Astigmatism Us

21
1 BAB IPENDAHULUAN1. 1 Latar Belakang Astigmatisma biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya berjalan bersama dengan miopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama hidup. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan yang disebut astigmatism with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau-jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horisontal. 2 Letak kelainan pada astigmatisma terdapat di dua tempat yaitu kelainan pada kornea dan kelainan pada lensa. Pada kelainan kornea terdapat perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior- posterior bola mata. Kelainan ini bisa merupakan kelainan congenital atau didapat akibat kecelakaan, peradangan kornea atau operasi. 2.3 Secara garis besar terdapat 3 penatalaksanaan astigmatisma, yaitu dengan menggunakan kacamata silinder, lensa kontak dan

Transcript of Astigmatism Us

Page 1: Astigmatism Us

1

BAB IPENDAHULUAN1.

1 Latar Belakang

Astigmatisma biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya berjalan bersama

dengan miopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama hidup. Bayi yang

baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya

terjadi keadaan yang disebut astigmatism with the rule (astigmat lazim) yang berarti

kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau-jari-jarinya lebih

pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horisontal.

2

Letak kelainan pada astigmatisma terdapat di dua tempat yaitu kelainan pada kornea dan

kelainan pada lensa. Pada kelainan kornea terdapat perubahan lengkung kornea dengan atau

tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior- posterior bola mata. Kelainan ini bisa

merupakan kelainan congenital atau didapat akibat kecelakaan, peradangan kornea atau operasi.

2.3

Secara garis besar terdapat 3 penatalaksanaan astigmatisma, yaitu dengan menggunakan

kacamata silinder, lensa kontak dan pembedahan. Teknik pembedahan menggunakan metode

LASIK, photorefractive keratotomy, dan radial keratotomy.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai syarat untuk menempuh pendidikan di SMF

Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas SumateraUtara dan untuk memberikan informasi

tambahan bagi yang membaca makalahini.

2

Page 2: Astigmatism Us

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh

mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebihdari satu titik.

3

2.2 Epidemiologi

Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3milyar. Di Indonesia

prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan

refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan

refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.

3,4

Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal umur, negara, jenis kelamin,

ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan factor lainnya. Prevalensi miopia bervariasi berdasar

negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90%di beberapa negara. Sedangkan menurut

Maths Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat bervariasi antara

30%-70%

3

2.3 Anatomi Dan FisiologiGambar 1

Page 3: Astigmatism Us

.

Anatomi. Bola mata bentuknya merupai kistik yang dipertahankan oleh adanya tekanan

didalamnya. Walaupun secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau globe namun

bentuknya tidak bulat sempurna. Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang didalamnya

terdapat bola mata, otot-otot ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah. Tiap-tiap tulang

orbita berbentuk menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya meruncing pada daerah apeks

dan optik kanal.

1

2.3.1 Media Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiriatas kornea,

aqueous humor

(cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal

susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang

sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula

lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan

Page 4: Astigmatism Us

benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat

jauh.

1,2

4

2.3.2 Fisiologi RefraksiGambar 2.

Fisiologi refraksi.Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk

difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang

akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas

berpindah dari satu medium dengan kepadatan(densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan

yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan

lainnya misalnya : kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang

lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah

perjalanannya jika mengenai medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus. Dua faktor penting

dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media (semakin besar perbedaan densitas, semakin

besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar

sudut, semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif

mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu

masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam reftraktif total karena perbedaan densitas

pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan densitas antara lensa dan cairan

Page 5: Astigmatism Us

yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap konstan karena

kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat

disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh.

5

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus diretina agar

penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau

belum terfokus sebelum mencapai retina,bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya

yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari

sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki)dianggap

sejajar saat mencapai mata. Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat

memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber

cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai

mata. Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber

cahaya jauh dan dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang

lebih kuat untuk sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.

3

2.4 Etiologi

Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:

4

i.

Page 6: Astigmatism Us

Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refrakta yang

memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90%

dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada

kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau

pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini

terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea

serta akibat pembedahan kornea.

ii. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah umur

seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin jugasemakin berkurang dan lama kelamaan

lensa kristalin akan mengalamikekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.

6

iii.

Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplastyiv.

Trauma pada kornea..

Tumor

2.5 Klasifikasi

Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:1)

Page 7: Astigmatism Us

Astigmatisme Reguler Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua

bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki

daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat

koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya

jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain. Bila ditinjau dari letak daya

bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

i. Astigmatisme With the Rule Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang

lebih kuat dari pada bidang horizontal.

ii. Astigmatisme Against the Rule Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias

yang lebih kuat dari pada bidang vertika.

7

2) Astigmatisme Irreguler Dimana titik bias didapatkan tidak teratur. Berdasarkan letak titik

vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut:

1. Astigmatisme Miopia SimpleksAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina,

sedangkan titik B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya biasterkuat

sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Polaukuran lensa koreksi

astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atauSph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki

angka yang sama.

Gambar 3.

Astigmatisme Miopia Simpleks2.

Astigmatisme Hiperopia SimpleksAstigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina,

sedangkan titik B berada di belakang retina.

