asuhan keperawatan Hemoroid

28
asuhan keperawatan Hemoroid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung bawah saluran buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Wasir atau dalam istilah medisnya disebut hemoroid merupakan kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh balik di daerah dubur (anorektal). Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan utama penyakit ini adalah perdarahan. Umumnya perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya. Darah yang keluar biasanya merah muda segar dan bisa hanya menetes saja tetapi kadang juga sampai menyemprot. Hemoroid (wasir) hampir sama bentuknya dengan varises penyakit yang biasanya terdapat daerah kaki dikarenakan terlalu lama berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat pada anus. Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Tapi itu definisi yang sudah lama alias usang! Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, kata dr Toar JM Lalisang SpB-KBD dalamKursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) 2005, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus). Gejala radang dapat terjadi dengan ditandai adanya rasa nyeri yang terus menerus. Seringkali juga ditandai dengan adanye keluhan perasaan ingin buang air besar yang palsu.Atau seolah buang air besar tetapi tidak tuntas. Gejala lainnya yang muncul adalah keluarnya benjolan dari anus (prolaps). Mulanya prolaps terjadi waktu buang air besar dan kembali sendiri setelah selesai buang air besar. Lambat laun prolaps ini tidak dapat kembali sendiri dan harus ditekan dengan jari. Jika dibiarkan akhirnya benjolan ini akan terus menerus keluar dari anus. Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah tindakan hemoroidektomi menurun. Puncaknya terjadi tahun 1974 dimana

description

semoga bermanfaat

Transcript of asuhan keperawatan Hemoroid

asuhan keperawatan Hemoroid

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung bawah saluran buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Wasir atau dalam istilah medisnya disebut hemoroid merupakan kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh balik di daerah dubur (anorektal). Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan utama penyakit ini adalah perdarahan.

Umumnya perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya. Darah yang keluar biasanya merah muda segar dan bisa hanya menetes saja tetapi kadang juga sampai menyemprot. Hemoroid (wasir) hampir sama bentuknya dengan varises penyakit yang biasanya terdapat daerah kaki dikarenakan terlalu lama berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat pada anus. Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Tapi itu definisi yang sudah lama alias usang! Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, kata dr Toar JM Lalisang SpB-KBD dalamKursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) 2005, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus).

Gejala radang dapat terjadi dengan ditandai adanya rasa nyeri yang terus menerus. Seringkali juga ditandai dengan adanye keluhan perasaan ingin buang air besar yang palsu.Atau seolah buang air besar tetapi tidak tuntas. Gejala lainnya yang muncul adalah keluarnya benjolan dari anus (prolaps). Mulanya prolaps terjadi waktu buang air besar dan kembali sendiri setelah selesai buang air besar. Lambat laun prolaps ini tidak dapat kembali sendiri dan harus ditekan dengan jari. Jika dibiarkan akhirnya benjolan ini akan terus menerus keluar dari anus.

Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah tindakan hemoroidektomi menurun. Puncaknya terjadi tahun 1974 dimana hemoroidektomi dilakukan sebanyak 117 per 100.000 orang. Angka itu menurun 13 tahun kemudian (1987) menjadi 37 per 100.000 orang.

Hemoroid tidak pandang bulu. Baik laki-laki maupun perempuan punya risiko yang sama. Di sisi lain, risiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia. Usia puncak adalah 45-65 tahun. Pada orang dewasa hemoroid dapat ditemukan pada 80 % pasien, tapi pada umumnya tanpa gejala. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi (peradangan) pembuluh vena (pembuluh darah balik) di daerah anus. Bila pelebaran venanya di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna dan bila di bawah mukosa (selaput lendir) disebut hemoroid interna. Keluhan yang sering muncul, antara lain: buang air besar sakit dan sulit, adanya benjolan di dubur, buang air besar berdarah segar dan menetes. Selain perdarahannya sendiri, ada kekhawatiran tentang penyakit yang lebih serius seperti kanker kolo-

rektal (kanker usus besar). Namun penyakit hemoroid dapat diobati dengan obat-obatan dan secara bedah yang tergantung derajat penyakitnya.

