Aspek Non Fisik
-
Upload
syarifah-nuzul -
Category
Documents
-
view
273 -
download
1
description
Transcript of Aspek Non Fisik
Aspek Non Fisik
1. Aspek Politik
Ditinjau dari aspek politik, terdapat 3 kebijakan dan strategi pelaksanaan
perumahan permukiman yang bersifat structural serta diharapkan dapat
berlaku secara nasional, diantaranya berkaitan dengan kelembagaan,
pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman.
Salah satu rumusan strategi kebijakan yaitu Penyusunan,pengembangan dan
sosialisasi berbagai produk peraturan perundang-undangan dalam
penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Penyelenggara Perumahan
Bumi Batara Gowa telah membangun kawasan sesuai dengan Perda
Kabupaten Gowa yang telah ditentukan, usaha pemenuhan sarana dan
prasarana yang dapat mendukung kegiatan bermasyarakat telah dilakukan
dengan baik. Hal ini sesuai dengan Kebijakan Dinas PU mengenai
perumahan dan permukiman. Penyelenggara Perumahan Bumi Batara Gowa
merupakan salah seorang calon Bupati Kabupaten Gowa yang sudah lama
ditauladani oleh masyarakat setempat yaitu Ibu Tenri Olle, dalam
pembangunannya, pengendalian pemanfaatan ruang perumahan dan
permukiman sesuai dengan rencana dan rancangan kawasan perumahan
dan permukiman, serta program-program pemanfaatan ruangnya. Untuk
mengaktualisasikan pelaksanaan misi pemberdayaan, di Perumahan Bumi
Batara Gowa terdapat ketua RW yang bernama Kamaruddin Timong Dg. Roa
dan ketua RT Bapak M. Nur Zakaria sebagai pelaksana prinsip tata
pemerintahan di tingkat lingkungan yang baik untuk mengatur sosial
kependudukan warga yang tinggal di Perumahan Bumi Batara Gowa.
Pemilihan ketua RW dan ketua RT dilakukan secara demokrasi oleh warga
setempat, yaitu melalui pemungutan suara di Masjid. Pembahasan di atas
merupakan hasil wawancara oleh Pak Agung yang sudah 2 tahun bertempat
tinggal di Perumahan Bumi Batara Gowa RW 3 RT 2. Hal ini membuktikan
bahwa pembangunan Perumahan Bumi Batara Gowa memiliki sistem
penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan masyarakat
sebagai pelaku utama.
2. Aspek Ekonomi
Kondisi perekonomian masyarakat di Perumahan Bumi Batara Gowa dapat
ditinjau dari beberapa hal, yaitu mata pencaharian, pendapatan, dan usaha
rumah tangga (UBR). Mata pencaharian warga yang tinggal di perumahan ini
diantaranya PNS, Polisi, Tentara, dokter, dan wiraswasta. Warga yang
bekerja sebagai PNS rata-rata merupakan guru dan dosen pengajar di
beberapa sekolah serta universitas yang ada di Kabupaten Gowa maupun
Kota Makassar. PNS merupakan mata pencaharian warga yang paling
mendominasi di Perumahan Bumi Batara Gowa dengan presentase 80%-
90%, pernyataan ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Pak Yaya yang
sudah 15 tahun bertempat tinggal diperumahan ini. Mengetahui mata
pencaharian di Perumahan Bumi Batara Gowa memiliki jadwal yang padat
dan lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja dibandingkan di
rumah, hal ini menyebabkan kondisi lingkungan di Perumahan Bumi Batara
Gowa sepi pada pagi hari dan siang hari, namun ramai pada sore hari karena
banyak anak-anak yang bermain disekitar lapangan beserta warga yang
sudah pulang kantor menyempatkan diri untuk bercengkrama dengan
tetangga. Jika ditinjau dari aspek pendapatan, warga Perumahan Bumi
Batara Gowa yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS rata-rata merupakan
golongan IV ke atas yang berpendapatan > Rp.5.000.000 perbulan,
begitupun dengan warga yang bekerja sebagai polisi, dokter, dan wiraswasta,
dari pendapatan tersebut, dapat diketahui bahwa warga yang tinggal di
Perumahan ini termasuk dalam tingkat ekonomi menengah ke atas, hal ini
dapat dibuktikan dengan warga yang menghuni rumah di Perumahan Bumi
Batara Gowa seharga Rp.270.000.000. Warga yang termasuk dalam
golongan sejahterah tentu mampu memenuhi kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier, salah satu kebutuhan tersier adalah kendaraan pribadi seperti
mobil, terdapat beberapa rumah yang memiliki KDB > 60%, sehingga tidak
ada ruang untuk parkir kendaraan, hal ini membuat warga menggunakan
parkir on street yang berakibat pada jalur pejalan.
Jenis usaha rumah tangga yang ada di Perumahan Bumi Batara Gowa yaitu
warung-warung kecil yang menjual keperluan sehari-hari, namun barang-
barang yang dijual tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan warga yang
tinggal di perumahan ini, sehingga masih banyak warga yang lebih memilih
membeli di luar, apalagi terdapat pasar yang tidak jauh dari Bumi Batara
Gowa.
