Aspek Psikologis Dalam Kehamilan persalinan

3
Aspek Psikologis Dalam Kehamilan / Persalinan dr. Warih Andan Puspitosari, M.Sc, Sp.KJ ASPEK PSIKOLOGIS DALAM KEHAMILAN/PERSALINAN Edited by Karina dr. Warih Andan Puspitosari, MSc, SpKJ alhamdulillah banget ni cakul masuk els….hehheee. mulai aj ya…bismillahirohmanirrahim…. Learning Objectif : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang aspek psikologi dalam kehamilan 2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologis dalam kehamilan dan persalinan PSIKOLOGI KEHAMILAN Kehamilan merupakan peristiwa yang membahagiakan bagi seluruh anggota keluarga, terutama bagi calon ibu. Namun demikian ada kalanya proses kehamilan juga mendatangkan berbagai perasaan cemas dan gelisah pada calon ibu. Wanita yang hamil mengalami perubahan biologis, fisiologis dan psikologis yang nyata. Pada wanita yang sehat secara psikologis, kehamilan adalah suatu ekspresi rasa perwujudan diri dan identitasnya sebagai wanita. Banyak wanita yang melaporkan bahwa menjadi hamil adalah suatu pengalaman yang memuaskan suatu kebutuhan narsistik yang mendasar. Perilaku negatif terhadap kehamilan sering kali disertai dengan rasa takut akan kelahiran anak atau peranan menjadi ibu. Beberapa wanita memandang kehamilan sebagai suatu cara untuk menghilangkan keraguan diri mereka tentang femininitasnya atau sebagai suatu cara untuk menentramkan diri mereka sendiri bahwa mereka mampu untuk menjadi hamil. Selama kehamilan, khususnya jika merupakan kehamilan yang pertama, ibu merekapitulasi stadium awal perkembangannya sendiri. Diantara stadium-stadium tersebut proses sparasi-individuasi adalah mempunyai kepentingan yang besar. Rasa takut yang tidak disadari dan khayalan yang berhubungan dengan kehamilan pertama seringkali merupakan pusat konsep penggabungan dengan ibunya sendiri. Jika ibunya sendiri merupakan model peran yang buruk, rasa kompetensi maternal wanita tersebut mungkin terganggu, dan menyebabkan tidak adanya kepercayaan sebelum dan sesudah kelahiran bayi. Perlekatan psikologis dengan janin dimulai sejak dalam rahim. Pada awal trimester kedua sebagian wanita mempunyai suatu gambaran mental tentang bayinya. Janin dipandang sebagai tokoh terpisah sejak sebelum dilahirkan dan disertai dengan suatu kepribadian pranatal. Menurut ahli teori psikoanalisis, calon anak adalah suatu layar kosong dimana ibu memproyeksikan harapan dan ketakutannya. Pada sedikit kasus, proyeksi tersebut berperan dalam keadaan psikologis pascapersalinan. Misalnya seorang ibu yang ingin menyakiti bayinya, karena dipandang sebagai bagian dari dirinya sendiri yang dibenci. Tetapi pada keadaan normal, melahirkan seorang anak adalah sebuah pemenuhan kebutuhan dasar seorang wanita untuk menciptakan dan mengasuh kehidupan. Psikologi ayah juga sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Datangnya masa menjadi orang tua memerlukan suatu sintesis masalah perkembangan tertentu seperti peran jenis kelamin dan identitasnya, seksualitas, generativitas. Fantasi kehamilan pada seorang laki-laki dan mengharapkan kelahiran seorang anak laki-laki adalah identifikasi awal dengan ibu dan harapan untuk menjadi kuat dan kreatif seperti yang ia rasakan seharusnya. Bagi beberapa laki-laki, membuat seorang wanita menjadi hamil adalah bukti dari potensinya, suatu dinamika yang memainkan peranan besar dalam menjadi ayah pada masa remaja. Pada umumnya, psikodinamika kehamilan adalah didasarkan pada riwayat perkembangan seseorang. Hal ini merupakan suatu peristiwa yang juga mempunyai pengertian psikodinamika untuk orang yang berhubungan dengan wanita hamil, termasuk orang tua, kakek-nenek, dan keluarga jauh, dan teman-teman. KEHAMILAN DAN PERKAWINAN Calon ibu yang merupakan istri dan calon ayah yang merupakan suami harus menentukan kembali peranannya sebagai pasangan dan sebagai individu. Mereka menghadapi penyesuaian kembali dalam hubungan mereka dengan teman-teman dan sanak saudara, dan mereka harus menghadapi tanggung jawab baru sebagai untuk pengasuh bayi yang baru lahir dan untuk satu sama lain. Editor : Karina 355

