ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

25
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN DENGAN PERAWATAN HEMODIALISA 1. Definisi Hemodialisa Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui ginjal suatu ginjal buatan dan dibantu pelaksanannya oleh semacam mesin. Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metode pengobatan yang sudah dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan ada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membrane sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus retal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal. Hemodialisis merupakan suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolism berupa larutan (ureum, creatinin) dan air yang berada dalam pembuluh darah melalui membrane semipermeabel atau yang disebut dengan dialyzer. Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 1

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA KLIEN DENGAN PERAWATAN HEMODIALISA

1. Definisi Hemodialisa

Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui ginjal suatu

ginjal buatan dan dibantu pelaksanannya oleh semacam mesin. Hemodialisa

sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia.

Hemodialisa merupakan metode pengobatan yang sudah dipakai secara luas dan

rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut maupun gagal ginjal

kronik. Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan ada pasien dalam

keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari

hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal

yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai

membrane sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus

retal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi

penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun

demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal.

Hemodialisis merupakan suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolism

berupa larutan (ureum, creatinin) dan air yang berada dalam pembuluh darah

melalui membrane semipermeabel atau yang disebut dengan dialyzer.

2. Tujuan Hemodialisis

Adalah menghilangkan gejala yaitu mengendalikan uremia, kelebihan

cairan dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien penyakit ginjal

tahap akhir. Hemodialisis efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa

metabolism tubuh, sehingga secara tidak langsung bertujuan untuk

memperpanjang umur klien.

3. Etiologi

Hemodialisa dilakukan karena pasien menderita gagal ginjal akut dan

kronik akibat dari azitemia, simtimatis berupa enselopati, perikarditis, uremia,

hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak respinsif dengan diuretic, asidosis

yang tidak bisa diatasi, batu ginjal dan sindrom hepatorenal.

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 1

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

4. Masalah hemodialisa pada klien

Pasien yang menjalani hemodialisa mengalami berbagai masalah yang

timbul akibat tidak berfungsinya ginjal. Hal tersebut muncul setiap waktu sampai

akhir kehidupan. Hal ini menjadi stresor fisik yang berpengaruh pada berbagai

dimensi kehidupan pasien yang meliputi bio, psiko, sosio, spiritual. Kelemahan

fisik yang dirasakan seperti mual, muntah, nyeri, lemah otot, oedema adalah

sebagian dari manifestasi klinik dari pasien yang menjalani hemodialisa.

Ketidakberdayaan serta kurangnya penerimaan diri pasien menjadi faktor

psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada tingkat stres, cemas bahkan

depresi.

5. Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis diindikasikan pada klien dalam keadaan akut yang

memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa

minggu) atau klien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi

jangka panjang/permanen. Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada

gagal ginjal kronis adalah:

a. LFG kurang dari 15 ml/menit

b. Hiperkalemia

c. Asidosis

d. Kegagalan terapi konservatif

e. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl dan kreatinin lebih dari 6 mEq/l

f. Kelebihan cairan

g. Anuria berkepanjangan lebih dari 5 hari

6. Kontraindikasi

Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontraindikasi dari

hemodialisa adalh hipotensi yang tidak responsive terhadap presor

penyakit stadium terminal dan sindrom otak organik. Sedangkan

menurut pernefri (2003) kontraindikasi dari hemodialisa adalah tidak

mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa. Akses vaskuler

sulit didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa. Akses vaskuler

sulit instabilitas hemodinamik dan koagulasi.

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 2

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

Kontraindikasi hemodialisa yang lainnya diantaranya adalah

penyakit Alzheimer, demensia multi infark, sindrom heptorenal,

sirosi hati lanjut dengan enselofati dan keganasan lanjut.

7. Komplikasi Hemodialisa

Masalah-masalah yang mungkin timbul pada saat klien menjalani

hemodialisa:

a. Hipertensi

Penyebab hipertensi saling sering adalah kelebihan cairan, sindrom

disequiliberium, respon rennin terhadap ultrafiltrasi dan ansietas. Hipertensi

selama hemodialisa biasanya disebabkan oleh kelebihan natrium dan air, rasa haus

dapat merupakan indikasi kelebihan natrium. Pasien yang kehausan karena asupan

natrium kelebihan akan minum air dalam jumlah yang besar yang akan

menimbulkan hipertensi dan kelebihan cairan.

b. Hipovolemia

Penyebab adalah terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi

yang berlebihan, obat-obatan anti hipertensi.

