asrama minangkabau reinterpreting - Ninkarch’s Blog · 1 Time Saver Standards for Building Types...

46
Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001 OBYEK: ASRAMA MAHASISWA Obyek rancangan adalah sebuah Asrama Mahasiswa yang secara khusus melayani mahasiwa yang berasal dari daerah Minangkabau. Asrama ini memiliki kapasitas 100 orang. Sebelum masuk ke konsep rancangan secara khusus, yaitu yang mencerminkan budaya Minangkabau, terlebih dahulu akan dibahas mengenai obyek asrama mahasiswa secara umum. Pada umumnya sebuah asrama mahasiswa digunakan sebagai tempat tinggal mahasiswa yang menuntut ilmu di suatu tempat yang jauh dari tempat tinggalnya. Sebuah asrama bisa menjadi satu bagian dengan sebuah kampus, dan bisa juga terpisah. Asrama mahasiswa biasanya dilengkapi oleh berbagai fasilitas. Beberapa standart tentang kebutuhan ruang dan fasilitas yang lain telah ditetapkan dalam merancang sebuah asrama mahasiswa. Terdapat dua sumber yang dijadikan acuan standart dalam perancangan ini, yaitu Time Saver Standart dan Data Arsitek. Menurut standart 1 , ruang-ruang yang dibutuhkan pada sebuah asrama mahasiswa antara lain: 1. Student room (ruang kamar mahasiswa) 2. Bathing (Toilet/KM/WC) 3. Dining (ruang makan) 4. Recreation and Social Activity (Tempat rekreasi dan aktivitas bersama) 5. Cultural (Ruang Baca, Ruang Musik, Ruang Diskusi, dll) 6. Circulation and Interrelation of space (sirkulasi) 7. Service and storage (Ruang Service dan Penyimpanan) 8. Kamar Penjaga 9. Ruang administrasi 10. Ruang Tambahan (fasilitas tambahan lain, seperti warnet, wartel, dll) 1 Time Saver Standards for Building Types 3rd edition, Joseph de Chiara & John Callendar, McGraw-Hill Publishing Company, 1990 1

Transcript of asrama minangkabau reinterpreting - Ninkarch’s Blog · 1 Time Saver Standards for Building Types...

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

OBYEK: ASRAMA MAHASISWA

Obyek rancangan adalah sebuah Asrama Mahasiswa yang secara khusus

melayani mahasiwa yang berasal dari daerah Minangkabau. Asrama ini memiliki

kapasitas 100 orang. Sebelum masuk ke konsep rancangan secara khusus, yaitu

yang mencerminkan budaya Minangkabau, terlebih dahulu akan dibahas

mengenai obyek asrama mahasiswa secara umum.

Pada umumnya sebuah asrama mahasiswa digunakan sebagai tempat

tinggal mahasiswa yang menuntut ilmu di suatu tempat yang jauh dari tempat

tinggalnya. Sebuah asrama bisa menjadi satu bagian dengan sebuah kampus,

dan bisa juga terpisah.

Asrama mahasiswa biasanya dilengkapi oleh berbagai fasilitas. Beberapa

standart tentang kebutuhan ruang dan fasilitas yang lain telah ditetapkan

dalam merancang sebuah asrama mahasiswa. Terdapat dua sumber yang

dijadikan acuan standart dalam perancangan ini, yaitu Time Saver Standart dan

Data Arsitek.

Menurut standart1, ruang-ruang yang dibutuhkan pada sebuah asrama

mahasiswa antara lain:

1. Student room (ruang kamar mahasiswa)

2. Bathing (Toilet/KM/WC)

3. Dining (ruang makan)

4. Recreation and Social Activity (Tempat rekreasi dan aktivitas bersama)

5. Cultural (Ruang Baca, Ruang Musik, Ruang Diskusi, dll)

6. Circulation and Interrelation of space (sirkulasi)

7. Service and storage (Ruang Service dan Penyimpanan)

8. Kamar Penjaga

9. Ruang administrasi

10. Ruang Tambahan (fasilitas tambahan lain, seperti warnet, wartel, dll)

1 Time Saver Standards for Building Types 3rd edition, Joseph de Chiara & John Callendar, McGraw-Hill Publishing Company, 1990

1

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

STUDENT ROOM (RUANG KAMAR MAHASISWA)

Fungsi dari student room antara lain:

a. Study (belajar)

b. Sleep (tidur/istirahat)

c. Socializing (bersosialisasi secara pribadi)

d. Dressing (berganti pakaian)

Untuk memenuhi kebutuhan fungsi-fungsi tersebut terdapat beberapa

tipe ruang yang bisa dipilih, antara lain:

• Single rooms (kamar untuk satu penghuni), memiliki tingkat privasi

tinggi, dengan satu pintu bukaan langsung menuju koridor, tetapi

memungkinkan penghuni untuk dapat menerima satu orang tamu,

sehingga sebaiknya memiliki fasilitas lengkap dalam kamar tersebut

(tape/radio, ataupun fasilitas lain yang diusahakan tidak mengganggu

penghuni lain).

• Split double rooms, dua ruang kamar yang memiliki satu bukaan yang

menghubungkan antar ruang, memiliki nilai privasi, tetapi

memperhatikan faktor sosial antar penghuni.

• Double rooms, lebih memperhatikan faktor ekonomis dengan dua

penghuni saling berbagi dalam satu ruang kamar.

• Triple room, sama dengan double rooms, hanya dibedakan pada

penghuni kamar yang berjumlah 3 orang.

• Four-student room, sama dengan double & triple room, hanya

dibedakan pada penghuni kamar yang berjumlah 4 orang.

• Suites, dihuni oleh lebih dari 4 orang mahasiswa, tidak hanya memiliki

ruang tidur, tetapi memiliki ruang bersama untuk bersosialisasi dengan

sesama penghuni kamar.

2

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Beberapa tipe ruang tersebut memiliki ukuran yang berbeda. Ukuran

tipe-tipe ruang tersebut menurut standard adalah:

a. Single room

• 90 – 120 sq ft 2

• 100 – 160 sq ft / 9 – 15 m2 3

b. Double rooms dengan tempat tidur susun (with bunk bed) • 140 – 180 sq ft4

c. Double rooms tanpa tempat tidur susun (without bunk bed)

Figure 1. ukuran ruang dan susunan perletakan perabot dalam student room tipe single room menurut standart. Sumber: Time Saver Standart

• 180 – 240 sq ft5

Figure 2. ukuran ruang dan susunan perletakan perabot dalam student room tipe double room. sumber: Time Saver Standart

2 Time Saver Standards for Building Types 3rd edition, Joseph de Chiara & John Callendar, McGraw-Hill Publishing Company, 1990 3 Neufert Architect’s Data, Crosby Lockwood Staples London, 1970 4 idem 2 5 idem 2

3

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

BATHING (TOILET/KM/WC)

• Gang bath

• Untuk toilet dengan perhatian lebih terhadap privasi pengguna, dapat

digunakan 1 ruang toilet/kamar mandi/wc untuk setiap 2-4 ruang kamar.