description

Pski

Transcript of Aspek Psikologis Dalam Kehamilan persalinan

  • AspekPsikologisDalamKehamilan/Persalinandr.WarihAndanPuspitosari,M.Sc,Sp.KJ

    ASPEKPSIKOLOGISDALAMKEHAMILAN/PERSALINANEditedbyKarina dr.WarihAndanPuspitosari,MSc,SpKJ

    alhamdulillah banget ni cakul masuk els.hehheee. mulai aj yabismillahirohmanirrahim.

    Learning Objectif : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang aspek psikologi dalam kehamilan2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologis dalam

    kehamilan dan persalinan

    PSIKOLOGI KEHAMILANKehamilan merupakan peristiwa yang membahagiakan bagi seluruh anggota keluarga, terutama bagi

    calon ibu. Namun demikian ada kalanya proses kehamilan juga mendatangkan berbagai perasaan cemas dan gelisah pada calon ibu. Wanita yang hamil mengalami perubahan biologis, fisiologis dan psikologis yang nyata.

    Pada wanita yang sehat secara psikologis, kehamilan adalah suatu ekspresi rasa perwujudan diri dan identitasnya sebagai wanita. Banyak wanita yang melaporkan bahwa menjadi hamil adalah suatu pengalaman yang memuaskan suatu kebutuhan narsistik yang mendasar. Perilaku negatif terhadap kehamilan sering kali disertai dengan rasa takut akan kelahiran anak atau peranan menjadi ibu. Beberapa wanita memandang kehamilan sebagai suatu cara untuk menghilangkan keraguan diri mereka tentang femininitasnya atau sebagai suatu cara untuk menentramkan diri mereka sendiri bahwa mereka mampu untuk menjadi hamil.

    Selama kehamilan, khususnya jika merupakan kehamilan yang pertama, ibu merekapitulasi stadium awal perkembangannya sendiri. Diantara stadium-stadium tersebut proses sparasi-individuasi adalah mempunyai kepentingan yang besar. Rasa takut yang tidak disadari dan khayalan yang berhubungan dengan kehamilan pertama seringkali merupakan pusat konsep penggabungan dengan ibunya sendiri. Jika ibunya sendiri merupakan model peran yang buruk, rasa kompetensi maternal wanita tersebut mungkin terganggu, dan menyebabkan tidak adanya kepercayaan sebelum dan sesudah kelahiran bayi.

    Perlekatan psikologis dengan janin dimulai sejak dalam rahim. Pada awal trimester kedua sebagian wanita mempunyai suatu gambaran mental tentang bayinya. Janin dipandang sebagai tokoh terpisah sejak sebelum dilahirkan dan disertai dengan suatu kepribadian pranatal. Menurut ahli teori psikoanalisis, calon anak adalah suatu layar kosong dimana ibu memproyeksikan harapan dan ketakutannya. Pada sedikit kasus, proyeksi tersebut berperan dalam keadaan psikologis pascapersalinan. Misalnya seorang ibu yang ingin menyakiti bayinya, karena dipandang sebagai bagian dari dirinya sendiri yang dibenci. Tetapi pada keadaan normal, melahirkan seorang anak adalah sebuah pemenuhan kebutuhan dasar seorang wanita untuk menciptakan dan mengasuh kehidupan.

    Psikologi ayah juga sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Datangnya masa menjadi orang tua memerlukan suatu sintesis masalah perkembangan tertentu seperti peran jenis kelamin dan identitasnya, seksualitas, generativitas. Fantasi kehamilan pada seorang laki-laki dan mengharapkan kelahiran seorang anak laki-laki adalah identifikasi awal dengan ibu dan harapan untuk menjadi kuat dan kreatif seperti yang ia rasakan seharusnya.

    Bagi beberapa laki-laki, membuat seorang wanita menjadi hamil adalah bukti dari potensinya, suatu dinamika yang memainkan peranan besar dalam menjadi ayah pada masa remaja. Pada umumnya, psikodinamika kehamilan adalah didasarkan pada riwayat perkembangan seseorang. Hal ini merupakan suatu peristiwa yang juga mempunyai pengertian psikodinamika untuk orang yang berhubungan dengan wanita hamil, termasuk orang tua, kakek-nenek, dan keluarga jauh, dan teman-teman.

