ASPEK TEKNIS DAN PEMANFAATAN KAPAL INKA MINA DI … · sayangnya, adik-adik diklat 30, 31, dan 32...

42
ASPEK TEKNIS DAN PEMANFAATAN KAPAL INKA MINA DI PPP TEGALSARI, TEGAL DAN PPS CILACAP, JAWA TENGAH WIENDA JUSTITIA ARDIYANI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of ASPEK TEKNIS DAN PEMANFAATAN KAPAL INKA MINA DI … · sayangnya, adik-adik diklat 30, 31, dan 32...

ASPEK TEKNIS DAN PEMANFAATAN KAPAL INKA MINA

DI PPP TEGALSARI, TEGAL DAN PPS CILACAP, JAWA

TENGAH

WIENDA JUSTITIA ARDIYANI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aspek Teknis dan

Pemanfaatan Kapal Inka Mina di PPP Tegalsari, Tegal dan PPS Cilacap, Jawa

Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2015

Wienda Justitia Ardiyani

NIM C44100007

ABSTRAK

WIENDA JUSTITIA ARDIYANI. Aspek Teknis dan Pemanfaatan Kapal Inka

Mina di PPP Tegalsari, Tegal dan PPS Cilacap, Jawa Tengah. Dibimbing oleh

BUDHI H ISKANDAR dan DENI ACHMAD SOEBOER.

Pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 01 tahun 2010 tentang

Percepatan Pelaksanaan Prioritas Nasional tahun 2010 dan Peraturan Presiden No.

10 tahun 2011 membantu nelayan dalam pelaksanaan percepatan pembangunan di

tahun 2010. Salah satu program yang dilakukan yaitu dengan memberikan

bantuan 1000 kapal bagi nelayan. Hingga tahun 2013 sudah dibangun 208 kapal

Inka Mina yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui aspek teknis kapal Inka Mina, mengetahui pola kerja bagi

kelompok nelayan dalam mengoperasikan kapal bantuan, dan mengetahui

pemanfaatan kapal bantuan pemerintah bagi nelayan di Pelabuhan Perikanan

Pantai Tegalsari Kota Tegal dan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Kota

Madya Cilacap, Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif dengan melakukan survei di Tegal dan Cilacap. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa spesifikasi Kapal Inka Mina masih sesuai dengan ketentuan

Kapal Perikanan menurut Iskandar dan Pujiati, 1995. Pembentukan KUB

diserahkan sepenuhnya kepada ketua KUB masing-masing sehingga pencarian

pemodal atau penyandang dana juga menjadi tanggung jawab bagi KUB. Kapal

Inka Mina yang diberikan kepada nelayan di PPP Tegalsari dan PPS Cilacap

sudah dapat dimanfaatkan oleh nelayan dengan perubahan terhadap beberapa

bagian kapal seperti melaminasi ulang dek kapal, meninggikan sheer,

memperbaiki tutup dan bagian dinding palka, mengatur ulang sistem pendingin,

menghilangkan bagian atas dek kapal yang dianggap kurang berfungsi, membuat

ruang alat tangkap, menambahkan bilge keel, memperbaiki instalasi lampu

sebagai alat bantu penangkapan. Perubahan alat tangkap dilakukan oleh nelayan di

Cilacap, alat tangkap yang semula adalah longline diubah menjadi gillnet.

Beberapa faktor menjadi alasan perubahan alat tangkap tersebut.

Kata kunci: Kapal, Inka Mina, KUB, Tegal, Cilacap

ABSTRACT

WIENDA JUSTITIA ARDIYANI. Technical Aspects and Utilization Of The Inka

Mina In PPP Tegalsari, Tegal and PPS Cilacap, Central Java. Supervised by

BUDHI H ISKANDAR and DENI ACHMAD SOEBOER.

Indonesian government through the Presidential Instruction No. 01/2010 on

The Acceleration of The Implementation of National Priorities and Presidential

Regulation No. 10/2011 had supported fishermen in the implementation of the

acceleration of development in 2010. One of the programs was giving aid as many

as 1000 fishing vessels for fisherman. Until 2013, there had been built 208 Inka

Mina fishing vessels, distributed in all regions in Indonesia. This research aimed

to know the technical aspects of Inka Mina fishing vessels, the working pattern of

Kelompok Usaha Bersama/KUB (a kind of joint venture group of fisherman) in

operating fishing vessel and find out the utilization of the government assistance

for the fishermen based in PPP Tegalsari, Tegal and PPS Cilacap, Cilacap, Central

Java. Descriptive-comparative methods were used in this research. The results

showed that specification of Inka Mina were clasified to fishing vessels category

by Iskandar and Pujiati, 1995. The establishment of a KUB submitted to KUB

leader and the search financier or financier also is the responsibility of each KUB.

Inka Mina fishing vessels that have bee given to fishermen in PPP Tegalsari and

PPS Cilacap can be used by some modifications such as repeated deck laminating,

exented sheer, fix the hatch cover and its wall, rearrange a cooling system, taking

away a part the deck of a ship that is considered poorly functioning, setting up

room of fishing gear, added bilge keels, and fix the lighting system as an auxiliary

system in fishing process. In Cilacap, based on several reasons, fishermen

changed fishing gear that was initially longline to gillnet.

Keywords: Fishing vessel, Inka Mina, KUB, Tegal, Cilacap

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

ASPEK TEKNIS DAN PEMANFAATAN KAPAL INKA MINA

DI PPP TEGALSARI, TEGAL DAN PPS CILACAP, JAWA

TENGAH

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

WIENDA JUSTITIA ARDIYANI

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah

pelaksanaan program kapal bantuan bagi nelayan, dengan judul Aspek Teknis dan

Pemanfaatan Kapal Inka Mina Di PPP Tegalsari, Tegal dan PPS Cilacap, Jawa

Tengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah banyak membantu

dan memberikan masukan kepada :

1) Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi dan Dr Deni Achmad Soeboer, MSi

selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran

yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini;

2) Ir Wawan Oktariza, MSi selaku dosen penguji tamu;

3) Retno Muninggar, SPi ME sebagai komisi pendidikan Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan;

4) Bapak dan Ibu dosen di Departemen Sumberdaya Perikanan untuk semua

ilmu yang telah diberikan;

5) Bapak Saiful Purnamaji selaku pihak DKP Cilacap yang telah banyak

membantu dan seluruh Ketua dan Anggota KUB di Cilacap dan Tegal

6) Ayahanda B. Budhi Pardiyanto dan Ibunda Astea Bidarsari sebagai orang tua,

Annisa Gantina dan Adhitya Anugerah Yoga sebagai adik tercinta yang selalu

memberikan dukungan dan doa

7) Azhar, Riyana, Tesa, Dikha, Wanda, Febrina, Debby, Olga, Jannah, Sandya,

Octa, dan seluruh teman-teman PSP 47.

8) FDC-IPB terutama teman-teman diklat 29 atas segala doa dan kasih

sayangnya, adik-adik diklat 30, 31, dan 32 FDC-IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Wienda Justitia Ardiyani

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar Belakang ..................................................................................................... 1

Perumusan Masalah ............................................................................................. 2

Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2

Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2

METODE ................................................................................................................ 2

Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................... 2

Alat Penelitian ...................................................................................................... 3

Metode Penelitian ................................................................................................ 3

Data ...................................................................................................................... 3

Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5

Spesifikasi Kapal Inka Mina ................................................................................ 5

Hubungan Daya Tenaga Penggerak dengan Kecepatan Kapal ............................ 9

Program Bantuan Kapal Inka Mina ................................................................... 11

Sistem Kerja Kelompok Nelayan ...................................................................... 13

Pengoperasian Kapal Inka Mina ........................................................................ 18

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 26

Kesimpulan ........................................................................................................ 26

Saran .................................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 26

DAFTAR TABEL

1 Kisaran rasio dimensi utama jenis kapal ikan umumnya di Indonesia 5

2 Dimensi utama dan rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Cilacap 5 3 Dimensi utama dan rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Tegal 6 4 Realisasi pengadaan Kapal Inka Mina di Indonesia 11 5 Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Cilacap dan Tegal penerima Inka

Mina 14 6 Daftar pemanfaatan Kapal Inka Mina di beberapa daerah di Indonesia 19 7 Analisis biaya operasional Kapal Inka Mina di Cilacap dan Tegal 24

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 3

2 Kapal Inka Mina di Cilacap 7 3 General Arrangement Kapal Inka Mina di Cilacap (a) tampak samping

(b) tampak atas 7 4 Kapal Inka Mina di Tegal 8 5 General Arragement Kapal Inka Mina di Tegal (a) tampak samping (b)

tampak atas 8 6 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Cilacap 9 7 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Tegal (a) 10 8 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Tegal (b) 10 9 Skema pemberian Kapal Inka Mina oleh KKP 12 10 Skema pembentukan KUB di Cilacap 14

11 Palka ikan di Kapal Inka Mina (a) Cilacap dan (b) Tegal setelah

mengalami perbaikan 20 12 Alat tangkap gillnet dua lapis di Cilacap 21 13 Alat tangkap purse seine di Tegal 22 14 Alat tangkap di Kapal Inka Mina (a) Cilacap dan (b) Tegal 23

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Instruksi Presiden No. 01 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan

Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 merupakan awal mula perencanaan

pemberian kapal bantuan bagi nelayan untuk membantu percepatan pelaksanaan

pembangunan di tahun 2010 saat itu, selanjutnya melalui Peraturan Presiden

No.10 tahun 2011 lebih ditekankan lagi mengenai program bantuan tersebut.

