ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx
-
Upload
ichsan-rizany -
Category
Documents
-
view
93 -
download
1
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA KLIEN DENGAN PERAWATAN HEMODIALISA
1. Definisi Hemodialisa
Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui ginjal suatu
ginjal buatan dan dibantu pelaksanannya oleh semacam mesin. Hemodialisa
sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia.
Hemodialisa merupakan metode pengobatan yang sudah dipakai secara luas dan
rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut maupun gagal ginjal
kronik. Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan ada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal
yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai
membrane sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus
retal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi
penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun
demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal.
Hemodialisis merupakan suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolism
berupa larutan (ureum, creatinin) dan air yang berada dalam pembuluh darah
melalui membrane semipermeabel atau yang disebut dengan dialyzer.
2. Tujuan Hemodialisis
Adalah menghilangkan gejala yaitu mengendalikan uremia, kelebihan
cairan dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien penyakit ginjal
tahap akhir. Hemodialisis efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa
metabolism tubuh, sehingga secara tidak langsung bertujuan untuk
memperpanjang umur klien.
3. Etiologi
Hemodialisa dilakukan karena pasien menderita gagal ginjal akut dan
kronik akibat dari azitemia, simtimatis berupa enselopati, perikarditis, uremia,
hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak respinsif dengan diuretic, asidosis
yang tidak bisa diatasi, batu ginjal dan sindrom hepatorenal.
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 1
4. Masalah hemodialisa pada klien
Pasien yang menjalani hemodialisa mengalami berbagai masalah yang
timbul akibat tidak berfungsinya ginjal. Hal tersebut muncul setiap waktu sampai
akhir kehidupan. Hal ini menjadi stresor fisik yang berpengaruh pada berbagai
dimensi kehidupan pasien yang meliputi bio, psiko, sosio, spiritual. Kelemahan
fisik yang dirasakan seperti mual, muntah, nyeri, lemah otot, oedema adalah
sebagian dari manifestasi klinik dari pasien yang menjalani hemodialisa.
Ketidakberdayaan serta kurangnya penerimaan diri pasien menjadi faktor
psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada tingkat stres, cemas bahkan
depresi.
5. Indikasi Hemodialisis
Hemodialisis diindikasikan pada klien dalam keadaan akut yang
memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa
minggu) atau klien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi
jangka panjang/permanen. Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada
gagal ginjal kronis adalah:
a. LFG kurang dari 15 ml/menit
b. Hiperkalemia
c. Asidosis
d. Kegagalan terapi konservatif
e. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl dan kreatinin lebih dari 6 mEq/l
f. Kelebihan cairan
g. Anuria berkepanjangan lebih dari 5 hari
6. Kontraindikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontraindikasi dari
hemodialisa adalh hipotensi yang tidak responsive terhadap presor
penyakit stadium terminal dan sindrom otak organik. Sedangkan
menurut pernefri (2003) kontraindikasi dari hemodialisa adalah tidak
mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa. Akses vaskuler
sulit didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa. Akses vaskuler
sulit instabilitas hemodinamik dan koagulasi.
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 2
Kontraindikasi hemodialisa yang lainnya diantaranya adalah
penyakit Alzheimer, demensia multi infark, sindrom heptorenal,
sirosi hati lanjut dengan enselofati dan keganasan lanjut.
7. Komplikasi Hemodialisa
Masalah-masalah yang mungkin timbul pada saat klien menjalani
hemodialisa:
a. Hipertensi
Penyebab hipertensi saling sering adalah kelebihan cairan, sindrom
disequiliberium, respon rennin terhadap ultrafiltrasi dan ansietas. Hipertensi
selama hemodialisa biasanya disebabkan oleh kelebihan natrium dan air, rasa haus
dapat merupakan indikasi kelebihan natrium. Pasien yang kehausan karena asupan
natrium kelebihan akan minum air dalam jumlah yang besar yang akan
menimbulkan hipertensi dan kelebihan cairan.
b. Hipovolemia
Penyebab adalah terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi
yang berlebihan, obat-obatan anti hipertensi.
1. Kedinginan/menggigil
Penyebabnya adalah karena adanya reaksi pirogen, rekasi tranfusi,
kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah
2. Demam
Kebanyakan system pemberian dialisa menggunakan elemen pemanas
untuk mempertahankan pada tingkat optimal. Suhu optimal dialysis adalah 98oF-
101oF/ 36,7oC-38,3oC, suhu terlalu dingin dapat menyebabkan menggigil dan
spasme pembuluh darah kadang-kadang menggiigil pada pasien merupakan
indikasi pertama dari penurunan suhu dialisat, sebaliknya (lebih dari
101oF/<3,3oC) akan menyebabkan hemolisis.