1. Kedinginan/menggigil

Penyebabnya adalah karena adanya reaksi pirogen, rekasi tranfusi,

kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah

2. Demam

Kebanyakan system pemberian dialisa menggunakan elemen pemanas

untuk mempertahankan pada tingkat optimal. Suhu optimal dialysis adalah 98oF-

101oF/ 36,7oC-38,3oC, suhu terlalu dingin dapat menyebabkan menggigil dan

spasme pembuluh darah kadang-kadang menggiigil pada pasien merupakan

indikasi pertama dari penurunan suhu dialisat, sebaliknya (lebih dari

101oF/<3,3oC) akan menyebabkan hemolisis.

Selain itu evaluasi masukan natrium harus dilakukan pada pasien yang

menahan cairan berlebihan diantara dialysis perpindahan natrium dan air selama

hemodialisis dapat menyebabkan kram otot. Persiapan yang sering dilakukan

untuk mengurangi kram otot meliputi normal salin hipertonik natrium bikarbonat

dan dextrose 50%.

3. Sakit Kepala

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 3

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

Penyebab adalah ketakutan dan tekanan darah naik.

4. Kram Otot

Penyebabnya adalah ultrafiltrasi terlalu cepat dan berlebihan serta

perpindahan natrium dan air selama hemodialisa.

8. Prinsip Hemodialisa

Pada hemodialisa aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah

nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan

dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian besar dialiser

merupakan lempengan rata atau ginjal serat artfisial berongga yang berisi ribuan

tubulus selafan yang halus, yang bekerja sebagai membrane semi permiael. Aliran

darah akan melewati tubulus tersebut, sementara cairan dialisat bersirkulasi di

sekekelingnya pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi

melalui membrane semi permiabel tubulus.

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis

dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses

difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke

cairan dialisat yang konsentrasinya rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari

dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan

menciptakan gradien tekanan: dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan

tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan

dialisat). Gradien ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif

yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan

pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi

pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini

diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan

cairan ).

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 4

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

Gambar 1. Proses Hemodialisa

a. Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan

dialisat, dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah

dari tempat tusukan vaskuler ke alat dializer.

b. Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga terjadi

pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Sedangkan tusukan

vaskuler merupakan tempat keluarnya darah dari tubuh penderita menuju

dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita. Kecepatan dapat di

atur biasanya diantara 300-400 ml/menit.

c. Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan

monitor larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C

sebelum dialirkan kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah

ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan komplikasi.

d. Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas

proses dialisis dan keselamatan.

System buffer tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan

berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolism

untuk membentuk karbohidrat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 5

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena pasien. Pada akhir terapi

dialysis, banyak zat limbah telah dikeluarkan keseimbangan elektroliat sudah

dipulihkan dan system dapat juga telah perbarui. Pada saat dialisa pasien dan

rendaman dialisat memerlukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi

berbagai komplikasi yang dapat terjadi (misalnya emboli udara, ultrafiltrasi yang

tidak adekuat, atau berlebihan (hipotensi, kram, muntah) pembesan darah,

kontaminasi dan komplikasi terbentuknya pirao). Perawat dalam unit dialysis

memiliki peranan memiliki peranan yang penting dalam memantau serta

memberikan dukungan kepada pasien dalam melaksanakan program pengkajian

dan pendidikan pasien yang berkelanjutan.

9. Komposisi Dialisa

Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dl. Konsentrasi

natrium san kalsium diresepkan pada situasi klinis tertentu. Irigasi rendah kalsium

dapat digunakan pada terapi hiperkalsemia akut dan kronik. Dapar basa dapat

berupa aseta ataupun bikarbonat. Pada keadaan tidak berkejanya fungsi hati.

Asetat diubah mon menjadi bikarbonat. Asetat dapat menyebabkan hipotensi,

depresi miokardium, nausea, muntah dan sakit kepala. Dialysis bikarbonat

walaupun lebih mahal biasanya dapatmencegah gejala-gejala tersebut. Tindakan

ini merupakan terapi pilihan pada pasiendengan gangguan pernafasan,

ketidakstabilan hemodinamika, penyakit hati dan asidosis metabolicberat dan pada

pasien yang menjalani dialysis lairan cepat.

10. Prosedur Hemodialisa

Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa

keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke

system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula atau

tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum

berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau

tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena subklavikula,

jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi aseptic sesuai

dengan kebijakan institusi.

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 6

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

Gambar 6. Fistula (Arteriovenous Fistula)

Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh

pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan

sebagai aliran “arterial”, keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke

dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk

meletakkan jarum: jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan anastomosis

AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan

normal salin yang di klep selalu disambungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa

darah.