B. Tujuan

1. Mengetahui definisi Hemoroid

2. Mengetahui etiologi/penyebab penyakit Hemoroid

3. Mengetahui patofisiologi penyakit Hemoroid

4. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Hemoroid

5. Mengetahui pemeriksaan fisik penyakit Hemoroid

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hemoroid

7. Mengetahui komplikasi penyakit Hemoroid

8. Mampu membuat asuhan keperawatan penyakit Hemoroid

C. Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa referensi buku yang berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data dari internet.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hemoroid

Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (Keperawatan delken kuswanto. 1999)

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut hemoroid eksternal. ( Suzanne C. Smeltzer, 2006 )

Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah (trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar). (http://www.medicastore.com)

B. Etiologi/Penyebab

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :

1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :

a. Hepar sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga

terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan

pleksus hemoroidalis.

b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.

c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga

aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal

dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya hemoroid

Faktor faktor yang mungkin berperan :

a. Keturunan atau heriditer

Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan

hemoroidnya.

b. Anatomi

Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah

kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :

* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan

mempengaruhi timbulnya hemoroid.

* Gangguan defekasi dan miksi.

* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.

3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

C. Patofisiologi

ada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :

1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.

2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.

     1. HEMOROID INTERNA

Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.

Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :

- Derajat I

Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.

- Derajat II

Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.

- Derajat III

Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong.

- Derajat IV

Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.

2. HEMOROID EKSTERNA.

Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a. Akut

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:

- Sering rasa sakit dan nyeri

- Rasa gatal pada daerah hemorid

Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit.

b. Kronik

Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

Ø PATWAYS

D. Manifestasi Klinik

Gejala utama berupa :

Ø Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.

Ø Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.

Gejala lain yang mengikuti :

Ø Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.

Ø Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.

Ø Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

E. Pemeriksaan Fisik

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur.

1. Insfeksi

o Pada insfeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus

o Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.

o Bagaiman warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.

o Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).

2. PalapasiDapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan melakuakn rektal

tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan.

F. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

b. Anoskopy

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

c. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

d. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy

e. Laboratorium : - Eritrosit

- Leukosit

- Hb

G. Komplikasi

1. terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.

2. Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.

3. Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Nama Perawat :

Tanggal Pengkajian :

Ruang Perawatan :

Jam Pengkajian ` :

Tanggal Masuk :

a. Biodata

1) Klien

Nama :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status Pernikahan :

Alamat :

Diagnosa Medis :

2) Penanggung Jawab

Nama :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status Pernikahan :

Alamat :

Hubungan dengan klien :

b. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.

c. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

b. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.

d. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.

a. Pola Nutrisi

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.

b. Pola Istirahat dan Tidur

Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakityang banyak orang mondar-mandir.

c. Pola Aktivitas

Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

d. Pola Eleminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

e. Pemeriksaan fisik.

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur.

1. Inspeksi

- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.

- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.

- Warna benjolan terlihat kemerahan.

- Benjolan terletak di dalam ( internal ).

2. Palpasi

Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.

ü Informasi penunjang.

ü Pemeriksaan laboratorium

- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl

-Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000

-Elektrolit :

1. K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L

2. Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L

3. Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L

ü Diagnostik

- Kolonoscopy

- Anoskopy

Ø Analisa Data

No Data Penunjang Etiologi Masalah

1 DS:

1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah segar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.

2. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena hemoroid klien kambuh lagi.

3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu,

Pembesaran Vena Hemoroidalis

Konstipasi

walupun sering makan sayur dan buah-buahan.

4. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.

DO:

1. Distensi abdomen (+)

2. Teraba massa pada regio bawah abdomen.

3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :

1. Pola BAB tidak teratur.

2. Karakteristik feses (warna: kuning kecoklatan, konsistensi: lembek berampas)

2 DS:

1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.

2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam hari.

3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah srgar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.

DO:

1.TTV :

Adanya hemoroid pada daerah anal

Nyeri

TD = 120/80 mmHg

2. Distensi abdomen (+)

3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :

1. skala nyeri 6

2. klien tampak meringis

3. klien tampak memegangi daerah nyeri.

4. klien tidak dapat tidur.

3 DS : klien mengeluh BAB seminggu yang lalu karena keluar darah segar bersama feses bahkan darah menetes saat BAB

DO :

1. TTV : TD = 120/80 mmHg

2. Klien tampak lemah

3. Konjungtiva pucat

4. hasil lab :

Hb= 8,9 gr/dl

Data Tambahan :

1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.

2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.

3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu oleh orang lain

Pecahnya Vena Hemoroidalis

Perdarahan V.Hemoroidali

Ø Diagnosa Keperawatan

PRE OPERATIF

1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.

2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.

3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan waktu BAB

Ø Rencana Tindakan Keperawatan

No. Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkankonstipasi teratasi.

KH:

a.Pola BAB normal (1-2x/minggu).

b.Konsistensi feses lunak.

c.Warna feses kuning.

d.Klien tidak takut untuk BAB.

e.Tidak ada nyeri pada saat BAB.

1.Berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2 liter/hari.