Selain itu evaluasi masukan natrium harus dilakukan pada pasien yang
menahan cairan berlebihan diantara dialysis perpindahan natrium dan air selama
hemodialisis dapat menyebabkan kram otot. Persiapan yang sering dilakukan
untuk mengurangi kram otot meliputi normal salin hipertonik natrium bikarbonat
dan dextrose 50%.
3. Sakit Kepala
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 3
Penyebab adalah ketakutan dan tekanan darah naik.
4. Kram Otot
Penyebabnya adalah ultrafiltrasi terlalu cepat dan berlebihan serta
perpindahan natrium dan air selama hemodialisa.
8. Prinsip Hemodialisa
Pada hemodialisa aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan
dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian besar dialiser
merupakan lempengan rata atau ginjal serat artfisial berongga yang berisi ribuan
tubulus selafan yang halus, yang bekerja sebagai membrane semi permiael. Aliran
darah akan melewati tubulus tersebut, sementara cairan dialisat bersirkulasi di
sekekelingnya pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi
melalui membrane semi permiabel tubulus.
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses
difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke
cairan dialisat yang konsentrasinya rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan
menciptakan gradien tekanan: dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan
tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan
dialisat). Gradien ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif
yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan
pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi
pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini
diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan
cairan ).
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 4
Gambar 1. Proses Hemodialisa
a. Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan
dialisat, dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah
dari tempat tusukan vaskuler ke alat dializer.
b. Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga terjadi
pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Sedangkan tusukan
vaskuler merupakan tempat keluarnya darah dari tubuh penderita menuju
dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita. Kecepatan dapat di
atur biasanya diantara 300-400 ml/menit.
c. Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan
monitor larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C
sebelum dialirkan kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah
ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan komplikasi.
d. Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas
proses dialisis dan keselamatan.
System buffer tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan
berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolism
untuk membentuk karbohidrat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 5
dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena pasien. Pada akhir terapi
dialysis, banyak zat limbah telah dikeluarkan keseimbangan elektroliat sudah
dipulihkan dan system dapat juga telah perbarui. Pada saat dialisa pasien dan
rendaman dialisat memerlukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi
berbagai komplikasi yang dapat terjadi (misalnya emboli udara, ultrafiltrasi yang
tidak adekuat, atau berlebihan (hipotensi, kram, muntah) pembesan darah,
kontaminasi dan komplikasi terbentuknya pirao). Perawat dalam unit dialysis
memiliki peranan memiliki peranan yang penting dalam memantau serta
memberikan dukungan kepada pasien dalam melaksanakan program pengkajian
dan pendidikan pasien yang berkelanjutan.
9. Komposisi Dialisa
Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dl. Konsentrasi
natrium san kalsium diresepkan pada situasi klinis tertentu. Irigasi rendah kalsium
dapat digunakan pada terapi hiperkalsemia akut dan kronik. Dapar basa dapat
berupa aseta ataupun bikarbonat. Pada keadaan tidak berkejanya fungsi hati.
Asetat diubah mon menjadi bikarbonat. Asetat dapat menyebabkan hipotensi,
depresi miokardium, nausea, muntah dan sakit kepala. Dialysis bikarbonat
walaupun lebih mahal biasanya dapatmencegah gejala-gejala tersebut. Tindakan
ini merupakan terapi pilihan pada pasiendengan gangguan pernafasan,
ketidakstabilan hemodinamika, penyakit hati dan asidosis metabolicberat dan pada
pasien yang menjalani dialysis lairan cepat.
10. Prosedur Hemodialisa
Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa
keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke
system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula atau
tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum
berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau
tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena subklavikula,
jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi aseptic sesuai
dengan kebijakan institusi.
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 6
Gambar 6. Fistula (Arteriovenous Fistula)
Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh
pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan
sebagai aliran “arterial”, keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke
dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk
meletakkan jarum: jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan anastomosis
AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan
normal salin yang di klep selalu disambungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa
darah.
Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat diklem
sementara cairan normal salin yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan
cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma
ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan
untuk menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik
sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.
Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir
ke dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan
dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati detektor udara dan foam
yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara.
Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialysis
diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk diingat, bahwa kebanyakan
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 7
obat-obatan ditunda pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang
diperintahkan.
Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa”
atau selang postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri
dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang aliran normal salin, dan
membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang
kedalam perangkat akut, meskipun program dialisis kronik sering membeli
peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.
Gambar 2. Prosedur Hemodialisis
Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang
tindakan dialysis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan
sarung tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.
Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buata diantara arteri dan vena (fistula
arteriovenosa), lebih populer disebut (Brescia-) Cimino Fistula, melalui
pembedahan yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah yang cukup
besar. Fistula arteriovenosa dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh
darah vena di leher atau paha dan bersifat temporer.
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 8
Gambar 3. Pemasangan selang inlet dan outlet
Kemudian aliran darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah
mesin HD yang terdiri dari selang Inlet/arterial (ke mesin) dan selang
Outlet/venous (dari mesin ke tubuh). Kedua ujungnya disambung ke jarum dan
kanula yang ditusukkan ke pembuluh darah pasien. Selama proses HD, darah
pasien diberi Heparin agar tidak membeku ketika berada di luar tubuh yaitu dalam
sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD, posisi pasien dapat dalam keadaan
duduk atau berbaring. Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat
yang diperlukan antara lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan hormon
eritropoetin serta pemberian zat besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar
fosfat darah yang meningkat yang dapat mengganggu kesehatan tulang, diberikan
obat pengikat fosfat (Phosphate binder). Obat-obat lain yang diperlukan sesuai
kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat antigatal, vitamin penunjang
(yang bebas fosfor maupun mineral yang tidak perlu).
Akses pada sirkulasi darah pasien. Kateter subklavia dan femoralis. Akses
segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisa darurat dapat dicapai
melalui kateterisasi subklavia untuk pemakain sementara. Keteter dari lumen atau
multi lumen dimasukan ke dalam vena subklavia. Merskipun metode akses
vascular ini bukannya tanpa resiko (misalnya dapat menyebabkan cedera vascular
ini hematoma, pneumthorak, infeksi, thrombosis vena subklavia dan aliran darah
yang tidak adekuat) namun metode tersebut biasanya dapat digunakan selam
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 9
beberapa minggu. Kateter femoralis dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah
femoralis untuk pemakain segera dan sementara.
Keteter tersebut diekeluarkan jika sudah tidak diperlukan karena kondisi
pasien telah membaik, karena mayoritas pasien hemodialisa jangka panjang yang
harus dirawt di rumah sakit merupakan pasien dengan penggalan akses sirkulasi
yang permanen, maka salah satu prioritas dalam perawatan pasien hemodialisa
adalah perlindungan terhadap akses sirkulasi tersebut. Tindakan hemodilisa yang
berlangsung lama (seumur hidup) dapat menimnulkan berbagai macam masalah
baik fisik maupun psikologis. Dari segi fisik yang sering terjadi adalah
hiperpigmentasi kulit (kulit semakin hitam), rambut rontok dan sebagainya.
Secara psikologis pasien mungkin saja merasa bosan dan jenuh dengan tindakan
yang berulang dan bahkan ada sebgian oasien yang tidak dapat menerima keadaan
dirinya selama menjalani hemodialisa.
11. Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa
a. Diet
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu mengekskresikan
produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk
dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun. Gejala yang terjadi akibat
penumpukan tersebut secara kolektif dikenal dengan gejala uremik dan akan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih
berat gejala yang timbul.
Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan
dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan
dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian
pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini.
Dengan penggunaan hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat
diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau
pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan.
b. Masalah Cairan
Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena
meminimalkan resiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jumlah cairan yang
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 10
tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru ataupun hipertensi
pada 2-3 orang pasien hemodialisa. Ketidakseimbangan cairan juga dapat
menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri. Beberapa laporan
menyatakan bahwa pembatasan cairan pada pasien hemodialisa sangat
dipengaruhi oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya.
Seperti penelitian Argiles (2004) menyatakan bahwa asupan cairan pasien akan
sangat tidak terkontrol pada musim panas dan pada masa liburan Natal dan Tahun
Baru karena pada musim panas merangsang rasa haus dan pada masa libuuran
natal dan tahun baru banyak mengonsumsi makanan ringan yang kering dan
mengandung garam sehingga memacu keinginan untuk minum.