Figure 3. gang bath. Sumber: Time Saver Standart

Figure 4. Kamar mandi untuk 4 kamar. Sumber: Time Saver Standart

Figure 5. Kamar mandi untuk 2 kamar. Sumber: Time Saver

• Standard ukuran & jumlah fasilitas toilet6 :

o 1 shower untuk tiap 4-8 mahasiswa

o 2-3 ruang mandi untuk seluruh penghuni dalam satu lantai

o 1 WC + urinal untuk tiap 6-10 mahasiswa laki-laki

o 1 WC untuk tiap 6-8 mahasiswa perempuan

6 Time Saver Standards for Building Types 3rd edition, Joseph de Chiara & John Callendar, McGraw-Hill Publishing Company, 1990

4

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

DINING (RUANG MAKAN)

a. Standard area7

• Number of diners : 20 % - 80 % dari total keseluruhan mahasiswa

penghuni asrama

• Number of sittings : 2 – 3 per meal

• Lebar tempat duduk : > 600 mm & lebar meja : 600 mm, lebih

disarankan 750 mm, dengan meja makan & bangku panjang

• Lebar tempat duduk : > 2 ft 2 in lebar meja : > 700 atau 800 mm

dengan meja makan dan kursi

• Ruang yang dibutuhkan tiap mahasiswa 1,2 – 1,3 m2

a. Serving spaces

• Area dapur : 40 % dari luas keseluruhan ruang makan

b. Lain-lain (dengan ukuran proporsi terhadap ruang makan)

• Entrance hall & cloakroom : 40 %

• Small dining room for lecturer or small parties : 20 %

7 idem 6

5

Figure 6. Dining. Sumber: Time Saver Standart

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

RECREATION & SOCIAL ACTIVITY (RUANG REKREASI / RUANG BERSAMA) • Common room (preferably extendible) : 20 – 120 %

• Occasionally small auditorium 20 %

• Rooms (three) for woman students : 10 %

• Rooms for group activities & students recreation 20 %

CULTURAL (RUANG BACA, RUANG MUSIK & RUANG DISKUSI)

Ruang yang dapat digunakan untuk memperkaya ilmu / pengetahuan

secara bersama

• Committee room & reference library 30 m2

SERVICE & STORAGE (RUANG SERVIS & RUANG PENYIMPANAN / GUDANG)

Ruang servis yang dimaksud adalah ruang maintenance bangunan dan

ruang mekanikal elektrikal, sedangkan storage adalah gudang penyimpanan bagi

masing-masing penghuni / mahasiswa. Diletakkan pada area terpisah dan jauh

dari tempat dengan sirkulasi yang ramai

CIRCULATION & INTERRELATION OF SPACES

Memiliki ukuran yang bervariasi, antara 7-25 % dari luas keseluruhan

ruang dalam satu lantai.

Figure 7. Presentasi Ruang Sirkulasi / koridor. Sumber: Time Saver Standart

6

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

FLATS

• Untuk supervisor : 2-3 rooms with bath, no kitchen 75 m2

• Untuk Sekretaris : 2 rooms and bath 50 m2

• Untuk penjaga : 3 rooms and bath 50 m2

• Untuk pelayan rumah tangga : 2-3 rooms each 12-18 m2

RUANG ADMINISTRASI

• Kantor manajemen : + 30 m2

• Kantor supervisor : 15 – 20 m2

• Ruang organisasi mahasiswa daerah : 1-2 rooms @ + 30 m2

• Ruang konsultasi : + 25 m2

Dari standart kebutuhan ruang, fasilitas, serta ukuran dari sebuah

asrama mahasiswa yang telah dijabarkan di atas, sebagian akan digunakan dan

sebagian lagi sedikit diubah berdasarkan kebutuhan dan kehidupan sosial

budaya masyarakat Minangkabau.

7

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Seperti masyarakat daerah lain di seluruh Nusantara, masyarakat

Minangkabau juga memiliki kebudayaan tertentu yang tercermin di dalam

setiap segi kehidupannya, termasuk dalam arsitektur vernakularnya. Ada

beberapa aspek yang memiliki pengaruh banyak, dan ada beberapa yang

berpengaruh sedikit, hal itu dapat dilihat pada tabel 1.

ARSITEKTUR VERNAKULAR MINANGKABAU

ARSITEKTUR

ORIEN

TASI

BEN

TUK

LOKASI

SITE

UKU

RAN

STRUK

TUR LAYOUT RUANG DEKORA

SI PERMUKIMAN

SEJARAH ■ LEGENDA ■

GEOGRAFIS ■ ■ IKLIM ■ ■

EKONOMI ■ ■ SISTEM

KEMASYAR

AKATAN

LOKASI

SITE ■ ■

SOSIAL

BUDAYA ■ ■ ■

TRADISI

RITUAL ■ ■

KELUARGA ■ AGAMA ■ ■

MATERIAL ■

A

S

P

E

K

TEKNOLOGI ■

Table 1. Matriks hubungan aspek budaya dan arsitektur Minangkabau

Dari matriks di atas, dapat dilihat bahwa bentuk dan ruang mendapat

pengaruh yang paling banyak dari berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat

Minangkabau. Sedangkan bila dilihat dari segi aspek yang mempengaruhi, maka

8

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

aspek sosial budaya yang menempati porsi paling besar, diikuti dengan keadaan

ekonomi, letak geografis, kondisi iklim, lokasi site, tradisi ritual, dan agama.

Dari unsur-unsur tersebut ada beberapa yang dipertahankan dan ada beberapa

yang dihilangkan. Yang dipertahankan hanyalah yang mempunyai nilai yang

khusus. Beberapa aspek yang diperhatikan dalam perancangan Asrama

Mahasiswa Daerah Minangkabau antara lain:

ASPEK SEJARAH

Menurut yang tertulis di dalam Tambo Alam (buku sejarah kelahiran

Minangkabau), nenek moyang Minangkabau berasal dari Indocina yang

bermigrasi ke selatan beberapa ribu tahun yang lalu, berpindah sampai ke Selat

Malaka. Dari selat itu mereka berjalan ke barat menuju ke Gunung Marapi, dan

akhirnya menetap dasar Gunung Marapi. Di sinilah awal mula terbentuknya

permukiman Minangkabau8.

Karena Gunung Marapi merupakan tempat asal mula budaya

Minangkabau berkembang, maka dipercaya bahwa Gunung Marapi inilah yang

memberi penghidupan bagi masyarakat Minangkabau karena lahannya yang

subur. Jadi lokasi Gunung Marapi ini memiliki pengaruh terhadap orientasi

Rumah Gadang, yaitu Rumah Gadang harus menghadap Gunung Marapi.

ASPEK IKLIM

Iklim daerah Minangkabau memiliki pengaruh terhadap bentuk

keseluruhan Rumah Gadang. Rumah Gadang bisa dikatakan sebagai rumah

panggung. Ketinggian panggung atau platform Rumah Gadang adalah sekitar

satu atau dua meter di atas permukaan tanah. Ruangan di bawah lantai ditutup

anyaman bambu untuk kandang. Kolong Rumah Gadang tersebut dibuat tinggi

untuk memberikan hawa yang segar, terutama pada musim panas, Di samping

itu agar lebih aman dalam menghadapi bahaya banjir.

Bangunan dinding Rumah Gadang membesar ke atap yang disebut dengan

silek. Dinding yang berbentuk seperti ini berfungsi untuk membebaskan

8 Syamsidar, B.A. 1991. Arsitektur Tradisional Daerah Sumatra Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

9

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

bangunan dari terpaan air hujan. Atapnya yang lancip berguna untuk

membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis.

