungan dengan kejadian DBD.

Pemeriksaan fisik pada An. H didapatkan adanya edema palpebra, nyeri ulu hati,

nyeri persendian dan tidak ada tanda perdarahan, sedangkan pada An. N

didapatkan pemeriksaan fisik ada nya petekie di seluruh tubuh, gusi berdarah,

nyeri ulu hati dan persendian.

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

48

Poltekkes Kemenkes Padang

Hasil penelitian Annisa dkk (2015), menyebutkan bahwa perdarahan spontan

yang lebih banyak terjadi pada anak adalah peteki (51,9%), epistaksis (16,5%),

ekimosis (11,4%), hematemesis (6,3%) dan perdarahan gusi (2,5%).

Susilaningrum dkk (2013) Gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau

tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,

ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut

Nursalam dkk (2008) mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis

perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa peradarahan

spontan mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan

berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai

epistaksis dan peradarahan gusi.

Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada anak DBD sama dengan

teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler,

gangguan fungsi trombosit dan kelainan koagulasi.

Menurut penelitian Zein dkk (2015) mengatakan bahwa didapatkan jumlah anak

yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%). Menurut

Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD adanya

nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.

Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri abdomen dan nyeri

persendian sesuai dengan teori. Adanya tersebut diakibatkan kebocoran plasma

endothelium kapiler sehingga tertumpuknya cairan.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawatan yang muncul

pada kasus An. H yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju

metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, dan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

49

Poltekkes Kemenkes Padang

kurangnya asupan makanan. Pada An. N diagnosa yang muncul yaitu hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan

berhubungan trombositopenia. Diagnosis yang muncul pada dokumentasi rumah

sakit pada An. H terdapat 2 diagnosis yaitu hipertermi dan ketidakseimbanagn

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sedangkan pada An. N hanya satu diagnosis

yaitu hipertermi.

Menurut NANDA (2015) terdapat 8 diagnosis keperawatan yang muncul yaitu

hipertermia , resiko perdarahan, kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko

syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.

Diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan teori pada An. H

diantaranya resiko syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dan

ketidakefektifan pola napas.

a. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke

jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang

mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia,

hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015)

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. H

karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. H seperti penurunan

tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah

ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak

ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna,

elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di

ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan

penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas,

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

50

Poltekkes Kemenkes Padang

pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,

warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015).

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan

karakteristik pada An. H seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya

edema, dan pengisian capillary refill >2 detik.

c. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak

memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman

pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,

bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,

penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan

cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan

ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada

An. H seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. H dalam batas normal, tidak

adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.

Sedangkan pada An. N diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan

teori diantaranya kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok,

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.

a. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskular,

interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko :

perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi,

penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membran mukosa kering,

kulit kering, peningkatan suhu tubuh (Nanda, 2015).

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan kekurangan

volume cairan karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti

tidak ada penurunan tekanan darah, tidak ada penurunan tekanan nadi,

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

51

Poltekkes Kemenkes Padang

penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, dan tidak terjadi peningkatan

hematokrit.

b. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Batasan

karakteristik : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan

frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, mengekspresikan

perilaku, masker wajah, gangguan tidur (Nanda, 2015).

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan nyeri akut

karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti tidak adanya

meringis dan menangis, keluarga mengatakan tidak terganggunya tidur An. N

karena nyeri ulu hati.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan

nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Batasan

karakteristik: berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal,

bising usus hiperaktif, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot

untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat,

ketidakmampuan memakan makanan, nyeri abdomen.

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena tidak ditemukan

batasan karakteristik pada An. N seperti berat badan 20% atau lebih dibawah

rentang berat badan ideal, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot

untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat, dan

ketidakmampuan memakan makanan.

d. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke

jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang

mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia,

hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015)

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

52

Poltekkes Kemenkes Padang

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. N

karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti penurunan

tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah

ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak

ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna,

elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di

ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan

penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas,

pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,

warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015).

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan

karakteristik pada An. N seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya

edema, pengisian capillary refill >2 detik, tidak adanya akral dingin dan tidak

ada sianosis.

f. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak

memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman

pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,

bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,

penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan

cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan

ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada

An. N seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. N dalam batas normal, tidak

adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.

3. Intervensi Keperawatan

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

53

Poltekkes Kemenkes Padang

Berdasarkan kasus An. H dan An. N, tindakan yang akan dilakukan sesuai

dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa Hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme rencana tindakan terdiri dari

pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan

obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti

menggil), dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan

aksila.

Berdasarkan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertermi

adalah pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,

berikan obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti

menggil), monitor penurunan tingkat kesadaran, tutup pasien dengan selimut

atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut

hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk

demam, dorong konsumsi cairan, fasilitasi istirahat, kompres hangat pasien pada

lipat paha dan aksila

Berdasarkan analisi peneliti, rencana tindakan yang dilakukan untuk diagnosa

hipertemi belum sama dengan teori. Didalam teori rencana tindakan yang tidak

di lakukan adalah pemberian selimut hangat pada pasien karena di ruangan

belum ada fasilitas untuk selimut hangat, diruangan hanya diberikan selimut

tebal biasa saja.

4. Implemetasi Keperawatan

Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

pada kedua partisipan tindakan keperawatan yang dilakukan kompres hangat

pasien pada lipat paha dan aksila. Menurut penelitian Sri Purwanti, dkk (2008)

pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien anak

hipertermia di ruang rawat inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta, setelah memberi

tindakan kompres hangat selama 10 menit dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh. Menurut peneliti

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

54

Poltekkes Kemenkes Padang

melakukan kompres hangat terhadap pasien yang mengalami hipertermi sama

dengan teori, karena pada saat kompres denga air hangat akan membuat

pembuluh darah melebar sehingga panas akan keluar dan bukan masuk lagi ke

dalam tubuh.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selanjutnya diberikan obat atau cairan IV

(paracetamol, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), dorong konsumsi cairan setiap jam

11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu).

Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD pada

anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi

suportif pada penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat

terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian cairan

kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II

jenis cairan yang diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%.

Sedangkan untuk terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah

satunya terapi antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian

menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian parasetamol sebanyak 58

penderita (78.38%).

Ngastyah (2014) mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya

bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi

seperti paracetamol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5-

2 liter dalam 24 jam, infus diberikan pada pasien apabila pasien terus menerus

muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi

atau hematokrit yang cenderung meningkat.