Jumlah asupan cairan pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun yang
dikandung oleh makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur kenaikan
berat badan antar sesi hemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG). IDWG
adalah peningkatan berat badan antar hemodialisa yang paling utama dihasilkan
oleh asupan garam dan cairan. Secara teori, konsekuensi dari asupan tersebut
terdiri atas dua bagian yaitu on the one hand yang artinya asupan air dan salin
dapat bekerja sama dengan kalori dan protein dalam makanan, yang akan
disatukan untuk memperoleh status nutrisi yang lebih baik. Tetapi on the other
hand, asupan air dan garam dapat menimbulkan peningkatan cairan tubuh. Yang
menjadi kunci untuk kejadian hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri (Villaverde,
2005). IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 1,0-1,5 kg
atau tidak lebih dari 3 % dari berat kering.
Berat kering adalah berat tubuh tanpa adanya kelebihan cairan yang
menumpuk diantara dua terapi hemodialisa. Berat kering ini dapat disamakan
dengan berat badan orang dengan ginjal sehat setelah buang air kecil. Berat kering
adalah berat terendah yang dapat ditoleransi oleh pasien sesaat setelah terapi
dialysis tanpa menyebabkan timbulnya gejala turunnya tekanan darah, kram atau
gejala lainnya yang merupakan indikasi terlalu banyak cairan dibuang. Berat
kering ditentukan oleh dokter dengan mempertimbangkan masukan dari pasien.
Dokter akan menentukan berat kering dengan mempertimbangkan kondisi pasien
sebagai berikut : tekanan darah normal, tidak adanya edema atau pembengkakan,
tidak adanya indikasi kelebihan cairan saat pemeriksaan paru – paru, tidak ada
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 11
indikasi sesak nafas. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian
dari resep diet untuk pasien ini. Cairan dibatasi, yaitu dengan menjumlahkan
urin/24jam ditambah 500-750 ml. Urin 24 jam ditambah 500-700 ml adalah
jumlah cairan yang dapat dikonsumsi pasien dan masih dapat ditoleransi oleh
ginjal pasien.
c. Medikasi
Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal.
Apabila seseorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus
dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi yang sering merupakan bagian
dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi,
pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda.
12. Data yang Perlu dikaji
Pengkajian Pre HD
a. Riwayat penyakit, tahap penyakit
Tinjau kembali catatan medis untuk mengetahui alasan masuk rumah sakit,
ketidakpatuhan terhadap rencana tindakan, fistula tersumbat bekuan,
pembuatan fistula.
b. Usia
c. Keseimbangan cairan, elektrolit
Menanyakan tipe diet yang digunakan dirumah, jumlah cairan yang diijinkan,
obat-obatan yang saat ini digunakan, jadwal hemodialisa, jumlah haluaran
urin.
d. Nilai laboratorium
Kaji manifestasi klinis dan laboratorium tnetang kebutuhan dialisa (Hb,
ureum, creatinin, PH)
e. Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
f. Respon terhadap dialysis sebelumnya.
Kaji kepatenan fistula bila ada. Bila paten, getaran (pulsasi) akan terasa
desiran akan terdengar dengan stetoskop di atas sisi. Tidak adanya pulsasi dan
bunyi deisran menandakan fistula tersumbat.
g. Status emosional
h. Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 12
i. Sirkuit pembuluh darah.
Pengkajian Post HD
Tekanan darah: hipotensi dan perdarahan
Keluhan: pusing, palpitasi
Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, ds
13. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pada klien dengan hemodialisa adalah:
a. Kelebihan volum cairan berhubungan dengan penyakit ginjal dengan urine
ouput yang minimal.
b. Koping tidak efektif berhubungan dengan keadaan krisis
c. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan perubahan peran tanggung
jawab sebagai hasil dari regimen terapi.
d. Pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif berhubungan dengan defisiensi
pengetahuan tentang prosedur hemodilisis, restriksis, perawatan akses darah.
e. Pemenuhan tubuh yang kurang: pembatasan diet berhubungan dengan
penyangkalan penyakit kronik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan regimen pengobatan
g. Risiko infeksi: faktor risiko terpapar darahm risiko terkena hepatitis B atau C
h. Risiko defisiensi volume cairan: faktor risiko hilangnya cairan selama dialysis
i. Risiko injury: bekuan darah: faktor risiko tidak normalnya aliran darah.
14. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NICKelebihan volum cairan berhubungan dengan penyakit ginjal dengan urine ouput yang minimal.