Presiden secara langsung meminta kepada menteri-menteri terkait untuk

membantu percepatan kesejahteraan nelayan sehingga program Peningkatan

Kesejahteraan Nelayan (PKN) dapat terealisasikan. Program yang dilakukan oleh

11 Kementrian ini bertujuan untuk membantu kesejahteraan nelayan baik dalam

aspek sosial, ekonomi, pengadaan fasilitas maupun kegiatan usaha untuk

meningkatkan taraf hidupnya.

Program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) merupakan program dari

Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) yang dicanangkan untuk nelayan di

berbagai daerah. Salah satu bentuk dari program ini adalah pemberian bantuan

kapal bagi nelayan di berbagai daerah. Bantuan kapal yang diberikan berbagai

ukuran, mulai dari kapal 10 GT hingga 30 GT. Pemberian kapal ini umumnya

belum mempertimbangkan berbagai aspek kedaerahan dari nelayan maupun

daerah penangkapan ikan (fishing ground) di lokasi nelayan berada. Berbagai

kendala tersebut akhirnya membuat nelayan cenderung menggunakan kapal milik

mereka sendiri dan menyia-nyiakan kapal bantuan pemerintah yang telah

diberikan ini. Kapal bantuan yang tidak digunakan biasanya hanya dibiarkan saja

tanpa perawatan bahkan ada pula yang dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Ukuran kapal yang terlalu besar terkadang tidak sesuai dengan kondisi

perairan daerah penangkapan yang dangkal serta kurangnya keterampilan nelayan,

sehingga menjadikan kapal bantuan tersebut menjadi sia-sia.

Berita mengenai ketidaksuksesan nelayan dalam mengoperasikan kapal

bantuan khususnya Kapal Inka Mina (>30 GT) merupakan sebagian kecil kisah

nelayan dalam pelaksanaan program PKN. Kesuksesan yang dialami nelayan

dalam mengoperasikan Kapal Inka Minapun tidak sedikit. Berbagai cara

dilakukan oleh nelayan agar tetap dapat melaksanakan operasi penangkapan

dengan Kapal Inka Mina, mulai dari saling bertukar pikiran, belajar ke nelayan

lain, mengganti alat tangkap hingga mendapat bantuan pemerintah sebagai modal

dalam pengoperasian kapal.

Ketidaksesuaian penggunaan kapal bantuan pemerintah dan berbagai cara

yang dilakukan untuk kesuksesan pengoperasian Kapal Inka Mina yang menjadi

topik utama dalam penelitan ini. Sejauh mana nelayan dapat menggunakan kapal

bantuan pemerintah sebagaimana mestinya, dan sejauh mana pula pemerintah

dapat melihat kondisi nelayan yang menerima bantuan kapal tersebut sehingga

dapat dilihat ketidaksesuaian penggunaan kapal bantuan pemerintah dan solusi

yang dapat diterapkan bagi nelayan yang gagal mengoperasikan Kapal Inka Mina

dengan melihat sistem yang digunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan

Pantai (PPP) Tegalsari dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap

sehingga dapat meraih kesuksesan dalam mengoperasikan kapal tersebut.

2

Perumusan Masalah

Pemberian bantuan kapal bagi nelayan di beberapa Pelabuhan Perikanan

(PP) di Jawa Tengah seharusnya dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Namun

hingga saat ini ditemukan beberapa kasus terhadap kapal bantuan yang tidak

beroperasi sebagaimana mestinya bahkan tidak digunakan sama sekali. Banyak

faktor yang menyebabkan hal tersebut. Bahkan beberapa kapal yang sudah sukses

dioperasikan oleh kelompok nelayan juga awalnya beranjak dari kegagalan. Hal

demikianlah yang seharusnya dapat ditularkan kepada nelayan-nelayan lain

sehingga kesuksesan pengoperasian kapal bantuan dapat berjalan sesuai dengan

yang diharapkan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk:

1. Mengkaji aspek teknis kapal bantuan Inka Mina di Pelabuhan Perikanan Pantai

Tegalsari Kota Tegal dan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Kota Madya

Cilacap, Jawa Tengah;

2. Mengkaji proses pembentukan KUB nelayan penerima kapal bantuan di

Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal dan Pelabuhan Perikanan

Samudera Cilacap Kota Madya Cilacap, Jawa Tengah; dan

3. Mengkaji pemanfaatan kapal bantuan pemerintah bagi nelayan di Pelabuhan

Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal dan Pelabuhan Perikanan Samudera

Cilacap Kota Madya Cilacap, Jawa Tengah.

Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bagian pengayaan pengetahuan khususnya mengenai pemanfaatan

kapal bantuan bagi nelayan;

2. Sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak terkait dengan program kapal

bantuan bagi nelayan; dan

3. Sebagai salah satu acuan bagi penelitian selanjutnya.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga September 2014. Lokasi

penelitian disampaikan pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian berupa alat tulis, laptop, kamera, dan

kuisioner. Beberapa aplikasi terkait juga digunakan dalam penelitian ini untuk

keperluan pengolahan data. Penelitian dilakukan terhadap Kapal Inka Mina >30

GT dan komunitas nelayan yang mengoperasikan kapal tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Nazir M

(1988) menjelaskan, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Secara harfiah, metode ini bertujuan

untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai situasi atau kejadian, fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antarfenomena yang diselidiki, sehingga metode ini berkehendak mengadakan

akumulasi data dasar belaka.

Metode pengambilan data berupa observasi langsung ke pelabuhan-

pelabuhan yang dijadikan lokasi penelitian dan wawancara kepada beberapa

nelayan yang dijadikan sumber data. Penentuan responden langsung kepada

nelayan yang memperoleh kapal Inka Mina di Tegal dan Cilacap. Total responden

di Tegal dan Cilacap adalah 6 kelompok nelayan. Kasus yang ditelaah merupakan

program bantuan kapal penangkapan ikan bagi nelayan di beberapa sentra nelayan.

Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan nelayan

penerima kapal bantuan berupa data proses pembentukan KUB, kegiatan

4

pengoperasian kapal bantuan, data spesifikasi kapal dan alat tangkap. Data

sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan program kapal

bantuan ini berupa data penerima dan proses penerimaan kapal bantuan dari

pemerintah pusat kepada nelayan atau KUB penerima.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah sebelum dianalisis lebih lanjut.

Pengolahan data dilakukan dengan cara tabulasi atau pengelompokan data

berdasarkan hasil wawancara. Pengolahan data dengan cara demikian dilakukan

agar mempermudah analisis data lebih lanjut.

Pengolahan data dilakukan terhadap beberapa parameter seperti perhitungan

daya tenaga penggerak dan kecepatan kapal dan rasio dimensi utama kapal.

Daya tenaga penggerak dan kecepatan kapal

Perhitungan EHP (Effective horsepower) dilakukan untuk menghitung daya

efektiv yang dihasilkan kapal yaitu dengan menggunakan rumus yang dijelaskan

oleh Nomura dan Yamazaki (1977).

EHP = BHP x 0.94 x 0.23..........................................................(1)

dimana; BHP = Brake horse power

Selanjutnya dilakukan perhitungan IHP (Indicated horse power)

berdasarkan kecepatan kapal dan ton displacement kapal dengan formula Nomura

dan Yamazaki (1977).

IHP =

.........................................................................(2)

∆ = ton displacement (ton)

V = kecepatan kapal (knot)

C = admiralty coefficient

Perhitungan EHP berdasarkan nilai IHP yang telah diperoleh dilakukan

menggunakan formula Nomura dan Yamazaki (1977).

Kecepatan efektif kapal dihitung dengan menggunakan rumus dari Nomura

dan Yamazaki (1977).

V=√

.............................................................................(3)

Rasio dimensi utama kapal

Perhitungan rasio dimensi utama kapal dilakukan berdasarkan nilai panjang

(L), lebar (B), dan dalam (D). Menurut Mulyanto (2012) ukuran utama panjang

kapal (L) mempunyai pengaruh pada kecepatan kapal dan pada kekuatan

memanjang kapal. Rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Cilacap dan Tegal

5

akan dibandingkan dengan nilai rasio dimensi utama kapal ikan berdasarkan jenis

alat tangkap pada penelitian Iskandar dan Pudjiati (1995).

Tabel 1 Kisaran rasio dimensi utama jenis kapal ikan umumnya di Indonesia

Sumber: Iskandar dan Pudjiati (1995)

Analisis data deskripsi

Analisis data deskripsi dilakukan dengan membandingkan tujuan program

bantuan kapal tersebut dengan kondisi penerima bantuan. Analisis ini

dimaksudkan untuk mengetahui tujuan dari pelaksanaan program bantuan kapal

ini sudah tercapai atau belum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan

penerima. Sehingga akan terlihat bahwa bantuan ini dapat bermanfaat dalam

meningkatkan kesejahteraan nelayan. Selain itu, analisis data juga dilakukan

untuk melihat sejauhmana program bantuan kapal ini dapat dilakukan oleh

nelayan yang mendapat kapal bantuan, sehingga dapat menjadi acuan bagi

nelayan lainnya yang juga menerima kapal bantuan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesifikasi Kapal Inka Mina

Kapal Inka Mina di Tegal dan Cilacap memiliki ukuran dimensi yang

berbeda baik dari ukuran panjang, lebar, dan dalam. Ukuran kapal di Tegal lebih

kecil dibandingkan dengan ukuran kapal di Cilacap. Rasio dimensi kapal

digunakan untuk menghitung perbandingan panjang, lebar, dan dalam Kapal Inka

Mina, dari hasil perhitungan diperoleh seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3. Kapal

Inka Mina baik di Tegal dan Cilacap masih tergolong dalam kategori Kapal

Perikanan yang sesuai menurut Iskandar dan Pudjiati, 1995.

