Astigmatism e

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MEDIA REFRAKSI Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca) dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. (Ilyas S, 2004). B. FISIOLOGI REFRAKSI Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda. (Vaughan, 2004).

description

ast

Transcript of Astigmatism e

Page 1: Astigmatism e

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MEDIA REFRAKSI

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas

kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca) dan panjangnya bola

mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata

sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan

tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan

menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan

akomodasi atau istirahat melihat jauh. (Ilyas S, 2004).

B. FISIOLOGI REFRAKSI

Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali

ke sebuah titik peka cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai

sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah

dari satu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.

(Vaughan, 2004).

Gambar 2.Fisiologi Refraksi

Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lainnya

misalnya : kaca dan air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang lebih tinggi,

cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika

mengenai medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus. (Sidarta I, 2003).

Page 2: Astigmatism e

Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media (semakin besar

perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di

medium kedua (semakin besar sudut, semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam

kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang

dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam refraktif total

karena perbedaan densitas pertemuan udara atau kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan

densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea seseorang

tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan

refraksi lensa dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat

atau jauh. (Wijana N, 1993).

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus di retina

agar penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau

belum terfokus sebelum mencapai retina,bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya

yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari

sumber  jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap

sejajar saat mencapai mata. (Wijana N, 1993).

Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih

besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas

dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu,

jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat

terfokus di retina (dalam jarak yang sama),  harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk

sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi. (Wijana N, 1993).

C. KELAINAN REFRAKSI

1. ASTIGMATISMA

a. Definisi Astigmatisma

Astigmatisma atau sering disebut juga mata cylindris yaitu suatu kondisi

dengan kurvatura yang berlainan sepanjang meridian yang berbeda-beda pada satu

atau lebih permukaan refraktif mata (kornea, permukaan anterior atau posterior dari

Page 3: Astigmatism e

lensa mata), akibatnya pantulan cahaya dari suatu sumber atau titik cahaya tidak

terfokus pada satu titik di retina (Ilyas S, 2004).

Gambar 3.Pantulan cahaya pada Astigmatisma

b. Etiologi Astigmatisma

Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut :

1) Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media

refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea,

yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah

lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan

lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior

posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena

kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea

serta akibat pembedahan kornea.

2) Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa.

Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin

juga semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami

kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.

3) Intoleransi lensa atau lensa kontak pada post keratoplasty.

4) Trauma pada kornea.

5) Tumor (Vaughan, 2004).

c. Klasifikasi Astigmatisma

Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina maka astigmatisma dibedakan

atas beberapa jenis diantaranya :

1) Astigmatisma Regular

Page 4: Astigmatism e

Astigmatisma regular merupakan astigmatisma yang memperlihatkan

kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang berlahan-lahan secara teratur dari

satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmatisma

regular dengan bentuk teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran. (Ilyas

S, 2004)

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisma regular

ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a) Horizonto-vertikal astigmatisma

Dibagi dalam 2 bentuk :

i. Astigmatisma with the rule (Astigmatisma lazim)

Astigmatisma with the rule merupakan kelengkungan kornea pada

bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek

dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. Pada

astigmatisma ini meridian vertikal lebih curam dari horizontal.

Pada astigmatisma lazim ini diperlukan lensa silinder negatif

dengan sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang

terjadi. (Ilyas S, 2004).

ii. Astigmatisma against the rule (Astigmatisma tidak lazim)

Astigmatisma against the rule adalah suatu keadaan kelainan

refraksi astigmatisma yang disebabkan oleh kelengkungan kornea pada

meridian horizontal lebih kuat atau curam dibandingkan dengan

kelengkungan kornea vertikal. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Pada Astigmatisma tidak lazim ini diperlukan lensa silinder negatif

dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder

positif sumbu horizontal (30-150 derajat). (Ilyas S, 2004).

b) Astigmatisma oblique

Suatu bentuk astigmatisma regular dimana garis meridian utamanya

tidak tegak lurus tapi miring dengan axis 450 dan 1350. (Wijana N, 1993).

2) Astigmatisma irregular

Page 5: Astigmatism e

Astigmatisma irregular merupakan astigmatisma yang terjadi tidak

mempunyai dua meridian saling tegak lurus. Astigmatisma ini dapat terjadi akibat

kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan

menjadi irregular. Dan astigmatisma irregular terjadi akibat infeksi kornea,

trauma dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang

berbeda. (Ilyas, 2004).