2.Berikan posisi semi fowler pada tempat tidur.

3.Anjurkan mengkonsumsi makana tinggi serat.

4.Auskultasi bunyi usus.

5.Hindari makanan yang membentuk gas.

6.Kurangi / batasi makana seperti produk susu.

7.Berikan laktasif sesuai program dokter.

1.Mencegah dehidrasi secara oral.

2.Meningkatkan usaha evakuasi feses.

3.Makanan tinggi serat dapar melancarkan proses defekasi.

4.Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.

5.Menurnnkan distres gastrik dan distensi abdomen.

6.Makanan ini diketahui sebagai penyebab konstipasi.

7.Membantu melancarkan proses defekasi.

2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anal.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkannyeri teratasi.

KH:

a.Wajah pasien tampak meringis.

b.Skala nyeri berkurang 0-3 atau hilang.

c.Klien dapat istirahat tidur.

d.TTV Normal

TD: 100/80 mmHg

1.Berikan Posisi yang nyaman.

2.Berikan bantalan dibawah bokong saat duduk.

3.Observasi tanda-tanda vital.

4.Ajarkan teknik untuk menguranyi rasa nyeri seperti membaca, menarik nafas panjang, menonton TV, dll.

5.Berikan kompres dingin pada daerah anus 3-4 jam dilanjutkan dengan redam duduk hangat 3-4 x/hari.

6.Berikan lingkungan yang tenang.

7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, pelunak feses dan dilakukan hemoroidectomi.

1.Minimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.

2.Meminimalkan tekanan di bawah bokong/meningkatkan relaksasi.

3.Untuk menentukan intervensi selanjutnya.

4.Pengalihan perhatian melalui kegiatan-kegiatan.

5.Meningkatkan relaksasi.

6.Menurunkan ketidaknyamanan fisik.

7.Mengurangi nyeri dan menurunkan rangsang saraf simpatis dan untuk mengangkat hemoroid.

3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkankekurangan nutrisi terpenuhi.

KH:

1.Observasi TTV.

2.Monitor banyaknya perdarahan klien.

3.Kaji ulang tingkat toleransi aktifiitas klien.

1.Untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2.Untuk menentukan tingkat kehilangan cairan.

3.Untuk mengetahui

waktu BAB. a.Konjungtiva klien merah muda.

b.Hb Normal (12-14 g/dl).

c.Tidak ada perdarahan v.hemoroid.

d.Dapat melakukan aktivitas mandiri.

e.Klien tidak cepat lelah setelah beraktivitas.

f.Aktifitas klien sudah tidak dibantu oleh perawat.

4.Memandirikan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Kolaborasi:

1.Konsultasikan nutrisi untuk klien dengan ahli gizi.

2.Berikan vitamin K dan B12 sesuai indikasi.

3.Konsultasi dengan ahli gizi.

4.Berikan cairan IV.

tingkat kelemahan klien.

4.Mengurangi ketergantungan aktifitas klien dengan bantuan perawat.

Kolaborasi:

1.Untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat pada klien.

2.Untuk membantu proses pembekuan darah dan Untuk meningkatkan produksi sel darah merah.

3.Untuk menentukan diet yang tepat bagi klien.

4.Untuk menggantikan banyaknya darah yang hilang selama perdarahan.

No. Dx Evaluasi

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam:

kontipasi pada pasien teratasi

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :

- Nyeri yang dirasakan pasien berkurang

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :

perdarahan waktu BAB Pasien berkurang

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :

1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :

a. Hepar sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.

b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.

c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya hemoroid

Faktor faktor yang mungkin berperan :

a. Keturunan atau heriditer

b. Anatomi

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :

* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.

* Gangguan devekasi miksi.

* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.

3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.

B. SARAN

1. Dalam sistem pengajaran respirasi kami sebagai mahasiswa ingin untuk dosennya agar memberikan penjelasan secara detail dan memberikan contoh penjelasaan itu

2. Kami bangga terhadapat dosen pembimbing kami, yang telah mengajari kami dalam membuat bahan untuk seminar Hipertiroidisme ini.

3. Dalam Menyelesaikan makalah ini kami banyak dapat masukan dari dosen pembimbing kami..

4. Terimakasih atas semua dosen yang telah mengajar di sitem Endokrin

5. Semoga makalah kami ini diterima oleh dosen yang mengajar sitem Endokrin sertasemoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

.

1. Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.

2. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:

EGC.

3. Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

4. Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:

EGC

5. Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.

6. Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

7. Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta:

EGC.

8. Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.

9. Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC

10. Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

11. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. http://debyrahmad.blogspot.com/