Tabel 2 Dimensi utama dan rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Cilacap

Lokasi L B D L/B L/D B/D

Cilacap 18.05 4.8 1.7 3.76 10.62 2.82

Kisaran rasio

dimensi kapal di

Indonesia (static

gear)*

2.83-11.12 4.58-17.28 0.96-4.68

Sumber: Iskandar dan Pudjiati (1995)

Alat tangkap yang digunakan dalam pengoperasian Kapal Inka Mina di

Cilacap adalah gillnet yang tergolong dalam kategori static gear. Oleh karena itu

nilai kisaran dimensi rasio yang digunakan merupakan kisaran untuk kapal yang

No. Metode Operasi L/B L/D B/D

1 Static gear 2.83-11.12 4.58-17.28 0.96-4.68

2 Encircling gear 2.60-09.30 4.55-17.43 0.56-5.00

3 Towed/dragged gear 2.86-08.30 7.20-15.12 1.25-4.41

4 Multipurpose gear 2.88-09.42 8.69-17.15 0.53-6.09

6

menggunakan alat tangkap static gear. Kapal Inka Mina di Cilacap berada dalam

nilai kisaran ukuran kapal static gear untuk kisaran berdasarkan Iskandar dan

Pudjiati (1995).

Tabel 3 Dimensi utama dan rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Tegal

Lokasi L B D L/B L/D B/D

Tegal 16.67 5.05 2.18 3.30 7.65 2.32

17.89 5.30 2.05 3.38 8.73 2.59

Kisaran rasio

dimensi kapal di

Indonesia (encircling

gear)*

2.60-9.30 4.55-17.43 0.56-5.00

Sumber: Iskandar dan Pudjiati (1995)

Kapal Inka Mina di Tegal menggunakan purse seine yang tergolong dalam

kategori encircling gear, dengan membandingkan kisaran rasio dimensi kapal

milik Iskandar dan Pudjiati (1995) maka terlihat bahwa Kapal Inka Mina di Tegal

memiliki rasio dimensi utama yang berada dalam kisaran yang ada. Kapal purse

seine umumnya membutuhkan kemampuan lingkar yang besar sehingga memiliki

ukuran panjang kapal yang tidak terlalu besar (Mulyanto, 2012).

Perbandingan L/B akan berpengaruh terhadap kecepatan yang dimiliki oleh

kapal tersebut, semakin tinggi nilai perbandingan panjang dan lebar suatu kapal

maka kecepatan yang dimiliki juga akan semakin besar. Perbandingan L/D akan

berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal, semakin besar perbandingan

L/D yang dimiliki maka kekuatan memanjang yang dimiliki kapal akan semakin

besar. Perbandingan B/D akan menunjukkan kekuatan melebar suatu kapal.

7

Keterangan:

1. Rumah alat tangkap 5. Rumah kemudi

2. Line hauller 6. Ruang mesin

3. Palka ikan 7. Ruang ABK

4. Alat tangkap 8. Toilet

Skala : tanpa skala

Dimensi utama:

LOA = 18,05 m

B = 4,8 m

D = 1,7 m

(a)

(b)

Gambar 2 General Arrangement Kapal Inka Mina di Cilacap (a) tampak samping

(b) tampak atas

Gambar 3 Kapal Inka Mina di Cilacap

8

Keterangan:

1. Palka ikan 5. Purse line

2. Ruang ABK 6. Alat tangkap

3. Ruang mesin 7. Tanki bahan bakar

4. Ruang alat tangkap 8. Tanki air bersih

Skala : tanpa skala

Dimensi a (m) b (m)

LOA 16,67 17,89

B 5,05 5,30

D 2,18 2,05

(a)

(b)

Gambar 4 Kapal Inka Mina di Tegal

Gambar 5 General Arragement Kapal Inka Mina di Tegal (a) tampak samping (b)

tampak atas

9

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 2 4 6 8 10 12

EH

P

Kecepatan (knot)

Hubungan Daya Tenaga Penggerak dengan Kecepatan Kapal

Pengoperasian Kapal Inka Mina di Cilacap umumnya dilakukan dengan

kecepatan 4-5 knot oleh nelayan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan

nilai daya 140 HP dan nilai ton displacement sebesar 83,95 maka kecepatan

efektif yang dapat dicapai oleh kapal di Cilacap ini adalah sebesar 9 knot dengan

nilai EHP sebesar 30,26 HP. Apabila nelayan di Cilacap terbiasa menggunakan

Kapal Inka Mina dengan kecepatan 4-5 knot itu berarti nelayan di Cilacap hanya

menggunakan setengah dari kemampuan maksimum kecepatan kapal yang

sebenarnya. Effective horsepower (EHP) merupakan daya yang dibutuhkan agar

kapal dapat bergerak secara substansial (Nomura dan Yamazaki, 1977).

Nelayan di Tegal umumnya mengoperasikan kapal dengan kecepatan

maksimum hingga 9 knot. Kapal bantuan Inka Mina di Tegal memiliki dua ukuran

panjang yang berbeda berdasarkan data ukuran kapal yang diperoleh dari

Kementrian Kelautan Perikanan. Kedua Kapal Inka Mina di Tegal memiliki daya

penggerak sebesar 170 HP. Kapal pertama yang berukuran panjang (LOA) 16,67

m, lebar 5,05 m, dan dalam 2,18 m memiliki nilai ton displacement sebesar

104,61 sehingga kecepatan maksimum yang dapat ditempuh hingga 9,34 knot

dengan nilai EHP sebesar 39,13 HP.

Gambar 6 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Cilacap

10

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

0 2 4 6 8 10 12

EH

P

Kecepatan (knot)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

0 2 4 6 8 10 12

EH

P

Kecepatan (knot)

Kapal Inka Mina kedua di Tegal yang memiliki ukuran panjang (LOA)

17,89 m, lebar 5,30 m, dan dalam 2,05 m menghasilkan kecepatan maksimum

hingga 9,22 knot dengan daya penggerak hingga 39,13 HP.

Gambar 7 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Tegal (a)

Gambar 8 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Tegal (b)

11

Program Bantuan Kapal Inka Mina

Pelaksanaan program pemberian kapal bantuan Inka Mina didasarkan pada

Instruksi Presiden No. 01 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional yang selanjutnya dijelaskan dalam Peraturan Presiden No.

10 tahun 2010 tentang Badan Koordinasi Nasional Penyuluhan Pertanian,

Perikanan, Dan Kehutanan. Sesuai Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2011 ini

bahwa segala keperluan mengenai pengadaan Kapal Inka Mina ini dibebankan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pembuatan satu buah Kapal

Inka Mina dianggarkan biaya sebesar Rp 1,5 miliar. Surat kabar elektronik Info

Publik pada 15 Juli 2014 menerangkan bahwa pembangunan kapal perikanan

diatas 30 GT pada hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kapal

nelayan, meningkatkan kesejahteraan khususnya nelayan, memanfaatkan

sumberdaya ikan yang bertanggung jawab, menjaga kelestarian sumberdaya ikan

dan lingkungan serta menjaga kedaulatan wilayah NKRI di laut.

Menurut Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan Kementrian

Kelautan Perikanan dalam Kabar Bahari, tujuan dari Inka Mina adalah:

(1) Mengurangi kepadatan operasi penangkapan ikan di daerah pantai yang

didominasi armada skala kecil, untuk selanjutnya bergeser ke daerah

penangkapan ikan di lepas pantai, ZEE, dan laut lepas;

(2) Meningkatkan produksi dan produktivitas nelayan, sehingga diharapkan pada

gilirannya akan dapat menambah kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat

nelayan; dan

(3) Meningkatkan kemampuan bersaing dan memanfaatkan potensi Sumber Daya

Ikan (SDI) yang belum optimal di daerah-daerah yang seringkali

dimanfaatkan oleh armada asing.

Program pengadaan kapal bantuan Inka Mina telah dimulai sejak tahun

2010. Setiap tahunnya KKP membuat target untuk pengadaan Kapal Inka Mina ini.

Tabel 4 merupakan target dan ketercapaian target KKP dalam pembuatan Kapal

Inka Mina bagi nelayan-nelayan di Indonesia sejak tahun 2010 hingga 2014.

Berdasarkan data realisasi pengadaan Kapal Inka Mina tersebut terlihat bahwa

setiap tahunnya realisasi kapal yang telah dibuat tidak sesuai dengan target yang

telah direncanakan.