Figure 7. Arsitektur vernakular Minangkabau

ASPEK EKONOMI

Keadaan ekonomi berpengaruh terhadap layout Rumah Gadang. Sesuai

dengan mata pencaharian masyarakat Minangkabau, maka dalam layout Rumah

Gadang terdapat lumbung atau Rangkiang yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan makanan. Karena itulah setiap Rumah Gadang memiliki

pekarangan. Di pekarangan itulah lumbung-lumbung itu ditempatkan. Lumbung-

lumbung tersebut berderet di depan rumah berjumlah minimal tiga. Letaknya

ada di ujung kiri pintu masuk, di tengah dekat pintu masuk, dan di ujung kanan

pintu masuk. Jumlah lumbung bisa lebih dari tiga tergantung pada keadaan

ekonomi pemilik rumah. Bila pemilik rumah adalah keluarga mampu maka akan

memiliki lumbung yang lebih dari tiga.

Rangkaian rangkiang atau lumbung yang terletak di depan Rumah

Gadang memiliki fungsi yang berbeda-beda.

• Si Tinjau Lauik dengan 4 tiang , adalah lambing mamak rumah.

• Si Bayau-Bayau dengan 4 tiang, adalah lumbung tuo tumah atau

lumbung pusako, lumbung makanan pagi-petang. Untuk

keperluan makan sehari-hari.

• Si Tangguang Lapa dengan 6 tiang adalah lumbung untuk putri,

yang berfungsi sebagai penahan dagang lalu, orang semenda,

10

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

tempat si miskin selang tenggang, lumbung persiapan kalau

musim paceklik datang.

D: Limau Manih Sandaran Alu E: Kemuniang Hutan Kudo F: Tebat Ikan G: Tepian Tempat Mandi H: Kebun Bunga

1. Anjung Kiri (Ujung) 2. Anjung Kanan (Pangka) 3. Jenjang 4. Sitinjau Lauik 5. Sibayau-Bayau 6. Sitangka Lapa 7. Jalan Masuk 8. Jalan Besar 9. Puding Perak Paga di Luar 10. Puding Emas Paga di Dalam 11. Jalan Kecil Ketapian Mandi 12. Halaman Pakai Pasir Halus 13. Kepuak Gadang 14. Kapuak Ketek 15. Batu Tapakan

Figure 8. Layout plan Arsitektur vernakular Minangkabau. Sumber: Syamsidar, 1991

B: Deretan Rangkiang (Lumbung) C: Lesung

A: Rumah Gadang Keterangan Gambar:

ASPEK SISTEM KEMASYARAKATAN

Secara adat, sistem pemerintahan Minangkabau dibedakan menjadi

dua9:

• Laras Bodi Caniago: demokrasi, yaitu masyarakat memegang peranan

penting

• Laras Koto Piliang: otokrasi, yaitu dimulai dengan musyawarah tetapi

keputusan tetap berada di tangan Penghulu Pucuk atau Penghulu Suku.

9 idem 8

11

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Sistem pemerintahan tersebut memberi pengaruh kepada adanya

gonjong pada atap arsitektur Minangkabau. Susunan gonjong mengandung

falsafah yang menggambarkan kehidupan sistem pemerintahan Minangkabau,

yaitu dari atas ke bawah: kitabullah – kepala desa – musyawarah – suara rakyat

- nagari.

Figure 9. Falsafah Gonjong

ASPEK LOKASI SITE

Lokasi site Rumah Gadang memiliki pengaruh kepada jumlah ruangan

dan jumlah gonjong. Tempat tinggal yang diperbolehkan dibangun di daerah

Taratak adalah dangau / rumah dengan tiang 4 buah yang terdiri 1 ruangan dan

belum bergonjong. Sedangkan yang boleh dibangun di daerah Koto, adalah

rumah yang memiliki gonjong 2 dan ruangan berderet 2. Sementara rumah yang

dibangun di daerah Dusun sudah boleh bergonjong 4, dan rumah yang dibangun

di daerah Nagari boleh memiliki gonjong 4 atau lebih10.

10 idem 8

12

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Figure 10. Rumah Gadang bergonjong 4

ASPEK SOSIAL BUDAYA

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Minangkabau memiliki

pengaruh pada komposisi massa pada rumah adat Minangkabau. Komposisi

massa pada Rumah Gadang didasarkan pada sifat-sifat alam dan kebutuhan

manusia. Rumah adat Minangkabau bentuknya simetris, sesuai dengan alam

lingkungan yang antara satu dan lainnya terdapat susunan komposisi yang

selaras dan seimbang.

Rumah Gadang bentuknya memanjang didasarkan kepada jumlah ruang

dalam bilangan yang ganjil, misalnya 3,5,7,9,11 dan ada pula 17 ruang pada

masa lalu tetapi sekarang sudah tidak ditemukan lagi.

Rumah Gadang secara memanjang dibagi atas beberapa ruang/lanjar.

Maka secara melebar ia dibagi kepada didieh. Dan pada sebagian Rumah

Gadang pada ujung kiri dan kanan ada ruangan yang disebut dengan anjuang

dan ada kalanya ada ruangan yang menjorok keluar di atas pintu masuk yang

disebut dengan Balai (yang digunakan untuk menerima tamu)

13

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Figure 10. komposisi ruang Rumah Gadang yang simetris menunjukkan keseimbangan alam (asal adat Minangkabau). Susunan ruangnya juga menunjukkan pola kehidupan

social. Sumber: Syamsidar, 1991

Ruangan dalam Rumah Gadang dibagi atas beberapa bagian yaitu

didieh yang menghadap ke depan atau bagian depan yang merupakan ruang

terbuka, dan didieh yang arah ke dalam disebut Bandua digunakan sebagai

Biliek (kamar tidur), dan di tengahnya sebagai tempat sirkulasi keluar masuk.

Rumah Gadang terbagi atas bagian-bagian yang masing-masingnya

mempunyai fungsi khusus. Seluruh bagian merupakan ruangan lepas kecuali

biliek (kamar tidur) Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang-ruang ditandai

oleh tiang.

Lanjar yang terletak pada bagian dinding sebelah belakang yang

disebut didieh belakang atau Bandua biasanya digunakan untuk kamar-kamar.

Jumlah kamar tergantung kepada perempuan yang tinggal di dalamnya atau

besarnya lanjar yang ada. Ukuran kamar-kamar ini hanya didesain untuk tidur,

karena ukurannya sangat sempit, hanya cukup untuk satu tempat tidur, almari,

dan peti penyimpanan. Hal ini mendapat pengaruh dari kehidupan sosial

masyarakat Minangkabau yang lebih suka melakukan kegiatan secara bersama

daripada individu.

Kamar untuk para gadis ialah pada bagian ujung kanan. Kamar yang di

ujung kiri biasanya digunakan oleh penganten baru atau pasangan suami istri

yang paling muda. Kalau rumah mempunyai anjuang, maka anjuang sebelah

kanan merupakan kamar para gadis. Sedangkan anjuang sebelah kiri digunakan

sebagai tempat kehormatan bagi penghulu pada waktu dilangsungkan berbagai

upacara adat.

