Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya (Slamet Suyono, 2001). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono, 2001). Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer, baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya. Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis kelamin dan usia, sedangkan batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang 1

description

hvghfh

Transcript of Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Page 1: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang

Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan

oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya

yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya (Slamet Suyono, 2001).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi

primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu

hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono, 2001).

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%

lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder

dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat

diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih

mendapatkan prioritas. Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer, baik

mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.

Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah

140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 dinyatakan sebagai

hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline

hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis kelamin dan usia, sedangkan

batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh

Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika

tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >

45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang

mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi (Slamet Suyono,

2001).

Berdasarkan latar belakang di atas, dengan tinggi persentase penyakit hipertensi

pada lansia, maka kelompok kami tertarik mengangkat masalah dengan judul “Asuhan

Keperawatan Gerontik pada Klien Hipertensi”.

1

Page 2: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

1.2.    Tujuan

1. Untuk mengetahui terapi farmakologis hipertensi pada lansia

2. Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

1.3.    Manfaat

1.      Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada pasien dengan hipertensi.

2.      Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

1. TERAPI FARMAKOLOGIS

Obat-obat Antihipertensi :

1. Diuretik

2

Page 3: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Cara kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga volume

plasma dan cairan ekstrasel.

Untuk terapi jangka panjang pengaruh utama adalah mengurangi resistensi

perifer.

Terdapat beberapa golongan, yaitu :

a. Diuretik Tiazid dan sejenisnya (paling luas digunakan) , contoh :

- Hidroklorotiazid (HCT) – tab 25 dan 50 mg

- Klortalidonn – tab 50 mg

- Bendroflumentiazid – tab 5 mg

- Indapamid – tab 2,5 mg

- Xipamid – tab 20 mg

b. Diuretik kuat :

a. Furosemid – tab 40 mg

c. Diuretik hemat kalium :

a. Amilorid – tab 5 mg

b. Spironolakton – tab 25 dan 100 mg

Efek samping : hipotensi dan hipokalemia.

2. Penghambat Adrenergik

Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, serta

menurunkan sekresi renin

Kontraindikasi bagi pasien gagal jantung kongestif

Terdiri dari golongan :

- penghambat adrenoreseptor α / α –bloker : terazosin, doxazosin,

prazosin

- penghambat adrenoreseptor β / β-bloker : propanolol, asebutolol,

atenolol, bisoprolol

- penghambat adrenoreseptor α dan β : labetalol

- adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin, guanfasin

3. Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang

akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah

Yang termasuk golongan ini adalah natrium nitroprusid, hidralazin,

doksazosin, prazosin, minoksidil, diaksozid.

3

Page 4: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Yang paling sering digunakan adalah natrium nitroprusid dengan efek

samping hipotensi ortostatik.

4. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin

Bekerja menghambat sistem renin-angiotensin, menstimulasi sintesis

prostaglandin dan juga mengurangi aktivitas saraf simpatis

Preparat yang paling banyak digunakan adalah Kaptopril, diberikan 1 jam

sebelum makan. Pada gagal ginjal dosis dikurangi (bila CCT > 1.5 mg%).

Efek samping : batuk kering , eritema, gangguan pengecap, proteinuria, gagal

ginjal dan agranulositosis.

5. Antagonis Kalsium

Mempunyai efek mengurangi tekanan darah dengan cara menyebabkan

vasodilatasi perifer yang berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang nyata

dan retensi cairan yang kurang daripada vasodilator lainnya.

Preparat yang biasa digunakan seperti nifedipin, nikardipin, felodipin,

amilodipin, verapamil dan diltiazem.

6. Antagonis Reseptor Angiotensin II (AIIRA / ARB)

Merupakan golongan obat antihipertensi terbaru, tidak mempengaruhi

produksi Angiotensin II tetapi memblok di tempat kerja pada organ target.

Kelebihannya adalah tidak menimbulkan batuk karena tidak mempengaruhi

metabolisme bradikinin.

Proses apoptosis dan regenerasi jaringan juga tetap berlangsung karena

reseptor tidak dipengaruhi.

Prinsip pemberian obat anti hipertensi pada lansia :

Dimulai dengan 1 macam obat dengan dosis kecil (START LOW GO SLOW)

Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian

autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital.

Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari

Antisipasi efek samping obat-obat antihipertensi

Pemantauan tekanan darah untuk evaluasi efektivitas pengobatan

Setelah tercapai target maka pemberian obat harus disesuaikan kembali untuk

maintenance (Gambar 2)

4

Page 5: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Pengobatan harus segera dilakukan pada hipertensi berat dan apabila terdapat

kelainan target organ. Oleh karena fungsi ginjal telah menurun dan terdapat gangguan

metabolisme obat, sebaiknya dosis awal dimulai dengan dosis yang lebih rendah. Pada

hipertensi tanpa komplikasi golongan diuretik dosis rendah (HCT 12,5 – 25 mg atau

setara) yang dikombinasi dengan diuretik hemat kalium dapat diberi sebagai

pengobatan awal. Obat anti hipertensi lain dapat diberikan atas indikasi spesifik.

Pada pasien dengan payah jantung, obat penghambat ACE dan diuretik

merupakan obat pilihan pertama. Tetapi pada pemberian diuretika sering menimbulkan

efek hipokalemia dan hiponatremia karena kedua mineral tadi ikut terbuang bersama

urine.

Pada pasien pascainfark miokard, pemakaian penyebat β yang kardioselektif

dianjurkan. Akan tetapi pada umumnya pemakaian penyekat β tidak begitu disukai oleh

karena menimbulkan perburukan penyakit vaskuler perifer dan bronkospastik.

Penghambat α merupakan pilihan pada pasien dengan dislipidemia dan hipertrofi

prostat, akan tetapi harus hati-hati terhadap efek hipotensi ortostatik, karena hal ini

dapat menyebabkan lansia jatuh bahkan sampai mengalami komplikasi fraktur.

Antagonis kalsium jangka panjang cukup efektif, terutama karena mempunyai

efek natriuretik dan dianjurkan pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Pada

pasien dengan diabetes dan proteinuria diindikasikan pemakaian obat penghambat

ACE.

Obat simpatolitik sentral seperti metildopa, klonidin dan guanfasin walaupun

efektif, pemakaiannya kurang dianjurkan pada usia lanjut karena efek samping sedasi,

mulut kering dan hipotensi ortostatik. Dan obat-obat yang mempunyai pengaruh pada

susunan saraf pusat, α dan ß bloker dapat mengakibatkan depresi serta penurunan

kesadaran/fungsi kognitif.

Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena pada lansia terdapat :

Penurunan refleks baroreseptor sehingga meningkatkan risiko hipotensi ortostatik.

Gangguan autoregulasi otak sehingga iskemia serebral mudah terjadi dengan hanya

sedikit penurunan tekanan darah sistemik.

Penurunan fungsi ginjal dan hati sehingga terjadi akumulasi obat.

Pengurangan volume intravaskular sehingga sensitif terhadap deplesi cairan.

Sensitivitas terhadap hipokalemi sehingga mudah terjadi aritmia dan kelemahan otot.

5

Page 6: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Pemberian obat juga harus dipikirkan mengenai penyakit komorbid yang ada pada

lansia itu. Jangan sampai obat antihipertensif yang kita beri mempunyai efek

samping yang dapat memperberat gejala penyakit komorbid.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka sebaiknya obat-obat yang dapat menyebabkan

hipotensi ortostatik, yaitu guanetidin, guanadrel, alfa bloker dan labetolol sebaiknya

dihindarkan atau diberikan dengan hati-hati, tekanan darah diturunkan perlahan-lahan

dengan cara memberi dosis awal yang lebih rendah dan peningkatan dosis yang lebih

kecil dengan interval yang lebih panjang dari biasanya pada penderita yang lebih muda,

dan pilihan antihipertensi harus secara individual, berdasarkan pada kondisi penyerta.

Tahap-tahap yang perlu diperhatikan agar terapi hipertensi dapat berhasil adalah :

1. Diagnosis yang tepat dan sedini mungkin (pengukuran beberapa kali dan kalau

perlu lebih dari 1 kali kunjungan)

2. Pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan akan bahaya hipertensi

dan makna serta manfaat bila tekanan darah dapat dinormalkan.

3. Menyampaikan data yang akurat dari studi klinik pada tenaga kesehatan maupun

masyarakat, khususnya mengenai manfaat penurunan/terapi hipertensi.

4. Meningkatkan kepatuhan berobat atau control pasien.

5. Memotivasi para tenaga kesehatan untuk berusahamenurunkan tekanan darah

pasien hipertensi.

Menggunakan obat antihipertensi yang dapat ditoleransi dengan baik dan yang dapat dimakan sekali

sehari.