Tabel 4 Realisasi pengadaan Kapal Inka Mina di Indonesia

Tahun

Pengadaan

Target

(unit)

Realisasi (unit) Beroperasi

(unit)

2010 56 46 (10 tidak terbangun) 40

2011 253 232 (21 tidak terbangun) 175

2012 254 249 (5 tidak terbangun) -

2013 224 208 (16 tidak terbangun) -

2014 100 - -

Sumber: UKP4, 2013 dalam Kabar Bahari edisi Jan-Feb 2014

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa alur pemberian kapal

bantuan Inka Mina dari KKP kepada nelayan atau pemerintah daerah seperti yang

disampaikan pada Gambar 9. Kementrian Kelautan dan Perikanan menunjuk

12

beberapa daerah (provinsi) untuk menerima bantuan Kapal Inka Mina. Kapal Inka

Mina selanjutnya diberikan kepada Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang telah

dibentuk sebelumnya di daerah tersebut. Pembentukan KUB sepenuhnya

diserahkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) masing-masing daerah.

Salah satu proses pembentukan KUB disampaikan pada Gambar 10. Kelompok

Usaha Bersama (KUB) merupakan kelompok nelayan yang terbentuk dari anggota

KUD dan HNSI di pelabuhan tersebut. Setelah KUB terbentuk dan disetujui oleh

DKP maka dilakukan proses pengajuan pembuatan kapal dari KUB kepada

pemerintah pusat. Kapal dibuat berdasarkan konstruksi yang telah ditentukan oleh

KKP, namun pembuatan kapal dilakukan di galangan tertentu yang memenangkan

pelelangan proyek pembangunan Kapal Inka Mina.

Galangan pemenang tender tidak jarang berjarak sangat jauh dengan calon

penerima bantuan kapal, sehingga distribusi kapal bantuan ini menjadi kendala.

Kendala ini dikarenakan biaya pengiriman kapal dibebankan kepada pihak

penerima dalam hal ini pemerintah daerah. Bila biaya pengiriman kapal bantuan

mencukupi, setibanya Kapal Inka Mina di pelabuhan tujuan dilakukan pengecekan

secara langsung oleh pihak KUB dan DKP. Serah terima kapal dilakukan

langsung oleh kepala daerah terkait sebelum akhirnya resmi dioperasikan oleh

KUB yang telah ditunjuk.

Gambar 9 Skema pemberian Kapal Inka Mina oleh KKP

Tahun 2014 Direktur Jenderal Perikanan Tangkap mengeluarkan Keputusan

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor KEP.14/KEP-DJPT/2014 tentang

Pembangunan Kapal Penangkap Ikan Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pelaksanaan program Inka Mina bertujuan untuk:

KKP

DKP Daerah

Ketua KUB

Pemilihan

anggota KUB

Pengajuan

Kapal dari

KUB

Pembuatan

Kapal Inka

Mina

Pengiriman

kapal ke

pelabuhan

Pengecekan

dan

Pemeriksaan

oleh tim dan

Inspektorat

dan juga KUB

Serah Terima

Kapal oleh

Gubernur

Pengoperasian

Inka Mina

oleh KUB

13

1. Meningkatkan kemampuan jelajah operasi penangkapan ikan oleh

nelayan hingga ke wilayah penangkapan ikan di ZEEI dan Laut Lepas;

2. Mengurangi tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan di wilayah

perairan pantai;

3. Meningkatkan produksi, mutu hasil tangkapan, dan produktivitas

nelayan dengan menerapkan teknologi penangkapan yang ramah

lingkungan;

4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan; dan

5. Meningkatkan daya saing nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan

khususnya di perairan WPP NRI, ZEEI, dan Laut Lepas.

Pola Kerja Kelompok Nelayan

KUB merupakan badan usaha non badan hukum dan ataupun yang sudah

berbadan hukum yang merupakan kelompok yang dibentuk oleh nelayan

berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh

keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara

bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. KUB juga berada langsung di

bawah pengawasan DKP sehingga apapun yang dilakukan oleh KUB ini dalam

mengelola kapal bantuan tersebut harus selalu melaporkan kegiatan yang

dilakukannya kepada DKP. Beberapa tugas yang harus dilakukan oleh KUB

diantaranya:

1. Mengikuti kegiatan persiapan sosial bagi calon penerima bantuan;

2. Mengikuti kegiatan bimbingan teknis dan pelatihan penerima bantuan;

3. Menyediakan biaya operasional kapal, perbaikan, perawatan dan

penyusutan serta biaya lain yang diperlukan;

4. Melakukan perawatan kapal dan perlengkapannya agar dapat

dipergunakan secara efektif dan efisien serta dalam jangka waktu sesuai

umur ekonomi kapal;

5. Melakukan pencatatan kegiatan usaha penangkapan ikan dan

melaporkannya kepada tim teknis Provinsi melalui tim teknis

Kabupaten/Kota; dan

6. Bersedia menerima kegiatan pembinaan dari tim teknis.

KUB di Cilacap yang mendapatkan Kapal Inka Mina Makmur berjumlah 4

KUB, yaitu KUB Mina Lestari, KUB Mino Saroyo, KUB Mina Jaya, dan KUB

Mina Makmur. Keempat KUB yang ada di Cilacap ini memiliki pola pengelolaan

yang tidak semua sama,namun tetap sesuai prosedur. Setiap kegiatan

pengoperasian penangkapan yang dilakukan oleh masing-masing KUB ini

dilaporkan kepada DKP.

Pembentukan KUB oleh DKP Cilacap disampaikan pada Gambar 10.

Anggota KUB di Cilacap merupakan kesatuan dari anggota KUD dan HNSI yang

ada di Cilacap. Hal ini dilakukan untuk meminimumkan kemungkinan munculnya

kecemburuan sosial nelayan terhadap penerimaan kapal bantuan ini.

14

Pembentukan KUB di Tegal merupakan instruksi dari DKP untuk

membuat KUB agar dapat menerima Kapal Inka Mina. Selanjutnya KUB yang

ada harus memiliki pemodal sendiri dan memiliki modal awal sebesar Rp 300 juta

sebagai jaminan agar kapal bisa beroperasi. Hingga saat ini ada 2 KUB yang

menjadi arahan dari DKP Tegal, yaitu KUB Merdeka Nelayan dan KUB Karya

Mina. Berikut dipaparkan pada Tabel 5 yaitu KUB penerima beserta nama kapal,

nama ketua, anggota, alat tangkap, dan DPI dimana kapal itu beroperasi.

Tabel 5 Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Cilacap dan Tegal penerima Inka

Mina

KUB Kapal Ketua Anggota Total

Operasi

Alat

Tangkap

DPI

Cilacap

Mina

Lestari

IMM

152

Pairan 25 orang 8 kali Gillnet WPP 711

Mina Usaha

Mandiri

IMM

159

Sarjono 25 orang 5 kali Gillnet WPP 572,

WPP 573

Mina

Makmur

IMM

149

Subari 25 orang 2 kali Gillnet WPP 572,

WPP 573

Mina Jaya IMM

151

Suli

Agus

23 orang 3 kali Gillnet WPP 572,

WPP 573

Tegal

Merdeka

Nelayan

IMM

385

Imam

Solikhun

25 orang 4 kali Purse

seine

WPP 711,

WPP 713

Karya Mina IMM

150

Warnadi 25 orang 5 kali Purse

seine

WPP 711

DKP

KUD HNSI

Kelompok

Nelayan

Rukun

Nelayan Nelayan

KUB

Gambar 10 Skema pembentukan KUB di Cilacap

15

KUB di Cilacap

KUB Mina Lestari

KUB Mina Lestari yang diketuai oleh Pak Pairan ini beranggotakan 25

orang anggota. Tugas masing-masing anggota KUB berjalan dengan baik,

sekretaris dan bendahara KUB bertugas untuk melengkapi surat kelengkapan

kapal dan mengontrol keuangan yang dimiliki KUB. KUB Mina Lestari

memperoleh dana dari seorang pengusaha yang merupakan anggota KUB Mina

Lestari sendiri. Pembentukan KUB Mina Lestari ini dilakukan atas instruksi dari

DKP Cilacap yang meminta untuk dibentuknya KUB yang beranggotakan 25

orang.Pembentukan KUB Mina Lestari ini hanya dilakukan selama 3 hari, oleh

karena itu Pak Pairan langsung mengajak orang-orang terdekat yang dikenalnya

untuk bergabung dengan KUB Mina Lestari ini. Salah satu persyaratan KUB

adalah memiliki penyandang dana sebagai anggota KUB, hal ini dimaksudkan

untuk memudahkan dalam setiap usaha penangkapan yang dilakukan.

Kapal Inka Mina milik KUB Mina Lestari ini sudah dioperasikan sebanyak

8 kali sejak pertama kali didapatkan. Kelengkapan surat kapal yang diperoleh

sejak awal serah terima kapal hanya berlaku selama dua hari (16 - 18 April 2012)

sehingga segala kelengkapan surat selanjutnya diurus oleh maing-masing KUB.

Selang satu tahun setelah diterima Kapal Inka Mina ini masih belum dapat

dioperasikan karena ada beberapa bagian kapal yang harus diperbaiki agar layak

operasi, beberapa bagian yang diperbaiki dari Kapal Inka Mina 152 ini

diantaranya perbaikan sheer (border), melapisi dek dengan papan tambahan dan

juga fiber, penggantian alat navigasi karena alat navigasi yang diperoleh tidak bisa

digunakan. Total perbaikan yang dilakukan untuk Kapal Inka Mina 152 ini

mencapai Rp 67 juta dan semua biaya perbaikan tersebut ditanggung oleh pihak

penyandang dana.