Lanjar kedua merupakan bagian yang digunakan sebagai previlasi dari

para penghuni kamar. Lanjar ketiga merupakan lanjar tengah pada rumah

14

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

berlanjar tiga. Sebagai lanjar tengah, ia digunakan untuk tempat menanti tamu

dari masing-masing penghuni kamar yang berada di ruang itu. Lanjar tepi, yaitu

yang terletak di bagian depan dinding depan. Merupakan lanjar terhormat yang

lazimnya digunakan sebagai tempat tamu laki-laki bila diadakan perjamuan11.

Dari fungsi ruang-ruang tersebut, dapat dilihat bahwa susunan

ruangnya menyesuaikan dengan kehidupan sosial, di mana kamar yang

merupakan daerah pribadi wanita terletak di belakang, jauh dari jangkauan

para pria. Terdapat ruangan tersendiri untuk menerima tamu pria. Hal ini

menunjukkan bahwa yang menguasai seluruh ruangan di Rumah Gadang adalah

kaum wanita.

Selain komposisi ruang, ada hal lain yang mendapat pengaruh dari

budaya Minangkabau, yaitu ukiran. Setiap Rumah Gadang memiliki ukiran pada

tiap-tiap bagiannya. Mulai dari tiang, dinding, pintu, jendela, sampai atap.

Motif ukiran yang digunakan adalah mengambil dari alam, sesuai dengan asal

adat Minangkabau. Motif yang digunakan adalah motif flora dan fauna. Ukiran-

ukiran yang diletakkan di dinding eksterior berbeda dengan di dinding interior.

Terdapat ketentuan tersendiri mengenai hal ini. Tetapi setiap Rumah Gadang

bebas untuk menentukan flora apa atau fauna apa yang akan digunakan dalam

ukiran.

ASPEK TRADISI RITUAL

Berbagai macam upacara adat yang diselenggarakan di Minangkabau

tersebut memiliki pengaruh terhadap arsitektur Rumah Gadang dan juga

permukimannya. Pada Rumah Gadang pengaruhnya adalah terletak pada

susunan ruangnya. Rumah Gadang memiliki bagian yang terbuka untuk

penyelenggaraan upacara adat, selain itu terdapat ruangan khusus bagi

penghulu pada waktu upacara adat, yaitu anjuang sebelah kiri.

ASPEK KELUARGA

Masyarakat Minangkabau memiliki sistem kekeluargaan matrilineal,

seorang anak dianggap sebagai keturunan dari ibunya, bukan ayahnya. Seorang

11 idem 8

15

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

anak lelaki yang sudah remaja, sudah tidak memiliki tempat lagi di rumah

orang tuanya. Biasanya mereka keluar dari rumah dan tidur di surau bersama

pemuda-pemuda lain sampai dia dijemput oleh wanita yang melamarnya. Atau

mereka biasanya pergi merantau mencari peruntungan di daerah lain. Jadi yang

tinggal di rumah adalah satu garis keturunan anak-ibu-nenek.

Figure 11. hirarki Rumah Gadang berdasarkan siklus

kehidupan wanita. Sumber: Tjahjono, 2002 ASPEK MATERIAL

Pada Rumah Gadang yang asli, lantai tidak terbuat dari kayu, akan

tetapi dibuat dari bambu yang dipecah dan didatarkan yang disebut dengan

palupuah. Jadi tidak menggunakan paku di dalam pemasangannya tetapi hanya

menggunakan rotan yang telah dibelah untuk mengikat sehingga lantai tersebut

tidak terlepas dan bercerai berai.

Tiang atau kolom terbuat dari kayu yang kuat. Untuk sandi atau pondasi

menggunakan batu yang permukaannya datar. Atap terbuat dari ijuk. Saga ijuk

diatur susunannya dengan nama Labah Mangirok atau Labah Maraok dan Bada

Mudiak.

Sedangkan loteng merupakan ruangan antara lantai dan atap bangunan,

biasanya terbuat dari kayu atau papan yang tidak datar.

16

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

ASPEK TEKNOLOGI

Bangunan Rumah Gadang tidak

menggunakan pondasi yang ditanam dalam,

hanya menggunakan batu yang hampir sama

besarnya yang digunakan sebagai sandi dari

bangunan. Sandi tersebut sebagian ditanamkan

ke tanah sebagai tempat tiang-tiang rumah

ditegakkan. luas permukaannya lebih luas

daripada garis tengah lingkaran tonggak. Sandi

mempunyai permukaan yang datar, dan dapat

ditanamkan sebagian ke dalam tanah.

Tiang: tonggak tuo maksudnya tiang yang

dituakan di mana pada tiang tersebut

menghubungkan seluruh tiang-tiang bangunan rumah gadang. Tiang panjang

merupakan tiang-tiang yang melintang berdekatan dengan tonggak tua dan ada

lagi tiang yang disebut dengan tiang dalam, tiang temban, tiang dapur, tiang

tepi, tonggak gantung yang kesemuanya adalah tiang-tiang yang membentuk

kerangka Rumah Gadang menjadi empat persegi panjang dengan dibatasi oleh

tiang-tiang pada garis tengah rumah.

Figure 12. detail pondasi

Tiang Rumah Gadang berbentuk dasar bulat yang dibuat bersegi-segi.

Tidak ada tiang rumah Gadang yang terbuat dari kayu bulat. Tiang merupakan

bagian penting dari bangunan. Segi-segi dari tiang tidak sama besarnya. Tiang

yang besar terdapat pada tengah bangunan. Tiang yang berada di tengah

bangunan dibuat bersegi 8 sedangkan yang terletak di samping bersegi 5. Tiang-

tiang ini banyak fungsinya, yang mana tiap nama menunjukkan fungsinya yaitu

tiang: tepi, temban, tengah, dalam panjang, salek, dapur, yang kesemuanya

diberi ukiran yang sesuai menurut fungsinya.

17

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Figure 13. susunan tiang-tiang dalam Rumah Gadang. Sumber: Syamsidar, 1991

Tiang utama rumah didirikan

tegak, tiang luar rumah lebih tua agak

condong ke luar sedikit. Hal itu untuk

memberi sentuhan garis atap yang

dibangun ke atas dan ke luar dengan

cara balok-balok melintang dan

kerangka penguat, puncaknya diperluas

dengan pemakaian penunjang dan

pengikat . tiang-tiang tersebut tidak

dipasang dengan posisi tegak lurus.

Tetapi mempunyai kemiringan ke arah

luar yang berlawanan arah miringnya

dengan tiang-tiang yang berseberangan

dengannya. Ternyata dari segi konstruksi kemiringan ini dapat berarti banyak,

yaitu permainan gaya yang saling meniadakan sehingga tercapai kestabilan yang

tinggi, karena kecondongan tiang yang satu ke kiri atau kanan akan dinetralisir

oleh tiang di seberangnya.

Figure 14. detail kolom/tiang

Antara tiang-tiang tersebut bagian tengahnya dihubungkan oleh rasuak,

yaitu dasar dari bagian tengah dari bagian rumah gadang. Di atas rasuak yang

dibantu oleh hariau (kayu untuk memperkuat kedudukan bangunan lantai)

dibangun lantai yang dari ujung ke ujungnya meninggi dan adakalanya dari

ujung ke ujungnya bertingkat yang disebut dengan anjuang. Lantai dari

bangunan Rumah Gadang kesemuanya terbuat dari papan yang diketam secara

18

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

lurus dan kemudian disusun secara datar dan rapat di atas jariau-jariau yang

telah dipersiapkan untuk itu.

