asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

17
ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA................................................................. ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHIOLITIS 1. Pengertian Bronkiolitis adalah suatu kondisi terjadi terutama pada umur kurang dari 6 bulan dan didahului dengan gejala pilek yang diikuti oleh batuk iritatif serak, sukar bernafas, dan tidak mau makan. (Insley, 2005). Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan. (Ngastiyah, 2005). Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil (bronkiolus), terjadai pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan. (Mansjoer, 2000). 2. Anatomi fisiologi a. Anatomi saluran nafas (Anonymous, 2009) GAMBAR 1 ANATOMI SALURAN NAFAS

Transcript of asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

Page 1: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHIOLITIS

1. Pengertian

Bronkiolitis adalah suatu kondisi terjadi terutama pada umur kurang

dari 6 bulan dan didahului dengan gejala pilek yang diikuti oleh batuk iritatif

serak, sukar bernafas, dan tidak mau makan. (Insley, 2005).

Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang

sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada

usia 6 bulan. (Ngastiyah, 2005).

Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut

pada saluran nafas kecil (bronkiolus), terjadai pada anak berusia kurang dari 2

tahun dengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan. (Mansjoer, 2000).

2. Anatomi fisiologi

a. Anatomi saluran nafas (Anonymous, 2009)

GAMBAR 1

ANATOMI SALURAN NAFAS

Page 2: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

b. Organ-organ Pernafasan :

1) Hidung

Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,

dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang

berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara.

2) Tekak (faring)

Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,

terdapat didasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut

setelah depan ruang tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi

menutup laring pada waktu menekan makanan.

3)Laring (pangkal tenggorok)

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara

terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis

dan masuk ke dalam trakea dibawahnya.

4)Trakea (batang tengkorak)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku

kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang

berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk

bersama-sama udara. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan

kanan disebut karina.

5)Bronkus (cabang tenggorokan)

Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada

ketinggian vertebra torakalis IV dan V.

6) Paru-Paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-

sel epitel yang endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90

meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.

3. Fisiologi Saluran Nafas

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang

mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak

mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun

guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke

seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari

pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang,

menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem

pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang

menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler

alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan

udara kedalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung.

Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru

Page 3: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

disebut sebagai ventilasi atau bernafas. Kemudian adanya pemindahan

O2 dan CO2 yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut

dengan difusi sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida

antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi

atau pernafasan internal.

Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas.

Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi.

Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum

penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus

diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut

datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada

mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan

tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari

udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbon dioksida dikeluarkan ke

udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama

adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan

keluar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari

beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-

paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel

jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya

dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik

dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu

respirasi sel dimana metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi dan

karbon dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel

akan dikeluarkan oleh paru-paru. (Hidayat, 2006)

4. Patofisiologi

Dengan adanya invasi virus ini, menyebabkan timbulnya suatu

peradangan sehingga terjadi edema atau pembengkakan pada mukosa,

akumulasi sekret atau lendir yang menyebabkan obstruksi saluran nafas

sehingga terjadi penyempitan lumen pada bronkiolus. Dengan adanya

obstruksi akan meningkatkan resistensi pada jalan nafas selama inspirasi

dan ekspirasi. Tetapi, karena radius saluran nafas lebih kecil selama fase

ekspirasi maka terdapat mekanisme klep, sehingga udara akan terperangkap.

Hal ini akan menyebabkan hiperinflasi pada paru yang merupakan akibat

dari udara yang tidak terabsorpsi oleh karena terjadi kontriksi dan dapat

menyebabkan atelekfasis. Proses ini juga dan ventilasi berkurang (Mansjoer,

2006).

7. Etiologi

Page 4: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh respiratory

syncytial virus (50%). Penyebab lainnya ialah para influenza virus,

mycoplasma pneumonial, adenovirus. (Mansjoer, 2006)

8. Tanda dan Gejala

Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari biasanya tanpa

disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris. Anak mulai mengalami sesak

nafas, makin lama makin hebat. Pernafasan dangkal atau cepat disertai

dengan serangan batuk. Terlihat juga pernafasan cuping hidung disertai

retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi gelisah dan cyanosis.