Kegiatan pengoperasian yang telah dilakukan sebanyak 8 kali oleh Kapal

Inka Mina 152 ini belum mendapatkan keuntungan. Usaha pengoperasian kapal

biasanya dilakukan selama 20 hari di Perairan Natuna dan daerah kurang lebih 9

mil dari pantai. Waktu tempuh yang dibutuhkan adalah selama 2 hari.

Pengoperasian kapal ini dilakukan oleh 10 hingga 12 orang dalam satu kapal.

Modal yang dibutuhkan dalam sekali usaha penangkapan sebesar Rp 18 juta

hingga Rp 20 juta dan seluruh modal ini ditanggung oleh penyandang dana. Pola

bagi hasil diterapkan dalam pengoperasian Kapal Inka Mina 152 ini, dengan

jumlah 40% untuk KUB dan 60% untuk penyandang dana dan ABK. Penyandang

dana memperoleh hasil yang lebih banyak untuk menutupi modal awal.

Hasil tangkapan yang diperoleh umumnya adalah ikan tuna, cakalang,

marlin, dan cumi. Alat tangkap yang digunakan oleh Kapal Inka Mina 152 ini

adalah gillnet. Alat tangkap longline yang diberikan sejak awal tidak digunakan

karena pengoperasian alat tangkap longline membutuhkan modal yang lebih

banyak dibandingkan dengan menggunakan gillnet. Hingga saat ini, longline yang

diberikan masih disimpan, karena untuk menjual longline pun kemungkinan

terjual nya sangat kecil karena ukuran panjang longline yang tidak sesuai,

minimum panjang main line longline yang biasa digunakan adalah 54 meter

sedangkan panjang longline yang diberikan hanya 43,5 meter.

Kapal Inka Mina 152 ini pertama dioperasikan untuk melakukan

penangkapan pada Bulan Juli 2014. Dibandingkan dengan ketiga Kapal Inka Mina

16

yang ada di Cilacap, Kapal Inka Mina 152 ini merupakan kapal yang memiliki

produksi terbanyak selama operasi penangkapannya.

KUB Mina Usaha Mandiri

Pembentukan KUB Mina Usaha Mandiri dilakukan langsung oleh Pak

Sarjono selaku Ketua KUB. Pemilihan anggota KUB didasarkan kemampuan

yang dimiliki oleh masing-masing orang sesuai dengan kebutuhan dalam

pelaksanaan pengoperasian Kapal Inka Mina nantinya. Anggota KUB Mina Usaha

Mandiri yang berjumlah 25 orang diketuai oleh Pak Sarjono memiliki peran

masing-masing sesuai dengan posisi mereka di KUB tersebut, sekretaris dan

bendahara KUB melakukan pendataan dan mengurus semua administrasi yang

diperlukan untuk kelengkapan kapal, anggota KUB ada pula yang menjadi ABK

dan nahkoda Kapal Inka Mina Makmur 159 ini. Kumpul KUB Mina Usaha

Mandiri dilakukan setiap tahun untuk membicarakan kegiatan penangkapan yang

akan dilakukan selanjutnya, mendiskusikan modal yang dibutuhkan, dan sumber

daya yang akan melaut.

Usaha penangkapan yang sudah dilakukan oleh KUB Mina Usaha Mandiri

sejak pertama kali sudah mencapai 5 kali pengoperasian. Daerah penangkapan

kapal ini hingga Pulau Christmas sehingga membutuhkan waktu 15-20 hari dalam

sekali pengoperasian dengan jumlah ABK 13 orang. Hasil tangkapan yang

diperoleh umumnya berupa ikan cakalang, cumi-cumi, ikan tuna, ikan lemadang,

ikan marlin, hiu, dan pari.

Alat tangkap yang digunakan adalah gillnet yang merupakan alat tangkap

tambahan, karena alat tangkap seharusnya adalah longline. Alat tangkap longline

hanya sekali digunakan dalam operasi penangkapan. Beberapa hal yang menjadi

alasan tidak dioperasikannya alat tangkap longline karena modal dalam

mengoperasikan alat tangkap longline lebih besar dibandingkan menggunakan alat

tangkap gillnet. Selama ini alat tangkap longline hanya digunakan sekali yaitu

pada bulan September 2012. Biaya operasional pertama kali yang dibutuhkan

untuk pengoperasian Kapal Inka Mina Makmur 159 ini sebesar Rp 30 juta

sedangkan biaya operasional selanjutnya sebesar Rp 20 juta sampai dengan Rp 25

juta. Bahan bakar yang dibutuhkan untuk sekali melaut hingga 2,5 ton solar.

Kapal Inka Mina Makmur 159 milik Pak Sarjono ini telah mengalami

banyak perubahan dari sejak awal diberikan. Beberapa perubahan yang dilakukan

diantaranya penambahan tinggi sheer kapal, pembenahan tutup palka, border

kapal, bilgee keel kapal, perbaikan instalasi lampu, dan penggantian alat tangkap

yang digunakan. Menurut Pak Sarjono modal awal yang dibutuhkan untuk

perbaikan kapal ini mencapai Rp 150 juta. Hingga saat ini modal awal yang

dikeluarkan oleh Pak Sarjono belum tergantikan, adapun keuntungan yang

diperoleh selama pengoperasian Kapal Inka Mina Makmur 159 ini digunakan

untuk kesejahteraan ABK dan anggota KUB yang turut serta membantu dalam

pengoperasian kapal ini.

KUB Mina Makmur

KUB ini diketuai oleh Pak Subari yang merupakan salah satu pemimpin di

KUD Mino Saroyo.Anggota KUB berjumlah 25 orang yang terdiri dari ABK

kapal, pedagang ikan, dan nelayan pemilik kapal. Sekretaris dan bendahara di

KUB ini bekerja sesuai dengan perannya yaitu memantau surat masuk dan keluar

serta mengatur dana yang masuk untuk KUB ini. Pembentukan KUB dilakukan

17

oleh Pak Subari sendiri dengan mengumpulkan orang-orang terdekat Pak Subari

ini.

Usaha pengoperasian Kapal Inka Mina Makmur 149 telah dilakukan

sebanyak 2 kali pada tahun 2013. Lama waktu pengoperasian biasanya satu

hingga dua bulan dan dilakukan di daerah Zona Ekonomi Eksklusif 220 mil laut.

Hasil tangkapan yang diperoleh umumnya berupa ikan cakalang, ikan tongkol,

ikan tuna, dan marlin.Alat tangkap yang digunakan oleh Kapal Inka Mina

Makmur 152 ini adalah alat tangkap gillnet.

Biaya operasional yang dibutuhkan untuk sekali melakukan kegiatan

pengoperasian berkisar antara Rp 27 juta hingga Rp 30 juta. Seluruh biaya

operasional biasanya diberikan oleh pengelola kapal. Penyandang dana atau yang

disebut pengelola dari KUB Mina Makmur ini adalah seorang pengusaha di

Cilacap. Kegiatan operasi yang akan dilakukan oleh Kapal Inka Mina Makmur

152 ini didasarkan pada hasil kesepakatan pihak KUB dengan pengelola.

Walaupun pendekatan yang dilakukan oleh KUB Mina Makmur dengan pihak

pengusaha yang akan menjadi penyandang dana dirasa terlambat namun

keuntungan yang diperoleh pada trip pertama Kapal Inka Mina Makmur 152

mencapai Rp 105 juta dan keuntungan pada trip kedua mencapai Rp 39 juta. Oleh

karena itu biaya perbaikan kapal yang mencapai Rp 50 juta yang dikeluarkan oleh

pengelola pun sudah dapat tergantikan.

Pola bagi hasil dilakukan oleh KUB milik Pak Subari ini, 60% keuntungan

hasil tangkapan diberikan kepada pengelola dan ABK sedangkan 40% menjadi

keuntungan bagi pihak KUB sehingga setiap kali dilakukan trip maka anggota

KUB Mina Makmur ini akan memperoleh keuntungan sebesar satu juta rupiah.

Perbaikan kapal yang dilakukan terhadap Kapal Inka Mina Makmur 152 ini

diantaranya adalah pintu, ruang ventilasi, kemudi, penambahan ruang bagi

nahkoda, servis mesin, dan alat tangkap. Hingga saat ini line hauler yang

merupakan alat bantu untuk alat tangkap longline dilepas dan disimpan karena

dalam pengoperasiannya Kapal Inka Mina Makmur 152 ini menggunakan gillnet.

KUB Mina Jaya

KUB Mina Jaya yang memiliki jumlah anggota sebanyak 23 orang ini

diketuai oleh Pak Suli Agus. Pembentukan KUB dilakukan oleh Pak Suli Agus

berdasarkan instruksi dari KUD Mino Saroyo. Jadi pada awal akan diterimanya

kapal bantuan ini pihak KUD meminta agar Kapal Inka Mina diserahkan ke KUD

demi kesejahteraan nelayan bersama, namun dikarenakan peraturan penerimaan

kapal bantuan harus diserahkan pada kepemilikan kelompok perorangan (KUB)

maka pihak KUB menunjuk Pak Suli Agus untuk mencari anggota KUB yang

nantinya akan menjadi KUB Mina Jaya sebagai salah satu penerima kapal bantuan

Inka Mina. Pembentukan KUB Mina Jaya ini dilakukan dengan bantuan KUD

Mino Saroyo dan langsung menunjuk Pak Suli Agus sebagai ketua, karena pada

awalnya pembentukan KUB ini hanya dilakukan sebagai persyaratan yang harus

dilengkapi untuk menerima kapal bantuan. Penentuan penyandang dana dilakukan

oleh KUB karena dari anggota KUB sendiri tidak ada yang memenuhi kriteria

sebagai penyandang dana sehingga pada akhirnya meminta salah seorang

pengusaha di Cilacap untuk menjadi penyandang dana.