Pada kejadian hipotensi, darah yang  mengalir dari pasien dapat diklem

sementara cairan normal salin yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan

cepat menginfus  untuk memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma

ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit  pada keadaan ini dan dibiarkan

untuk menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik

sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir

ke dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan

dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati detektor udara dan foam

yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara.

Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialysis

diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk diingat, bahwa kebanyakan

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 7

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

obat-obatan ditunda pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang

diperintahkan.

Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa”

atau selang postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri

dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang aliran normal salin, dan

membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang

kedalam perangkat akut, meskipun program dialisis kronik sering membeli

peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.

Gambar 2. Prosedur Hemodialisis

Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang

tindakan dialysis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan

sarung tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.

Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi

kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buata diantara arteri dan vena (fistula

arteriovenosa), lebih populer disebut (Brescia-) Cimino Fistula, melalui

pembedahan yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah yang cukup

besar. Fistula arteriovenosa dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh

darah vena di leher atau paha dan bersifat temporer.

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 8

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

Gambar 3. Pemasangan selang inlet dan outlet

Kemudian aliran darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah

mesin HD yang terdiri dari selang Inlet/arterial (ke mesin) dan selang

Outlet/venous (dari mesin ke tubuh). Kedua ujungnya disambung ke jarum dan

kanula yang ditusukkan ke pembuluh darah pasien. Selama proses HD, darah

pasien diberi Heparin agar tidak membeku ketika berada di luar tubuh yaitu dalam

sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD, posisi pasien dapat dalam keadaan

duduk atau berbaring. Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat

yang diperlukan antara lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan hormon

eritropoetin serta pemberian zat besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar

fosfat darah yang meningkat yang dapat mengganggu kesehatan tulang, diberikan

obat pengikat fosfat (Phosphate binder). Obat-obat lain yang diperlukan sesuai

kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat antigatal, vitamin penunjang

(yang bebas fosfor maupun mineral yang tidak perlu).

Akses pada sirkulasi darah pasien. Kateter subklavia dan femoralis. Akses

segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisa darurat dapat dicapai

melalui kateterisasi subklavia untuk pemakain sementara. Keteter dari lumen atau

multi lumen dimasukan ke dalam vena subklavia. Merskipun metode akses

vascular ini bukannya tanpa resiko (misalnya dapat menyebabkan cedera vascular

ini hematoma, pneumthorak, infeksi, thrombosis vena subklavia dan aliran darah

yang tidak adekuat) namun metode tersebut biasanya dapat digunakan selam

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 9

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

beberapa minggu. Kateter femoralis dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah

femoralis untuk pemakain segera dan sementara.

Keteter tersebut diekeluarkan jika sudah tidak diperlukan karena kondisi

pasien telah membaik, karena mayoritas pasien hemodialisa jangka panjang yang

harus dirawt di rumah sakit merupakan pasien dengan penggalan akses sirkulasi

yang permanen, maka salah satu prioritas dalam perawatan pasien hemodialisa

adalah perlindungan terhadap akses sirkulasi tersebut. Tindakan hemodilisa yang

berlangsung lama (seumur hidup) dapat menimnulkan berbagai macam masalah

baik fisik maupun psikologis. Dari segi fisik yang sering terjadi adalah

hiperpigmentasi kulit (kulit semakin hitam), rambut rontok dan sebagainya.

Secara psikologis pasien mungkin saja merasa bosan dan jenuh dengan tindakan

yang berulang dan bahkan ada sebgian oasien yang tidak dapat menerima keadaan

dirinya selama menjalani hemodialisa.

11. Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa

a. Diet

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa

mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu mengekskresikan

produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk

dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun. Gejala yang terjadi akibat

penumpukan tersebut secara kolektif dikenal dengan gejala uremik dan akan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih

berat gejala yang timbul.

Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan

dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan

dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian

pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini.

Dengan penggunaan hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat

diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau

pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan.

b. Masalah Cairan

Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena

meminimalkan resiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jumlah cairan yang

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 10

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru ataupun hipertensi

pada 2-3 orang pasien hemodialisa. Ketidakseimbangan cairan juga dapat

menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri. Beberapa laporan

menyatakan bahwa pembatasan cairan pada pasien hemodialisa sangat

dipengaruhi oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya.

Seperti penelitian Argiles (2004) menyatakan bahwa asupan cairan pasien akan

sangat tidak terkontrol pada musim panas dan pada masa liburan Natal dan Tahun

Baru karena pada musim panas merangsang rasa haus dan pada masa libuuran

natal dan tahun baru banyak mengonsumsi makanan ringan yang kering dan

mengandung garam sehingga memacu keinginan untuk minum.

