Meneliti Aktivitas Ekonomi Karakteristik Fisik Dan Non Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane, Aceh...
-
Upload
oswald-sitanggang -
Category
Documents
-
view
174 -
download
0
Transcript of Meneliti Aktivitas Ekonomi Karakteristik Fisik Dan Non Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane, Aceh...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Geografi adalah suatu cabang ilmu yang memiliki cakupan yang sangat luas dan
di dalamnya terdapat sub bagian cabang ilmu, salah satunya adalah geografi sosial.
Geografi sosial mempelajari tentang alam geografi serta hubungannya dengan aktivitas
manusia. Karena alam mempengaruhi aktivitas manusia. Segala proses yang terjadi di
alam, akan memiliki dampak terhadap kehidupan manusia. Salah satu aktivitas alam
yang berpengaruh terhadap aktivitas manusia adalah meletusnya Gunung Sinabung.
Di dalam memenuhi tugas akhir mata kuliah Geografi Sosial, kami membahas
tentang “Aktivitas Penduduk Yang Berkaitan Dengan Karakteritik”.
Sampai saat ini masalah sosial merupakan salah satu masalah yang sering mendapat
perhatian khusus, terutama mengenai kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah.
Daerah selalu berkaitan dengan konsep wilayah dalam pemanfaatannya untuk
memenuhi kebutuhan dalam mencapai kesejahteraan, dan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan fisik wilayah untuk mencapai kesejahteraan hidup adalah
faktor geografis.
Faktor geografis yang dimaksud pasti berujung pada segi geografis, baik itu
geografi fisik maupun geografi sosial yang tidak akan pernah lepas dari segala bentuk
kehidupan dan kegiatan manusia. Apalagi dalam melakukan kegiatan, manusia selalu
berinteraksi dengan manusia lainnya dan lingkungan sekitar. Lingkungan akan
memberikan mnafaat yang besar kepada manusia apabila manusia mengelola dan
mengembangkan sumberdaya secara maksimal. Salah satu lingkungan yang dapat
memberikan manfaat kepada manusia adalah daerah pegunungan.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana aktivitas Masyarakat desa Mbarung Datuk Saudane,
Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara.
Bagaiman pola pemukinan desa Mbarung Datuk Saudane?
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pola pemukiman desa Mbarung Datuk Saudane
Untuk mengetahui aktifitas Masyarakat Mbarung Datuk Saudane
Mengetahui potensi sumberdaya alam di desa Mbarung Datuk Saudane
D. MANFAAT PENELITIAN
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini antara lain:
Menambah wawasan mahasiswa/i pada mata kuliah Geografi Sosial.
Adanya fakta mengenai kondisi masyarakat pegunungan yang dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi
Sebagai bahan acuan bagi para pengambil kebijakan negara dalam
pemerataan pembangunan dan kesejahteraan dari berbagai sisi
Pelatihan bagi penulis untuk penelitian mini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN DESA
Desa dalam bahasa Sanksekerta adalah “deshi” , yang berarti tanah kelahiran atau
tanah tumpah darah. Kini pengertiannya berkembang dan bermana sebagai tetorial
hukum. Berikut ini adalah pengertian desa menurut beberapa ahli .
Menurut Daldjoeni, desa adalah permukiman penduduk diluar kota dan
penduduknya bekerja dalam bidang agraris.
Menurut S.D. Mistra, desa bukan hanya kumpulan tempat tunggal,tetapi juga
kumpulan daerah pertanian, dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50-
1000are.
Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Willian Oghburn dan M.F.Nimcoft, desa adalah sejumlah organisasi sosial
kehidupan dalam wilayah yang terbatas.
Prof.Drs R.Bintarto, desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsure-unsur fisiografis, sosisologis, ekonomis, politis, dan cultural yang ditempat
terkait, dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain.
Berdasarkan UU no.5 tahun 1979 pasal 1 tentang pemerintahan daerah, istilah
desa dibedakan dari kelurahan.
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat hukum, mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan NKRI.
Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang
mempunyai orgganisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat, yang
tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Di Indonesia, istilah desa kebanyakan digunakan di pulau Jawa dan Madura. Di
daerah lain, desa disebut dengan istilah, seperti: Banjar (Bali), wanus (Sulawesi
Utara), menttawai (Bugis), Nagari (Minangkabau), gampong (Aceh), dan marga
(Sumatera Selatan). Meskipun digunakan istilah yang berbeda-beda, semua
menunjuk pada pengertian yang sama.
B. KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KEHIDUPAN DESA
Bagi masyarakat awam, desa merupakan tempat tinggal penduduk yang hidup
bertani dengan suasana lingkungan yang tentram dan terletak jauh dari keramaian kota.
Kondisi desa seperti gambaran tersebut umunya terdapat di Negara berkembang
termasuk Indonesia. Secara umum, ciri-ciri desa di Negara berkembang adalah sebagai
berikut:
Masyarakatnya sangat religious
Pendidikan masyarakat masih rendah
Komunikasi atau kontak sosial antar warga bersifat langsung, informal, dan
antar pribadi
Hubungan antar warga bersifat langgeng
Kontrol sosial diatur oleh norma-norma yang bersifat tradisional
Gotong royong masih kuat
Kelompok primer berperan besar dalam menentukan kebijakan desa
Mata pencaharian penduduk umumnya homogeny, misalnya sebagai petani
atau nelayan
Mempunyai ikatan yang erat dengan alam, sehingga aktivitas mereka sangat
dipengaruhi oleh alam
Keluarga pedesaan merupakan satu unit kerja dan ekonomi
Rumah dan tempat kerja berdekatan
Kepadatan penduduknya rendah
Proses perubahan sosial berjalan lambat
Mobilitas penduduk rendah
C. KLASIFIKASI DESA
Desa diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain:
Menurut Kepadatan penduduk, desa dapat diklasifikasikan menjadi 5 berikut ini:
1. Desa terkecil, kepadatannya 100 jiwa/km2
2. Desa kecil, kepadatannya 100-500 jiwa/km2
3. Desa sedang, kepadatannya 500-1500jiwa/km2
4. Desa besar, kepadatannya 1500-3000jiwa/km2
5. Desa terbesar, kepadannya 3000-4500jiwa/km2
Menurut luas wilayahnya, desa diklasifikasikan menjadi 5 yaitu sebagai berikut:
1. Desa terkecil, luas wilayahnya < 2 km2
2. Desa kecil, luas wilayahnya 2-4 km2
3. Desa sedang, luas wilayahnya 4-6 km2
4. Desa besar, luas wilayahnya 6-8 km2
5. Desa terbesar, luas wilayahnya 8-10 km2
Menurut tingkat perkembangannya, desa diklasifikasikan menjadi Desa
Swadaya, Swakarya, dan Swakarsa.
1. Desa tradisional (Desa Swadaya), memiliki ciri-ciri berikut:
Belum mampu menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri
Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik
Sarana dan prasarana transportasi terbatas
Lokasinya terpencil
2. Desa berkembang (Desa Swakarya), memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
Telah mampu menyelenggarakan rumah tangganya sendri
Lembaga-lembaga desa telah berfungsi dengan baik
Pola pikir masyarakat suda berubah, karena pengaruh budaya
luar
Ikatan adat sudah mulai longgar
3. Desa maju (Desa Swasembada), memiliki ciri-ciri sebagai berikut
Lembaga-lembaga desa telah berkembang dan berfungsi baik
Sarana dan prasarana desa sudah lengkap
Tingkat pendidikan masyarakat tinggi dan pola pikir rasional
Aktivitas pertanian tidak sekedar untuk mencukupi kebutuhan
sendiri, tetapi juga untuk diperdagangkan.
Menurut mata pencaharian penduduknya, desa diklasifikasikan menjadi tiga
desa sebagai berikut :
1. Desa Agraris
Bila sebagian besar penduduknya berkerja pada sektor pertanian (bercocok
tanam, dan berkebun)
2. Desa Nelayan
Bila sebagian penduduknya berkerja sebagai nelayan.