Pada pemeriksaan terdapat suara perlusi hipersonor, ekspirasi memanjang

disertai dengan mengi (wheezing). Ronchi nyaring halus kadang-kadang

terdengar pada akhir ekspirium atau pada permulaan ekspirium. Pada

keadaan yang berat sekali, suara pernafasan hampir tidak terdengar karena

kemungkinan obstruksi hampir total. Selain itu bronkiolus dapat

menyebabkan cyanosis dan tidak dapat makan. (Ngastiyah, 2005)

9. Menurut Ngastiyah (2006) Komplikasi Bronkiolitis :

Bronkiolitis biasanya dapat menimbulkan komplikasi yaitu

atelektasis hipoksia dan gangguan asam basa (asidosis metabolik, alkalosis

respiratorik dan asidosis respisatorik).

10. Pemeriksaan Diagnostik (Mansjoer, 2006)

a. Foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan atelektasis

b. Pemeriksaan darah, Hb dan Ht meningkat

c. Analisis gas adalah hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis

metabolik atau respiratorik.

11. Penatalaksanaan Medis (Mansjoer, 2006)

a. Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda

hipoksemia seperti : gelisah dan cyanosis.

b. Cairan intravena (NFD), biasanya diperlukan campuran dektrose 10% :

NaCl 0,9% = 3:1 + KCL 10Meq/500 ml cairan

c. Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi :

1) Bronkiolitis community base (Ampisilin 100 mg/kg BB/ hari,

letoramfenikol 75 mg/kg BB/hari)

2) Bronkolitis hospital base (Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari, Amikasin

10-15 mg/kg BB/hari)

d. Steroid

e. Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental.

Page 5: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

12. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronkiolitis

Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien Bronkiolitis

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

berbagai permasalahan yang ada. Pengkajian adalah dasar utama dari proses

keperawatan. Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan data,

penganalisaan data, perumusan masalah dan diagnosa keperawatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien,

Bronkiolitis adalah : tanda-tanda distres pernafasan (nafas cepat, dyspnea,

tarikan dada, cuping hidung, cyanosis) selama fase akut, selain itu data yang

bisa didapat pada pasien bronkiolitis yaitu : data subyektif seperti : orang tua

mengeluh anaknya sesak nafas, batuk, bernafas dengan cepat (takipnea), tidak

mau makan dan orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya.

Data obyektif didapat data cyanosis, batuk-batuk, nafas cuping hidung,

demam ringan, bernafas dengan cepat (takipnea, wheezing, ronchi, retraksi

otot dada) pada pemeriksaan darah Hb dan Ht meningkat, foto rontgen

menunjukkan hiperinflasi dan atelektasis.

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

aktual/potensial terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan.

Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan

menurut (Doengoes, 2000 dan Lynda Juall, 2000).

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya

produksi lendir.

2) Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungan dengan meningkatnya

sekresi sekret.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang

tanpa disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan menurunnya

intake.

4) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

meningkatnya metabolisme anoreksia.

6) Ansietass orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga

tentang kesehatan anak.

7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai

perawatan anaknya.

b. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan perawatan diawali dengan menentukan prioritas

bardasarkan Ancaman kehidupan dan kesehatan menurut Griffth – Kenney

Christensen (Wartonah, 2006). Maka dari itu ditemukan prioritas yaitu :

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya

produksi lendir.

Page 6: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

2) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan meningkatnya sekresi

sekret.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang

tanpa disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan menurunnya

intake.

4) Hipetermi berhubungan dengan proses infeksi

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

meningkatnya metabolisme, anoreksia.

6) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi

7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

mengenai perawatan anaknya.

Rencana perawatan adalah penetapan intervensi untuk mengurangi

menghilangkan dan mencegah masalah Keperawatan. Rencana keperawatan

dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan (Doenges, 2000)

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya

produksi lendir.

a) Auskultasi area paru

Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan.

b) Auskultasi bunyi nafas (frekuensi dan kedalaman pernafasan,

penggunaan otot bantu dan pergerakan otot.

Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal, dispnea dan gerakan

dada tidak simetris sering terjadi karena

ketidaknyamanan dinding dan cairan paru.

c) Observasi keabu-abuan menyeluruh dan cyanosis pada jaringan hangat

seperti daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah.

Rasional : menunjukkan hipoksemia sistemik

d) Beri posisi semi fowler/tinggikan kepala tempat tidur sesuai

kebutuhan toleransi pasien.

Rasional : Meningkatnya ekspansi dada maksimal membuat

mudah bernafas yang meningkatnya kenyamanan

pasien.

e) Kaji toleransi aktivitas

Rasional : Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk

berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnea berat,

takikardia dan disritmia.

f) Observasi Vital sign terutama nadi

Rasional : Takikardi takipnea dan perubahan pada tekanan darah

terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis.

g) Kolaborasi, awasi seri GDA/Nadi Oksimetri

Page 7: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

Rasional : Hipoksemia ada berbagai derajat, tergantung pada

jumlah obstruksi jalan nafas, fungsi kardiopulmonal

dan ada / tidaknya syok.

h) Kolaborasi Pemberian oksigen

Rasional : memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.

2) Bersihan Jalan Nafas tak efektif berhubungan dengan meningkatnya

sekresi skret/lendir.

Tujuan : jalan nafas efektif

Intervensi :

a) Auskultasi area paru

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan.

b) Auskultasi bunyi nafas kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan

pergerakan dada.

Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak

simetris, sering terjadi karena ketidaknyamanan dinding

dada dan cairan paru.

c) Observasi vital sign terutama respirasi tiap 4 jam.

Rasional : membantu mengetahui perkembangan pasien

d) Beri posisi fowler / semi fowler sesuai kebutuhan toleransi pasien

Rasional : memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan kuat serta

menurunkan ketidaknyamanan dada.

e) Kolaborasi dalam pemeriksaan DL tiap hari

Rasional : mengetahui perkembangan kondisi pasien

f) Berikan minuman air hangat

Rasional : air hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

g) Delegatif atau kolaboratif dalam pemberian obat bronkodilator sesuai

indikasi

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan

memobilisasi sekret.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan

Tujuan : cairan adekuat

Intervensi :

a) Kaji perubahan vital

Rasional : peningkatan suhu/memanjangnya demam

meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan

melalui evaporasi.

b) Observasi tanda-tanda dihidrasi yaitu tugor kulit, kelembaban

membran mukosa.

Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.

c) Memonitor intake dan output cairan

Page 8: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan penggantian.

d) Berikan cairan parenteral

Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko

dehidrasi.

4) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan: temperatur tubuh dalam batas normal (36-37oC)

Intevensi :

a) Memonitori suhu tubuh tiap 6 jam.

Rasional : peningkatan suhu/memanjangnya demam

meningkatkan laju metabolik.

b) Tingkatan intake cairan supaya adekuat

Rasional : peningkatan pemberian cairan menurunkan peningkatan

suhu tubuh.

c) Beri kompres hangat

Rasional : menurunkan suhu tubuh lewat vasodilatasi dan

pemindahan panas dari tubuh keluar tubuh.

d) Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai program

Rasional : digunakan sebagai alat penurun panas.

5) Perubahan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap

infeksi.

Tujuan : Nutrisi anak adekuat

Intervensi :

a) Identifikasi penyebab anoreksia

Rasional : pilihan intervensi tergantung penyebab masalah.

b) Beri makanan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat

Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu makan

mungkin lambat untuk kembali

c) Kaji kemampuan anak untuk makan

Rasional : mengetahui kemampuan anak dalam menghabiskan

makanan yang diberikan.

d) Observasi masukan makanan tiap hari

Rasional : mengetahui masukan kalori atau kualitas kekurangan

asupan makanan.

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi mal nukomsumsi

makanan

e) Delegatif dalam pemberian cairan IVFD

Rasional : Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

6) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang

kesehatan anak

Tujuan : cemas berkurang

Page 9: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

Intervensi :

a) Kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan orang tua tentang penyakit

dan perawatan anaknya.

