Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

18
1 Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi Kasus Koperasi di Kota Depok) Achmad Afrizal, Myra Rosana B. Setiawan, Yetty Komalasari Dewi Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas ketentuan pembubaran koperasi pasif oleh Pemerintah Kota Depok. Hasil penelitian yuridis normatif menunjukkan bahwa pembubaran dilakukan karena 3 (tiga) alasan yaitu koperasi tidak melaksanakan Rapat Anggota selama 2 (dua) tahun berturut-turut; keberadaan koperasi tidak lagi dapat memenuhi tujuan pendirian koperasi yaitu mensejahterakan para anggota; serta koperasi tidak melaksanakan kegiatan usaha walaupun telah diberikan pembinaan. Prosedur pembubaran berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 269/M/IX/1994 harus memenuhi 5 (lima) tahapan, yaitu penelitian kepatuhan oleh pejabat koperasi; pengumuman Rencana Pembubaran; periode pengajuan keberatan pembubaran; penerbitan Surat Keputusan Pembubaran; dan pemberitahuan pembubaran kepada kreditor. Dalam membubarkan koperasi, Pemerintah Kota Depok menghadapi hambatan hukum yaitu tidak dapat diselesaikannya hutang piutang dengan kreditor karena sistem pencatatan keuangan yang tidak tertib; dan hambatan non-hukum yaitu sistem administrasi data anggota yang tidak akurat. Untuk menghindari adanya koperasi pasif, Pemerintah perlu melakukan pengawasan berkala terhadap koperasi yang terdaftar dan lebih berhati-hati dalam memberikan persetujuan pendirian koperasi baru. Kata Kunci: Koperasi pasif; pembubaran koperasi; Rapat Anggota The Legal Aspects of The Dissolution of a Passive Cooperative in Indonesia (A Case Study of The Cooperative in The City of Depok) Abstract This thesis discusses the provisions of the dissolution of passive cooperative by the Government of the city of Depok. Normative legal research indicate that the reasons to dissolve a passive cooperative, at least, for three reasons namely: failure to conduct the Member Meeting for 2 (two) years consecutively; the existence of a cooperative is no longer able to meet the purpose of its establishment; that is providing the welfare of the members; and the cooperative could not continue its business activities although it has been provided capacity building. Dissolution procedure is governed by the Decree of the Minister of Cooperatives and Small Entrepreneur Development Number: 269/M/IX/1994 which must meet five (5) stages, namely: compliance research by cooperative officials; dissolution plan announcement; appeal period; issuance of a dissolution decree; then dissolution notification to the creditors. To dissolve the cooperative, the Government of Depok City has to solve two obstacles; legal and non-legal obstacle. Legal obstacle refers to inability to solve the debts with creditors because the financial record-keeping systems are not properly in place; and non-legal obstacle refers to improperly members data base in the administration system. To avoid the passive cooperative, the Government needs to supervise the listed cooperative periodically and more prudent in granting the approval for the establishment of new cooperative. Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Transcript of Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

Page 1: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

1

Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia

(Studi Kasus Koperasi di Kota Depok)

Achmad Afrizal, Myra Rosana B. Setiawan, Yetty Komalasari Dewi

Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

[email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas ketentuan pembubaran koperasi pasif oleh Pemerintah Kota Depok. Hasil penelitian yuridis normatif menunjukkan bahwa pembubaran dilakukan karena 3 (tiga) alasan yaitu koperasi tidak melaksanakan Rapat Anggota selama 2 (dua) tahun berturut-turut; keberadaan koperasi tidak lagi dapat memenuhi tujuan pendirian koperasi yaitu mensejahterakan para anggota; serta koperasi tidak melaksanakan kegiatan usaha walaupun telah diberikan pembinaan. Prosedur pembubaran berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 269/M/IX/1994 harus memenuhi 5 (lima) tahapan, yaitu penelitian kepatuhan oleh pejabat koperasi; pengumuman Rencana Pembubaran; periode pengajuan keberatan pembubaran; penerbitan Surat Keputusan Pembubaran; dan pemberitahuan pembubaran kepada kreditor. Dalam membubarkan koperasi, Pemerintah Kota Depok menghadapi hambatan hukum yaitu tidak dapat diselesaikannya hutang piutang dengan kreditor karena sistem pencatatan keuangan yang tidak tertib; dan hambatan non-hukum yaitu sistem administrasi data anggota yang tidak akurat. Untuk menghindari adanya koperasi pasif, Pemerintah perlu melakukan pengawasan berkala terhadap koperasi yang terdaftar dan lebih berhati-hati dalam memberikan persetujuan pendirian koperasi baru.