Definisi: peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan karakteristik:a. Perubahan tekanan
darah (hipertensi)b. Oliguriac. Penambahan berat
badan dalam waktu singkat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan cairan di tubuh akan seimbang.NOC:a. Fluid Managementb. Fluid MonitoringDengan kriteria hasil:a. Terbebas dari edema,b. Bunyi napas bersih.c. Tekanan darah dalam
rentang normal (120/80- 140/90)
d. Klien tidak sesak napase. Peningkatan BB
Fluid Monitoringa. Monitor lokasi dan luas
edema, gunakan skala 1-4 untuk kuantitas edema. Catat perbedaan pengukuran diantara ektremitas.
RasionalEdema biasanya berhubungan dengan penurunan tekanan onkotic sebagai akibat dari sindrom nefrotic. Gagal jantung dan gagal ginjal bias any berhubungan dengan edema
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 13
d. Edema parue. Perubahan pola napasf. Bunyi napas ronkig. Dispnea
interdialitik tidak lebih 5% BB kering
karena peningkatan tekanan hidrostatik, edema akan menyebabkan bengkak pada kaki. (Fauci et al, 2008)b. Monitor peningkatan
berat badan yang tiba-tiba, gunakan skala yang sama dan tipe pakaian yang sama pada hariyang sama, terutama sebelum makan pagi.
RasionalPerubahan berat badan menunjukan perubahan volum cairan tubuh.EB: berat badan sebagai indicator untuk memonitor kelebihan cairan ketika hiperhidrasi saat dosis kemoterapu yang tinggi (Mank et al, 2003)c. Monitor vital sign, catat
penuruan tekanan darah, takikardi, dan takipnea. Monitor ritme gallop. Jika tanda gagal jantung ada, lihat rencana keperawatan untuk penuruan cardiac output.
RasionalAkibat gagal jantung adalah penurunan kardiak output dan penuruan tekanan darah. hipoksia menstimulus peningkatan jantung dan respiratory.d. Monitor intake dan
output, cata hasil penurunan urin output bandingkan dengan intake cairan
RasionalUntuk mengetahui keseimbangan intake dan output. Mengukur secara kurat intake dan output penting bagi klien yang mengalami keleihan volume cairan.e. Ajarkan dan anjurkan
klien tentang diet rendah sodium
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 14
RasionalDiet sodium untuk mengontrol edema dan hipertensi.Kolaborasif. Berikan oksigen jika
klien merasa sesak.RasionalOksigen mengurangi sesak pada klien.g. Konsultasikan dengan
dokter tadan dan gejala kelebihan volum cairan menetap atau tambah buruk.
RasionalKarena kelebihan volum cairan dapat karena edema paru, itu harus diobati segera dan cepat (Fauci et al, 2008)h. Anjurkan makanan
dengan tinggi proteinRasionalMeningkatkan albumin sebgai contributor utama perpindahan cairan dari interstitial ke intravascular.
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 15
DAFTAR PUSTAKA
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook. An Evidance-Based Guide to Planning Care. Ninth Edition. United States of Amerika: Elsevier
Brunner LS, Suddarth DS, Smeltzer SC, Bare BG. 2000. Keperawatan Medical Bedah. Philidelphia: Lippincoot.
Daugirdas JT, Blake PB dan Ing TS. 2007. Handbook of Dialysis. 4th edition. Philadelphi: Lipincott William dan Wilkins.
Fauci A, Braunwald E, Kasper DL et al: Harinson’s principles of internal medicine, ed 17, New York, 2008, McGraw-Hill
Kallenbac, JZ, Gutch CF, Martha SH dan Corrca AL. 2005. Review of Hemodilysis for Nurses and Dialysis Personal. 7th edition. St. Louis: Elseiver Mosby.
Mank A, Semin-Goossens A, Lelie J et al. Monitoring Hyperhydration during High-dose Chemotherapy: body weight or fluid balance? Acta 209(4):163, 2003.
McConnell Js et al. “about a cupful”: a prospective study into accuracy of volume estimation by Medical and nursing staff. Accid Emerg Nurs 15 (2): 101-105, 2007.
Nurarif AH, Hardhi K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Medication.
Ratnawati. Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Hemodialisa Di BLUD RSU Dr. M.M Dunda Kabupaten Gorontalo. Jurnal Health & Sport; 3 (2): 285 – 362, 2011.
Smeltzer SC, Bare Bg, Hinkle JL dan Cheever KH. 2008. Keperawatan medical bedah. Edisi 12. Philidelphia: Lippincott Willian dan Wilkins
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 16