3. Desa Industri
Bila sebagian besar penduduknya berkerja disektor industri (keramik, batik,
ukir-ukiran, dan lain sebagainya)
Menurut Fungsinya, terdapat desa sebagai wilayah geografis (region) dan desa
sebagai daerah pemerintahan, yaitu:
1. Desa sebagai wilayah geografis (region)
Yaitu desa sebagai daerah belakang (hinterland) yang mendukung keperluan
kota, terutama sebagai penghasil pangan, juga menjadi penghasil bahan
mentah (raw material) dan tenaga kerja (man pawer).
2. Desa sebagai daerah pemerintahan terendah
yaitu daerah yang mampu menjalankan kebijakan-kebijakan yang digariskan
oleh pemerintahan diatasnya (kecamatan atau pun provinsi).
D. POLA KERUANGAN DESA
a. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan wilayah pedesaan sebagian besar adalah untuk dua kegiatan
utama, yaitu kegiatan agraris (pertanian) serta permukiman. Sebaliknya di kota tata
lahan lebih kompleks sesuai dengan keanekaragaman aktivitas yang ada diwilayah kota.
Peruntukan lahan itu adalah bagi lahan pemukiman, industri, dan perdagangan (pasar,
mall, atau pertokoan), fasilitas hiburan dan rekreasi, dan berbagai aktivitas lainnya.
Seperti telah disampaikan sebalumnya, di pedesaan kemungkinan perluasan
pemukiman masih sangat besar. Hal itu terjadi kerena belum banyaknya fungsi-fungsi
lain yang dikembangkan selain fungsi pertanian.
b. Pola Permukiman (Pola tata ruang)
Secara sosial ekonomis, permukiman desa dapat dibedakan atas beberapa pola
sebagai berikut :
1. Pola tertutup (isolated)
Pola tertutup masih banyak dijumpai diberbagai wilayah diluar pulau Jawa
.di Jawa pola tertutup sudah hampir tidak ada karena jaringan lalu lintas sudah
berkembang hingga pelosok.
2. Pola sedikit banyak tertutup (more or less closed)
Pola ini akan segera tercapai apabila rencana pembangunan menyeruluruh
dapat dilaksanakan secara menyeluruh.
3. Pola terbuka
Pola terbuka banyak dijumpai di Pulau Jawa. Namun, diluar Jawa seperti
Sumtra dan Kalimantan pola demikian mulai ditemukan dengan dibangunnya jaringan
transportasi, seperti Trans Sumatra atau Trans Kalmantan.
Menurut Daljoeni, bentuk dan pola desa dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
1. Pola linear atau memanjang
Permukiman penduduk di daerah rendah pada umumnya memanjang sejajar
jalan raya yang menembus desa. Jika desa berkembang (mekar) secara wajar tanpa
direncanakan, maka tanah pertanian diluar desa disepanjang jalan raya akan berubah
menjadi pemukiman baru. Pemekaran suatu desa juga dimungkinkan kearah pedalaman
sebelah – menyebelahkan dengan jalan raya.
2. Pola memanjang mengikuti garis pantai
Di daerah pantai, pola pemukian desa cenderung memanjang mengikuti garis
pantai. Di pantai landai dapat tumbuh permukiman penduduk dengan mata pencaharian
sebagai nelayan dan pedagang. Jika desa itu berkembang, areal tempat tinggalnya akan
meluas sampai bertemu dan menyambung dengan desa lain.
3. Pola memusat
Bentuk desa memusat terdapat di wilayah pegunungan, dihuni oleh penduduk
dari satu keturunan. Oleh sebab itu, umumnya semuanya warga masyarakat di daerah
itu adalah keluarga atau kerabat. Dusun-dusun yang terdapat di desa berbentuk
memusat, biasanya sedikit saja tidak lebih dari 40 rumah.