Kata Kunci: Koperasi pasif; pembubaran koperasi; Rapat Anggota

The Legal Aspects of The Dissolution of a Passive Cooperative in Indonesia (A Case

Study of The Cooperative in The City of Depok)

Abstract

This thesis discusses the provisions of the dissolution of passive cooperative by the Government of the city of Depok. Normative legal research indicate that the reasons to dissolve a passive cooperative, at least, for three reasons namely: failure to conduct the Member Meeting for 2 (two) years consecutively; the existence of a cooperative is no longer able to meet the purpose of its establishment; that is providing the welfare of the members; and the cooperative could not continue its business activities although it has been provided capacity building. Dissolution procedure is governed by the Decree of the Minister of Cooperatives and Small Entrepreneur Development Number: 269/M/IX/1994 which must meet five (5) stages, namely: compliance research by cooperative officials; dissolution plan announcement; appeal period; issuance of a dissolution decree; then dissolution notification to the creditors. To dissolve the cooperative, the Government of Depok City has to solve two obstacles; legal and non-legal obstacle. Legal obstacle refers to inability to solve the debts with creditors because the financial record-keeping systems are not properly in place; and non-legal obstacle refers to improperly members data base in the administration system. To avoid the passive cooperative, the Government needs to supervise the listed cooperative periodically and more prudent in granting the approval for the establishment of new cooperative.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 2: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

2

Key Words: Passive cooperative; dissolution of the cooperative; meeting of Members

Pendahuluan

Koperasi di Indonesia merupakan salah satu badan usaha yang terbentuk sebagai salah

satu jalan untuk mewujudkan tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945, yaitu untuk tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.1 Keberadaan

koperasi sebagai badan usaha adalah wadah untuk menyusun perekonomian rakyat yang

berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas dari tata

kehidupan bangsa Indonesia dengan tidak memandang golongan, aliran maupun

kepercayaan.2 Hal tersebut sesuai dengan landasan filosofis dari koperasi yaitu Pancasila,

sehingga koperasi harus memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sila ke-4 dan

sila ke-5 yaitu, nilai kebersamaan, gotong-royong, kekeluargaan dan keadilan sosial.

Idealnya koperasi yang sehat adalah koperasi yang dijalankan sesuai dengan prinsip-

prinsip dan nilai-nilai koperasi. Kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi

yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat.3

Namun perkembangan koperasi di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa koperasi

belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif.4 Dengan tidak

efektifnya usaha koperasi tersebut mengakibatkan kinerja koperasi tidak dapat berjalan

dengan baik. Ditinjau dari kinerjanya, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

memberikan suatu penggolongan secara konsep administratif atas koperasi tersebut yaitu

koperasi aktif5, pasif dan beku6. Terhadap penggolongan koperasi pasif, penggolongan

tersebut tidak menyebabkan perbedaan akibat hukum artinya bagi koperasi yang

diklasifikasikan pasif karena tidak pernah melaksanakan rapat anggota tidak menyebabkan

1 R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2005), hlm. 31. 2 Arifinal Chaniago, Perkoperasian Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1984), hlm. 17. 3 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri

Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, Permen Nomor 20/Per/M.UMKM/XI/2008, Pasal 1 angka 8.

4 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), hlm. 127.

5 Koperasi aktif ialah koperasi yang melaksanakan Rapat Anggota minimal Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan membuat laporan keuangan. Lihat Widiastuti, “Masalah Hukum Koperasi Berbadan Hukum yang Berstatus Pasif dan Beku,” Wacana Hukum Volume VII No. 2, (Oktober 2008), hlm. 46.

6 Koperasi beku adalah koperasi tidak lagi memiliki anggota, sehingga tidak melaksanakan Rapat Anggota tetapi hanya memiliki pengurus. Lihat Widiastuti, “Masalah Hukum Koperasi Berbadan Hukum yang Berstatus Pasif dan Beku,” Wacana Hukum Volume VII No. 2, (Oktober 2008), hlm. 46.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 3: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

3

koperasi yang bersangkutan kehilangan status badan hukumnya.7 Padahal apabila dikaji

menurut Undang-Undang Perkoperasian klasifikasi tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai

badan hukum.