    KEHAMILAN DAN PERKAWINANCalon ibu yang merupakan istri dan calon ayah yang merupakan suami harus menentukan kembali

    peranannya sebagai pasangan dan sebagai individu. Mereka menghadapi penyesuaian kembali dalam hubungan mereka dengan teman-teman dan sanak saudara, dan mereka harus menghadapi tanggung jawab baru sebagai untuk pengasuh bayi yang baru lahir dan untuk satu sama lain.

    Editor:Karina 355

  • AspekPsikologisDalamKehamilan/Persalinandr.WarihAndanPuspitosari,M.Sc,Sp.KJ

    Kedua orang tua mungkin mencemaskan kemampuan mereka dalam hal menjadi orang tua. Salah satu atau kedua orang tua mungkin secara disadari atau tidak disadari bersikap ambivalen tentang penambahan anak didalam keluarga dan pengaruhnya pada hubungan keluarga. Ayah mungkin merasa bersalah tentang rasa tidak nyaman yang dialami istrinya selama kehamilan dan persalinan, dan beberapa laki-laki merasa cemburu atau iri tentang pengalaman kehamilan. Dengan membiasakan untuk memuaskan kebutuhan ketergantungan masing-masing, pasangan harus memperhatikan kebutuhan yang tidak henti-hentinya dari seorang bayi yang baru lahir dan anak yang berkembang. Walaupun sebagian besar pasangan berespon positif terhadap kebutuhan tersebut, beberapa pasangan tidak demikian.

    Didalam kondisi yang ideal keinginan untuk menjadi orang tua dan mempunyai anak harus merupakan suatu keputusan yang disetujui kedua pasangan untuk memenuhi kebutuhan generatif untuk realisasi diri yang kreatif. Tetapi, kadang-kadang menjadi orang tua, dirasionalisasi (dijadikan alasan) sebagai suatu cara untuk mencapai keintiman dalam suatu konflik perkawinan atau untuk menghindari keharusan menghadapi masalah lainnya dalam kehidupan.

    Pada umumnya, perilaku terhadap wanita yang hamil mencerminkan berbagai factor: inteligensia, temperamen, praktek kultural, dan cerita-cerita masyarakat dan subkultur pada kedua orang tua yang akan mempunyai anak. Respon seorang laki-laki yang menikah biasanya positif. Tetapi, bagi beberapa laki-laki reaksi adalah bervariasi dari rasa kebanggaan yang salah tempat bahwa mereka mampu menyebabkan seorang wanita menjadi hamil sampai rasa takut akan meningkatnya tanggung jawab dan selanjutnya berhentinya hubungan. Anak kecil bereaksi terhadap kehamilan ibunya dengan rasa ingin tahu tentang asal bayi, khususnya tentang di mana bayi akan keluar dan bagaimana asalnya bayi berada dalam kandungan.

    Kehamilan dan Perilaku SeksualEfek kehamilan pada perilaku seksual bervariasi di antara wanita-wanita. Beberapa wanita

    mengalami suatu peningkatan dorongan seksual karena vasokongesti pelvis menyebabkan peningkatan responsivitas seksual. Wanita lain lebih responsif dibandingkan sebelum kehamilan karena mereka tidak lagi merasa takut menjadi hamil. Beberapa wanita mempunyai gairah yang menurun atau kehilangan minat dalam aktivitas seksual sama sekali, baik karena gangguan kenyamanan fisik atau karena pikiran psikologis yang menghubungkan menjadi ibu dengan aseksualitas.

    Hubungan tersebut juga dapat terjadi pada laki-laki yang memandang wanita yang hamil adalah suci dan tidak boleh dikotori oleh tindakan seksual. Beberapa laki-laki menemukan bahwa tubuh yang hamil adalah jelek. Baik wanita maupun laki-laki dapat secara keliru menganggap hubungan seksual sebagai potensial membahayakan janin yang sedang berkembang dan sebagau sesuatu yang harus dihindari karena alasan tersebut. Jika seorang laki-laki mempunyai hubungan gelap di luar nikah selama kehamilan istrinya, maka hal ini biasanya terjadi selama trimester terakhir.

    KECEMASAN PADA KEHAMILAN dan PERSALINANDiantara keadaan bahagia dengan kehamilannya, calon ibu seringkali disertai rasa kegelisahan dan

    kecemasan, bahkan dapat mengalami depresi. Sejak saat hamil pada umumnya ibu hamil sudah mengalami kegelisahan dan kecemasan tentang kehamilannya. Kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan merupakan kejadian yang tidak terelakkan, merupakan fenomena yang hampir selalu menyertai kehamilan, merupakan bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan psikologis mendasar yang terjadi selama kehamilan.