4. Pola mengelilingi suatu fasilitas
Bentuk desa ini terdapat di dataran rendah dan memiliki fasilitas umum yang
banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat, misalnya mata air, danau, dan waduk.
Selain dimanfaatkan sebagai pemukiman, lahan pedesaan juga dimanfaatkan
untuk aktivitas sosial ekonomi, seperti persawahan, kebun, areal pengembalaan,
emapang, dan lapangan olah raga.
Menurut Prof. Drs. R. Bintarto, pola pemukiman pedesaan sangat dipengaruhi
oleh faktor geografis, seperti lokasi, iklim, tanah, dan air.
Unsur lokasi, menyangkut letak fisiografis, ekonomi, sosial, dan budaya.
Unsur iklim, menyangkut curah hujan, temperatur, angin, dan sebagainya.
Unsur tanah, menyangkut relief dan kesuburan tanah
Unsur air, menyangkut sumber-sumber air, kualiatas air, serta distribusinya.
Menurut Bintarto, di Indonesia terdapat enam Pola Desa, yaitu:
Pola memanjang mengikuti alur sungai
Pola memanjang mengikuti jalan raya
Pola radial (memusat)
Pola tersebar
Pola memanjang mengikuti garis pantai
E. POTENSI DESA
Potensi desa merupakan sumber daya yang ada di desa dan bila dimanfaatkan akan
memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Potensi desa, meliputi Potensi Fisik dan non-Fisik.
Potensi fisik desa antara lain berupa :
Tanah serta berbagai kekayaan yang terkandung di dalamnya, seperti
kesuburan, bahan tambang, dan sebagainya.
Air bersih yang menjadi kebutuhan dasar manusia tersedia dalam
jumlah banyak (berupa air tanah, sungai, atau danau).
Iklim dan cuaca serta segala unsurnya sangat berpengaruh pada aktivitas
pertanaian.
Ternak, yang dapat dimanfaatkan sebagaisumber pangan(protein),
tenaga, pupuk, dan sumber perekonomian masyarakat.
Potensi non fisik desa, meliputi unsur-unsur sosial dan budaya, antara lain berupa :
Manusia, sebagai pengolah sumber daya alam.
Pola kemasyarakatan desa, terutama semangat gotong royong, ikatan
kekeluargaan serta kerukunan yang masih tinggi, yang merupakan
landasan kokoh dalam pembanguna desa.
Lembaga-lembaga desa seperti KUD, BUUD, POSYANDU, dan
Karang Taruna, yang berperan meningkatkan kesejahteraan, menambah
wawasan, juga meluruskan pola pemikiran masyarakat.
Aparatur dan pamong desa yang memiliki peranan vital dalam
perekmbangan desa(melalui ketertiban, kejujuran, keteladanan, dan
sebagainya).
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
A. Karakteristik Desa
1. Karakteristik Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane
Desa Mbarung Datuk Saudane merupakan desa yang terletak di Kecamatan
Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara.
Berikut ini perbatasan Desa Mbarung Datuk Saudane:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lawe Salam
Sebelah selatan dengan Desa Lawe Sikap
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lawe Lubang
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lawe Alas.
Letak astronomis desa tersebut adalah 2°50’ - 3°19’LU dan 90°55’ - 98°38’BT.
Curah hujan di desa Mbarung Datuk Saudane tahun 2009 tertinggi pada bulan
Nopember sebesar 265 mm dan terendah pada bulan Pebruari sebesar 63 mm sedangkan
jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Nopember sebanyak 22 hari dan terendah pada
bulan Juni sebanyak 6 hari. Suhu udara berkisar antara 15,8ºC sampai dengan 23,9ºC
dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 87,38 %. Desa Mbarung Datuk Saudane
berelif kasar dimana terdapat lembah dan jurang yang terjal di sekitar desa.
Desa Mbarung Datuk Saudane
Luas desa Mbarung Datuk Saudane berkisar 0,15 km2. Dimana luas areal 0,8 km²
lahan kering yang pada umunya ditanami tanaman keras seperti kakao, karet (rambong).