Koperasi pasif ialah koperasi yang membuat laporan keuangan tetapi tidak pernah

menyelenggarakan Rapat Anggota walaupun masih memiliki anggota.8 Rapat Anggota

merupakan salah satu alat perlengkapan organisasi koperasi, sehingga kalau suatu koperasi

tidak pernah menyelenggarakan Rapat Anggota berarti salah satu alat perangkat organisasi

koperasi yang bersangkutan tidak berfungsi, walaupun secara normatif dalam Anggaran

Dasar/Anggaran Rumah Tangga-nya diakui keberadaan dan peran Rapat Anggota. Dengan

demikian, koperasi yang bersangkutan dapat dikategorikan melanggar Pasal 31 Undang-

Undang Perkoperasian yang menyatakan bahwa alat perangkat organisasi koperasi terdiri dari

Rapat Anggota, Pengawas, dan Pengurus.

Kondisi koperasi pasif sebagai koperasi yang tidak pernah menyelenggarakan Rapat

Anggota sebagai suatu perangkat organisasi, merupakan salah satu dasar bagi Pemerintah

dalam melakukan pembubaran koperasi. Hal tersebut sesuai berdasarkan Pasal 105 huruf b

bahwa koperasi dapat dibubarkan apabila tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan

usahanya selama 2 (dua) tahun berturut-turut.9

Namun, penjatuhan sanksi pembubaran koperasi oleh Pemerintah tersebut merupakan

upaya terakhir yang dilakukan setelah upaya pembinaan kemudian sanksi administratif10

dilaksanakan namun tidak berhasil.

Depok sebagai salah satu kota administasi, juga memiliki koperasi aktif dan pasif.

Jumlah koperasi di Pemerintah Kota Depok per April 2014 sebanyak 608 yang terdiri dari 377

koperasi aktif dan 231 koperasi tidak aktif.11 Dari jumlah koperasi tidak aktif tersebut,

penelitian sementara menunjukkan bahwa keberadaan koperasi pasif tersebut mengalami

7 Menurut Drs Edy Handoyo, selaku Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang,

dengan lembaga koperasi pasif telah berbadan hukum yang tercatat dalam lembaran negara sehingga pembubaran koperasi pasif menjadi hal yang tidak gampang. Keterangan diambil dari http://wartamerdeka.blogspot.com/2010/10/dinperindakop-dan-umkm-rembang-temukan.html, diakses pada 2 April 2014.

8 Widiastuti, “Masalah Hukum Koperasi Berbadan Hukum yang Berstatus Pasif dan Beku,” Wacana Hukum Volume VII No. 2, (Oktober 2008), hlm. 46.

9 Indonesia (1), Ibid., Pasal 105 huruf b. 10 Sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian berupa: teguran tertulis sekurang-kurangnya 2 (dua) kali, larangan untuk menjalankan fungsi sebagai Pengurus atau Pengawas Koperasi, Pencabutan Izin Usaha, dan pembubaran oleh Menteri. Lihat Indonesia (1), Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN 5355, Pasal 120 ayat (2).

11Situs Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok, http://kukmp.depok.go.id/apps2/?ref=koperasi, diakses pada 15 April 2014.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 4: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

4

permasalahan hukum yaitu tidak adanya penyelenggaraan Rapat Anggota.12 Bertitik tolak

pada ketentuan Pasal 105 huruf b tersebut di atas sepatutnya Dinas Koperasi dan UKM dapat

membubarkan koperasi pasif, karena koperasi ini tidaklah memenuhi kriteria yang diwajibkan

dalam Undang-Undang Perkoperasian dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga-nya,

yaitu penyelenggaraan Rapat Anggota. Selain itu, berdasarkan hasil pembinaan dan advokasi

terhadap koperasi tidak aktif perlu untuk dilakukan pembubaran.13 Namun demikian, dalam

pelaksanaan pembubaran koperasi tidak aktif tersebut, Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar

Kota Depok menemukan permasalahan karena terdapat beberapa hambatan yang muncul

dalam pelaksanaan pembubaran koperasi yaitu diantaranya menyangkut permasalahan

pengurusan hutang piutang koperasi dengan pihak ketiga.14

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk

mengkaji lebih dalam mengenai pelaksanaan pembubaran koperasi oleh Pemerintah dengan

studi kasus koperasi pasif yang terdaftar di Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok

sebagai salah satu karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ” ASPEK HUKUM

PEMBUBARAN KOPERASI PASIF DI INDONESIA (STUDI KASUS KOPERASI DI

KOTA DEPOK)”.

Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk

dapat memperoleh jawaban atas beberapa pokok permasalahan, yaitu sebagai berikut:

1. Mengapa koperasi pasif di Kota Depok perlu dibubarkan?

2. Bagaimana prosedur pelaksanaan pembubaran koperasi pasif di Kota Depok?

3. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan pembubaran

koperasi pasif di Kota Depok?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan memperjelas pemahaman

mengenai bagaimana hambatan implementasi pelaksanaan Bab XIII Undang-Undang Nomor

12 http://malang.loveindonesia.com/news/id/news/detail/368245/ratusan-koperasi-di-depok-terancam-

dibubarkan, diakses pada 3 Mei 2014. 13 Surat Keputusan Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok a/n Menteri Negara

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 518/1008/KPTS/XII/DKUP-2012 tentang Pembubaran Koperasi di Kota Depok Tahun 2012.

14 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 5: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

5

17 Tahun 2012 terhadap koperasi pasif. Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis alasan perlunya koperasi pasif di Kota Depok dibubarkan;

2. Untuk menjelaskan prosedur pelaksanaan pembubaran koperasi pasif di Kota Depok;

3. Untuk menganalisis hambatan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan pembubaran

koperasi berstatus pasif di Kota Depok?

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif karena mengkaji peraturan

perundang-undangan mengenai aspek hukum pembubaran koperasi pasif. Penelitian ini

menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.15

Bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian16, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1994

tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah17, Keputusan Menteri Koperasi dan

Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia No.269/M/IX/1994 tentang Petunjuk Teknis

Pembubaran Koperasi18.

Bahan hukum sekunder yang digunakan diantaranya adalah buku berjudul, Hukum

Koperasi Indonesia, karangan R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, yang pada intinya

menjelaskan tentang ruang lingkup perkoperasian, landasan dan asas perkoperasian, tujuan

dan fungsi adanya badan usaha koperasi, serta peran dan fungsi koperasi ditinjau dari doktrin

dan peraturan perundang-undangan19 dan buku berjudul Koperasi: Asas-asas, Teori dan

Praktik karangan Hendrojogi yang menjelaskan mengenai perkoperasian secara teori dan

praktik, serta menguraikan mengenai aspek manajerial dan permodalan dalam koperasi20.

Selain itu digunakan pula berbagai artikel dan atau makalah dari jurnal nasional dan

internasional diantaranya jurnal berjudul The Principles of Cooperation: A Look at the ICA

15 Sri Mamudji, et. al.,Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 6. 16 Indonesia, Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN

No. 5355. 17 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah, PP No. 17 Tahun

1994, LN No. 116 Tahun 1992, TLN No. 3502. 18 Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Keputusan Menteri Koperasi dan

Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi, Kepmen Nomor 269/M/IX/1994. 19 R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2005). 20 Hendrojogi, Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007).

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 6: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

6

Cooperative Identity Statement karangan Daman Prakash21, serta berbagai karya tulis ilmiah

diantaranya skripsi berjudul Analisis Yuridis Kepailitan Badan Hukum Koperasi oleh Ray

Stenly Titalessy yang menguraikan dasar perkoperasian menurut doktrin dan dasar hukum

serta menjabarkan tinjauan mengenai status pailit yang dialami badan hukum koperasi.22

Data sekunder tersebut didapatkan dengan cara studi dokumen dan wawancara.23 Studi

dokumen dilakukan untuk mengumpulkan atau mencari berbagai peraturan perundang-

undangan. Namun untuk mendukung bahan - bahan tersebut, Penulis juga melakukan

wawancara dengan Bapak Andi Kuswandi S.E., yang merupakan Kepala Seksi Bina Lembaga

Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok terkait pembubaran koperasi di Depok ini.