Kapal Inka Mina Makmur 151 sejak pertama kali diterima telah melakukan

operasi penangkapan sebanyak 3 kali yaitu pada tahun 2012 hingga 2013.Daerah

penangkapan di daerah Zona Ekonomi Eksklusif Samudera Hindia. Modal awal

18

yang dirasakan oleh KUB Mina Jaya dalam pengoperasian kapal ini mencapai Rp

50 juta sedangkan biaya pra operasional yang diberikan oleh pemerintah diawal

serah terima kapal ini hanya Rp45 juta. Modal awal ini digunakan untuk

memperbaiki beberapa bagian kapal seperti mempertebal dek dan menambahkan

bagian sayap (bilgee keel).

Pola bagi hasil diterapkan oleh KUB Mina Jaya dalam mengelola

keuntungan yang ada, dengan 60% bagi penyandang dana dan 40% bagi KUB.

Alat tangkap yang digunakan Kapal Inka Mina Makmur 151 adalah gillnet. Alat

tangkap longline yang diberikan tidak dioperasikan karena membutuhkan biaya

operasional yang besar dan waktu yang dibutuhkan untuk satu kali trip pun bisa

berbulan-bulan.

Perbaikan Kapal Inka Mina Makmur 151 dilakukan terhadap mesin, sistem

pendingin dan beberapa bagian kapal lainnya. Biaya yang dibutuhkan untuk

perbaikan ini mencapai Rp 200 juta.

KUB di Tegal

KUB Merdeka Nelayan dan KUB Karya Mina

Sejak tahun 2011 DKP Tegal telah menerima 2 buah Kapal Inka Mina dari

pemerintah. Dua kapal ini adalah Kapal Inka Mina Makmur 150 yang diterima

oleh KUB Karya Mina dan Kapal Inka Mina Makmur 385 yang diterima oleh

KUB Merdeka Nelayan. Kapal Inka Mina Makmur yang ada di Tegal sendiri

mengalami perubahan pada beberapa bagian kapal dan mesin kapal, seperti cold

storage, kompresor, lampu penerangan, dan dinamo kapal.

Kedua KUB di Tegal ini dipegang oleh Pak Hendrik yang merupakan

pengusaha sekaligus pengurus KUB bagi kedua kelompok penerima Kapal Inka

Mina. Pembuatan bagi kedua Kapal Inka Mina di Tegal ini adalah di galangan Aji

Badi Batang Tegal. Sejak awal alat tangkap yang diperoleh sebelumnya adalah

purse seine pelagis kecil.

Modal yang dibutuhkan dalam sekali pengoperasian biasanya sebesar Rp70

juta dan biasanya modal ini dibantu oleh pengusaha, dalam hal ini Pak Hendrik

merupakan penyandang dana bagi kedua KUB di Tegal ini. KUB Merdeka

Nelayan sudah melakukan operasi penangkapan sebanyak 4 kali dan KUB Karya

Mina sebanyak 5 kali. Sistem bagi hasil sebesar 40:60 antara ABK Kapal dan

KUB diterapkan dalam dua KUB ini. Ketentuan sistem bagi hasil ditentukan oleh

pihak KUB dan ABK, sehingga antara satu KUB dengan KUB yang lain bisa

berbeda. Penjualan hasil tangkapan biasanya dilakukan sistem lelang bagi pembeli

yang merupakan perusahaan-perusahaan tertentu.

Daerah penangkapan Kapal Inka Mina Makmur 150 dan Inka Mina Makmur

385 ini adalah di Laut Jawa hingga Utara Bali.

Pengoperasian Kapal Inka Mina

Tingkat Pemanfaatan Pengoperasian Kapal Inka Mina di Indonesia

Pengoperasian Kapal Inka Mina di beberapa daerah memberikan

keuntungan bagi penerimanya dalam bentuk kenaikan pendapatan masing-masing

nelayan mencapai Rp 3-4 juta/nelayan/bulan. Pada Tabel 6 berikut dipaparkan

daftar kapal-kapal Inka Mina dari berbagai daerah yang melaporkan tingkat

pemanfaatan.

19

Tabel 6 Daftar pemanfaatan Kapal Inka Mina di beberapa daerah di Indonesia

No. Nama Kapal Kab./Kota Provinsi Total

Pendapatan

(milyar)

per tahun

Tahun

1 Inka Mina 16 Kab. Luwu Sulawesi

Selatan

Rp 2.4 2010

2 Inka Mina 17 Kab. Luwu Sulawesi

Selatan

Rp 1.4 2010

3 Inka Mina 232 Kab. Luwu Sulawesi

Selatan

Rp 1.2 2011

4 Inka Mina 03 Kab. Indragiri

Hilir

Riau Rp 1.1 2010

5 Inka Mina 244 Kab. Konawe Sulawesi

Tenggara

Rp 1.6 2010

6 Inka Mina 246 Kota Kendari Sulawesi

Tenggara

Rp 4.9 2011

7 Inka Mina 247 Kota Kendari Sulawesi

Tenggara

Rp 5.4 2011

8 Inka Mina 41 Kota Gorontalo Gorontalo Rp 0.622 2010

9 Inka Mina 213 Kab. Gorontalo Gorontalo Rp 1.5 2011

10 Inka Mina 215 Kota Gorontalo Gorontalo Rp 0.958 2011

11 Inka Mina 33 Kota Pekalongan Jawa Tengah Rp 1 2011

12 Inka Mina 139 Kota Pekalongan Jawa Tengah Rp 1.4 2011

13 Inka Mina 38 Kab. Indramayu Jawa Barat Rp 1 2010

14 Inka Mina 01 Kab. Aceh Barat

Daya

Aceh Rp 1.6 2010

15 Inka Mina 50 Kab. Bireun Aceh Rp 0.780 2011

16 Inka Mina 52 Kab. Aceh

Singkil

Aceh Rp 0.670 2011

Sumber: kkp.go.id, 2014

Upaya Pengoperasian Kapal Inka Mina

Pengoperasian Kapal Inka Mina juga tidak semuanya memperoleh

keuntungan seperti yang lain. Seperti halnya KUB di Cilacap dan Tegal

melakukan beberapa usaha sebelum dapat mengoperasikan Kapal Inka Mina

tersebut, diantaranya:

1. Perubahan atau Penggantian Konstruksi

Terdapat beberapa bagian kapal yang diganti dalam pengoperasian Kapal

Inka Mina ini, diantaranya:

- Dek Kapal

Sejak awal pemberian kapal bantuan ini dek kapal yang ada tidak

memadai. Dek kapal terlalu rapuh sehingga pemilik kapal pada akhirnya

memperbaiki dek kapal dengan cara melaminasi ulang dek kapal tersebut.

20

- Sheer

Tinggi sheer pada kapal tidak sesuai sehingga sangat mengganggu

keamanan ABK saat melakukan kegiatan di kapal. Kapal yang digunakan

oleh nelayan di Cilacap ini melakukan kegiatan operasi penangkapan di

daerah ZEE yang merupakan laut lepas dengan gelombang yang tinggi dan

sering tidak menentu sehingga nelayan di Cilacap melakukan modifikasi

terhadap tinggi sheer yang ada agar keamanan ABK tetap terjaga saat

melakukan kegiatan di area dek.

- Palka

Dinding palka yang tipis menjadi kekhawatiran bagi nelayan dalam

menyimpan hasil tangkapannya. Tutup palka yang ada dilaminasi ulang

agar lebih tebal dan kuat agar suhu udara di dalam palka tetap terjaga dan

tidak terpengaruh oleh suhu udara luar (insulasi).

- Sistem Pendingin

Sejak awal sistem pendingin yang ada memiliki sistem terpusat,

yaitu satu saluran pendingin untuk semua palka yang selanjutnya diubah

menjadi masing-masing palka memiliki sistem pendingin tersendiri.

- Ruang Dek Atas

Pada beberapa Kapal Inka Mina di Cilacap rumah dek bagian atas

ada yang dihilangkan karena dianggap tidak memiliki fungsi yang

membantu dalam pengoperasian kapal.

- Ruang Alat Tangkap

Rumah alat tangkap ini dibuat agar memudahkan penyimpanan alat

tangkap di kapal. Lokasi rumah alat tangkap ini ada dibagian haluan kapal.

- Bilge keel

Gambar 11 Palka ikan di Kapal Inka Mina (a) Cilacap dan (b) Tegal setelah

mengalami perbaikan

(a) (b)

21

Penambahan panjang bilgee keel atau nelayan biasa menyebutnya

sayap kapal, dilakukan agar kapal tetap stabil dan tidak mudah oleng saat

menerjang ombak.