Akses jalan menuju desa tersebut sudah tegolong cukup baik karena jalan-jalan di desa
tersebut sudah terbuat dari aspal. Terdapat sebuah sungai yang memotong jalan-jalan
desa. Masyarakat memanfaatkan sungai ini sebagai sumber air untuk melakukan
aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan mandi. Jalan menuju lahan areal pertanian
cukup menanjak dan terjal.
2. Karakteristik non-Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane
Penduduk berdasarkan Jenis kelamin
Berdasarkan keterangan kepala desa Mbarung Datuk Saudane Bapak Saridin,
desa Mbarung Datuk Saudane terakhir kali melalukan penghitungan jumlah penduduk
pada tahun 2010.
Berdasarkan data, jumlah penduduk desa Mbarung Datuk Saudane sebanyak
274 jiwa dari 57 kepala keluarga, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 151 jiwa
dan penduduk perempuan sebanyak 123 jiwa. Dari data kependudukan ini dapat
ditentukan angka perbandingan jumlah penduduk Laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan (sex ratio).
Sexratio= Jumlah penduduk laki−lakiJumlah penduduk perempuan
x 100
Sexratio=151123
x100 = 123 jiwa
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui perbandingan jumlah penduduk laki-
laki dengan jumlah penduduk perempuan. Dimana, di antara 100 penduduk perempuan
terdapat 123 penduduk laki-laki.
Dengan deemikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa di desa Mbarung Datuk
Saudane, penduduk laki-laki lebih banyak jumlahnya daripada jumlah penduduk
perempuan. Analisis dari data tersebut adalah angka natalitas tinggi.
Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 1. Komposisi penduduk menurut umur
Sumber: Data Kependudukan Kantor Camat Desa Mbarung Datuk Saudane - 2010
NO. Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)
1. 0 – 4 tahun 8 2,9
2. 5 – 9 tahun 28 10,2
3. 10 – 14 tahun 6 2,2
4. 15 – 19 tahun 13 4,7
5. 20 – 24 tahun 54 19,7
6. 25 – 29 tahun 37 13,5
7. 30 - 34 tahun 51 18,6
8. 35 – 39 tahun 44 16,1
9. 40 - 44 tahun 12 4,4
10. 45 – 49 tahun 17 6,2
11. 50 – 54 tahun 1 0,4
12. 55 – 59 tahun 2 0,7
13. 59 tahun ke atas 1 0,4
Jumlah 274 100%
Dari data di atas, dapat dihitung angka ketergantungannya (dependency ratio).
Yaitu dengan membandingkan jumlah penduduk yang non-produktif dengan penduduk
produktif.
Dependency ratio= Jumlah penduduk non produktifJumlah penduduk produktif
x100
Dependency ratio= 77197
x100=39
310.9 2
5
20
1419
16
461
Komposisi Penduduk Menurut Umur
0-4 Tahun5-9 Tahun10-14 Tahun15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5959 >
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui perbandingan jumlah penduduk non
produktif dengan penduduk produktif. Dimana, di antara 100 penduduk produktif
menanggung 48 penduduk non produktif.
Dengan deemikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa di desaMbarung Datuk
Saudane, penduduk produktif jumlahnya cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan tingkat
kesejahteraan yang cukup tinggi di desa Mbarung Datuk Saudanedilihat dari komposisi
umur.
Responden
Dari 274 penduduk desa Mbarung Datuk Saudane, peneliti mengambil 5 orang
penduduk yang bekerja sebagai petani.
Dari 5 responden yang kami wawancarai, kami ingin mengetahui Aktivitas
Penduduk Yang Berkaitan Dengan Karakteritik Wilayah. Kelima responden ini, pada
umumnya merasakan dampak yang begitu besar akibat karakteristik wilayah.