    Untuk menurunkan gejala stres kehamilan umumnya tidak sulit, dengan perawatan psikologis dan peningkatan kondisi fisik yang adekuat, respons stres tersebut dapat menurun sehingga dapat menghilangkan sebagian aspek negatif dari proses kehamilam. Dukungan mental emosional/dukungan soaial yang kuat dari orang-orang di sekitarnya akan mencegah terjadinya masalah psikologis dalam kehamilan dan persalinan. Demikian pula hubungan suami-isteri yang mesra dapat mencegah timbulnya komplikasi psikologis selama kehamilan.

    Hasil studi tentang psikologi kehamilan membuktikan bahwa fenomena kecemasan yang berhubungan dengan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang merupakan beban ekstra yang dapat berasal dari dalam tubuh sendiri maupun dari kejadian diluar tubuh. Apabila ibu hamil tidak mampu beradaptasi dengan beban ekstra tersebut, akan mengalami kecemasan.

    Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh negatif terhadap kehamilan: 1. Stresfull life events, termasuk suami kehilangan pekerjaan, suami menganggur, masalah

    perumahan, suami selingkuh, adanya anggota keluarga yang sakit keras.

    356 Editor:Karina

  • AspekPsikologisDalamKehamilan/Persalinandr.WarihAndanPuspitosari,M.Sc,Sp.KJ

    2. Adanya masalah dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari seperti masalah finansial, hilangnya aset keluarga, kegagalan dalam business, hilangnya dukungan sosial dari pihak tertentu, mempunyai riwayat hubungan perkawinan yang kurang serasi.

    3. Pengalaman keguguran, bayi lahir mati, bayi lahir imatur, prematur, bayi lahir cacat, pernah mengalami kondisi yang mengancam jiwa.

    4. Adanya riwayat infertilitas disertai berbagai usaha sehingga berhasil hamil.5. Pernah menderita penyakit jiwa.Sesudah kehamilan mencapai puncaknya, pada tahap berikutnya terjadilah persalinan dan kelahiran

    bayi. Kejadian yang normalnya kontinyu tersebut secara keseluruhan merupakan kejadian fisiologis dalam kehidupan hampir setiap wanita. Karakteristik pada fase kehamilan adalah timbulnya kecemasan dan kegelisahan yang diikuti dengan timbulnya respons stres berupa peningkatan tekanan darah, spasme otot, dan sebagainya. Sedangkan pada fase persalinan dan kelahiran bayi, karakteristiknya berubah, disamping cemas dan gelisah yang intensitasnya jauh lebih berat dibanding pada fase kehamilan, juga timbul nyeri yang intensitasnya makin lama makin berat seiring dengan majunya proses persalinan. Dan akhirnya semua tanda dan gejala kecemasan dan nyeri akan mencapai puncaknya pada saat bayi menjelang lahir, dan sesudah lahir semua tanda dan gejala tersebut hilang.

    Stres persalinan tidak hanya berakibat pada ibu, tetapi juga terhadap janin. Sebab ibu yang mengalami stres, sinyalnya berjalan lewat aksis HPA (Hipotalamo-Pituitari-Adrenal) dapat menyebabkan lepasnya hormon stres antara lain ACTH, Kortisol, Katekolamin, -Endorphin, GH, Prolaktin dan LH/FSH. Akibatnya terjadi vasokonstriksi sistemik, termasuk diantaranya konstriksi vasa utero plasenta meyebabkan gangguan aliran darah didalam rahim, sehingga penyampaian oksigen (DO2) kedalam miometrium terganggu, berakibat melemahnya kontraksi otot rahim. Kejadian tersebut menyebabkan makin lamanya proses persalinan (partus lama) sehingga janin dapat mengalami kegawatan (fetal- distress). Disamping itu dengan meningkatnya plasma kortisol, berakibat menurunkan respons imun ibu dan janin. Dengan demikian stres persalinan dapat membahayakan janin dan ibunya. Akibat tersebut terbawa sampai periode pasca persalinan, misalnya terganggunya produksi ASI, melambatnya penyembuhan luka persalinan, kekuatan bayi menyusu ibu melemah sehingga penambahan berat bayi lambat. Hasil akhirnya kontak fisik ibu dan anak terganggu, dengan berbagai akibatnya.

    Editor:Karina 357