Berdasarkan sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaaan, gejala atau

kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi suatu gejala.24 Oleh karena itu akan

memperoleh gambaran mengenai kondisi dan aspek hukum atas pembubaran koperasi pasif

yang terdaftar di Kota Depok.

Tinjauan Teoritis

Pembubaran adalah suatu tindakan yang mengakibatkan eksistensi koperasi berhenti

dan tidak dapat lagi menjalankan kegiatan bisnis untuk selama-lamanya. Pembubaran

koperasi yang dimaksud adalah suatu kesepakatan para anggotanya melalui Rapat Anggota

atau atas dasar keputusan Pemerintah untuk membubarkan koperasi dengan alasan sebagai

berikut:25

1. Koperasi tidak memenuhi ketentuan di dalam Undang-Undang Perkoperasian, dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar koperasi yang bersangkutan; atau

2. Kegiatan koperasi tersebut bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan yang dinyatakan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau

21 Daman Prakash, The Principles of Cooperation: A Look at the ICA Cooperative Identity Statement,

(India: PAMDA-Network International, 2003). 22 Ray Stenly Titalessy, “Analisis Yuridis Kepailitan Badan Hukum Koperasi,” (Skripsi Sarjana

Universitas Indonesia, Depok, 2010). 23 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,

1986), hlm. 43. 24 Sri Mamudji, et. al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, cet. 1, (Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 4. 25 Indonesia (2), Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh

Pemerintah, Pasal 3.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 7: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

7

3. Koperasi dinyatakan pailit26 berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan atau

4. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 (dua) tahun berturu-turut terhitung sejak tanggal pengesahan Akta Pendirian Koperasi.

Undang-Undang Perkoperasian mengatur dasar-dasar dari dibubarkannya koperasi.

Berdasarkan Pasal 102 Undang-Undang Perkoperasian, pembubaran koperasi dapat dilakukan

berdasarkan:27

1. Keputusan Rapat Anggota;

2. Jangka waktu berdirinya telah berakhir; dan/atau

3. Keputusan Menteri.

Pembahasan

Alasan Pembubaran Koperasi Pasif di Kota Depok

Koperasi pasif merupakan bentuk penggolongan koperasi berdasarkan kinerjanya.

Penggolongan tersebut dibentuk oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

selaku lembaga yang diberikan wewenang dalam melakukan pembinaan termasuk

pembubaran terhadap koperasi. Penggolongan koperasi pasif tersebut merupakan

penggolongan berdasarkan konsep administrasi. Koperasi pasif yaitu koperasi yang membuat

laporan keuangan tetapi tidak pernah menyelenggarakan Rapat Anggota walaupun masih

memiliki anggota.28

Terdapat beberapa hal yang melatari mengapa koperasi menjadi sebagai koperasi

pasif, yaitu:29

1. Koperasi tidak pernah menyelenggarakan Rapat Anggota.

Rapat Anggota30 merupakan salah satu alat perlengkapan organisasi koperasi,

sehingga kalau suatu koperasi tidak pernah menyelenggarakan Rapat Anggota

26 Jika koperasi tidak lagi dapat memenuhi hutangnya terhadap para kreditur, atau jika seluruh jumlah

hutangnya melebihi presentase tertentu dari harta kekayaannya termasuk hutang-hutang perorangan para anggotanya, pengurus koperasi itu harus mengajukan permohonan kepailitan. Setelah permohonan itu diajukan oleh koperasi atau oleh seorang krediturnya, kreditur perorangan tidak dapat lagi memaksakan tuntutannnya terhadap koperasi itu. Lihat Hans H. Munkner, Hukum Koperasi [Co-operative Law], diterjemahkan oleh Abdulkadir Muhammad, (Bandung: Penerbit Alumni, 1982), hlm. 173.

27 Indonesia (1), Op. Cit., Pasal 102. 28 Widiastuti, Op. Cit., hlm. 46. 29 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota

Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014, data primer telah diolah. 30 Secara hukum anggota koperasi adalah pemilik dari koperasi dan usahanya, dan anggotalah yang

mempunyai wewenang mengendalikan koperasi bukan pengurus dan bukan pula manajer. Oleh karena itu tidaklah salah kalau dikatakan bahwa kunci dari keberhasilan koperasi terletak pada anggota. Para anggota koperasi bertemu pada waktu-waktu tertentu pada suatu rapat, yang selanjutnya disebut Rapat Anggota, waktu-waktu mana telah diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Lihat Hendrojogi, Op. Cit., hlm. 145.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 8: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

8

berarti salah satu alat perangkat organisasi koperasi yang bersangkutan tidak

berfungsi, walaupun secara normatif dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah

Tangga-nya diakui keberadaan dan peran Rapat Anggota.