6

Page 7: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA

Contoh Kasus

Ny A usia 78 tahun datang ke RSUD Jombang dengan keluhan sering merasa pusing,

pusing dirasakan saat beraktivitas dan berkurang jika istirahat. Ny.A mengatakan juga

mengalami nyeri kepala yang terasa berdenyut dan badannya lemas. Kadang Ny.A merasakan

ada yang kaku di lehernya. Pasien mengatakan pandangan kabur saat jalan, kepala seperti

berputar-putar dan terkadang seperti akan jatuh sehingga sangat berhati-hati saat akan

berjalan. Saat pengkajian didapatkan Tekanan Darah 160/100 mmHg, Nadi 96x/menit, Suhu

36,80C, RR 22x/menit dan Skala Nyeri 3. Pasien tampak memegangi kepalanya yang sakit

dan tampak lemah. Dokter mendiagnosa pasien mengalami hipertensi. Dari keterangan, anak

pasien mengatakan bahwa Ny.A sudah mengalami hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.

Keluarga mengatakan Ny.A tidak bisa menjaga pola makannya dan tetap saja masih sering

mengkonsumsi makanan yang mengandung garam dan berlemak.

I. PENGKAJIAN

A. Karakteristik Demografi

1. Identitas/Data Biografis Pasien

a. Nama :  Ny. A

b. Umur :  78 tahun

c. Pendidikan terakhir :  SD

d. Agama :  Islam

e. Status perkawinan :  Sudah menikah

f. Alamat :  Megaluh Jombang

g. Jenis kelamin :  Perempuan

h. Orang yang paling dekat dihubungi :  Ny. S

i. Hubungan dengan usila :  Anak

j. Alamat :  Kepanjen Jombang

k. Jenis kelamin keluarga :  Perempuan

2. Riwayat Keluarga

a. Pasangan

1) Nama : Tn. A

7

Page 8: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

2) Umur : 80 tahun

3) Pekerjaan : Pengangguran

4) Alamat : Megaluh Jombang

5) Hidup/mati : Hidup

6) Kesehatan : Mempunyai penyakit hipertensi dan saluran pernafasan

b. Anak

1) Nama : Ny. S

2) Umur : 40 tahun

3) Pekerjaan : Petani

4) Alamat : Megaluh Jombang

5) Hidup/mati : Hidup

a. Riwayat Kematian dalam Keluarga (1 tahun terakhir)

Dalam 1 tahun terakhir tidak ada keluarga yang meniggal.

b. Kunjungan Keluarga

Setiap lebaran (idul fitri) keluarga besar Ny.A selalu berkumpul di rumah Ny. A.

3. Riwayat Pekerjaan

Pasien mengatakan saat masih muda bekerja sebagai petani dengan suami,

sekarang ini pasien hanya tinggal dirumah tidak bekerja seperti sebelumnya

dikarenakan kondisi fisiknya yang semakin melemah serta faktor usia yang semakin

tua.

4. Riwayat Lingkungan Hidup

Pasien tinggal di daerah yang berdekatan dengan sawah, kondisi rumah cukup

bersih, ada ventilasi, ada jendela, kamar pasien cukup bersih, kamar mandi dan WC

tertutup, dan ada tempat pembuangan sampah.

5. Riwayat Rekreasi

Pasien mengatakan bahwa dirinya jarang pergi untuk rekreasi. Waktunya hanya

dihabiskan dirumah untuk berkumpul dengan suami serta anak dan cucunya.

6. Sumber / Sistem Pendukung yang digunakan

Pasien mengatakan jika dirinya sakit biasanya pergi ke mantri karena merupakan

salah satu  pelayanan kesehatan yang terdekat dengan rumahnya.

7. Kebiasaan Ritual

Pasien mengatakan sholat 5 waktu, terkadang ikut puasa di bulan Ramadhan

dengan penuh, klien juga ikut pengajian setiap minggunya jika kondisinya sehat.