Dalam pertukangan yang dipakai adalah ”eto” atau hasta. Kadang-

kadang untuk mencari bentuk yang baik ukuran eto ini ditambah atau dikurangi

satu jengkal. Ukuran untuk satu ruang kira-kira 5-7 eto. Kalau yang dimaksud

dengan 1 eto = 0,5 meter, maka:

• Rumah Gadang yang terpendek yaitu 5 ruang, panjangnya adalah 12,5

meter. Sedangkan yang terpanjang yaitu 17 ruang adalah 59,5 meter.

• Lebar 10-14 meter

• Tinggi lantai 5-7 eto atau 2,5-3,5 meter

• Tinggi plafond 14 eto atau 5-7 meter dari tanah

• Miring sudut atap umumnya 45 derajat, sedangkan gonjong berpedoman

pada panjang rumah dan tingkat sosial penghuni.

Aspek-aspek di atas hanyalah beberapa aspek penting dari seluruh aspek

pembentuk arsitektur vernakular Minankabau. Aspek-aspek tersebut akan

menjadi dasar pemikiran konsep perancangan asrama mahasiswa daerah

Minangkabau. Bagaimana masyarakat Minangkabau mentranformasikannya ke

dalam bangunan juga akan menjadi dasar pemikiran perancangan. Tetapi yang

lebih ditekankan untuk tetap dipertahankan adalah aspek kehidupan dan

kebiasaan masyarakat Minangkabau dan aspek yang memiliki nilai khusus.

Figure 15. sketsa struktur utama

19

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

KONSEP REINTERPRETING TRADITION

Terdapat beberapa strategi dalam merancang arsitektur kontemporer

dengan pendekatan arsitektur vernakular. Beberapa strategi tersebut

menghasilkan 4 konsep arsitektur contemporer vernacular12, yakni:

• “Reinvigorating tradition” – “evoking the vernacular” by way of “a

genuine reinvigoration of traditional craft wisdom”

• “Reinventing tradition” – “the search for new paradigms”

• “Extending tradition” – “using the vernacular in a modified manner”

• “Reinterpreting tradition” – “the use of contemporary idioms” to

transform traditional formal devices in “refreshing ways”

Konsep yang akan digunakan dalam perancangan asrama mahasiswa

daerah Minangkabau adalah Konsep Reinterpreting Tradition. Inti dari konsep

Reinterpreting Tradition adalah menginterpretasi ulang terhadap nilai-nilai

yang terdapat dalam arsitektur vernacular Minangkabau. Hasilnya bisa berupa

defamiliarisasi, yaitu pengasingan bentuk, di mana dia ada tetapi tidak nampak

ada. Konsep Reinterpreting Tradition secara mendetail dapat dilihat pada tabel

2.

ASPEK

PERANCANGAN KONSEP

PERTAPAKAN meng-konfigurasi ulang terhadap elemen-elemen ruang

pada arsitektur vernacular dengan konsep keseimbangan

yang lebih modern.

PERATAPAN elemen atap merupakan bagian yang cenderung menjadi

sarana simbolisasi terhadap ruang lingkungannya, dengan

mengadopsi bentuk atapnya, material, dan teknik.

PERSUNGKUPAN

Meng-interpretasikan material dari pembatas ruang

merupakan hal jamak yang sering dilakukan untuk

12 Beng, Tan Hock dan Lim, Willam. (1998). Contemporary Vernacular: Evoking Traditions in Asian Architecture. Singapore, Select Book.

20

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

memperoleh kualitas ruang tertentu. Pembatas dalam

beberapa tempat merupakan ciri khas tersendiri thd.

Arsitektur.

PERANGKAAN

Meng-interpretasikan konsep perangkaan arsitektur

tradisional sangat erat kaitannya dengan persolaan

teknologi yang dapat di kerjakan saat ini. Dengan

teknologi dan material dapat dikembangkan sistim

konstruksi yang kontemporer.

PERSOLEKAN

Meng-interpretasikan konsep persolekan mempunyai

konsekuensi terhadap perubahan makna atau simbolisasi

dari elemen tersebut.

PANDANGAN

THD.LINGKUNG

Meng-interpretasikan masalah cara pandang terhadap

lingkungan merupakan sikap atau respon arsitektur

terhadap lingkungan dalam menjaga keseimbangan

keberlangsungan kehidupan.

SIMBOLIK

Meng-interpretasikan nilai-nilai yang berkembang

arsitektur tradisional menjadi cara yang menarik untuk

menghadirkan tampilan-tampilan baru dalam rancangan

arsitektur.

EKONOMI

Membuat pemahaman baru tentang konsep ekonomis dari

suatu bangunan membutuhkan teknik dan apresiasi

khusus. Tingkat kesulitan yang dihadapi dapat saja sangat

dilematis dibandingkan dengan masalah estetika.

Table 2. Konsep Reinterpreting Tradition

21

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

PROGRAM RUANG & LOKASI SITE ASRAMA MAHASISWA MINANGKABAU

PROGRAM RUANG

Dari kebutuhan ruang yang terdapat dalam standart arsitektur, ada

beberapa perubahan untuk menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat

Minangkabau. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:

1. Ukuran kamar tidak seluas yang ada di standart, melainkan dipersempit.

Hal ini didasari oleh pertimbangan kehidupan social masyarakat

Minangkabau, yaitu mereka lebih suka melakukan segala hal bersama-

sama, yang dilakukan di dalam kamar hanyalah tidur. Jadi seperti pada

ukuran kamar pada Rumah Gadang, ukuran kamar pada asrama inipun

menyesuaikan. Bila pada Rumah Gadang kamar hanya cukup untuk 1

tempat tidur, lemari, dan peti, maka kamar pada asrama ini juga tidak

jauh beda.

Selain penyesuaian ukuran kamar, budaya matrilineal juga

mempengaruhi perubahan yang dilakukan. Masyarakat Minangkabau

sangat memuliakan kaum wanita, jadi kaum wanita selalu mendapatkan

hal yang lebih baik daripada pria. Untuk itu terdapat perbedaan pada

kamar pria dan wanita dalam asrama mahasiswa ini. Untuk asrama

mahasiswa putri digunakan single room, sedangkan untuk kamar

mahasiswa putra digunakan double room. Hal ini dilakukan untuk

memberikan fasilitas yang lebih baik bagi mahasiswa putri.

Asumsi jumlah kamar pun menyesuaikan dengan budaya merantau di

Minangkabau, di mana yang lebih banyak merantau adalah kaum pria

maka asumsi jumlah kamar untuk pria lebih banyak daripada wanita.

Jumlah kamar yang diasumsikan adalah 40 untuk wanita dan 60 untuk

pria.

Ukuran kamar : single room untuk mahasiswa putri: 3 x 2.5 m (7.5 m2),

double room untuk mahasiswa putra: 3 x 4 m (12 m2).

2. Ukuran kamar mandi menyesuaikan dengan budaya di Indonesia pada

umumnya. Jadi tidak menggunakan shower, melainkan menggunakan

22

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

bak mandi. Ukuran kamar mandi: bak mandi 0.6m x 0.6m = 0.36 m2, WC

0,5 m2, Total: 1.2m x 1 m = 1.2 m2, 1 kamarmandi untuk 5 mahasiswa.