(Warung) (Parkir on street)
3. Aspek Sosial Kemasyarakatan
Dalam suatu kawasan permukiman dan perumahan terdapat tempat untuk
melakukan kegiatan bermasyarakat, seperti pemilihan ketua RT/RW,
olahraga, rapat warga,dan lain-lain. Dari kegiatan-kegiatan tersebut tentunya
dapat diketahui interaksi sosial yang terjalin antar warga, Menurut Pak Bahar
salah satu narasumber yang sudah 10 tahun bertempat tinggal di Bumi
Batara Gowa, mengatakan bahwa, interaksi sosial masyarakat disini sejak
dulu sudah terjalin dengan baik antar warga, tiap satu kali dalam 2 minggu
kami melakukan gotong royong untuk membersihkan masjid, selokan, dan
jalan. Selain itu, jika ada pengumuman di masjid, warga kompleks dengan
cepat berkumpul di masjid, dan juga gerbang perumahan Bumi Batara Gowa
merupakan hasil gotong royong masyarakat, baik dari tenaga maupun materi.
Dari pernyataan yang diberikan Pak Agung dapat diketahui terdapat
hubungan yang begitu erat antar masyarakat, hal ini didukung oleh tingkat
pendidikan masyarakat S1, S2, bahkan lebih sehingga dalam menyikapi
suatu masalah, masyarakat mampu menyelesaikan dengan cara
bermusyawarah dan akan lebih menghargai perbedaan. Selain itu, mata
pencaharian masyarakat yang relatif sebagai PNS, pada hari libur warga bisa
memanfaatkan waktu dengan bergotong royong membersihkan kompleks,
dengan kerja sama yang begitu baik, bersama-sama warga mampu
memperbaiki gerbang yang ada didepan kompleks, penyelesaian gerbang
tersebut berasal dari swadaya masyarakat. Melanjutkan wawancara dengan
Pak Agung, beliau mengatakan bahwa akhir-akhir ini, hubungan antar warga
sedikit terganggu akibat perbedaan pendapat mengenai pemilihan calon
bupati Kabupaten Gowa, yang mereka dukung, kini terdapat sekat-sekat
diantara setiap pendukung calon bupati masing-masing, hal ini membuat Pak
Agung resah karena dalam waktu yang lama interaksi sosial di Bumi Batara
Gowa begitu baik. Hal ini diharapkan pada saat pemilihan Bupati Kabupaten
Gowa telah selesai, hubungan antar warga bisa membaik kembali.
(Kondisi Lingkungan pada siang hari)
(Gerbang Bumi Batara Gowa)
7. Aspek Budaya
Dalam suatu kawasan permukiman terdapat berbagai ragam suku, budaya,
dan adat istiadat yang dimiliki setiap warga, namun hal ini tidak menghalangi
warga untuk berbaur satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu narasumber yaitu Pak Yaya, terdapat tiga suka yang terdapat di
perumahan ini, yaitu Bugis, Makassar, dan Toraja, dan warga yang tinggal di
Bumi Batara Gowa didominasi oleh muslim. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat diketahui bahwa walaupun warga yang bertempat tinggal di
perumahan ini berbeda-beda, mereka tetap saling menghargai baik suku
maupun kepercayaan, Hal ini dibuktikan dengan kegiatan gotong royong tiap
satu kali dalam dua minggu dilakukan, dalam kegiatan gotong royong
tersebut, baik warga muslim dan warga lainnya membuat jalan di depan
masjid. Budaya gotong royong yang dilakukan masyarakat merupakan suatu
usaha pelengkapan prasarana perumahan. Perkembangan di sepanjang
jalan malino juga berpengaruh adanya migrasi dari berbagai daerah, warga
baru yang bertempat tinggal di Bumi Batara Gowa tentu masih perlu
beradaptasi dengan daerah baru pula, menurut istri dari Pak Agung, warga
baru yang tinggal di perumahan ini kurang aktif jika ada kegiatan seperti
gotong royong. Hal ini yang nantinya akan menimbulkan sekat-sekat kembali
antar warga.
8. Aspek Psikologis
Lingkungan kawasan perumahan dan permukiman akan berpengaruh pada
aspek Psikologis masyarakat yang tinggal di tempat tersebut. Aspek
psikologis ditinjau dari rasa aman, rasa tentram, rasa senang, rasa takut, dan
rasa gelisah. Di Perumahan Bumi Batara Gowa warga mengalami rasa takut
dan gelisah/was-was terhadap keamanan lingkungan tempat tinggal mereka,
karena tidak terdapat permbatas gerbang depan dan gerbang belakang yang
berupa pagar untuk membatasi perumahan mereka, sehingga akan memicu
adanya orang asing yang masuk, belum lagi pedagang yang dengan bebas
masuk untuk berjualan pada siang hari akan membuat warga gelisah.
Menurut Pak Agung, pengadaan penjaga untuk perumahan ini pernah
dilakukan, namun masih tetap saja ada yang kehilangan dan kini sudah
ditiadakan. Inisiatif warga untuk melakukan ronda malam dianggap tidak
efektif karena hanya beberapa yang berkontribusi. Aspek psikologis yang
dirasakan warga Perumahan Bumi Batara Gowa merupakan akibat dari
kurangnya sarana keamanan seperti pos penjagaan sehingga dapat
mengurangi kekhawatiran warga terhadap lingkungan tinggal mereka.