2. Alat tangkap

Alat tangkap yang diberikan kepada nelayan di Cilacap berupa longline

dengan ukuran panjang tali utama 3.000 meter dan jumlah mata pancing sebanyak

600 buah. Jumlah pelampung yang diberikan untuk alat tangkap ini hanya 4 buah

saja dan itu masih sangat tergolong sedikit atau kurang memadai untuk ukuran tali

utama sepanjang 3.000 meter.

Nelayan penerima kapal bantuan Inka Mina di Cilacap mengubah alat

tangkap yang telah didapatkan menjadi alat tangkap sesuai yang umumnya

mereka gunakan. Alat tangkap yang diperoleh berupa alat tangkap longline diganti

menjadi gillnet. Alasan utama yang menyebabkan perubahan alat tangkap ini

diantaranya adalah modal yang dibutuhkan dalam pengoperasian longline lebih

besar dibandingkan dengan modal pengoperasian gillnet, waktu pengoperasian

yang relatif lebih lama, dan jumlah ABK yang lebih banyak, dan kosntruksi kapal

yang kurang sesuai untuk melakukan operasional longline.

Keterangan :

1. Badan jaring 5. Pemberat

2. Pelampung 6. Jaring 1

3. Pelampung tanda 7. Jaring 2

4. Pelampung bendera

Menurut KeputusanMenteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor Kep.06/Men/2010 tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia alat tangkap gillnet

dikategorikan dalam kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring insang (gillnets

and entangling nets) yang merupakan kelompok jaring yang berbentuk empat

persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris

bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap

dengan cara terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahan

dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan

pelagis dan demersal.

Gambar 12 Alat tangkap gillnet dua lapis di Cilacap

22

Gillnet yang digunakan oleh nelayan di Cilacap merupakan gillnet dua lapis

dengan ukuran panjang rata-rata 32 depa untuk 1 piece jaring. Gillnet yang

digunakan mencapai 40-50 piece sehingga panjang total dari jaring

gillnetmencapai 1.920 meter dengan tinggi jaring sebesar 20 depa atau 30

meter.Ukuran mesh size dari gillnet yang digunakan berkisar antara 5-5.5 inchi.

Alat tangkap ini dioperasikan di siang hari dengan hasil tangkapan utama berupa

cumi-cumi, cakalang, tuna, dan lemadang. Pengoperasian gillnet di Cilacap

dilakukan dengan tangan oleh para nelayan.

Nelayan di Tegal memperoleh alat tangkap berupa purse seine dengan ukuran tali

kolor 700 meter, float rope sepanjang 504 meter, dan dalam jaring 60 meter.

Ukuran mesh size yang digunakan oleh purse seine ini adalah 1 inchi. Menurut

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

Kep.06/Men/2010 tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan

Perikanan Negara Republik Indonesia alat tangkap purse seine termasuk dalam

kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring lingkar (surrounding nets)

merupakan kelompok alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk empat

persegi panjang yang terdiri dari sayap, badan, dilengkapi pelampung, pemberat,

tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali kerut/pengerut dan salah satu

bagiannya berfungsi sebagai kantong yang pengoperasiannya melingkari

gerombolan ikan pelagis.

Keterangan:

1. Badan jaring 5. Float rope

2. Pelampung 6. Purse line

3. Pemberat 7. Sinker line

4. Cincin

Gambar 13 Alat tangkap purse seine di Tegal

23

3. Modal

Modal ini biasanya digunakan untuk keperluan perbekalan ABK. Menurut

Nurani dan Wisudo (2007), perbekalan dalam operasi penangkapan meliputi BBM

(solar), oli, umpan, perbekalan makanan, air tawar, gas, minyak tanah, dan

keperluan perbekalan lainnya. Total modal yang dibutuhkan untuk perbekalan

bagi Kapal Longline di Cilacap bisa mencapai Rp 61 juta untuk pengoperasian

selama 2-3 bulan. Sedangkan modal yang dibutuhkan oleh nelayan gillnet dalam

satu kali melakukan trip penangkapan di Cilacap adalah rentang Rp 18 juta hingga

Rp30 juta untuk 20 hari hingga 2 bulan. Modal yang dibutuhkan dalam sekali

melakukan pengoperasian biasanya berbeda-beda. Namun terlihat perbedaan yang

signifikan antara modal atau biaya operasional yang dibutuhkan nelayan longline

dan gillnet di Cilacap. Sehingga pada akhirnya modal juga menjadi salah satu

faktor yang dijadikan alasan bagi nelayan di Cilacap mengubah alat tangkap

longline menjadi gillnet.

Nelayan di Tegal melakukan operasi penangkapan dengan alat tangkap

purse seine. Perbekalan dalam melakukan trip penangkapan pada nelayan purse

seine tidak jauh berbeda dengan perbekalan operasi penangkapan longline ataupun

gillnet. Biasanya perbekalan yang dibutuhkan dalam operasi penangkapan purse

seine berupa ransum, oli, BBM (solar), minyak tanah, air tawar, biaya retribusi,

dan rumpon jika menggunakan rumpon (Tambunan, 2014 dan Hertika, 2014).

Modal yang umumnya digunakan untuk perbekalan selama trip yang dibutuhkan

oleh nelayan Tegal mencapai Rp 70 juta untuk satu kali trip.

Gambar 14 Alat tangkap di Kapal Inka Mina (a) Cilacap dan (b) Tegal

(a) (b)

24

Tabel 7 Analisis biaya operasional Kapal Inka Mina di Cilacap dan Tegal

KUB Kapal Biaya

Operasional (Rp)

Penerimaan

(Rp)

Laba/Rugi

Cilacap

Mina Lestari IMM 152 18-20 juta - Rugi

Mina Usaha

Mandiri

IMM 159 20-25 juta - Rugi

Mina Makmur IMM 149 27-30 juta 155 juta Laba

Mina Jaya IMM 151 50 juta - Rugi

Tegal

Merdeka Nelayan IMM 385 70 juta - Rugi

Karya Mina IMM 150 70 juta - Rugi

Tabel 8 merupakan biaya operasional yang diperlukan oleh masing-masing

Kapal Inka Mina dalam salah satu operasi penangkapan yang dilakukan. Data

tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan penerima Kapal

Inka Mina. Keenam Kapal Inka Mina yang terdapat di Cilacap dan Tegal memiliki

frekuensi pengoperasian yang berbeda-beda satu sama lain. Modal yang

dibutuhkan oleh masing-masing kapal juga berbeda, namun dari keenam kapal

tersebut analisis operasional dapat terlihat pada Kapal Inka Mina Makmur 149

KUB Mina Makmur di Cilacap. Kapal Inka Mina Makmur 149 melakukan operasi

penangkapan sebanyak 2 kali sejak Kapal Inka Mina diterima. Modal yang

dibutuhkan dalam kegiatan pengoperasian Kapal Inka Mina Makmur 149 ini

sebesar Rp 27 hingga Rp 30 juta, namun Kapal Inka Mina Makmur 149 berhasil

memperoleh keuntungan dari kedua operasi penangkapan. Pada trip pertama

berhasil memperoleh keuntungan sebesar Rp 105 juta dan keuntungan yag

diperoleh pada trip kedua sebesar Rp 39 juta. Keuntungan yang diperoleh ini

selanjutnya digunakan untuk mengganti modal awal perbaikan kapal yang

dikeluarkan oleh penyandang dana KUB Mina Makmur. Kapal Inka Mina lain

yang tidak memperoleh keuntungan bukan berarti selalu mendapatkan kerugian

dalam setiap pengoperasiannya. Namun penerimaan yang diperoleh memang tidak

sebanding dengan biaya operasional yang dibutuhkan, sehingga seringkali pemilik

KUB menyatakan jumlah penerimaan yang diperoleh digunakan untuk

kesejahteraan ABK kapal.

Ketersediaan modal bagi nelayan Kapal Inka Mina merupakan

tanggungjawab dari penyandang dana masing-masing KUB. Penyandang dana

jugalah yang dapat menentukan berangkat atau tidaknya Kapal Inka Mina, karena

bila modal yang dibutuhkan belum terpenuhi maka kapal tidak dapat melakukan

kegiatan operasi penangkapan. Oleh karena itu keberadaan penyandang dana

sangatlah penting bagi KUB. Namun tidak semua KUB di Cilacap memiliki

penyandang dana yang tetap, berbeda halnya dengan penyandang dana bagi KUB

di Tegal yang memiliki penyandang dana tetap yang sama untuk kedua KUB

25

tersebut. Penyandang dana dapat merupakan anggota KUB atau pengusaha lain

yang melakukan kerjasama dengan KUB tersebut.

Walaupun DKP telah memberikan arahan bahwa dalam satu KUB harus ada

yang bertindak sebagai penyandang dana kenyataannya tidak semua KUB di

Cilacap menerapkan arahan tersebut. Karena tidak semua pengusaha juga bersedia

menjadi penyandang tetap bagi sebuah KUB. Beberapa KUB di Cilacap mencari

pengusaha yang mau menjadi pemodal bagi KUB merek setiap akan melakukan

trip penangkapan. Hal tersebut juga yang menjadikan modal sebagai salah satu

kelemahan dalam kegiatan pengoperasian Kapal Inka Mina di Cilacap.