3. Ukuran ruang makan berdasarkan kebiasaan masyarakat Minangkabau

yang melakukan semua secara bersama, maka ukuran Ruang makan:

Number of diners: berubah menjadi 100% total keseluruhan mahasiswa

Selain perubahan-perubahan tersebut, untuk ruang-ruang yang lain

sedikit banyak masih mengacu kepada standart.

Asrama mahasiswa Minangkabau ini akan terbagi menjadi 3 massa inti

dan 4 massa pendukung, dengan alasan bahwa dalam budaya matrilineal

Minangkabau, yang tinggal di dalam Rumah Gadang hanyalah kaum wanita,

sedangkan kaum pria akan meninggalkan rumah ketika beranjak remaja. Jadi

pada intinya Rumah Gadang hanya diperuntukkan bagi wanita. Karena itulah

harus terjadi pemisahan massa untuk mahasiswa putra dan putri di mana

fasilitas lebih diberikan bagi mahasiswa putri. Sedangkan massa inti ketiga

adalah daerah di mana putra dan putri dapat berkumpul mengadakan suatu

acara atau makan bersama. Jadi sifatnya lebih umum. Untuk 4 massa

pendukung adalah penggambaran dari susunan rangkiang (lumbung) yang

berubah fungsi menjadi jajaran kantor-kantor pengelola asrama.

Susunan kebutuhan ruang dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5.

RUANG LUASAN JUMLAH

Kamar tidur putri

(40 orang)

40 unit kamar single

40x7.5m2

300 m2

Km+wc putri 40 orang,

1 unit, @ 5 mahasiswa

40 : 5 = 8 km x 1,2 m2

9.6 m2

Ruang bersama 120 % x 40 m2= 48 m2 48 m2

Musholla 0,6 m2 x 40 24 m2

Tempat cuci Melayani 10 mahasiswa

10x1m2 = 10 m2

10 m2

23

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Kamar penjaga putri 15 m2

Service / storage (tiap

mahasiswa)

4m2 x 40 160 m2

TOTAL 566.6 m2

Sirkulasi 25%x389,5 141.65 m2

TOTAL 708.25 m2

Table 3. Kebutuhan Ruang Asrama Mahasiswa Putri

RUANG LUASAN JUMLAH

Kamar tidur Laki-laki

(60 orang)

30 unit kamar double

30x12m2

360 m2

Km+wc laki-laki 60 orang,

1 unit, @ 5 mahasiswa

60 : 5 = 12 km x 1,2 m2

14.4 m2

Ruang bersama 120 % x 60 m2= 72 m2 72 m2

Musholla 0,6 m2 x 60 36 m2

Tempat cuci Melayani 10 mahasiswa

10x1m2 = 10 m2

10 m2

Kamar penjaga putra 15 m2

Service / storage (tiap

mahasiswa)

4m2 x 60 240 m2

TOTAL 747,4 m2

Sirkulasi 25%x389,5 186.85 m2

TOTAL 934.25 m2

Table 4. Kebutuhan Ruang Asrama Mahasiswa Putra

24

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

RUANG LUASAN JUMLAH

Ruang makan 100%x100=100 Luas area 1.20 x 100 = 120 m2

120 m2

Dapur (40% ruang makan) 40 % x 120 m2 = 48 m2 48 m2

Small dining room 20 % x 120 m2 = 24 m2 24 m2

Entrance hall 40 % x 120 m2 = 48 m2 48 m2

Cultural/Ruang Baca / perpustakaan

100 x 1,8 m2 180 m2

Kantor manajemen 30 m2

Kantor supervisor 20 m2

Ruang organisasi mahasiswa daerah

2 x 30 m2 60 m2

Ruang konsultasi 25 m2

Fasilitas telepon dan internet 30 m2

Total 415

Sirkulasi 25%x415 m2 103.75

TOTAL 518,75 m2

Table 5. Kebutuhan Ruang Publik

Dari Pengelompokan kebutuhan ruang pada massa-massa yang ada

dijumlahkan total keseluruhan ruang yang dibutuhkan: 952,5 + 858,75 + 518,75

= 2330 m2.

Massa untuk asrama mahasiswa putri terdiri dari tiga lantai, sedangkan

untuk mahasiswa putra dan pubik terdiri dari dua lantai. Hal ini sekali lagi

didasari dari budaya matrilineal. Asrama untuk mahasiswa putri memiliki

jumlah lantai yang lebih tinggi daripada mahasiswa putra, menandakan bahwa

mereka lebih ditinggikan atau dimuliakan. Pembagian ruang-ruang tiap lantai

antara lain:

Massa 1 / Asrama Mahasiswa Putri:

3 lantai:

Kolong: garasi, tempat cuci

Lantai 1: 12 kamar mahasiswa, 1 kamar penjaga, 3 km, ruang bersama,

musholla

25

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Lantai 2: 14 kamar mahasiswa, 3 km, ruang bersama, musholla.

Lantai 3: 14 kamar mahasiswa, 3 km, ruang bersama, musholla.

Massa 2 / Asrama Mahasiswa Putra:

2 lantai:

Kolong: garasi, tempat cuci

Lantai 1: 15 kamar mahasiswa, 1 kamar penjaga, 3 km, ruang bersama,

musholla

Lantai 2: 15 kamar mahasiswa, 3 km, ruang bersama, musholla.

Massa 3 / publik

2 lantai :

Kolong: garasi

Lantai 1: ruang makan,

Lantai 2: cultural/ruang baca, ruang organisasi mahasiswa

Massa 4,5,6,7

kantor manajemen, kantor supervisor, ruang konsultasi, fasilitas telepon dan

internet.

LOKASI SITE

Lokasi site untuk asrama mahasiswa daerah Minangkabau dipilih di

kawasan Surabaya Timur tepatnya di Jalan Kertajaya Indah Timur. Site berada

di luar kawasan kampus tertentu untuk memungkinkan para mahasiswa daerah

bisa berkumpul sekalipun tidak kuliah di tempat yang sama. Alasan pemilihan

lokasi site adalah dekat dengan beberapa kampus, antara lain ITS, Unair

kampus C, ITATS, Hang Tuah, Untag, dan lain-lain.

Batas-batas site:

Utara: showroom/bengkel Toyota

Selatan: lahan kosong - telkom

Barat: jalan kertajaya indah timur-ruko

Timur: perumahan manyar kertoadi

26

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Kedaan kontur: datar

Luas lahan yang digunakan: ±5000 m2.

U

Figure 16. lokasi site

27

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

KONSEP PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA MINANGKABAU: REINTERPRETING TRADITION

Konsep yang digunakan untuk perancangan asrama mahasiswa daerah

Minangkabau ini adalah konsep Reinterpreting Tradition. Reinterpreting

Tradition dipilih karena tradisi mengembara di Minangkabau sangat kental,

sehingga masyarakat Minangkabau sudah terbiasa dengan budaya di luar

Minangkabau termasuk budaya modern.