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme

terdiri dari:

a) Astigmatisma Miopia Simpleks

Astigmatisma jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik

B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias

terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). (Sidarta

I, 2003).

Gambar 4.Astigmatisma Miopia Simpleks

b) Astigmatisma Hiperopia Simpleks

Astigmatisma jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik

B berada di belakang retina. (Wijana N, 2001).

Gambar 5.Astigmatisma Hiperopia Simpleks

c) Astigmatisma Miopia Kompositus

Page 6: Astigmatism e

Astigmatisma jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik

B berada di antara titik A dan retina. (Wijana N, 1993).

Gambar 6.Astigmatisma Miopia Kompositus

d) Astigmatisma Hiperopia Kompositus

Astigmatisma jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan

titik A berada di antara titik B dan retina. (Sidarta I, 2003).

Gambar 7.Astigmatisma Hiperopia Kompositus

e) Astigmatisma Mixtus

Astigmatisma jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik

B berada di belakang retina. (Wijana N, 1993).

Gambar 8.Astigmatisma Mixtus

Berdasarkan tingkat kekuatan dioptri astigmatisma dibedakan menjadi :

1) Astigmatismus Rendah

Page 7: Astigmatism e

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya

astigmatimus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika

timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

2) Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada

astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

3) Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat

mutlak diberikan kacamata koreksi. (Morlet N, 2001).

d. Gejala dan Tanda

Seseorang dengan astigmatisma akan memberikan keluhan :

1) Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik

2) Melihat ganda dengan satu atau kedua mata

3) Penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat

4) Bentuk benda yang dilihat berubah (distorsi)

5) Mengecilkan celah kelopak jika ingin melihat

6) Sakit kepala terutama pada bagian frontal

7) Mata tegang dan pegal

8) Mata dan fisik lelah

9) Astigmatisma tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan

ambliopia. (Hardten D, 2009).

e. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pasien

akan datang dengan gejala klinis seperti yang tersebut di atas. Pada pemeriksaan fisik,

terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakkan kartu snellen. Periksa

kelainan refraksi myopia atau hipermetropia yang ada, tentukan tajam penglihatan.

(Morlet N, 2001).

Dengan menggunakan juring atau kipas astigmat, garis berwarna hitam yang

disusun radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih merupakan

Page 8: Astigmatism e

pemeriksaan subyektif untuk menilai ada dan besarnya derajat astigmat. (Ilyas S,

2004).

Gambar 9.Kipas Astigmat

Karena sebagian besar astigmatisma disebabkan oleh kornea, maka dengan

mempergunakan keratometer, derajat astigmatisma dapat diketahui sehingga pada

saat dikoreksi untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik hanya dibutuhkan lensa

sferis saja. (Morlet N, 2001).

Keadaan dari astigmatisma irregular pada kornea dapat dengan mudah di

temukan dengan melakukan observasi adanya distorsi bayangan pada kornea. Cara in

dapat dilakukan dengan menggunakan Placido’s Disc di depan mata. Bayangan yang

terlihat melalui lubang di tengah piringan akan tampak mengalami perubahan bentuk.

(Hardten D, 2009).

Page 9: Astigmatism e

Gambar 10.Kornea Normal dan Kornea Astigmatisma dengan Tes Plasido

f. Penatalaksanaan

Astigmatisma ringan, yang tidak mengalami gangguan ketajaman penglihatan

(0,5 D atau kurang) tidak perlu dilakukan koreksi. Pada astigmatisma yang berat

dipergunakan kacamata silinder, lensa kontak atau pembedahan.

1) Koreksi lensa

Astigmatismusdapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.

Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismusakan dapat

membiaskan sinar sejajar tepat di retina, sehingga penglihatan akan

bertambah jelas. (Hardten D, 2009).

2) Orthokeratology

Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,

lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan

menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan

standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan

sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat

dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka

permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata. (Hardten D,

2009).

3) Bedah refraksi

Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:

a) Radial keratotomy (RK)

Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah di insisi di

parasentral. Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat

rata. Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan

kedalaman dari insisi.

b) Photorefractive keratectomy (PRK)

Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser

pada pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi

Page 10: Astigmatism e

setelah photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali

jernih. (Hardten D, 2009).