Jumlah asupan cairan pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun yang

dikandung oleh makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur kenaikan

berat badan antar sesi hemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG). IDWG

adalah peningkatan berat badan antar hemodialisa yang paling utama dihasilkan

oleh asupan garam dan cairan. Secara teori, konsekuensi dari asupan tersebut

terdiri atas dua bagian yaitu on the one hand yang artinya asupan air dan salin

dapat bekerja sama dengan kalori dan protein dalam makanan, yang akan

disatukan untuk memperoleh status nutrisi yang lebih baik. Tetapi on the other

hand, asupan air dan garam dapat menimbulkan peningkatan cairan tubuh. Yang

menjadi kunci untuk kejadian hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri (Villaverde,

2005). IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 1,0-1,5 kg

atau tidak lebih dari 3 % dari berat kering.

Berat kering adalah berat tubuh tanpa adanya kelebihan cairan yang

menumpuk diantara dua terapi hemodialisa. Berat kering ini dapat disamakan

dengan berat badan orang dengan ginjal sehat setelah buang air kecil. Berat kering

adalah berat terendah yang dapat ditoleransi oleh pasien sesaat setelah terapi

dialysis tanpa menyebabkan timbulnya gejala turunnya tekanan darah, kram atau

gejala lainnya yang merupakan indikasi terlalu banyak cairan dibuang. Berat

kering ditentukan oleh dokter dengan mempertimbangkan masukan dari pasien.

Dokter akan menentukan berat kering dengan mempertimbangkan kondisi pasien

sebagai berikut : tekanan darah normal, tidak adanya edema atau pembengkakan,

tidak adanya indikasi kelebihan cairan saat pemeriksaan paru – paru, tidak ada

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 11

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

indikasi sesak nafas. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian

dari resep diet untuk pasien ini. Cairan dibatasi, yaitu dengan menjumlahkan

urin/24jam ditambah 500-750 ml. Urin 24 jam ditambah 500-700 ml adalah

jumlah cairan yang dapat dikonsumsi pasien dan masih dapat ditoleransi oleh

ginjal pasien.

c. Medikasi

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal.

Apabila seseorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus

dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi yang sering merupakan bagian

dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi,

pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda.

12. Data yang Perlu dikaji

Pengkajian Pre HD

a. Riwayat penyakit, tahap penyakit

Tinjau kembali catatan medis untuk mengetahui alasan masuk rumah sakit,

ketidakpatuhan terhadap rencana tindakan, fistula tersumbat bekuan,

pembuatan fistula.

b. Usia

c. Keseimbangan cairan, elektrolit

Menanyakan tipe diet yang digunakan dirumah, jumlah cairan yang diijinkan,

obat-obatan yang saat ini digunakan, jadwal hemodialisa, jumlah haluaran

urin.

d. Nilai laboratorium

Kaji manifestasi klinis dan laboratorium tnetang kebutuhan dialisa (Hb,

ureum, creatinin, PH)

e. Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi

f. Respon terhadap dialysis sebelumnya.

Kaji kepatenan fistula bila ada. Bila paten, getaran (pulsasi) akan terasa

desiran akan terdengar dengan stetoskop di atas sisi. Tidak adanya pulsasi dan

bunyi deisran menandakan fistula tersumbat.

g. Status emosional

h. Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 12

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

i. Sirkuit pembuluh darah.

Pengkajian Post HD

Tekanan darah: hipotensi dan perdarahan

Keluhan: pusing, palpitasi

Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, ds

13. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa pada klien dengan hemodialisa adalah:

a. Kelebihan volum cairan berhubungan dengan penyakit ginjal dengan urine

ouput yang minimal.

b. Koping tidak efektif berhubungan dengan keadaan krisis

c. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan perubahan peran tanggung

jawab sebagai hasil dari regimen terapi.

d. Pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif berhubungan dengan defisiensi

pengetahuan tentang prosedur hemodilisis, restriksis, perawatan akses darah.

e. Pemenuhan tubuh yang kurang: pembatasan diet berhubungan dengan

penyangkalan penyakit kronik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan regimen pengobatan

g. Risiko infeksi: faktor risiko terpapar darahm risiko terkena hepatitis B atau C

h. Risiko defisiensi volume cairan: faktor risiko hilangnya cairan selama dialysis

i. Risiko injury: bekuan darah: faktor risiko tidak normalnya aliran darah.

14. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NICKelebihan volum cairan berhubungan dengan penyakit ginjal dengan urine ouput yang minimal.