Cara pencapaian konsep:

FAKTA – ISSUE – GOAL – PERFORMANCE REQUIREMENT - CONCEPT

FAKTA:

Fakta yang ada sudah dijabarkan di bab-bab sebelumnya, antara lain:

o Ruang-ruang dan Fasilitas yang dibutuhkan berdasarkan standart

o Budaya dan arsitektur vernakular Minangkabau

o Konsep Arsitektur kontemporer vernakular

ISSUE:

Bagaimana menciptakan bentuk dan susunan ruang asrama mahasiswa Daerah

Minangkabau yang sesuai dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat

Minangkabau?

GOAL:

1. Merancang bentuk arsitektur yang kontemporer tanpa menghilangkan

identitas masyarakat Minangkabau

2. Merancang susunan ruang disesuaikan dengan standart kebutuhan fungsi

bangunan sekaligus mewadahi kegiatan masyarakat Minangkabau sesuai

dengan budayanya.

PERFORMANCE REQUIREMENT

1. Budaya matrilineal harus tampak pada susunan ruang dan bentuk

bangunan

28

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

2. Massa bangunan untuk asrama mahasiswa putri memiliki bentuk yang

lebih menonjol daripada asrama mahasiswa putra.

3. Bentuk utama dari Rumah Gadang yang paling menonjol harus

dipertahankan untuk menunjukkan identitas.

4. Ruang-ruang harus disusun sesuai dengan kebiasaan masyarakat

Minangkabau dengan tetap memperhatikan standart kebutuhan ruang

untuk asrama mahasiswa

CONCEPT

KONSEP TAPAK

ASPE

K EXISTING ANALISA & KONSEP

SIRK

ULA

SI

kendaraan dapat melewati site dari arah utara, barat, dan timur. Jalan utama berada di sebelah barat. Luas jalan utama ±14 m dengan jalur hijau di tengah ±2 m. Luas jalan di sebelah utara dan timur ±6 m. Terdapat putar balik 2 arah di jalan utama tepat di depan jalan sebelah utara.

Entrance ke dalam bangunan dari arah barat, exit ke arah utara. Hal ini untuk memudahkan akses dari kendaraan di jalan utama yang mengarah ke utara, setelah putar balik masih ada sedikit jarak sebelum masuk ke dalam site. Exit ke arah jalan di utara lebih mudah karena jalan tersebut relatif lebih sepi. Sirkulasi di dalam site bercabang ke arah bangunan adalah menuju ke arah garasi motor yang terletak di kolong bangunan.

29

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

BAT

AS

BAN

GUN

AN

showroom/bengkel Toyota 5 lt lahan kosong telkom perumahan 2 lantai ruko 4 lantai

Ketinggian bangunan di sekitar site merupakan batasan ketinggian bangunan. Jadi perancangan asrama mahasiswa daerah Minangkabau tidak akan melebihi 5 lantai. Unsur-unsur modern di bangunan di sekitar site sebagian digunakan sebagai unsur modern dalam perancangan asrama mahasiswa daerah Minangkabau, yaitu unsur kaca, metal, dan beton.

IKLI

M

Akan diusahakan ada ventilasi di sebelah timur untuk memasukkan angin, bila tidak memungkinkan, angin akan diarahkan masuk ke bangunan dengan cara pengaturan vegetasi di sekitar bangunan. Akan diatur penyusunan vegetasi di sebelah barat untuk meminimalkan sinar matahari sore masuk ke bangunan. Bangunan diarahkan memanjang utara-selatan, secara thermal lebih nyaman dibandingkan dengan mengarah ke barat-timur.

KON

TUR

Keadaan kontur datar

Keadaan kontur yang datar sesuai dengan tapak pada bangunan Minangkabau, sehingga perancangannya seperti pada bangunan Minangkabau.

30

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

GARI

S

SEM

PAD

AN

BAN

GUN

AN

Garis Sempadan 6 meter

Area bangunan

VEG

ETAS

I

Kondisi tapak tidak ada pepohonan, hanya semak.

pepohonan ditanam di sebelah timur dan barat. Di sebelah timur diatur untuk memasukkan angin ke dalam bangunan, di sebelah barat diatur untuk manghalangi sinar matahari masuk.

KEBI

SING

AN

Daerah paling bising, karena merupakan lalu lintas utama.

Kebisingan berpengaruh terhadap zoning. daerah yang dekat dengan daerah kebisingan digunakan untuk area public, dan daerah yang dekat dengan perumahan yang sepi sebagai area private.

private

publik

ORIE

NTA

SI

Arsitektur Vernakular Minangkabau berorientasi ke arah Gunung Marapi, sebagai cikal bakal terbentuknya permukiman

Orientasi bangunan mengarah ke pusat Kota Surabaya (merupakan lokasi awal terbentuknya kota Surabaya). Hal ini sebagai

31

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Minangkabau reinterpreting dari Gunung Marapi.

Arah orientasi

ARSI

TEK

TUR

VER

NAK

ULA

R

susunan site plan dari Arsitektur vernacular Minangkabau. Lumbung berderet di depan Rumah Gadang, Rumah Gadang, Halaman, Tempat mandi/dapur. Ada hirarki public-private- service.

Tetap ada hirarki seperti di Rumah Gadang, hanya arahnya dibuat melingkar. Rangkaian lumbung di depan berubah fungsi menjadi kantor. 2 Massa bangunan private berasal dari satu massa yang dibelah.

32

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

TRANSFOMASI BENTUK TAPAK

Figure 17. transformasi bentuk tapak

33

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

KONSEP TAPAK KESELURUHAN

entrance

orientasi

exit

angin

Vegetasi untuk mengarahkan angin

matahari

private publik

Vegetasi untuk menghalangi

matahari

Figure 18. konsep tapak keseluruhan

KONSEP RUANG

Susunan ruang pada Rumah Gadang mencerminkan pola kehidupan

masyarakat Minangkabau. Terdapat rangkaian bilik di belakang yang berfungsi

untuk kamar tidur gadis, terdapat bagian terbuka yang fungsinya untuk

melakukan kegiatan bersama, dan terdapat anjuang yang fungsinya bisa sebagai

kamar, dan bisa juga sebagai tempat pemimpin upacara ketika ada upacara

adat.

Figure 19. denah Rumah Gadang. Sumber: Syamsidar, 1991

34

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Susunan ruang pada arsitektur vernakular Minangkabau tersebut

digunakan sebagai dasar pemikiran untuk menyusun ruang pada Asrama

mahasiswa daerah Minangkabau, tentunya dengan beberapa perubahan yang

disesuaikan dengan kebutuhan ruang asrama mahasiswa.

• Susunan biliek dipertahankan, difungsikan sebagai kamar mahasiswa

• Bagian terbuka dipertahankan, difungsikan sebagai ruang bersama

• Anjuang digunakan sebagai musholla, karena seluruh masyarakat

Minangkabau adalah muslim

• Penyusunan ruang2 berdasar pada ruang pada arsitektur vernakular

minangkabau dengan beberapa modifikasi, antara lain melakukan

pencerminan, sehingga rangkaian ruang ada pada kedua sisi. Hal ini

merupakan penyelesaian dari kebutuhan jumlah kamar pada asrama

mahasiswa. Perubahan ini masih menyisakan rasa di ruang dalam

arsitektur Minangkabau, di mana susunan ruang langsung berhadapan

dengan ruang terbuka. Modifikasi yang lain yang dilakukan adalah

dengan menarik garis-garis perseginya menjadi lengkung tanpa

merombak susunan ruangnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

transformasi ruang di bawah ini.