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan implementasi dorong pasien untuk

minum dan kolaborasi pemberian obat dan cairan intra vena (IV) sesuai dengan

teori. Karena kekurangan cairan pada tubuh akan menyebabkan pengurangan

volume plasma yang berakibatkan terjadinya peningkatan hematokrit dan

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

55

Poltekkes Kemenkes Padang

pengentalan darah, sehingga bisa menyababkan anak menjadi syok hipovolemik.

Kejadian tersebut terjadi pada fase akut dimana cairan akan keluar dari

intraseluler ke eskstraseluler dan masuk pada organ yang berongga.

Implementasi nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit salah satu

intervensinya yaitu pemberian obat ranitidine sirup pada An. H. menurut

penelitian setianyngrum (2016) mengatakan bahwa penggunaan ranitidin

sebanyak 15 pasien (37,5%). Pada pasien DBD dapat terjadi perdarahan spontan,

salah satunya pada saluran cerna. Untuk mencegah terjadinya perdarahan

spontan pada saluran cerna sehingga perlu diberikan obat anitukak.

Menurut peneliti pemberian obat ranitidine untuk mengatasi nyeri pada An. H

sesuai dengan teori karena pada anak DBD anak mengalami nyeri perut dan

nyeri tekan pada ulu hati, apabila tidak diatasi bisa penyebab perdarahan saluran

pencernaan. Perdarahan saluran cerna terjadi akibat anak tidak makan, dan mual

muntah sehingga akan meningkatkan asam lambung mengakibatkan terkikis

dinding lambung hingga lambung menjadi berdarah.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada An. H dengan masalah keperawatan hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 4

rawatan dengan kriteria hasil data subjektif keluarga mengatakan anak tidak

demam lagi setelah demam hari ke 7, suhu: 36,5oC, leokosit: 5000/mm3 kulit

tampak tidak kemerahan lagi, dan tidak ada tanda dehidrasi seperti mukosa

lembab, tidak pucat dan bibir tidak pecah-pecah.

Evaluasi keperawatan pada An. N dengan masalah keperawatan hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 3

rawatan dengan kriteria hasil data keluarga mengatakan An. N tidak demam lagi

dan badan tidak teraba hangat lagi, data objektif S: 36oC, kulit tidak teraba

hangat lagi, tidak ada tanda dehidrasi dan hasil leokosit 4500/mm3.

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

56

Poltekkes Kemenkes Padang

Menurut penelitian Suciwati (2014) kriteria hasil tercapai pada diagnosis

hipertermi pada hari rawatan ketiga yaitu suhu dalam batas normal 36oC. pada

penelitian suciwati pasien masuk pada demam hari kelima. Menurut soedjas

(2011) mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi pada hari ke-6 atau

ke-7, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun

sebagai bagian dari rekasi tahap ini.

Berdasarkan analisa peneliti, kriteria hasil diagnosis hipertermi sesuai dengan

teori karena pada kedua partisipan menunjukkan bahwa suhu anak turun hari ke-

7. Sehingga diagnosis keperawatan hipertermi pada An. H dan An. N sudah

teratasi pada hari ke 4 (hari ke 7 demam) dan hari ke 3 (hari ke 7 demam)

pelaksanaan asuhan keperawatan. Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-6 atau

ke-7 dimana virus sudah mulai melemah, ditunjukkan adanya keadaan umum

membaik, nafsu makan sudah ada dan demam sudah turun sebagai bagian dari

rekasi tahap ini

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan

demam berdarah dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang

tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan:

1. Hasil pengkajian pada An. H dan An. N didapatkan data mengalami DBD

dengan gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5oC, mual dan

muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Sebelum

nya kedua pasien memiliki tetangga yang mengalami DBD sebelumnya.

2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. H yaitu hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan

dengan inflamasi penyakit, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Pada An.

N diagnosa yang muncul pada kasus An. N yaitu Hipertermi berhubungan

dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan berhubungan

trombositopenia.

3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama hipertermi pada

kedua pasien yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna

kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik,

agenantibakteri, dan agen anti menggil), dorong konsumsi cairan, kompres

hangat pasien pada lipat paha dan aksila.

4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari, Implementasi sesuai

dengan intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat

dilaksanakan pada implementasi keperawatan.

5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah hipertermi pada An. H teratasi

pada hari ke 4 dan pada An. N teratasi pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan

keperawatan dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak

ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada

perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

58

Poltekkes Kemenkes Padang

B. Saran

1. Bagi Direktur RSI Ibnu Sina Padang

Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala

penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD

kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas

pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam

penerapan asuhan keperawatan lainnya.

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, N.W.E., Tjitrosantoso, H., Yamlean, P.V.Y. 2013. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada Penderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 2. https://ejournal.unsrat.ac.id (Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2017)

Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Annisa, D. R. G., Hapsari, M., & Farhanah, N. 2015. Perbedaan Profil Klinis Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak Dan Dewasa. Jurnal Media Medika Muda. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico (Diakses Pada tanggal 11 Januari 2017)

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing

Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia Dengue And Severe Dengue. (World Health Organization (WHO), 2016). Dengue Haemoragic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. (World

Health Organization (WHO), 2017) Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014.

https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2015/07/profil-tahun-2014-edisi-2015.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2017)

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Barat Tahun 2014. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat

Kemenkes Kesehatan RI. 2016. Wilayah Klb Dbd Ada Di 11 Provinsi.Senin 7 Maret 2016. http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-di-11-provinsi.html (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2017)

_________. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Sekretaris Jenderal.

_________. 2015. Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari. 08 Januari

2015 http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html (Diakses Pada Tanggal 10 Januari 2017)

_________. 2010. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Pusat Data dan Surveilans

Epidemiologi

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Marestika, D.D., Ropi, Helwiyah., & Simagunsong, B. 2012. Pengetahuan Orang Tua Dalam Penatalaksanaan Dbd Pada Anak Di Puskesmas Margahayu Raya Bandung. Jurnal Padjajaran. Volume (2012). http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=103881 (Diakses Pada Tanggal 06 Januari 2017)

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing

Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia Herdman, H., Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-

2017. Jakarta:EGC

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Purwanti, Sri. 2009. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. Vol.1 No. 2. journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/download/3741/2410 (Diakses Pada Tanggal 5 Juni 2017)

Nursalam, Susilaningrum, R., & Utami, S. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.