8. Status Kesehatan Saat Ini

8

Page 9: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

a. Keluhan utama

Ny. A mengeluh pusing.

b. Gejala yang dirasakan

Pasien mengatakan merasa pusing pada kepala bagian belakang. nyeri terasa

seperti berdenyut-denyut dan menunjukan skala nyeri 3. Pasien sering memegang

kepalanya yang sakit dan tampak lemah. Pandangan kabur saat jalan, kepala seperti

berputar-putar dan terkadang seperti akan jatuh sehingga klien sangat berhati-hati

saat akan berjalan.

c. Faktor pencetus

Ny. A mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan.

d. Timbulnya keluhan

Ny. A mengatakan pusing dirasakan setiap hari saat beraktivitas dan badannya

lemas.

e. Waktu timbulnya keluhan

Ny. A mengatakan pusing timbul sewaktu-waktu

f. Upaya mengatasi

Ny. A mengatakan biasanya kalau hipertensinya kambuh dibuat untuk beristirahat,

jika keluhan belum teratasi, Ny. A pergi ke mantri.

9. Status Kesehatan Masa Lalu

a. Penyakit yang pernah di derita

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah menderita hipertensi sejak 2

tahun yang lalu.

b. Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi

c. Riwayat di rawat di RS

Pasien sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit dan hanya periksa ke mantri

saja.

d. Riwayat pemakaian obat

Pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat obatan tertentu.

10. Genogram

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

9

Page 10: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Pasien mengatakan sehari makan 3 kali, makan hanya habis ½ porsi dengan nasi, lauk

pauk dan terkadang tanpa sayuran. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang

mengandung garam dan berlemak.

2. Eliminasi

a) BAK

Klien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening, bau khas.

b) BAB

Klien BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan

bau khas. Biasanya klien BAB di pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan

mengenai BAB ataupun BAK.

3. Personal Hygiene

a. Mandi

Ny. A mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun.

b. Oral Hygiene

Ny. A tidak menggosok gigi karena Ny. A sudah tidak mempunyai gigi.

c. Cuci Rambut

Ny. A biasanya Ny. A membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari sekali.

d. Kuku dan Tangan

Ny. A mengatakan memotong kukunya setiap hari Jumat, Ny. A juga sering

mencuci tangannya dengan sabun.

e. Istirahat dan Tidur

Ny. A mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak karena Ny. A sering terbangun di

tengah malam, merasa kepalanya pusing dan sulit untuk bisa tidur lagi. Keluarga

Ny. A (anak klien) mengatakan Ny. A sering nglindur saat tidur. Ny. A

mengatakan biasa menonton TV sebelum tidur dan biasanya Ny. A tidur malam

jam 21.00-02.00 dan tidur siang jam 13.10-15.30.

f. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang

Ny. A suka jalan-jalan ke pasar di pagi hari. Biasanya Ny. A menggunakan waktu

luangnya untuk nonton TV, memasak ataupun berkebun.

g. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan

Ny. A tidak pernah melakukan kebiasaan yang dapat menurunkan kesehatannya

seperti merokok, minum-minuman keras, Ny. A juga tidak ada ketergantungan

terhadap obat-obatan.

10

Page 11: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

11. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

- Penampilan : Klien tampak lemah

- Kesadaran : Kualitas : Composmentis, Kuantitas : GCS 4,5,6

b. Tanda-tanda Vital, TB dan BB

- Tekanan Darah : 110/80 mmHg

- Nadi : 90 x/menit

- Suhu : 37°C

- RR : 20 x/menit

- Berat Badan : 40 kg

- Tinggi Badan : 150 cm

c. Pemeriksaan Per Sistem

1) Sistem Pernapasan

Hidung

Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir lembab

Sinus paranasalis

Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Leher

Inspeksi : simetris kanan kiri

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid

Faring

Inspeksi : tidak ada odem

Area dada

Inspeksi : pergerakan dada simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, irama reguler

2) Sistem Kardiovaskuler

Wajah

11

Page 12: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Inspeksi : konjungtiva pucat, sklera putih

Leher

Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Dada

Inspeksi : dada terlihat simetris

Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula

sinistra)

Perkusi : redup

Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal), irama regular

3) Sistem Persyarafan

Pemeriksaan nervus

Nervus I olfaktorius (pembau)

Pasien bisa membedakan aroma saat diberi kopi

Nervus II opticus (penglihatan)

Pasien tidak bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.