2. Koperasi tidak dapat melakukan aktivitas koperasi, baik bersifat keorganisasian31,

manajemen, maupun usaha sehingga ketiga hal tersebut tidak berjalan dengan

sebagaimana mestinya.

3. Permasalahan dari dalam (intern) koperasi yang bersangkutan yaitu:

1. Ketidakpahaman para pengawas, anggota dan khususnya pengurus koperasi

mengenai koperasi.

Ketidakpahaman ini mulai dari pengertian dan fungsi dari badan usaha

koperasi, ketidakpahaman dalam pengelolaan dan pengurusan koperasi, serta

tidak adanya Standard of Procedure (SOP) dalam manajemen koperasi.

2. Kurangnya kualitas kompetensi dari sumber daya manusia pengelola dan

pengurus koperasi.

Dengan kondisi ini mengakibatkan operasional koperasi menjadi tidak berjalan

dengan baik.

4. Pola pikir para pendiri koperasi, yaitu adanya kecenderungan bahwa awal

pendirian badan usaha koperasi sebagai ajang atau wadah untuk bersilaturahim dan

lebih bersifat paguyuban. Sehingga bukan sebagai entitas bisnis yang

mengakibatkan tidak berjalannya bisnis usaha koperasi dengan profesional. Selain

itu, karena seringkali koperasi dipandang sebelah mata sebagai usaha sampingan

yang tidak profit oriented membuat pelaksanaan usaha koperasi tidak maksimal.

5. Permodalan koperasi.

Sebagai badan usaha koperasi tentu memerlukan permodalan sehingga dapat

menjalankan usaha perekonomiannya tersebut. Sehingga dengan demikian faktor

modal dalam usaha koperasi ini merupakan salah satu alat yang ikut menentukan

maju mundurnya koperasi. Namun demikian, dengan terbatasnya permodalan yang

31 Seorang ilmuwan teori organisasi, Amitai Etzioni, melihat organisasi sebagai hubungan kerja sama

antara pengurus yang menjalankan kekuasaan di satu pihak dan pengikut atau anggota yang melakukan peran serta dalam hubungan itu. Dengan konsep ini, maka kegiatan, sarana, prosedur, dan cara tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota dan haknya untuk memperoleh segala sesuatu yang sudah ditentukan itu secara bertanggung jawab merupakan peran serta atau partisipasi anggota untuk mencapai tujuan anggota dan tujuan organisasi. Lihat Panji Anoraga dan Ninik Widayanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), hlm. 113.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 9: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

9

dimiliki koperasi yang bersangkutan sehingga menyebabkan kemunduran dari

usaha koperasi sehingga koperasi menjadi pasif.

6. Persaingan antar badan usaha.

Keberadaan koperasi di dominasi oleh jenis koperasi simpan pinjam. Hal itu

dilatari oleh pemikiran adanya kemudahan dalam hubungan hukum pinjam-

meminjam dana ke koperasi simpan pinjam dibanding ke Bank. Namun demikian,

dengan semakin adanya kemudahan dalam melakukan peminjaman dana ke Bank

mengakibatkan turunnya kemampuan persaingan peluang usaha tersebut sehingga

kinerja koperasi menjadi pasif.

Terhadap keberadaan koperasi pasif tersebut, Pemerintah Kota Depok terlebih dahulu

mengusahakan adanya upaya pembinaan dan advokasi. Namun, apabila upaya tersebut tidak

berhasil maka Pemerintah Kota Depok melakukan upaya pembubaran koperasi pasif.