Definisi: peningkatan retensi cairan isotonik

Batasan karakteristik:a. Perubahan tekanan

darah (hipertensi)b. Oliguriac. Penambahan berat

badan dalam waktu singkat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan cairan di tubuh akan seimbang.NOC:a. Fluid Managementb. Fluid MonitoringDengan kriteria hasil:a. Terbebas dari edema,b. Bunyi napas bersih.c. Tekanan darah dalam

rentang normal (120/80- 140/90)

d. Klien tidak sesak napase. Peningkatan BB

Fluid Monitoringa. Monitor lokasi dan luas

edema, gunakan skala 1-4 untuk kuantitas edema. Catat perbedaan pengukuran diantara ektremitas.

RasionalEdema biasanya berhubungan dengan penurunan tekanan onkotic sebagai akibat dari sindrom nefrotic. Gagal jantung dan gagal ginjal bias any berhubungan dengan edema

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 13

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

d. Edema parue. Perubahan pola napasf. Bunyi napas ronkig. Dispnea

interdialitik tidak lebih 5% BB kering

karena peningkatan tekanan hidrostatik, edema akan menyebabkan bengkak pada kaki. (Fauci et al, 2008)b. Monitor peningkatan

berat badan yang tiba-tiba, gunakan skala yang sama dan tipe pakaian yang sama pada hariyang sama, terutama sebelum makan pagi.

RasionalPerubahan berat badan menunjukan perubahan volum cairan tubuh.EB: berat badan sebagai indicator untuk memonitor kelebihan cairan ketika hiperhidrasi saat dosis kemoterapu yang tinggi (Mank et al, 2003)c. Monitor vital sign, catat

penuruan tekanan darah, takikardi, dan takipnea. Monitor ritme gallop. Jika tanda gagal jantung ada, lihat rencana keperawatan untuk penuruan cardiac output.

RasionalAkibat gagal jantung adalah penurunan kardiak output dan penuruan tekanan darah. hipoksia menstimulus peningkatan jantung dan respiratory.d. Monitor intake dan

output, cata hasil penurunan urin output bandingkan dengan intake cairan

RasionalUntuk mengetahui keseimbangan intake dan output. Mengukur secara kurat intake dan output penting bagi klien yang mengalami keleihan volume cairan.e. Ajarkan dan anjurkan

klien tentang diet rendah sodium

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 14

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

RasionalDiet sodium untuk mengontrol edema dan hipertensi.Kolaborasif. Berikan oksigen jika

klien merasa sesak.RasionalOksigen mengurangi sesak pada klien.g. Konsultasikan dengan

dokter tadan dan gejala kelebihan volum cairan menetap atau tambah buruk.

RasionalKarena kelebihan volum cairan dapat karena edema paru, itu harus diobati segera dan cepat (Fauci et al, 2008)h. Anjurkan makanan

dengan tinggi proteinRasionalMeningkatkan albumin sebgai contributor utama perpindahan cairan dari interstitial ke intravascular.

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 15

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HD.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook. An Evidance-Based Guide to Planning Care. Ninth Edition. United States of Amerika: Elsevier

Brunner LS, Suddarth DS, Smeltzer SC, Bare BG. 2000. Keperawatan Medical Bedah. Philidelphia: Lippincoot.

Daugirdas JT, Blake PB dan Ing TS. 2007. Handbook of Dialysis. 4th edition. Philadelphi: Lipincott William dan Wilkins.

Fauci A, Braunwald E, Kasper DL et al: Harinson’s principles of internal medicine, ed 17, New York, 2008, McGraw-Hill

Kallenbac, JZ, Gutch CF, Martha SH dan Corrca AL. 2005. Review of Hemodilysis for Nurses and Dialysis Personal. 7th edition. St. Louis: Elseiver Mosby.

Mank A, Semin-Goossens A, Lelie J et al. Monitoring Hyperhydration during High-dose Chemotherapy: body weight or fluid balance? Acta 209(4):163, 2003.

McConnell Js et al. “about a cupful”: a prospective study into accuracy of volume estimation by Medical and nursing staff. Accid Emerg Nurs 15 (2): 101-105, 2007.

Nurarif AH, Hardhi K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Medication.

Ratnawati. Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Hemodialisa Di BLUD RSU Dr. M.M Dunda Kabupaten Gorontalo. Jurnal Health & Sport; 3 (2): 285 – 362, 2011.

Smeltzer SC, Bare Bg, Hinkle JL dan Cheever KH. 2008. Keperawatan medical bedah. Edisi 12. Philidelphia: Lippincott Willian dan Wilkins

Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah:Hemodialisa 16