Nervus III oculomotorius

Tidak oedem pada kelopak mata

Nervus IV toklearis

Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil

Nervus V trigeminus

Pasien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan

Nervus VI abdusen

Bola mata simetris

Nervus VII facialis

Pasien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah

simetris

Nervus VIII auditorius/akustikus

Pasien tidak bisa mendengar nada yang rendah seperti bisikan dari dokter dan

perawat

Nervus IX glosoparingeal

Reflek menelan pasien baik dan dapat membedakan rasa pahit

Nervus X vagus

Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut

12

Page 13: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Nervus XI aksesorius

Pasien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan

tahanan

Nervus XII hypoglosal/hipoglosum

Bentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya

ke segala arah

4) Sistem Perkemihan dan Eliminasi Uri

Genetalia eksterna

Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises

Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan

Kandung kemih

Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Ginjal :

Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

5) Sistem Pencernaan – Eliminasi Alvi

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir lembab, kondisi gigi kurang bersih, tidak ada

stomatitis

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut

Lidah

Inspeksi : bentuk simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada odem.

Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada acites,

tidak ada luka bekas operasi.

Auskultasi : Bising usus 8x/menit

Perkusi : timpani

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar

13

Page 14: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

6) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen

Kulit : turgor kulit menurun, CRT < 2 detik, kulit bersih, kering, keriput,

bersisik.

5 5

Kekuatan otot

4 4

Ekstremitas Atas

Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger

Palpasi : suhu akral hangat

Auskultasi : tidak ada krepitasi

Ekstremitas Bawah

Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidak ada clubbing finger

Palpasi : suhu akral hangat

Auskultasi : tidak ada krepitasi

7) Sistem Endokrin

Kepala

Inspeksi : rambut sedikit rontok, tidak alophesia (botak)

Palpasi : tidak ada benjolan

Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.

8) Sistem Reproduksi

Genetalia

Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda -

tanda infeksi

Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan

9) Sistem Persepsi Sensori

Mata

14

Page 15: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa jernih,

sklera putih, konjungtivapucat, tidak ada sekret, tidak ada oedem

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan kelopak mata

Hidung

Inspeksi : simetris, tidak ada pembesaran conchae, tidak ada polip , distribusi

rambut rata, tidak ada secret

Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada fraktur , dan tidak ada nyeri

tekan

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada

stomatitis, tidak ada undulasi

Telinga

Inspeksi : simetris, tidak ada oedem, tidak ada serumen

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

12. Lingkungan tempat tinggal

a. Kebersihan dan kerapian ruangan

Keadaan rumah Ny. A bersih dan rapi, Ny. A mengatakan setiap hari mebersihkan

dan merapikan rumahnya sendiri.

b. Penerangan dan sirkulasi udara

Pencahayaan dan sirkulasi di rumah Ny. A cukup, dilihat dari rumah Ny. A yang

memiliki jendela dan ventilasi di setip ruangan.

c. Keadaan kamar mandi dan WC

Rumah Ny. A memiliki kamar mandi beralaskan keramik, lantainya licin karena

sering basah, WC berbentuk leher angsa dan terlihat bersih.

d. Pembuangan air kotor

Rumah Ny. A memiliki pembuangan air kotor (got)

e. Sumber air minum

Ny. A menggunakan air minum dari sumur bor dengan sanyo.

f. Pembuangan sampah

Pembuangan sampah ada di belakang rumah , di bakar 2 minggu sekali.

g. Sumber pencemaran

Asap dari dapur (Ny. A masih menggunakan tungku untuk memasak)

15

Page 16: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

h. Privasi

Privasi cukup baik, kamar mandi Ny. A tertutup kamar tidur Ny. A memiliki

cendela dan pintu yang mudah di tutup.

i. Resiko injury

Keadaan kamar andi licin, tidak ada tangga di rumah Ny. A.

13. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial

a. Pengkajian  Status Fungsional

B

16

INDEKS KATZ

SKORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar

kecil, berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu

dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi dan satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian,ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian, berpindah, dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut

Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat

diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G

Page 17: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Berdasarkan data, maka Ny. A memperoleh skor A. Maka lansia tsb mempunyai

kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.

b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif

Short Portable Mentol Status Questionnaire (SPMSQ)

Skor No. Pertanyaan Jawaban

+ -

               Tanggal berapa hari ini? 19 Februari 2014

+                Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal,

tahun)

Sabtu

+                Apa nama tempat ini? Jatimulya

               Berapa nomor telpon Anda? -

Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya

bila klien tidak mempunyai telepon)