4. Sumber Daya Manusia (SDM)

Nelayan di Cilacap maupun Tegal belum tentu dapat mengoperasikan kapal

penangkap ikan yang berukuran >30 GT. Umumnya nelayan yang mendapatkan

Kapal Inka Mina merupakan nelayan-nelayan tradisional yang biasanya

menggunakan kapal 5-10 GT sehingga dalam hal pengoperasian Kapal Inka Mina

tidak jarang nelayan di Cilacap mengajak nelayan-nelayan dari daerah lain

khususnya nelayan dari pantai utara. Jumlah ABK yang biasanya dibutuhkan

dalam sekali operasi penangkapan yang dilakukan oleh Kapal Inka Mina di

Cilacap biasanya antara 10 hingga 13 orang. Nelayan yang biasanya merupakan

nelayan yang berasal dari daerah lain seperti Brebes, Pemalang, Tegal, dan

Pekalongan. Hal tersebut terjadi karena umumnya nelayan di Cilacap tidak

terbiasa dengan waktu operasi penangkapan yang lama. Namun tidak sedikit pula

nelayan yang mengoperasikan Kapal Inka Mina merupakan nelayan asli Cilacap

sendiri. ABK yang mengoperasikan Kapal Inka Mina tidak selalu sama karena

nelayan yang biasanya mengoperasikan Kapal Inka Mina merupakan nelayan

yang saat itu sedang tidak melakukan usaha penangkapan dengan kapal masing-

masing.

Pengoperasian Kapal Inka Mina di Tegal membutuhkan ABK sebanyak 20-

25 orang. ABK di Kapal Inka Mina ini terdiri dari nahkoda, motoris, juru masak,

jelarus (fishing master), dan ABK lainnya yang bertugas memasang rumpon dan

mengurusi alat tangkap. Anggota KUB di Tegal ada yang menjadi ABK namun

tidak jarang ABK di Kapal Inka Mina Tegal ini merupakan nelayan tambahan

yang bukan merupakan anggota KUB. Biasanya nelayan tambahan ini merupakan

nelayan dari Pemalang dan sekitar Tegal.

Permasalahan mengenai sumber daya manusia yang dihadapi oleh KUB di

Cilacap dan Tegal adalah bahwa nelayan asli dari daerah sendiri cenderung

enggan mengoperasikan Kapal Inka Mina sehingga masih harus mencari nelayan

dari daerah lain. Padahal jika dilihat dari tujuan pengadaan kapal ini adalah untu

membantu kesejahteraan nelayan di daerah tersebut. Permasalahan lain yang

dihadapi adalah keterampilan nelayan yang kurang merata, karena nelayan di

Cilacap belum terbiasa menggunakan kapal >30 GT dengan berbagai

perlengkapan yang ada.

Nahkoda Kapal Inka Mina di Cilacap dan Tegal juga memiliki sertifikat

surat kecakapan sebagai nahkoda yang dikeluarkan oleh Kementrian Perhubungan

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Sertifikat yang dimiliki salah satu nahkoda

Kapal Inka Mina Cilacap adalah Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan

Tingkat III yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Motoris di

Kapal Inka Mina juga dibekali dengan pelatihan dan surat kecakapan sebagai

26

motoris yang dikeluarkan oleh Kementrian Perhubungan Direktorat Jenderal

Perhubungan Laut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PPP Tegalsari dan PPS

Cilacap dengan mengacu kepada tujuan penelitian dapat diambil kesimpulan

bahwa:

1. Dimensi Kapal Inka Mina di Tegal dan Cilacap berbeda sesuai dengan

kebutuhan opearional penangkapan ikan. Nilai rasio dimensi utama kapal

penangkapan ikan, Kapal Inka Mina di Tegal maupun Cilacap masih

berada pada rentang kapal penagkapa ikan di Indonesia. Kecepatan kapal

sudah memadai untuk kebutuhan operasional.

2. Pembentukan KUB lebih bersifat instruksi dari pemerintah, bukan muncul

dari kesadaran para nelayan calon penerima bantuan. Pola kerja nelayan

dalam KUB sangat tergantung kepada ketua ataupun pemilik modal.

3. Kapal Inka Mina yang diberikan kepada nelayan di PPP Tegalsari dan PPS

Cilacap sudah dapat dimanfaatkan oleh nelayan walau harus diakukan

beberapa perubahan dalam desain dan konstruksi kapal.. Pemanfaatan

kapal Inka Mina hingga saat ini belum dapat memberikan keuntungan bagi

nelayan.

Saran

Saran penulis dari penelitian ini adalah:

1. Perlu dilakukan kajian dan evaluasi terhadap program bantuan kapal yang

selama ini sudah dilakukan oleh pemerintah seperti pengumpulan data

terkait keuntungan masing-masing KUB dan mengevaluasi kendala yang

dihadapi KUB agar tujuan dari program pemerintah dapat terpenuhi

bersama. 2. Seluruh proses pembuatan kapal, penentuan alat tangkap, dan juga

pembentukan KUB sejak awal harus sudah melibatkan nelayan terkait

serta dibuatnya surat perjanjian yang menerangkan spesifikasi kapal dan

alat tangkap secara jelas oleh pihak KKP kepada nelayan yang

bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

[DJPT-KKP] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia. 2014. Kapal Inkamina > 30 GT [internet].

[diunduh 2014 Agust 26];tersedia pada: http://simantap.djpt.kkp.go.id/inka-

mina

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2014. Siaran Pers

INKA MINA, Tingkatkan Pendapatan Nelayan

(No.001/PDSI/HM.310/I/2014)[internet]. [diunduh 2014 Agust 26];Tersedia

27

pada: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10342/INKA-MINA-

Tingkatkan-Pendapatan-Nelayan/?category_id=

Andry. 2013. Ekonomi dan Bisnis: Target Pembuatan Kapal Inka Mina

Terkendala Anggaran (15 Juli 2014)[internet]. [diunduh 2014 Agust

26];Tersedia pada: http://infopublik.org/read/83947/target-pembuatan-kapal-

inka-mina-terkendala-anggaran.html

Hertika A. 2014. Keragaan Perikanan Purse seine Di PPI Muara Angke Jakarta

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Instruksi Presiden No. 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional

Iskandar B H, Pujiati S. 1995. Keragaan Teknis Kapal Ikan Beberapa Ikan di

Beberapa Wilayah Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 11-42.

Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor KEP.14/KEP-DJPT/2014

tentang Pedoman Pembangunan Kapal Penangkap Ikan Tahun 2014

KeputusanMenteri Kelautan Dan Perikanan Republik IndonesiaNomor

Kep.06/Men/2010TentangAlat Penangkapan IkanDi Wilayah Pengelolaan

Perikanan Negara Republik Indonesia

Kiara. 2014. Kiara: Ada Indikasi Korupsi dalam Proyek 1.000 Kapal Inka Mina (6

Mei 2014)[internet]. [diunduh 2014 Agust 26];Tersedia pada:

http://suara.com/bisnis/2014/05/06/102627/kiara-ada-indikasi-korupsi-dalam-

proyek-1-000-kapal-inka-mina/

Martasuganda S. 2008. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Mulyanto RB, Wahyono A, Pamungkas RS. 2012. Kapal Perikanan (Pengukuran

dan Perhitungan). Jakarta (ID): Balai Besar Pengembagan Penangkapan Ikan. Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. 63-64 hal.

Nomura M, Yamazaki T. 1977. Fishing Techniques. Tokyo (JP): Japan

International Cooperation Agency.

Nurani TW, Wisudo SH. 2007. Bisnis Perikanan Tuna Longline. Bogor:

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB.

Peraturan Presiden (Perpres) No. 10 tahun 2011 tentang Badan Koordinasi

Nasional Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan.

Tambunan KJH. 2014. Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Dengan Purse seine

56 GT Di Kota Sibolga Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 20 April 1992 dari pasangan B.

Budhi Pardiyanto dan Ibu Astea Bidarsari. Penulis merupakan anak pertama dari

tiga bersaudara.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari sekolah dasar dan lulus dari SDN

03 Brebes Jawa Tengah pada tahun 2004. Lalu penulis menyelesaikan pendidikan

sekolah menengah pertamanya di SMPN 2 Brebes Jawa Tengah tahun 2004-2007.

Tahun 2007-2010 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di

SMAN 1 Kraksaan Jawa Timur. Selanjutnya di tahun yang sama penulis diterima

di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Pada tahun pertama di IPB, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat

Persiapan Bersama (TPB). Tahun kedua di IPB, penulis masuk ke Mayor

Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor.

Selama masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan pendidikan dan

pelatihan scientific diver di Fisheries Diving Club tahun 2010-2011. Selanjutnya

selama tahun 2011-2013 penulis aktif menjadi pengurus divisi kediklatan di FDC-

IPB dan tahun 2014 menjadi pengurus divisi penelitian dan pengembangan di

FDC-IPB. Penulis juga turut serta menjadi tim scientific dalam Ekspedisi

Zooxanthellae XII tahun 2012 dan Ekspedisi Zooxanthellae XIII FDC-IPB tahun

2014. Organisasi lain yang juga diikuti penulis selama masa perkuliahan adalah

menjadi Badan Pengawas Himpunan Profesi di Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan.

Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Rekayasa

dan Tingkah Laku Ikan tahun 2013 dan asisten praktikum Daerah Penangkapan

Ikan tahun 2014. Tahun 2014 penulis pernah menjadi peserta dalam CSR Youth

Conferrence di Korea.