Gambar 4.

Page 8: Astigmatism Us

Astigmatisme Hiperopia Simpleks

8

3. Astigmatisme Miopia KompositusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina,

sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

Gambar 5.

Astigmatisme Miopia Kompositus4.

Astigmatisme Hiperopia Kompositus Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina,

sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

Gambar 6.

Astigmatisme Hiperopia Kompositus

Astigmatisme MixtusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis iniadalah Sph +X Cyl -

Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi

nol, atau notasi X dan Ymenjadi sama - sama + atau -.

Page 9: Astigmatism Us

Gambar 7. Astigmatisme Mixtus

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya

astigmatis-musrendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul

keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d

2,75 Dioptri.Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

3. Astigmatismus Tinggi Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus

ini sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

10

2.6 Tanda Dan Gejala

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala

sebagai berikut :

- Memiringkan kepala atau disebut dengan ³titling his head´, pada umunya keluhan ini

sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.

- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan

efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga menyipitkan mata pada

saat bekerja dekat seperti membaca.

- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata,

seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan,

meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejalagejalasebagai

berikut :

- Sakit kepala pada bagian frontal.

Page 10: Astigmatism Us

- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan

mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.

2.7 Diagnosis

1) Pemeriksaan pin hole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan

diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina

lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien

tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan

berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang

menggangu penglihatan

2) Uji refraksii.

Subjektif Optotipe dari Snellen & Trial lens Metode yang digunakan adalah dengan Metoda

Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi

mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan

visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis

positif, biladengan lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5,6/6, atau

20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis

positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan

tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia.

Bilasetelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatanmaksimal mungkin

pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Padakeadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging

technique).

5,6

iii. Objektif

-

Page 11: Astigmatism Us

Autorefraktometer Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi

denganmenggunakan komputer.

Penderita duduk di depan autore fractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap

cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan

pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.

- Keratometri Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius

kelengkungan kornea. 11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga

namun mempunyai keterbatasan

1

2

3) Uji pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan

lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan

menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan

ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka

tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan

sumbu 180°. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring

kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua

juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensasilinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian

pasien diminta melihatkartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai

pasienmelihat jelas.

Page 12: Astigmatism Us

Gambar 8. Kipas astigmat

1

3

4)

KeratoskopKeratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.Pemeriksa

memerhatikan imej ³ring´ pada kornea pasien. Padaastigmatisme regular, ³ring´ tersebut

berbentuk oval. Pada astigmatismeirregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.

7,8

5)

Page 13: Astigmatism Us

Javal ophtalmometer Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea,diaman

akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.

1

4

2.8 Terapi

1)

Koreksi lensaAstigmatismus

dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.Karena dengan koreksi lensa cylinder

penderita astigmatismus

akan dapatmembiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.2)

OrthokeratologyOrthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,

lebihdari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar danmenurunkan myopia.

Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai denganstandar. Pada astigmatismus irregular

dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan

depan kornea makadapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa

kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.3)

Page 14: Astigmatism Us

Bedah refraksiMethode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:

8,9

· Radial keratotomy (RK)Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di

parasentral.Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlahhasil

perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalamandari insisi.· Photorefractive

keratectomy (PRK)Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada

pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive

keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih.Pasien tanpa bantuan koreksi

kadang-kadang menyatakan penglihatannyalebih baik pada waktu sebelum operasi.

1

5

BAB IIIKESIMPULAN

Astigmatisma adalah kelainan refraksi mata dimana didapatkan bermacam-macam derajat

refraksi pada berbagai macam meridian sehingga sinar sejajar yangdatang pada mata akan

difokuskan pada berbagai macam fokus pula. Terdapat berbagai macam astigmatisma, antara lain

simple astigmatisma, mixedastigmatisma dan compound astigmatisma.Terdapat 2 etiologi, yaitu

kelainan pada lensa dan kelainan pada kornea. Adapungejala klinis dari astigmatisme adalah

penglihatan kabur atau terjadi distorsi.Pasien juga sering mengeluhkan penglihatan mendua atau

melihat objek berbayang-bayang. Sebahagian juga mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri

padamata.Koreksi dengan lensa silinder akan memperbaiki visus pasien. Selain lensaterdapat

juga pilihan bedah yaitu dengan Radial keratotomy (RK) danPhotorefractive keratectomy (PRK).

DAFTAR PUSTAKA

1.

Page 15: Astigmatism Us

Despopoulos A. and Silbernagi S, Color Atlas of Physiology 3

rd

E

dition.London: Thieme, 2003; 344-346.2.

Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,Ophtalmology at a

Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.3.

James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York:Blackwell

Publishing, 2003; 20-26.4.

Whitcher J P and

E

va P R, Low Vision. In Whitcher J P and

E

va P R,Vaughan & Asbury¶s General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill,2007.5.

Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. IlmuPenyakit Mata Untuk

Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran

E

Page 16: Astigmatism Us

disi Ke-2.Jakarta.6.

A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth

E

dition: Optics andRefraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.7.

Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive

E

rrors, Thieme, p. 127-136, 2000.8.

Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6

th

E

dition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008