+                Berapa umur Anda? 80 tahun

               Kapan Anda lahir? 1935

               Siapa presiden Indonesia sekarang? Susilo Bambang

Yudhoyono

               Siapa presiden sebelumnya? Megawati

Soekarno Putri

               Siapa nama kecil ibu Anda? Siti Saniyah

             Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan

3 dari setiap angka baru, semua secara

menurun

17, 14, 11, 8, 5,

2

Jumlah kesalahan total 7

17

Page 18: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Penilaian SPMSQ

- Kesalahan 5 - 7 : fungsi intelektual sedang

- Berdasarkan data, maka Ny. A memperoleh kesalahan 6. Maka lansia tsb

mempunyai fungsi intelektual sedang.

c. Pengkajian Status Psikologis

Skala Depresi Yessavage

Skala Depresi geriatrik Yesavage, bentuk singkat

1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? ya)

2. Sudahkah Anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda? (tidak)

3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? tidak)

4. Apakah Anda sering bosan? tidak)

5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ya)

6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? tidak)

7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? ya)

8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada

pergi dan melakukan sesuatu yang baru? (ya)

9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah

dengan ingatan Anda daripada yang lainnya? (tidak)

10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? ya)

11. Apakah Anda merasa saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda

sekarang? (tidak)

12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? (ya)

13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? tidak)

14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada

Anda? (ya)

Analisa hasil :

- Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. (nilai poin 1 untuk setiap

respons yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan).

- Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.

- Berdasarkan data, maka  Ny. A memperoleh nilai 3. Maka lansia tsb tidak

mengalami depresi.

d. Pengkajian Status Sosial

18

Page 19: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

APGAR keluarga

No. Fungsi Uraian Skore

1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada

keluarga (teman-teman) saya untuk membantu

pada waktu sesuatu menyusahkan saya

1

2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)

saya membicarakan sesuatu dengan saya dan

mengungkapkan masalah dengan saya

2

Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya

menerima dan mendukung keinginan saya untuk

melakukan aktivitas atau arah baru

2

4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)

saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap

emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau

mencintai

1

5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya

menyediakan waktu bersama-sama

2

Analisa hasil :

- Skor : 8-10 : fungsi sosial normal

- Skor : 5-7   : fungsi sosial cukup

- Skor : 0-4   : fungsi sosial kurang/suka menyendiri

- Berdasarkan data, maka Ny. A memperoleh nilai 8. Maka lansia tsb mempunyai

fungsi sosial normal.

19

Page 20: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

ANALISA DATA

No. Symptom Etiologi Problem

1. DS:          klien

mengeluh sakit kepala

          sakit kepalanya berdenyut-denyut

          Klien mengatakan tearasa kaku di kuduknya

          Klien mengatakan sakit kepaalanya dating sewaktu-waktu

          Klien mengeluh penglihatannya kabur

DO:          Klien tampak

sering memegangi kepalanya

          Lien tampak lemah

          Skala nyeri 5 (0-10) sedang.

          TTVTD: 160/90 mmHgN: 87 x/menitS    : 36,7 oCRR: 20 x/menitBB: 45 kg

Arteri besar kehilangan

kelenterun dan menjadi kaku

Pembuluh darah tidak dapat

mengembang

Vasokonstriksi pembuluh darah

 

TD meningkat 

Peningkatan tekanan vaskuler

serebral

Nyeri

Gangguan rasa nyaman : Nyeri

2. DS : Elastisitas Penurunan curah jantung

20

Page 21: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

- Klien mengeluh pusing dan merasa tegang pada punggung dan leher

DO : - TD : 180/110

mmhg- Nadi :

60x/mnt- P : 28x/mnt- Udema pada

ke dua kaki

pembuluh darah menghilang, katup jantung menebal dan menjadi kaku

Kemampuan jantung memompa

darah menurun

Kontraksi jantung menurun

Volume darah keseluruh tubuh

menurun

Penurunan curah jantung

3. DS : - Klien

mengatakan cepat lelah saat beraktifitas

DO: - Klien

telihat lemah

- Enggan untuk bergerak

Suplai darah kejantung menurun

Gangguan suplai darah keseluruh

tubuh

Sel-sel darah dalam tubuh berkurang

Suplai O2 berkurang

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

21

Page 22: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

4. DS:- Klien

mengatakan sering merasa pusing dan penglihatan kabur.

DO:- Klien

berjalan

perlahan-

lahan dan

nampak

berhati-

hati.

Peningkatan TD

Tekanan intravaskuler meningkat

Tekanan pembuluh darah otak meningkat

TIO meningkat

Gangguan penglihatan

Defisit lapang pandang

Resiko cedera

Resiko cedera

22

Page 23: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

INTERVENSI

NOC NIC

OUTCOME INDIKATOR INTERVENSI AKTIVITAS

Level Nyeri

(2102)

Def :

Kekuatan

dari nyeri

yang diamati

atau

dilaporkan.