Jakarta: Salemba Medika. Rahma, Muliya. 2011. Manifestasi klinis dan hematologi dan serologi temuan pada

anak-anak dengan infeksi dengue. Jurnal Pediatrica Indonesiana, Volume 51. https://paediatricaindonesiana.org (Diakses Pada Tanggal 08 Januari 2017)

Setianyngrum, N.M.I. 2016. Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Periode Agustus 2015-Maret 2016. http://perpusnwu.web.id. (Diakses Pada Tanggal 18 Juni 2017)

Sidiek, Aboesina. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Penyakit DBD

Terhadap Kejadian Penyakit DBD Pada Anak. Jurnal Media Medika Muda. Suciwati. 2014. Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Demam Berdarah Dengue

Di Ruang B Iii Kiri R Umah Sakit Telogorejo Semarang.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. 2013. Asuhan Keperawata Bayi dan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Soedarmo, S.S.P. 2009. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta: Penerbit

Univertas Indonesia (UI-Press)

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I,. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Soedjas, Triwibowo. 2011. Bila Anak Sakit. Yogyakarta: Amara Books Soedarto. 2009. Penyakit Menular Di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto Wijaya, A.S., Putri, Y.Z.,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: Medical

Book. Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media Zein, D.A, Hapsari, M.D, Farhanah, N. 2015. Gambaran Karakteristik Warning Sign

WHO 2009 Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak dan Dewasa. Jurnal Universitas Diponegoro. Volume 4 No 4. (Diakses Pada Tanggal 5 Juni 2017)

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 1

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 1

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 2

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 2

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 3

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 4

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 5

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 5

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 6

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 6

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7

35

Poltekkes Kemenkes Padang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DENGAN DBD DI RUANGAN ZAM ZAM RSI IBNU SINA PADANG

Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam

Selasa 23 Mei 17 13.15

Rumah Sakit : RSI Ibnu Sina Padang

Ruangan : Zam Zam 9

Tanggal Masuk RS : 23 Mei 2017

No. Rekam Medik : 067084

Sumber informasi : Pasien dan Keluarga

I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA

1. IDENTITAS ANAK

Nama / Panggilan An. H

Tanggal lahir / Umur 18-12-2007 / 10 tahun

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Pendidikan SD

Anak ke / jumlah saudara

2/2

Diagnosa Medis DHF grade I

2. IDENTITAS ORANGTUA

IBU AYAH

Nama Ny. N Tn. A

Umur 44 tahun 50 tahun

Agama Islam Islam

Suku bangsa Minang Minang

Pendidikan SMA SI

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS

Alamat Griya karisma permai 3 blok B.28 Kubu dalam

Griya karisma permai 3 blok B.28 Kubu dalam

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

No Nama

(Inisial) Usia

(bl/th) Jenis

Kelamin Hub.dg KK

Pendi dikan

Status kesehatan Ket

1. Tn. A 14 th L Saudara

Kandung

SMP Mengalami DBD

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

II. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA

Keluarga mengatakan An. H masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 23 Mei 2017 jam 09.45 dengan keluhan demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: 37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian dilakukan pada hari selasa pada tanggal 23 mei 2017 jam 13.15 WIB. Keluarga mengatakan kondisi An. H sekarang badan teraba hangat, sakit kepala masih, perut masih terasa sakit, nyeri pada persendian dan nafsu makan berkurang.

2. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga mengatakan An. R tidak ada pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit lain (seperti anemia, leukomias, thalasemia dan lainnya) maupun sakit yang sama.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit Ada Penyakit DBD Riwayat penyakit keturunan Tidak ada -

Genogram Ket :

: Laki-laki O : Perempuan

©/ : Klien

/O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah

V. Lingkungan An. H tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. Keluarga mengatakan di sekitar rumah juga ada yang mengalami DBD

VI. PENGKAJIAN KHUSUS

A. ANAK

1) Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran Compos Mentis GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15 KU: sedang

b. Tanda Vital Suhu : 38,2oC RR : 21 x/m HR : 81 x/m TD : 110/ 80 mmHg

c. Posture BBsebelum sakit : 38 kg PB/TB : - cm BB saat sakit : 36 kg

d. Kepala

Bentuk : Normal

Kebersihan : Bersih

Tidak ada lesi

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Benjolan : tidak ada

Data lain : wajah tampak kemerahan, kepala terasa nyeri

e. Mata Simetris

Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis

Reflek cahaya : positif Palbebra : edema Pupil : isokor

f. Hidung Letak : Simetri Pernapasan cuping hidung :Tidak ada Kebersihan : Bersih Tidak ada epistaksis

g. Mulut

Warna bibir: bibir tampak pucat dan kering Kebersihan rongga mulut : bersih Data lain : nyeri saat menelan, bibir tampak pecah-pecah, tidak ada gusi berdarah

h. Telinga Bentuk : Simetris Kebersihan : Bersih Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata Pemeriksaan pendengaran : baik

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada

j. Dada

- Toraks Inspeksi

: Dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dinding dada

Auskultasi

: Vesikuler

Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi

: Sonor

- Jantung Inspeksi

: Iktus cordis tidak terlihat

Auskultasi : Irama teratur

Palpasi

: Iktus cordis teraba

Perkusi : Jantung dalam batas normal

k. Abdomen Inspeksi

: Simetris kiri dan kanan, tidak ada asites

Auskultasi

: Bising usus (+)

Palpasi : nyeri tekan pada ulu hati

Perkusi

: tymphani

l. Kulit Turgor : Kembali cepat

Kelembaban: Kering

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Warna: tampak kemerahan

Data lain : ......................................................................................

m. Ekstremitas Atas

Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada edema, terpasang IVFD RL 20 tts/I di tangan sebelah kiri, nyeri otot dan persendian

n. Ekstremitas Bawah

Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada edema, neri otot dan persendian

o. Genitalia dan anus

Tidak ada masalah

2) Kebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi Sehat : Makan : makan 3x sehari dengan komponen nasi, lauk pauk dan juga

sayur Minum : 5-6 gelas/ perhari Sakit : Makan : mendapat diit ML, makan hanya 1-2 sendok dan

dimuntahkan, tidak nafsu makan Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum

b. Istirahat dan tidur

Siang Sehat : keluarga mengatakan klien jarang tidur siang karena beaktivitas dan sekolah Sakit: klien sering tidur ± 2 jam/ perhari

Malam Sehat: keluarga mengatakan klien tidur teratur 8 jam/ perhati dengan nyenyak Sakit: klien sering terbangun saat malam karena nyeri pada perut, demam. Tidur ± 6 jam/ perhari.

c. Eliminasi BAK Sehat: klien BAK 5x/ perhari Sakit : keluarga mengatakan klien BAK ±7-8 kali

BAB Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau

khas,warna kekuningan. Sakit: klien BAB 2 kali sehari dengan konsitensi cair, bau khas warna

kekuningan

d. Personal higiene

Frek. Mandi: 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/hr Masalah :.............................................................................