Responden merupakan penduduk desa Mbarung Datuk Seudane. Identitas
responden tersebut antara lain sebagai berikut:
Tabel 2. Data responden
No. Nama
Umur
(tahun)
Pendidika
nPekerjaan
1 Saridin 42 SMA Kepala Desa
2 Sutarno 40 SD Petani, Pedagang
3 Deli Ekawati 27 SMP Petani
4 Mega Munte 30 SMP Petani
5 Susilawati 31 SD Petani
Sumber: Dokumen Peneliti
Analisis data responden
Dari data pada tabel 2, kita dapat mengetahui pendidikan responden rata-rata
rendah. Hal ini terlihat dari mayoritas responden pendidikan terakhirnya SD. Hanya
beberapa responden yang berpendidikan menengah dan atas.
3. Klasifikasi Desa Mbarung Datuk Saudane
Berdasarkan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa Mbarung Datuk Saudane
termasuk dalam desa luas tetapi penduduknya sedikit, kepadatannya 1500-3000
jiwa/km2. Hal ini dapat diketahui berdasarkan perhitungan sebagai berikut.
kepadatan penduduk= jumlah pendudukluas wilayah
kepadatan penduduk=274 jiwa0,15 km ²
=1.727 jiwa /km²
Berdasarkan luas wilayahnya
Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa Mbarung Datuk Saudane termasuk
dalam desa besar, luas wilayahnya 0.15km2.
Berdasarkan tingkat perkembangannya
Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa Mbarung Datuk Saudane termasuk desa
tradisional (desa Swadaya), memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Belum mampu menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri
b. Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik
c. Sarana dan prasarana transportasi terbatas
d. Lokasinya terpencil
4. Pola Keruangan
a. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di desa Mbarung Datuk Saudane, sebagian besar
wilayahnya dijadikan sebagai areal pertanian, terutama bagi tanaman jangka Panjang.
Lahan ini umumnya diusahakan secara swadaya oleh masyarakat. dimana setiap usaha
pengembangan dan pengolahan lahan dilakukan sendiri oleh masyarakat.
b. Pola permukiman (pola tata ruang)
Berdasarkan pola pemukimannya, desa Mbarung Datuk Saudane memiliki pola
sedikit banyak tertutup (more or less closed). Hal ini terlihat dari sudah adanya
pembangunan di desa tersebut seperti adanya bangunan POSKESDES, Rumah ibadah,
WC, Kamar Mandi Umum dan jalan yang sudah di aspal.
Berdasarkan klasifikasi Bintarto, desa Mbarung Datuk Saudane termasuk dalam
pola pemukiman memusat, karena desa tersebut berada di daerah pegunungan yang
berelief kasar serta bertopografi, dengan tingkat kesuburan tanah yang sama di setiap
wilayahnya.
5. Potensi Desa Mbarunng Datuk Saudane Tanah serta berbagai kekayaan yang terkandung di dalamnya, seperti
kesuburan, lahan pertanian, dan sebagainya.
Air bersih yang menjadi kebutuhan dasar manusia tersedia dalam jumlah
banyak (berupa sungai dan air tanah)
Iklim dan cuaca serta segala unsurnya sangat berpengaruh pada aktivitas
pertanaian.
Ternak, yang dapat dimanfaatkan sebagaisumber pangan(protein), tenaga,
pupuk, dan sumber perekonomian masyarakat.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
1. DATA RESPONDEN
Berikut Tabel data responden yang kami peroleh dari Desa Mbarung Datuk Saudane
yang menggambarkan tentang Aktifitas Masyarakat setempat:
a. Usia Responden
Data responden berdasarkan usia yang kami dapat, sebagian besar berada pada
Usia yang masih produktif.
Tabel 1
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Usia
No Usia Responden Frekuensi Persentase (%)
1 20 - 29 2 40
2 30 – 39 1 20
3 40 – 49 2 40
4 50 - 59 - -
5 60 - 69 - -
6 70 Keatas - -
Jumlah 5 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
b. Jenis Kelamin Responden
Dari data responden yang kami dapatkan, lebih banyak responden yang berjenis
kelamin Perempuan daripada laki-laki. Untuk lebih jelasnya bias dilihat pada
table berikut:
Tabel 2
Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 2 40
2 Perempuan 3 60
Jumlah 5 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
c. Agama Responden
Seperti yang kita ketahui Wilayah Indonesia memiliki beragam agama. Begitu
juga di Desa Mbarung Datuk Saudane yang memiliki bermacam-macam agama,
tapi masyarakatnya lebih banyak menganut agama Islam.