Laporan

nyeri : 5

Lamanya

nyeri: 5

Kurang

Istirahat : 5

Manajemen

Nyeri

Def :

Mengurangi

nyeri atau

menurunkan

nyeri ke level

kenyamanan

yang diterima

oleh pasien.

1. Lakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas, kekuatan

nyeri dan faktor

presipitasi..

2. Ajarkan teknik

penggunaan non

farmakologi

(mis., relaksasi,

distraksi)

3. Memberikan

penkes

bagaimana cara

mengontrol nyeri

4. Anjurkan klien

melaporkan

apabila skala

nyeri bertambah

5. Berikan obat

sesuai indikasi

23

Page 24: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Dx 2

Fluid

overload

severity

(0603)

Def:

Severity of

excess fluids

in the

intracellular

and

extracellular

compartment

s

- Lethargy :

5

- Headache :

4

- Increased

blood

pressure :

4

- Weight

gain : 4

- Decreased

urine

output : 4

Pengaturan

hemodinamik

Def:

Optimalisasi

dari denyut nadi,

beban awal,

beban akhir, dan

kontraktilitas

1. Kenali perubahan

tekanan darah

2. Auskultasi suara

paru adanya suara

krakles atau suara

tambahan lain

3. Auskultasi bunyi

jantung

4. Monitor dan

dokumentasi

denyut jantung

irama dan nadi

5. Pantau EKG, catat

atau perhatikan

kecepatan atau

irama jantung dan

adanya disritmia

6. Sarankan untuk

tirah baring, batasi

aktivitas yang

tidak perlu

Fatigue level - Headaches Manajemen 1. Tentukan

24

Page 25: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

(0007)

Def :

Severity of

observed or

reported

prolonged

generaluzed

fatigue

: 4

- Activities

of daily

living : 4

- Balance of

activities

and rest : 5

Energi

Def :

Mengatur

penggunaan

energi untuk

mengobati atau

mencegah

kelelahan dan

mengoptimalkan

fungsi.

keterbatasan fisik pasien

2. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang memadai

3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara untuk meningkatkan asupan makanan berenergi tinggi

4. Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam tidur

5. Memantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan / aktivitas

6. Membantu pasien untuk menjadwalkan waktu istirahat

Dx 2

Risk control

(1902)

- Acknowle

dges risk

factors : 5

- Monitors

Pencegahan

Kecelakaan /

Jatuh (6470)

1. Identifikasi

kognitif atau

kelemahan

2. Gunakan tempat

25

Page 26: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

Def :

Personal

actions to

prevent

eliminate or

reduce

modifiable

health

threats.

environme

ntal risk

factors : 5

- Develops

effective

risk

control

strategies :

5

- Adjusts

risk

control

strategies :

5

- Monitors

health

status

changes : 5

Def:

Tindakan

pencegahan

khusus dengan

pasien yang

berisiko untuk

jatuh.

tidur dengan posisi

rendah

3. Sediakan alat

pemanggil(bel,

lampu pemanggil)

ketika pemberi

layanan kesehatan

tidak ada

4. Hindari barang-

barang yang

berserakan di

lantai

5. Edukasi keluarga

tentang faktor

resiko

6. Tetap siaga dengan

tanda-tanda injury

dan faktor resiko

7. Kolaborasi dengan

tim kesehatan

tentang efek

samping obat yang

bisa

mengakibatkan

jatuh (misal

hipotensi,

ortostalik)

IMPLEMENTASI

No

.

Diagnosa/

Masalah

Tgl/jam Tindakan Paraf

26

Page 27: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

kolaboratif

1. Nyeri Akut 28 Mei 2001 /

08.30 WIB

1. Melakukan pengkajian

nyeri secara

komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas, kekuatan

nyeri dan faktor

presipitasi..