VI. DATA PENUNJANG

Laboratorium

Hasil pemeriksaan hematologi Pada tanggal 23 Mei 2017 Hemaglobin : 13,0 g/dl (10-16 g/dl) Lekosit : 2.500/ mm3 (9.000-12.000/mm3) Hekamtokrit : 42 % (33-38 %) Trombosit : 133.000/mm3 (200.000-400.000/mm3)

Radiologi -

Terapi medis

- Paracetamol 250mg 3x1 - Trolit 3x1

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

- Ranitidine syrp 2x1

Perawat Yang Melakukan Pengkajian

(___________________________)

Nama lengkap & tanda tangan

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. H No MR : 067084 NO

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

1. DS: - Keluarga mengatakan An. H

badan teraba hangat dan kulit kemerahan

DO: - Suhu: 38,2oC - TD: 110/80 mmHg - Tampak wajah kemerahan - Kulit teraba hangat - Lekosit:: 2.500/mm3

Peningkatan laju metabolisme

Hipertermi

2. DS: - Keluarga mengatakan An. H

mual dan muntah - Keluarga mengatakan An. H

BAB mencret

DO: - Suhu : 38,2oC, RR : 21 x/m,

HR : 81 x/m, TD : 110/ 80 mmHg

- Hematokrit: 42 % - Trombosit: 133.000/mm3 - Mukosa bibir kering dan

pecah-pecah - Kulit kering

Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan

3. DS: - An. H mengatakan nyei pada

bagian perut di ulu hati, nyeri kepala dan nyeri pada persendian

- An. H mengatakan nyeri saat menelan

- Keluarga mengatakan An. H kurang tidur karna nyeri pada nyeri pada ulu hati

DO: - Skala nyeri 2-3 - Tampak wajah An. H meringis

Inflamasi penyakit Nyeri Akut

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

- TD: 110/80 mmHg - Tampak memengangi perut - Nyeri tekan pada ulu hati

4. DS: - Keluarga mengatakan An. H

makan hanya 1-2 sendok dan dimuntahkan

- An. H mengatakan sakit saat menelan

DO: - Tampak diit hanya dihabiskan

sedikit hanya ¼ porsi - Membran mukosa bibir pucat - Diit yang diberikan ML - Konjungtiva anemis - Tampak pasien memuntahkan

makanan - BB: 36 kg sebelum sakit: 38

kg, - Hb: 13,0 g/dl.

Kurangnya asupan makanan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DX TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1 23 Mei 2017 Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme 2 23 Mei 2017 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif 3 23 Mei 2017 Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi penyakit 4 23 Mei 2017 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. H No MR : 067084

Diagnosis keperawatan NOC NIC

Kekurangan volume cairan Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : g) Tekanan darah tidak

terganggu h) Hematokrit sedikit

Manajemen Cairan j) Pertahankan catatan

intake dan output yang akurat

k) Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Faktor risiko : i) Perubahan status mental j) Penurunan tekanan

darah k) Penurunan tekanan nadi l) Penurunan volume nadi m) Penurunan turgor kulit n) Membran mukosa

kering o) Kulit kering p) Peningkatan suhu tubuh Faktor yang berhubungan dengan : c) Kehilangan cairan aktif d) Kegagalan mekanisme

regulasi

terganggu Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hidrasi tidak terjadi dengan kriteria hasil : i) Turgor kulit tidak

terganggu j) Membran mukosa

lembab tidak terganngu

k) Intake cairan tidak terganggu

l) Output urin tidak terganggu

m) Tidak ada haus n) Tidak ada peningkatan

hematokrit o) Tidak ada nadi cepat

dan lemah

tekanan darah) l) Monitor vital sign m) Monitor masukan atau

cairan dan hitung intake kalori harian

n) Monitor status nutrisi o) Dorong pasien untuk

menambah asupan oral (misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan)

p) Tawari makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)

q) Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering

r) Kolaborasi pemberian cairan IV

s) Monitor hasil laboratorium

Hipertermia Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik : h) Kunvulsi i) Kulit kemerahan j) Peningkatan suhu tubuh

diatas kisaran normal k) Kejang l) Takhikardi m) Takhipnea n) Kulit terasa hangat

Faktor yang berhubungan dengan : g) Anastesia h) Penurunan respirasi i) Dehidrasi j) Pemajanan lingkungan

yang panas k) Penyakit l) Peningkatan laju

metabolisme

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: g) Tidak ada

peningkatan suhu tubuh

h) Tidak ada hipertermia i) Tidak ada sakit kepala j) Tidak ada sakit otot k) Tidak ada perubahan

warna kulit l) Tidak ada dehidrasi

Perawatan Demam i) Pantau suhu dan tanda-

tanda vital lainnya j) Monitor warna kulit dan

suhu k) Berikan obat atau cairan

IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil)

l) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam

m) Dorong konsumsi cairan n) Kompres hangat pasien

pada lipat paha dan aksila

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Nyeri akut Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa Batasan karakteristik :

h) Perubahan selera makan

i) Perubahan tekanan darah

j) Perubahan frekuensi jantung

k) Perubahan frekuensi pernapasan

l) Mengekspresikan perilaku

m) Masker wajah n) Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan dengan : agen cedera ( misal biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: g) Tidak ada nyeri yang

dilaporkan h) Tidak ada mengerang

dan menangis i) Tidak ada menyeringit j) Tidak ada ketegangan

otot k) Tidak ada kehilangan

nafsu makan l) Tidak ada Ekspresi

wajah nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil: g) Tidak terganggu

kesejahteraan fisik h) Tidak terganggu

control terhadap gejala i) Tidak terganggu

kesejahteraan kesejahteraan psikologis

j) Tidak terganggu lingkungan fisik

k) Tidak terganggu suhu ruangan

l) Tidak terganggu dukungan sosial dari keluarga

Manajemen nyeri p) Lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

q) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

r) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

s) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

t) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

u) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

v) Kurangi faktor presipitasi nyeri

w) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan inter personal)

x) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

y) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

z) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

aa) Tingkatkan istirahat bb) Kolaborasikan dengan

dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Defenisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic Batasan Karakteristik: i) Berat badan 20% atau

lebih dibawah rentang berat badan ideal

j) Bising usus hiperaktif k) Kelemahan otot untuk

mengunyah l) Kelemahan otot untuk

menelan m) Kehilangan rambut

berlebihan n) Membran mukosa pucat o) Ketidakmampuan

memakan makanan p) Nyeri abdomen Faktor yang Berhubungan: d) Faktor biologis e) Ketidakmampuan

mencerna makanan f) Kurang asupan makanan

tindakan keperawatan status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi dengan kriteria hasil: e) asupan makanan

secara peroral sepenuhnya adekuat

f) Asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat

g) Asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat

h) Asupan nutrisi parenteral sepenuhnya adekuat

d) Kaji adanya alergi makanan

e) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

f) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

g) Tawarkan makanan ringan yang padat gizi

h) Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara berada di rumah sakit

Monitor Nutrisi h) Monitor adanya

penurunan berat badan i) Monitor lingkungan

selama makan j) Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi k) Monitor kekeringan,

rambut kusam, dan mudah patah

l) Monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering

m) Monitor mual muntah n) Monitor kadar albumin,

total protein, Hb, Ht

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7

35

Poltekkes Kemenkes Padang

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. H No MR : 067084

Hari/ Tanggal

Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf

Selasa/ 23 mei 2017

Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (38,2oc)

2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu

3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol 250 mg jam 13.35)

4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Menganjurkan keluarga untuk

membrikan pakaian yang longgar 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air

putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam 7. Fasilitasi istirahat 8. Kompres hangat pasien pada lipat paha

dan aksila menggunakan handuk kecil

S: - Keluarga mengatakan An. H badan

teraba hangat O: - S: 37,8oC, TD: 110/ 80 mmHg, RR:

21x/I, HR: 80 x/i - Tampak kulit kemerahan - Kulit teraba hangat - Intake: minum 1000ml - Leokosit: 2500/mm3

A: masalah termogulasi belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pantau suhu - Anjurkan konsumsi cairan - Kompres hangat

Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)

3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan

oral (menawarkan cairan diantara waktu makan)

S: - Keluarga mengatakan An. H masih

mencret - Keluarga mengatakan An. H masih

mual dan muntah

O: - Tampak An. H masih muntah - Hematokrit: 42 %

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

5. Menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)

6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah

7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i)

8. Monitor hasil laboratorium

- Trombosit: 133.000/mm3 - Mukosa bibir kering dan masih

pecah-pecah - Kulit masih kering - Intake: minum: 1000 ml, IVFD RL

12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pertahankan catatan intake - Menganjurkan pasien menambah

supan oral - Lembabkan bibir yang kering dan

pecah-pecah - Monitor hasil laboratorium

Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)

5. Menganjurkan tingkatkan istirahat

S: - An. H mengatakan nyei pada bagian

perut di ulu hati, nyeri kepala dan nyeri pada persendian

- Keluarga mengatakan An. H masih kurang tidur karna nyeri pada nyeri pada ulu hati

O: - S: 37, 8oC, TD: 110/ 80 mmHg, RR:

21x/I, HR: 80 x/i - Wajah An. H masih tampak meringis - Tampak An. H memenganhi

perutnya - Skala nyeri masih 2-3

A: masalah manajemen nyeri beum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Observasi reaksi non verbal dari

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

ketidaknyamanan - Lakukan penanganan nyeri (non

farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)

- Menganjurkan tingkatkan istirahat Ketidakseimbangan nutrsi

kurang dari kebutuhan tubuh

1. Kaji adanya alergi makanan 2. Anjurkan keluarga memberikan makan

sedikit tapi sering 3. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan makanan yang disukai pasien

4. Monitor mual muntah

S: - Keluarga mengatakan masih sulit

untuk makan - Keluarga mengatakan memuntahkan

apa yang dimakan - Keluarga mengatakan An. H tidak

ada alergi terhadap makanan O: - Diit hanya dihabis ¼ piring saja atau

1-2 sendok saja - Tampak pasien memuntahkan apa

yang dimakan - Tampak mukosa bibir masih pucat

A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Anjurkan keluarga memberikan

makan sedikit tapi sering - Menganjurkan keluarga untuk

memberikan makanan yang disukai pasien

- Monitor mual muntah

Rabu/ 24 Mei 2017

Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S: 38oC)

2. Monitor warna kulit (kulit kemerahan) dan suhu

3. Berikan obat atau cairan IV ( antipiretik: paracetamol 250 mg jam 12.00)

S: - Keluarga mengatakan An. H badan

masih teraba hangat O: - S: 37,5oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR:

20x/I, HR: 84 x/i

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan pakaian yang longgar 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam 7. Fasilitasi istirahat 8. Kompres hangat pasien pada lipat paha

dan aksila

- Tampak kulit masih kemerahan - Kulit teraba hangat - Intake: minum 1300ml - Leokosit: 3.500/mm3

A: masalah termogulasi belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pantau suhu - Dorong konsumsi cairan setiap jam - Fasilitasi istirahat

Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)

3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan

oral (menawarkan cairan diantara waktu makan)

5. Menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)

6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah

7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i)

8. Monitor hasil laboratorium

S: - Keluarga mengatakan An. H masih

mencret - Keluarga mengatakan An. H masih

mual dan muntah

O: - Tampak An. H masih muntah - Hematokrit: 41 % - Trombosit: 137.000/mm3 - Mukosa bibir kering dan masih

pecah-pecah - Kulit masih kering - Intake: minum: 1300 ml, IVFD RL

12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor status dehidrasi - Dorong pasien untuk menambah

asupan oral - Lembabkan bibir yang kering dan

pecah-pecah - Monitor hasil laboratorium

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)

5. Menganjurkan tingkatkan istirahat 6. Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri abdomen (Ranitidine sirup jam 18.00)

S: - An. H mengatakan nyeri pada bagian

perut di ulu hati, nyeri kepala dan nyeri pada persendian

- Keluarga mengatakan An. H masih kurang tidur karna nyeri pada nyeri pada ulu hati

O: - S: 38oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR:

19x/I, HR: 84 x/i - Wajah An. H masih tampak meringis - Tampak An. H masih memengaghi

perutnya - Skala nyeri masih 3-4

A: masalah manajemen nyeri belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Melakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif - Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan - Menganjurkan tingkatkan istirahat - Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri abdomen (Ranitidine sirup)

Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh

1. Kaji adanya alergi makanan 2. Berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi 3. Anjurkan keluarga memberikan makan

sedikit tapi sering 4. Monitor mual muntah

S: - Keluarga mengatakan masih sulit

untuk makan - Keluarga mengatakan memuntahkan

apa yang dimakan - Keluarga mengatakan mengerti

tentang kebuthan nutrisi pasien O:

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

- Diit masih hanya dihabiskan ¼ piring saja atau 1-2 sendok saja

- Tampak pasien masih memuntahkan apa yang dimakan

- Tampak mukosa bibir masih pucat A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Anjurkan keluarga memberikan

makan sedikit tapi sering - Monitor mual muntah

Kamis/ 25 Mei 2017

Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (37,5 oC)

2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol

250 mg jam 12.00) 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Menganjurkan keluarga untuk

membrikan pakaian yang longgar 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam 7. Fasilitasi istirahat

S: - Keluarga mengatakan An. H badan

masih demam An. H sudah turun O: - S: 36,8oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:

20x/I, HR: 85 x/i - Tampak kulit masih kemerahan - Kulit masih teraba sedikit hangat - Intake: minum 1800ml - Leokosit: 4.200/mm3

A: masalah termogulasi teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan

Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)

3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan

oral (menawarkan cairan diantara waktu makan)

5. Menganjurkan keluarga memberikan

S: - Keluarga mengatakan An. H sudah

tidak mencret lagi - Keluarga mengatakan An. H tidak

muntah lagi tapi mual masih

O: - Tampak An. H tidak muntah lagi

saat makan - Hematokrit: 40 %

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah)

6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah

7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i)

1. Monitor hasil laboratorium

- Trombosit: 130.000/mm3 - Mukosa bibir sudah tampak sedikit

lembab dan masih pecah-pecah - Kulit masih kering - Intake: minum: 1800 ml, IVFD RL

12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan belum teratasi P: intervensi dilanjutkan

Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)

5. Menganjurkan tingkatkan istirahat 6. Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri abdomen (Ranitidine sirup jam 18.00)

S: - An. H mengatakan nyei pada bagian

perut di ulu hati masih terasa, nyeri kepala dan nyeri pada persendian sudah tidak lagi

O: - S: 36,8oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:

20x/I, HR: 85 x/i - Wajah An. H masih tidak tampak

meringis lagi - Skala nyeri masih 2 - Tampak An. H sudah melakukan

penaganan nyeri dengan alihkan perhatian yaitu berbincang dengan saudaranya

A: masalah manajemen nyeri teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh

1. Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering

2. Monitor mual muntah 3. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan makanan yang disukai pasien

S: - Keluarga mengatakan masih sulit

untuk makan - Keluarga mengatakan An. H tidak

muntah lagi O:

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

- Diit masih hanya dihabiskan ¼ piring saja atau 1-2 sendok saja

- Tampak mukosa bibir masih pucat - Tampak An. H tampak sudah makan

makanan ringan yg disukainya A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan

Jumat/ 26 Mei 2017

Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya

2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (antipiretik:

paracetamol 250 mg jam 12.00) 4. Menganjurkan keluarga untuk

membrikan pakaian yang longgar 5. Dorong konsumsi cairan dua jam sekali 6. Fasilitasi istirahat

S: - Keluarga mengatakan An. H sudah

tidak demam lagi O: - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:

20x/I, HR: 80 x/i - Leokosit: 5000/mm3 - Tampak kulit tidak kemerahan lagi - Kulit tidak teraba hangat lagi - Intake: minum 1500ml - Leokosit: -/mm3

A: masalah termogulasi teratasi P: intervensi dihentikan

Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)

3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan

oral (menawarkan cairan diantara waktu makan)

5. Menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan(misalnya minuman

S: - Keluarga mengatakan An. H sudah

banyak untuk minum

O: - Hematokrit: 39 % - Trombosit: 139.000/mm3 - Mukosa bibir sudah tampak lembab

dan masih tidak pecah-pecah lagi - Kulit sudah lembab - Intake: minum: 1500 ml, IVFD RL

Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

ringan dan buahan segar/ jus buah) 6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah-

pecah 7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD

RL 20 tts/i) 8. Monitor hasil laboratorium

12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan teratasi P: intervensi dihentikan

Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)

5. Menganjurkan tingkatkan istirahat 6. Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri abdomen (Ranitidine sirup)

S: - An. H mengatakan nyei pada bagian

perut di ulu hati masih terasa sedikit, nyeri kepala dan nyeri pada persendian sudah tidak lagi

- Keluarga mengatakan nafsu makan An. H masih kurang

O: - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:

20x/I, HR: 80 x/i - Wajah An. H tidak tampak meringis

lagi - Skala nyeri 1

A: masalah manajemen nyeri teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh

1. Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering

2. Monitor mual muntah 3. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan makanan yang disukai pasien

S: - Keluarga mengatakan An. H mual

dan muntah tidak ada lagi - Keluarga mengatakan nafsu makan

An. H masih kurang O: - Diit masih hanya dihabiskan 1/2

piring - Tampak mukosa bibir masih sedikit

pucat

Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

- Tampak An. H tampak sudah makan makanan ringan yg disukainya

A: Masalah nutrsi teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

Sabtu/ 27 Mei 2017

Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian)

5. Menganjurkan tingkatkan istirahat

S: - An. H mengatakan nyeri pada bagian

perut di ulu hati masih terasa sedikit, nyeri kepala dan nyeri pada persendian sudah tidak lagi

- Keluarga mengatakan nafsu makan An. H masih kurang

- Dokter mengatakan An. H boleh pulang

O: - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR:

20x/I, HR: 80 x/i - Wajah An. H tidak tampak meringis

lagi - Skala nyeri 1

A: masalah manajemen nyeri teratasi P: Intervensi dihentikan

Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh

1. Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering

2. Monitor mual muntahs 3. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan makanan yang disukai pasien.

S: - Keluarga mengatakan An. H mual

dan muntah tidak ada lagi - Keluarga mengatakan nafsu makan

An. H masih kurang - Dokter mengatakan pasien boleh

pulang dan control ulang O: - Diit masih hanya dihabiskan 1/2

piring - Tampak mukosa bibir masih sedikit

Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

pucat - Tampak An. H tampak sudah makan

makanan ringan yg disukainya A: Masalah nutrsi teratasi P: Intervensi dihentikan

Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7

35

Poltekkes Kemenkes Padang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN DBD DI RUANGAN SYAFA RSI IBNU SINA PADANG

Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam

Senin 22 Mei 2017 10.00

Rumah Sakit : RSI Ibnu Sina Padang

Ruangan : Syafa 11

Tanggal Masuk RS : 21 Mei 2017

No. Rekam Medik : 113269

Sumber informasi : Keluarga

J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA

4. IDENTITAS ANAK

Nama / Panggilan An. N

Tanggal lahir / Umur 29-8-2009 / 7 tahun

Jenis kelamin Perempuan

Agama Islam

Pendidikan TK

Anak ke / jumlah saudara

1 / 1

Diagnosa Medis DHF

5. IDENTITAS ORANGTUA

IBU AYAH

Nama Ny. M Tn. K

Umur 53 tahun 52 tahun

Agama Islam Islam

Suku bangsa Minang Minang

Pendidikan S1 S1

Pekerjaan PNS PNS

Alamat Jln. Delima 77D Padang

Jln. Delima 77D Padang

6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

No Nama

(Inisial) Usia

(bl/th) Jenis

Kelamin Hub.dg KK

Pendi dikan

Status kesehatan Ket

Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

III. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA

Keluarga mengatakan An. N masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00 dengan keluhan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seleruh tubuh. Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 22 mei 2017 10.00. Keluarga mengatakan kondisi An. N sekarang demam sudah berkurang, badan teraba hangat, tampak lemah, nafsu makan berkurang dan kurang minum. Tampak bintik-bintik merah di seluruh tubuh masih ada.

2. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga mengatakan An. R tidak ada pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit lain maupun sakit yang sama.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit Tidak Ada - Riwayat penyakit keturunan Tidak ada -

Genogram Ket :

: Laki-laki O : Perempuan

©/ : Klien

/O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah

V. Lingkungan An. N tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah tidak memakai bak mandi hanya menggunakan ember, banyak baju yang bergantungan. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah mengalami DBD sebelumnya.

VI. PENGKAJIAN KHUSUS

A. ANAK

2) Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran Compos Mentis GCS : E 4M 6V5 Jumlah :15 KU : sedang

b. Tanda Vital Suhu : 38oC RR : 19 x/m HR : 84 x/m TD : - mmHg

Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

c. Posture BB : gr atau kg PB/TB : cm

d. Kepala

Bentuk : Normal, simetris

Kebersihan : Bersih

Tidak ada lesi, benjolan: tidak ada, wajah tampak kemerahan dan tampak bintik merah.

e. Mata Simetris

Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis

Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema Pupil : isokor

f. Hidung Letak : Simetri Pernapasan cuping hidung : Tidak Ada Kebersihan : Bersih Tidak ada perdarahan epistaksis

g. Mulut

Warna bibir: kemerahan, bibir lembab Kebersihan rongga mulut : bersih Ada perdarahan gusi

h. Telinga Bentuk : Simetris Kebersihan : Bersih Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata Pemeriksaan pendengaran : baik

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : Tidak ada

j. Dada

- Toraks Inspeksi

: simetris, tampak bintik merah, tidak ada tarikan dinding dada

Auskultasi

: Vesikuler

Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi : Sonor

- Jantung Inspeksi

: iktur cordis tidak terlihat

Auskultasi : irama jantung reguler

Palpasi

: Iktus kordis teraba

k. Abdomen Inspeksi

: Simetris, tampak bintik merah pada abdomen

Auskultasi

: Bising usus (+)

Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati

Perkusi : Tymphani

l. Kulit Turgor : Kembali cepat

Kelembaban: Kering

Warna: kemerahan

Data lain : Tampak bintik merah pada seluruh tubuh

Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

m. Ekstremitas Atas

Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada otot dan persendian

n. Ekstremitas Bawah

Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada otot dan persendian

o. Genitalia dan anus

Tidak ada masalah

2) Kebiasaan sehari-hari

e. Nutrisi dan cairan

Sehat : Makan : makan 2x sehari dengan komponen nasi, lauk pauk dan juga

sayur Minum : 6 gelas/ perhari Sakit : Makan : mendapat diit ML, kadang makan 1-2 sendok, kadang tidak

makan. Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum

f. Istirahat dan tidur

Siang Sehat : keluarga mengatakan klien sering tidur pada sore hari skitar pukul 16.30 Sakit: klien sering tidur ± 2 jam/ perhari

Malam Sehat: keluarga mengatakan klien tidur teratur 8 jam/ perhati dengan nyenyak Sakit: klien tidur ± 8 jam/hari tetapi sering terbangun dan kurang nyenyak

g. Eliminasi BAK Sehat: klien BAK 5x/ perhari Sakit : keluarga mengatakan klien BAK ±6-7 kali

BAB Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau

khas,warna kekuningan. Sakit: klien BAB 1 kali sehari dengan konsitensi padat, bau khas,

warna coklat kehitaman

h. Personal higiene

Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/h

VI. DATA PENUNJANG

Laboratorium

Hasil pemeriksaan hematologi Pada tanggal 22 Mei 2017 Hemaglobin : 11,1 g/dl (10-16 g/dl) Lekosit : 4.200/ mm3 (9.000-12.000/mm3) Hekamtokrit : 34 % (33-38 %) Trombosit : 126.000/mm3 (200.000-400.000/mm3)

Radiologi -

Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Terapi medis

- Paracetamol syr 3x11/2 sth - Puyer 3x1

Perawat Yang Melakukan Pengkajian

(___________________________) Nama lengkap & tanda tangan

Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. N No MR : 113269 NO

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

1. DS: - Keluarga mengatakan An. N

badan teraba hangat dan kulit kemerahan

DO: - Suhu: 38oC - Tampak wajah kemerahan - Kulit teraba hangat - Lekosit:: 4.200/ mm3

Peningkatan laju metabolisme

Hipertermi

2. DS: - Keluarga mengatakan An. N

tampak bintik merah sejak hari minggu

- Keluarga mengatakan BAB An. N berwarna coklat kehitaman

DO: - Suhu : 38oC, RR : 21 x/m, HR

: 81 x/m - Hemobglobin: 11,1 g/dl - Trombosit: 126.000/mm3 - Konjungtiva anemis - Mukosa bibir tampak

kemerahan - Adanya tampak bintik merah

pada seluruh tubuh

Trombisitopenia Resiko perdarahan

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DX TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1 23 Mei 2017 Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme 2 23 Mei 2017 Resiko perdarahan berhubungan dengan trombisitopenia

Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. N No MR : 113269

Diagnosis keperawatan NOC NIC Hipertermia Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik : o) Kunvulsi p) Kulit kemerahan q) Peningkatan suhu tubuh

diatas kisaran normal r) Kejang s) Takhikardi t) Takhipnea u) Kulit terasa hangat

Faktor yang berhubungan dengan : m) Anastesia n) Penurunan respirasi o) Dehidrasi p) Pemajanan lingkungan

yang panas q) Penyakit r) Peningkatan laju

metabolisme

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: m) Tidak ada

peningkatan suhu tubuh

n) Tidak ada hipertermia o) Tidak ada sakit kepala p) Tidak ada sakit otot q) Tidak ada perubahan

warna kulit r) Tidak ada dehidrasi

Perawatan Demam o) Pantau suhu dan tanda-

tanda vital lainnya p) Monitor warna kulit dan

suhu q) Berikan obat atau cairan

IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil)

r) Monitor penurunan tingkat kesadaran

s) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam

t) Dorong konsumsi cairan u) Fasilitasi istirahat v) Kompres hangat pasien

pada lipat paha dan aksila

Resiko perdarahan Definisi : beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan Faktor resiko : c) Aneurisme d) Defisiensi pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan kehilangan darah tidak terjadi dengan kriteria hasil : g) Tidak ada kehilangan

darah yang terlihat h) Tidak ada hematuria i) Tidak ada keluar darah

dari anus j) Tidak ada hematemesis k) Tidak ada penurunan

tekanan darah sistolik l) Tidak ada penurunan

tekanan darah diastolik

Pencegahan Perdarahan h) Monitor ketat tanda-

tanda perdarahan i) Monitor nilai labor j) Monitor status cairan

yang meliputi intake dan ouput

k) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh

l) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K

m) Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan

Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koagulasi darah membaik dengan kriteria hasil: m) Tidak ada deviasi dari

kisaran normal pembentukan bekuan

n) Tidak ada deviasi dari kisaran normal waktu prtrombin (PT)

o) Tidak ada deviasi dari kisaran normalwaktu parsial tromboplastin (PTT)

p) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hematokrit (Hct)

q) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hemoglobin (Hb)

r) Tidak ada peradarahan s) Ringan petekie t) Tidak ada ekimosis u) Tidak ada BAB

berdarah v) Tidak ada hematuria w) Tidak ada

hematemesis x) Tidak ada gusi darah

yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7

35

Poltekkes Kemenkes Padang

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. N No MR : 113269

Hari/ Tanggal

Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf

Senin/ 22 mei 2017

Hipertermi 9. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (38oc)

10. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu

11. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup jam 12.00 dan IVFD RL 20 tts/i/12 jam)

12. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar

13. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam

14. Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila menggunakan handuk kecil

S: - Keluarga mengatakan badan An. N

sudah tidak panas lagi O: - S: 37oC, RR: 21x/I, HR: 80 x/i - Tampak kulit kemerahan - Kulit teraba hangat - Intake: minum 1250ml - Leokosit: 4200/mm3

A: masalah termogulasi belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pantau suhu - Berikan obat - Dorong konsumsi cairan setiap jam - Kompres hangat

Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan (BAB berwarna coklat kehitaman)

2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi

intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi

cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan

makanan yang kaya vitamin K (kacang-

S: - Keluarga mengatakan BAB

berwarna kehitaman O: - Tampak bintik merah di seluruh

tubuh - Hb: 11,1 g/dl - Trombosit: 126.000/mm3 - Mukosa bibir masih tampak

Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

kacangan, anggur) 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor

tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

kemerahan A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda

perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht,

Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk

memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

Selasa/ 23 mei 2017

Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (36,8oc)

2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu

3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup jam 12.00 dan IVFD RL 20 tts/i/12 jam)

4. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar

5. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam

S: - Keluarga mengatakan badan An. N

sudah tidak panas lagi O: - S: 36,5oC, RR: 20x/I, HR: 92 x/i - Tampak masih kemerahan - Kulit tidak teraba hangat - Intake: minum 1500ml - Leokosit: 3900/mm3

A: masalah termogulasi teratasi P: intervensi dilanjutkan

Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan (BAB berwarna coklat kehitaman, gusi berdarah)

2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi

intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi

S: - Keluarga mengatakan BAB

berwarna kehitaman dan gigi berdarah

O: - Tampak bintik merah di seluruh

tubuh

Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan

makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

- Tampak gusi berdarah - Hb: 11,4 g/dl - Trombosit: 106.000/mm3 - Mukosa bibir masih tampak

kemerahan A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda

perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht,

Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk

memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

- Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

Rabu/ 24 mei 2017

Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan (BAB berwarna coklat kehitaman, gusi berdarah)

2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi

intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi

cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan

makanan yang kaya vitamin K (kacang-

S: - Keluarga mengatakan BAB

berwarna masih kehitaman dan gigi berdarah

O: - Tampak bintik merah di seluruh

tubuh - Tampak masih ada gusi berdarah - Hb: 11,2 g/dl - Trombosit: 108.000/mm3

Page 118: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

kacangan, anggur) 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor

tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

- Mukosa bibir masih tampak kemerahan

A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda

perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht,

Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk

memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

- Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

Kamis/ 25 mei 2017

Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( gusi berdarah)

2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi

intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi

cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan

makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada

S: - Keluarga mengatakan BAB

berwarna masih kehitaman sudah tidak ada dan gigi berdarah masih

O: - Tampak bintik merah di seluruh

tubuh masih - Tampak masih gusi berdarah sudah

berkurang - Hb: 11,0 g/dl - Trombosit: 125.000/mm3 - Mukosa bibir sudah tampak tidak

kemerahan lagi A: masalah belum teratasi

Page 119: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

perawat)

P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda

perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht,

Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk

memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

- Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

Jumat/ 26 mei 2017

Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( gusi berdarah)

2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi

intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi

cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan

makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

S: - Keluarga mengatakan BAB

berwarna masih kehitaman sudah tidak ada dan tidak ada lagi gigi berdarah

- Keluarga mengatakan An. N dibolehkan pulang

O: - Tampak bintik merah di seluruh

tubuh masih - Tampak gusi beradarh tidak ada lagi - Hb: - g/dl - Trombosit: -mm3 - Mukosa bibir sudah tampak tidak

kemerahan lagi A: masalah teratasi P: intervensi dihentikan

Page 120: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 121: ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN …

Lampiran 7

Poltekkes Kemenkes Padang