Tabel 3
Komposisi Responden Berdasarkan Agama
No. Agama Frekuensi Persentase (%)
1 Islam 5 100
2 Kristen - -
Jumlah 5 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
d. Pendidikan Terakhir Responden
Masyarakat Desa Mbarung Datuk Saudane memiliki tingkat pendidikan yang
bervariasi. Lebih banyak yang Lulusan tingkat SD dan SMP. Untuk lebih
jelasnya bias dilihat pada table berikut:
Tabel 4
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Taman SD - -
2 SD 2 40
3 SMP 2 40
4 SMA 1 20
5 PT (Perguruan Tinggi) - -
Jumlah 5 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
e. Jumlah Anak Responden
Jumlah Anak yang dimaksud adalah jumlah semua anak yang dimiliki
responden baik yang ditanggung maupun yang tidak lagi menjadi tanggungan
responden.
Tabel 5
Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
No Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)
1 1 – 2 3 60
2 2 – 3 1 20
3 3 – 4 1 20
4 4 - 5 - -
5 >5 - -
Jumlah 5 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
f. Tingkat Pendidikan Anak Responden
Tabel 6
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak
No Pendidikan Anak Frekuensi Persentase (%)
1 SD / Sederajat 3 43
2 SMP/ Sederajat 1 14
3 SMA / Sederajat 2 29
4 PT (Perguruan Tinggi) - -
5 Belum Sekolah 1 14
Jumlah 7 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
g. Mata Pencaharian Responden
Dari data responden yang kami peroleh, mayoritas mata pencahariannya adalah
bertani. Mata pencaharian responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Komposisi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Frekuensi Persentase (%)
1 Kepala Desa 1 20
2 Bertani 3 60
3 Berdagang 1 20
4 Ibu Rumah Tangga -
Jumlah 5 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
h. Sarana Informasi Responden
Sarana Informasi yang dimiliki Masyarakat di Desa Mbarung Datuk Saudane
lebih banyak adalah Televisi. Berikut table sarana informasi di Desa tersebut:
Table 7
Sarana Informasi yang dimiliki Masyarakat Desa Mbarung Datuk Saudane
No Sarana Informasi Frekuensi Persentase (%)
1 Televisi 5 100
2 Radio - -
3 Koran - -
4 Majalah - -
5 Sumber Lain - -
Jumlah 5 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
i. Status Rumah Responden
Dari data responden yang kami dapat, Masyarakat di Desa Mbarung Datuk
Saudane lebih banyak mengontrak rumah. Berikut table Status rumah responden
yang kami peroleh
Tabel 8
Status Rumah Responden
No Status Rumah Frekuensi Persentase (%)
1 Milik Sendiri - -
2 Kontrak 5 100
3 Milik Saudara -
Jumlah 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
j. Kondisi/dinding Rumah Responden
Tabel 9
Kondisi/dinding Rumah Responden
No Kondisi/dinding rumah Frekuensi Persentase (%)
1 Permanen 1 20
2 Semi Permanent 2 40
3 Papan/Kayu 2 40
Jumlah 5 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
2. SARANA DAN PRASARANA
Berikut Tabel Sarana dan Prasarana Umum yang terdapat di Desa Mbarung Datuk
Saudane, Kecamatan Babussalam, Aceh Tenggara yang kami peroleh dari Kepala
Desa Mbarung Datuk Saudane.
a. Sarana Olahraga
Tabel 10
Sarana Olahraga di Desa Mbarung Datuk Saudane
No
.