Pembubaran koperasi tersebut setidaknya karena memenuhi 3 (tiga) alasan sebagai berikut:32

1. Koperasi tersebut telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan

perkoperasian yaitu tidak melaksanakan Rapat Anggota Tahunan berturut-turut

lebih dari 2 (dua) tahun;

2. Keberadaan koperasi tidak lagi dapat memenuhi tujuan pendirian koperasi yaitu

dalam mensejahterakan para anggota;

3. Koperasi tidak melaksanakan kegiatan usaha walaupun telah diberikan pembinaan.

Prosedur Pelaksanaan Pembubaran Koperasi Pasif di Kota Depok

Pembubaran adalah suatu tindakan yang mengakibatkan eksistensi koperasi berhenti

dan tidak dapat lagi menjalankan kegiatan bisnis untuk selama-lamanya. Prosedur

pelaksanaan pembubaran koperasi pasif di Kota Depok mengacu kepada Keputusan Menteri

Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia Nomor: 269/M/IX/199 tentang

Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi. Prosedur tersebut meliputi tahapan-tahapan sebagai

berikut :

1. Penelitian oleh Pejabat

Sebelum melakukan pembubaran koperasi, Dinas Koperasi,UMKM dan Pasar Kota

Depok terlebih dahulu melakukan penelitian dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan

koperasi sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Nomor:

20/Per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam

32 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota

Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014, data primer telah diolah.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 10: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

10

Dan Unit Simpan Pinjam Koperasi33 dan pemeringkatan koperasi sesuai dengan Peraturan

Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 22/Per/M.KUKM/IV/2007 Tentang

Pedoman Pemeringkatan Koperasi.34

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keadaan koperasi apakah koperasi

dalam keadaan sehat atau tidak. Selain itu juga untuk mengetahui apakah koperasi yang

bersangkutan telah melakukan kegiatan koperasi sesuai dengan Undang-Undang

Perkoperasian dan Anggaran Dasar Koperasi.

Penelitian terhadap koperasi juga dilakukan untuk memperoleh bukti yang kuat bahwa

koperasi yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat pembubaran koperasi oleh

Pemerintah. Selain itu, penelitian tersebut penting dilakukan untuk menghindari adanya

maksud pembubaran yang didasarkan pada kemauan atau kepentingan yang bersifat subyektif.

Penelitian ini diawali dengan proses verifikasi data koperasi se-Kota Depok. Dinas

Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok akan melakukan verifikasi data koperasi se-Kota

Depok sampai ke tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Dari hasil verifikasi

diperoleh hasil sebanyak 35 koperasi telah membubarkan diri dan sebanyak 321 koperasi

terbukti pasif tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau tidak memiliki alamat yang jelas

sesuai keterangan dari RW setempat.35

Koperasi yang terbukti pasif tidak melakukan kegiatan usaha inilah kemudian akan

dibubarkan oleh Pemerintah dengan alasan-alasan sebagai berikut:36

1. Terbukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan Undang-

Undang Perkoperasian dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam Anggaran

Dasarnya (tidak melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) berturut-turut lebih dua

tahun).

2. Kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan, karena selama dua tahun

berturut-turut tidak melakukan kegiatan usaha secara nyata terhitung sejak tanggal

pengesahan Akta Pendirian Koperasi.

Dalam pelaksanaan pembubaran koperasi oleh Pemerintah tersebut, Pemerintah

terlebih dahulu mengusahakan adanya upaya pembinaan terhadap koperasi pasif tersebut.

33 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil

dan Menengah tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, Permen No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008.

34 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi, Permen No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007.

35http://www.depok.go.id/20/01/2013/10-ekonomi-kota-depok/pembubaran-345-koperasi-upaya-mewujudkan-sistem-perkoperasian-depok-yang-sehat-efisien-tangguh-dan-mandiri, diakses pada 29 Mei 2014.

36 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014, data primer telah diolah.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 11: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

11

Namun, apabila koperasi tersebut tidak dapat dibina dan tidak dapat diharapkan kelangsungan

hidupnya, maka Dinas Koperasi Dan UMKM akan melakukan pembubaran koperasi.

2. Pengumuman Surat Pemberitahuan Rencana Pembubaran Koperasi

Setelah dilakukan tahapan penelitian di atas, jika hasil penelitian menunjukan bahwa

koperasi yang bersangkutan ternyata memenuhi salah satu atau beberapa alasan pembubaran

koperasi oleh Pemerintah, maka Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota

Depok menyampaikan Rencana pembubaran secara tertulis dengan surat tercatat kepada

Pengurus koperasi.