2. Mengajarkan teknik

penggunaan non

farmakologi (mis.,

relaksasi, distraksi)

3. Memberikan penkes

bagaimana cara

mengontrol nyeri

4. Menganjurkan klien

melaporkan apabila

skala nyeri bertambah

5. Memberikan obat

sesuai indikasi

2. Penurunan curah jantung

1. Kenali perubahan

tekanan darah

2. Auskultasi suara paru

adanya suara krakles

atau suara tambahan

lain

3. Auskultasi bunyi

jantung

4. Monitor dan

dokumentasi denyut

jantung irama dan nadi

5. Pantau EKG, catat atau

27

Page 28: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

perhatikan kecepatan

atau irama jantung dan

adanya disritmia\

6. Sarankan untuk tirah

baring, batasi aktivitas

yang tidak perlu

3. Intoleransi aktivitas

1. Tentukan keterbatasan fisik pasien

2. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang memadai

3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara untuk meningkatkan asupan makanan berenergi tinggi

4. Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam tidur

5. Memantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan / aktivitas

6. Membantu pasien untuk menjadwalkan waktu istirahat

4. Resiko cedera

1. Identifikasi kognitif

atau kelemahan

2. Gunakan tempat tidur

28

Page 29: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

dengan posisi rendah

3. Sediakan alat

pemanggil(bel, lampu

pemanggil) ketika

pemberi layanan

kesehatan tidak ada

4. Hindari barang-barang

yang berserakan di

lantai

5. Edukasi keluarga

tentang faktor resiko

6. Tetap siaga dengan

tanda-tanda injury dan

faktor resiko

Kolaborasi dengan tim

kesehatan tentang efek

samping obat yang bisa

mengakibatkan jatuh

(misal hipotensi,

ortostalik)

EVALUASI

No. Diagnosa/

Masalah

kolaboratif

Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf

1. Nyeri Akut 28 Mei 2001 /

09.30 WIB

S : Pasien mengatakan

pusingnya mulai

berkurang

O : Tanda- tanda Vital

29

Page 30: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

S : 37 0C

N : 88 x/menit

TD : 150/100 mmHg

Skala nyeri : 2

A : Nyeri akut teratasi

sebagian

P : Rencana tindakan

keperawatan 1

sampai 5

dilanjutkan

2. Penurunan

curah

jantung

S : Pasien mengatakan

pusingnya mulai

berkurang

O : Tanda- tanda Vital

S : 37 0C

N : 88 x/menit

TD : 150/100 mmHg

Skala nyeri : 2

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Rencana tindakan

keperawatan 1 sampai

6 dilanjutkan

3. Intoleransi aktivitas

S : Pasien mengatakan

masih merasa lemah

O : - klien tampak lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana tindakan

keperawatan 1 sampai

6 dilanjutkan

4. Resiko

cedera

S : Klien mengatakan

pusing sudah mulai

berkurang dan

pandangannya juga

30

Page 31: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

sudah mulai jelas

kembali

O : Klien berjalan perlahan-

lahan dan nampak masih

berhati-hati.

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Rencana tindakan

keperawatan 1 sampai 7

dilanjutkan

     

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, kejadian hipertensi

pada populasi ini meningkat pula. Meningkatnya tekanan darah sudah terbukti

meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut. Salah satu karakteristik

hipertensi pada usia lanjut adalah terdapatnya berbagai penyakit penyerta (komorbid)

31

Page 32: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

dan komplikasi organ target, seperti kejadian penyakit kardiovaskuler, ginjal,

gangguan pada sistem saraf pusat dan mata. Dengan menurunkan tekanan darah

sampai target 140/90 mmHg dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

Selain diagnosis yang sangat teliti, tatalaksana hipertensi pada usia lanjut harus

juga memperhatikan kedua hal tersebut di atas. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia

tidak berbeda dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu merubah pola

hidup dan pengobatan anti hipertensi. Dan saat ini berbagai pilihan obat-obat anti

hipertensi telah beredar di pasaran. Pemakaian berbagai obat tersebut bisa disesuaikan

dengan penyakit komorbid yang menyertai keadaan hipertensi tersebut.

3.2 Saran

Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan hipertensi :

1.      Klien diberi support untuk mempercepat penyembuhan

2.      Memberikan perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses perawatan

3.      Klien diberi pengertian tentang penyakit yang dialaminya.

32

Page 33: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

DAFTAR PUSTAKA

33

Page 34: Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia Bu Endang

1. Chobanian A . 2003. JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting

and Exposotion of American Society of Hypertension. New York,

USA.

2. Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut,

Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta

: Balai Penerbit FKUI.

3. Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia

lanjut) edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4. Ganiswarna S., et al. 1995. Farmakologi & Terapi Edisi 4. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

5. Stanley, Mickey. 2007.  Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.

Jakarta : EGC.

34