Sarana Olahraga Frekuensi Persentase (%)
1 Lapangan Sepakbola 2 29
2 Lapangan Tenis 2 29
3 Lapangan Voli 1 13
4 Lapangan Badminton 2 29
5 Lain-lain - -
Jumlah 7 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
b. Sarana Pendidikan
Tabel 11
Sarana Pendidikan di Desa Mbarung Datuk Saudane
No. Sarana Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 TK 11 30
2 SD 13 35
3 SMP 7 19
4 SMA 6 16
Jumlah 37 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
c. Sarana Kesehatan
Tabel 12
Sarana Pendidikan di Desa Mbarung Datuk Saudane
No. Sarana Kesehatan Frekuensi Persentase (%)
1 Rumah Sakit -
2 Puskesmas 1 25
3 Puskesmas Pembantu 2 50
4 Puskesmas Keliling 1 25
Jumlah 4 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
d. Sarana Tempat Ibadah
Tabel 13
Sarana Tempat Ibadah di Desa Mbarung Datuk Saudane
No Tempat Ibadah Frekuensi Persentase (%)
1 Gereja Protestan 3 7,7
2 Mesjid 26 67
3 Musholah 10 25
Jumlah 39 100
Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012
Gambar 1 Gambar 2
Keadaan Jalan di Desa Mbarung Datuk Saudane Angkutan Umum di Desa Mbarung Datuk saudane
Gambar 3Gambar 4
Mushola di Desa Mbarung POSKESDE di Desa Mbarung
Gambar 5Gambar 6
MCK Umum di Desa MbarungKantor
Camat Babussalam
Gambar 7 Gambar 8
Pola Aliran Air di Desa Mbarung Ternak Kambing di Desa Mbarung
Gambar 9 Gambar 10
Sungai di Desa Mbarung Kebun Kako di Desa Mbarung
.
Gambar 11 Gambar 12
Kebun Karet di Desa Mbarung Pohon Pinang di Desa Mbarung
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh dari penelitian mini yang kami
lakukan di desa Mbarung Datuk Saudane kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh
Tenggara adalah :
1. Wilayah di sekitar pegunungan aktif memang memiliki potensi ekonomi
yang cukup tinggi karena lahannya subur dan dapat dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian yang baik, namun disamping itu menyimpan potensi
bencana yang dapat merugikan masyarakat.
2. Di desa Mbarung Datuk Saudane sudah terdapat sarana dan prasaranaa yang
cukup baik yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan
masyarakat setempat seperti puskesmas, jalan-jalan yang sudah cukup baik,
mesjid.
B. SARANAdapun saran yang kami ajukan yakni:
1. Peran pemerintah terhadap desa yang baru dimekarkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Bintarto, R. 1977. Geografi Sosial. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas
Gajadh Mada.
2. Lukman, Rinaldi. 2006. Geografi Untuk SMA/MA Kelas XII IPS. Jakarta : PT
Galaxy Puspa Mega.
3. Mulyo, Nianto. 2007. Kompetensi Dasar Geografi 1. Solo : Tiga Serangkai.
4. Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat. 2007. Geografi Menyingkap Fenomena
Geosfer. Bandung : Grafindo Media Pratama.
5. Mantra, Ida Bagoes.2009.Demografi Umum.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
6. Wardiyatmoko, K.2009. Geografi SMA. Jakarta: Erlangga
7. www. polapemukiman.com
Lampiran
DOKUMENTASI PENGUMPULAN DATA
Gambar 13: Photo Wawancara Bersama Kepala Desa Mbarung Datuk Saudane
Gambar 14. Photo bersama Kepala Desa Mbarung Datuk Saudane Bapak Saridin (Responden 1)
Gambar 15. Photo bersama Responden 2 (Ibu Deli Ekawati)
Gambar 18. Wawancara Responden 3 (Bapak Sutarno)
Gambar 19. Wawancara Bersama Responen 4 (Ibu Mega Munte)
Gambar 20. Photo Bersama Responden 5 (Ibu Susilawati)
Gambar 21. Foto Bersama Peneliti di BPS kutacane
Gambar 22. Photo bersama di depan Kantor Camat Babussalam
Gambar 23. Photo bersama
Gambar 24. Photo desa Mbarung Datuk Saudane