Rasional : Mempengaruhi kemampuan keluarga untuk

menggunakan pengetahuan.

b) Beri HE tentang keadaan dan cara perawatan anaknya.

Rasional : memberi informasi untuk menambah pengetahuan

keluarga dan dapat memahami keadaan anaknya.

c) Beri motivasi atau dorongan pada keluarga

Rasional : Meningkatkan proses belajar, meningkatkan

pengambilan keputusan dan mencegah ansietas

berhubungan dengan ketidaktahuan

d) Libatkan keluaraga dalam perawatan pasien

Rasional : Kelurga mengetahui cara perawatan pasien serta

keluarga kooperatif.

e) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Rasional : Informasi dapat meningkatkan koping keluarga

membantu menurunkan ansietas dan masalah

berlebihan.

7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

perawatan anaknya

Tujuan: keluarga tahu tentang penyakit anaknya

Intervensi :

a) Kaji tingkat pengetahuan orang tua, tentang penyakit dan perawatan

anak.

Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan orang tua

mengenai penyakit dan perawatan anak.

b) Beri HE tentang keadaan cara perawatan pasien

Rasional : memberi informasi untuk menambah pengetahuan

keluarga dan dapat memahami keadaan anaknya.

c) Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang

belum diketahui.

Rasional : keluarga bisa memperoleh informasi yang lebih jelas.

d) Lakukan evaluasi setelah memberi penjelasan pada keluarga.

Rasional : mengetahui apakah keluarga sudah benar-benar

mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

c. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan.

Implementasi adalah tahap ketiga dari proses keperawatan dimana rencana

keperwatan dilaksanakan, melaksanakan / aktivitas yang lebih ditentukan.

d. Evaluasi Keperawatan

Page 10: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

Evaluasi keperawatan adalah : proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien.

Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan

adalah sesuai dengan rencana tujuan yaitu :

1) Pertukaran gas adekuat

2) Jalan nafas efektif

3) Cairan adekuat

4) Suhu tubuh dalam batas normal (36-37oC)

5) Kebutuhan nutrisi terpenuhi

6) Ansietas berkurang / hilang

7) Orang tua paham tentang perawatan anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2009). Bronchiolitis. Diperoleh Tanggal 25 Juni 2009, dari http :// id.

Wikipedia.org/wiki/Bronchilitis.

Astawa, G.S. (2008) .Keperawatan Anak [Diktat kuliah] .Denpasar : STIKES BALI.

Carpenito, L. J. (2000). Diagnosa Keperawatan. (Edisi 6). Jakarta : EGC.

Dongoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi 3). Jakarta : EGC.

Hidayat, A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta: Salemba Medika.

Insley, J.( 2005). Vade – mecum pediatric . Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3). Jakarta : Media

Aesculapius.

Ngastiyah. (2005). Keperawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Wartonah. (2006).Kebutuhan Dasar manusia.Jakarta : Salemba Medika.

Page 11: asuhan-keperawatan-bronkhiolitis

ASKEP ANAK/D III KEPERAWATAN/STIKES BALI/SATRIA.................................................................

BAGAN 1WEB OF CAUTION

BRONKIOLITIS

Sumber : Ngastiyah (2005) & Carpenito, L.J. (2000)

Respiratory Syncytial Virus (RSU)

menyerang / menginfeksi saluran pernafasan atas

menimbulkan edema dan akumulasi skret/lendir

Peradangan

Suhu tubuh meningkat

Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Cairan tubuh mengalami penguapan

Kekurangan volume cairan

Hiperinflasi pada paru

Kontriksi pada bronkiolus selama ekspirasi

Obstruksi

Atelektasis

Kerusakan pertukaran gas

Hypoxsia

Terjadi asidosis dan alkalosis respiratori ringan

- Batuk - Pilek - Sesak - Rhonci - Wheezing

- Anoreksia - Penurunan

BB

Bersihan jalan nafas tak efektif

Ansietas Kurang

pengetahuan

Hipertermi