35

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

TRANSFOMASI RUANG

Figure 20. Konsep ruang

36

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

KONSEP BENTUK

Bentuk yang sudah menjadi image arsitektur vernakular Minangkabau

adalah Bentuk tanduk kerbau pada atapnya, ciri yang lain adalah rumahnya

berukuran besar (besar merupakan arti dari Gadang), memanjang, dan

berbentuk rumah panggung. Tapi yang benar-benar punya nilai falsafah

hanyalah pada ujung gonjongnya, yang mempunyai falsafah kehidupan

masyarakat Minangkabau, sedangkan lempengan atap tidak memiliki nilai,

hanya berupa image.

Figure 22. Falsafah Gonjong

Figure 21. Bentuk arsitektur vernacular Minangkabau

Pada perancangan asrama mahasiswa daerah Minangkabau, ujung

gonjong inilah yang dipertahankan. Bentuk keseluruhannya sebagai rumah

panggung yang besar juga masih terlihat, meskipun terdapat pengolahan bentuk

di sana-sini supaya terlihat asing dari aslinya. Sementara bentuk atap sudah

mengalami tranformasi yang menghasilkan defamiliarisasi, sesuai dengan

konsep Reinterpreting Tradition yang menciptakan keasingan.

37

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

TRANSFORMASI BENTUK

Figure 23. Transformasi bentuk

38

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

KONSEP INTERIOR

Figure 24. Suasana Ruang dalam pada arsitektur vernacular Minangkabau (Ruang Terbuka)

Keadaan interior pada arsitektur vernakular Minangkabau tidak memiliki

kekhususan yang berarti. Hanya akan terlihat susunan kamar yang berjajar

langsung berhubungan dengan ruang terbuka. Begitu juga dengan yang akan

ditampilkan pada perancangan asrama mahasiswa daerah Minangkabau. Karena

bagian eksteriornya sudah mengalami banyak transformasi bentuk dan

mengalami defamiliarisasi, maka untuk bagian interior, akan tetap diciptakan

suasana yang mencerminkan kebudayaan Minangkabau.

Figure 24. Konsep interior

39

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

KONSEP STRUKTUR

Arsitektur vernakular Minangkabau menggunakan struktur kayu berupa

kolom dan balok. Tidak menggunakan pondasi yang ditanam. Rangkaian strukur

ini masih terlihat di dalam perancangan asrama mahasiswa, terutama susunan

tiang-tiangnya. Hanya saja material yang digunakan sudah digunakan material

yang modern yaitu beton bertulang untuk kolom dan balok, rangka atap baja

ringan, dan penutup atap metal. Hal ini juga bermaksud untuk membuatnya

tampak asing. Rangkaian kolom dan baloknya tetap lurus seperti halnya Rumah

Gadang, tampak bangunan yang miring hanya dinding luarnya saja, bukan

struktural. Tinggi antar lantai menyesuaikan dengan rumah gadang, yaitu 3.5

m.

Figure 26. susunan tiang pada arsitektur vernakular Minangkabau

Figure 25. sketsa struktur arsitektur

vernacular Minangkabau

Figure 27. susunan kolom pada denah.

Figure 28. potongan asrama mahasiswa Minangkabau

40

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

KONSEP PERSOLEKAN

Figure 30. dinding arsitektur vernakular Minangkabau penuh dengan ukiran

Figure 29. dekorasi yang khas Minangkabau

Konsep persolekan pada arsitektur vernakular Minangkabau adalah penuh

dengan ukiran yang menampilkan gambar alam, yaitu flora dan fauna. Ukiran

ini terdapat pada seluruh elemen arsitekturnya, dinding, pintu, jendela, kolom,

dan balok. Sedangkan warna yang banyak digunakan adalah merah, kuning, dan

biru.

Konsep persolekan pada perancangan asrama mahasiswa adalah

penyederhanaan dari ukiran pada arsitektur vernakular. Jadi dindingnya

dibiarkan polos tanpa ukiran. Ukiran hanya nampak sedikit pada kusen jendela

dan pintu. Sedangkan untuk warna tetap digunakan merah, kuning, dan biru,

tapi bukan murni dari ketiga warna primer tersebut, melainkan sudah terdapat

pencampuran dengan warna lain untuk lebih menetralkan, yaitu hitam dan

putih.

Figure 31. pemakaian warna pada interior

41

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Figure 32. pemakaian warna pada eksterior

Figure 33. detail ukiran

KESIMPULAN/RANCANGAN KESELURUHAN

Konsep perancangan asrama mahasiswa daerah Minangkabau

menggunakan konsep Reinterpreting Tradition. Defamiliarisasi ditampilkan pada

bentuk bangunan keseluruhan / tampak bangunan (eksterior). Supaya

penghuninya tetap bisa merasakan nafas Minangkabau, maka susunan ruang

dalamlah yang dirancang sesuai dengan pola kehidupannya.

42

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Figure 34. Layout asrama mahasiswa

43

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

Figure 35. bentuk keseluruhan

Figure 36. Tampak keseluruhan

44

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

DAFTAR PUSTAKA

Beng, Tan Hock dan Lim, Willam. 1998. Contemporary Vernacular: Evoking Traditions in Asian Architecture. Singapore, Select Book. De Chiara, Joseph & Callendar, John. 1990. Time Saver Standards for Building Types 3rd edition, , McGraw-Hill Publishing Company Dreyfuss, Hermine L. 1992. A traditional Minangkabau rice-storage building, Sumatra . diakses dari http://www.photius.com/ pada tanggal 15 Maret 2007

http://cyclops.prod.untd.com

Irwan. ___. History of Rumah Gadang. www.kangguru.org Kosty, Pam. 2002. Indonesia's matriarchal Minangkabau offer an alternative social system. Diakses dari www.sas.upenn.edu pada tanggal 15 Maret 2007

Minarsih. 1998. Korelasi Antara Motif Hias Songket Dan Ukiran Kayu Di Propinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Daerah Pandai Sikek, Silungkang Dan Kubang). http://digilib.itb.ac.id

Neufert. 1970. Architect’s Data, London: Crosby Lockwood Staples Philip, Bay Joo Hwa. 2001. “Three Tropical Design Paradigms”. Dalam Tzonis, A. Liane, L. dan Stagno, B. (ed). Tropical Architecture, Critical Regionalism in the Age of Globalization. Great Britain, Wiley Academy.

Prijotomo, Josef. 2004. Arsitektur Nusantara Menuju Keniscayaan. Surabaya: Wastu Lanas Grafika

Rice, Dien A. 1998. Minangkabau Life and Culture.

Syamsidar, B.A. 1991. Arsitektur Tradisional Daerah Sumatra Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tjahjono, Gunawan. 2002. Indonesian Heritage, Arsitektur. Jakarta: Buku Antara Bangsa

Yurnaldi, 2000. Bagonjong, Wujud Arsitektur dari Karya Sastra. www.kompas.comWaterson, Roxana. 1990. The Living House: An Anthropology of Architecture in South East Asia. Oxford: Oxford University Press. www.answer.com

45

Asrama Mahasiswa daerah Minangkabau – Reinterpreting Tradition Ernaning Setiyowti – 3206 204 001

46