Dalam hal alamat pengurus koperasi tidak diketahui, maka Surat Pemberitahuan

Rencana Pembubaran Koperasi tersebut disampaikan kepada anggota yang masih ada.

Sedangkan dalam hal alamat anggota koperasi tidak diketahui, rencana pembubaran koperasi

tersebut diumumkan dengan cara menempelkan Surat Pemberitahuan Rencana Pembubaran

Koperasi pada papan pengumuman yang terletak di Kantor Kecamatan dan atau Kantor

Kelurahan tempat kedudukan koperasi serta dimuat di media massa harian umum Monitor

Depok selama 6 (enam) bulan.37

3. Pengajuan Keberatan Pembubaran Koperasi

Pengurus atau anggota koperasi yang menerima pemberitahuan rencana pembubaran

tersebut dapat mengajukan pernyataan keberatan secara tertulis dengan surat tercatat beserta

alasan-alasannya kepada Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok.

Surat pernyataan keberatan tersebut harus disampaikan dalam jangka waktu paling

lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Rencana Pembu-

baran oleh pengurus atau anggota koperasi, atau sejak pemberitahuan Rencana Pembubaran

pada papan pengumuman yang terletak di Kantor Kecamatan dan atau Kantor Kelurahan

tempat kedudukan koperasi.38

Dalam hal pernyataan keberatan tersebut diajukan oleh anggota koperasi, maka

anggota tersebut terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari anggota lain untuk

bertindak atas nama koperasi dalam mengajukan pernyataan keberatan dimaksud. Kemudian,

Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok memberikan Surat Tanda

Penerimaan atas pernyataan keberatan dimaksud.

Dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya

pengajuan keberatan tersebut, Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota

37 Surat Keputusan Pembubaran Koperasi di Kota Depok Tahun 2012 No. 518/1008/KPTS/XII/DKUP-2012.

38 Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi, Kepmen Nomor. 269/M/IX/1994.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 12: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

12

Depok harus membuat keputusan dengan mengeluarkan surat yang menyatakan menerima

atau menolak keberatan tersebut.

4. Pengumuman Keputusan Pembubaran.

Dalam hal pernyataan keberatan tersebut diterima maka Kepala Dinas Koperasi,

UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok menetapkan keputusan dengan mengeluarkan

surat yang menyatakan menerima keberatan tersebut. Atas dasar surat tersebut, kemudian

dikeluarkan Surat Pembatalan Rencana Pembubaran Koperasi dan menyampaikan secara

tertulis dengan surat tercatat kepada pengurus atau anggota koperasi atau sejak waktu paling

lama I (satu) bulan terhitung sejak tanggal keputusan untuk menerima keberatan ditetapkan.

Dalam hal keberatan tersebut ditolak maka Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar

Pemerintah Kota Depok menetapkan keputusan dengan mengeluarkan surat yang menyatakan

menolak keberatan tersebut. Atas dasar surat tersebut, Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan

Pasar Pemerintah Kota Depok mengeluarkan Surat Keputusan Pembubaran Koperasi berikut

alasan penolakannya dalam jangka waktu paling lama I (satu) bulan terhitung sejak tanggal

keputusan untuk menolak Keberatan ditetapkan.

Keputusan pembubaran koperasi tersebut disampaikan secara tertulis dengan surat

tercatat kepada pengurus atau anggota koperasi dalam jangka waktu paling lama 14 (empat

betas) hari terhitung sejak tanggal dikeluarkannya Surat Keputusan Pembubaran Koperasi.

Keputusan Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok mengenai

Keputusan pembubaran koperasi merupakan keputusan akhir dan tidak dapat dilakukan upaya

banding oleh Koperasi yang bersangkutan.

Dalam hal Pengurus atau Anggota Koperasi tidak diketahui alamatnya, maka Kepala

Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok mengumumkan pembubaran

koperasi tersebut pada papan pengumuman yang terletak pada Kantor Kecamatan dan atau

Kantor Kelurahan tempat kedudukan koperasi.

Dalam hal tidak ada pernyataan keberatan yang diajukan oieh koperasi yang

bersangkutan, maka Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok wajib

mengeluarkan Surat Keputusan Pembubaran Koperasi dalam jangka waktu paling lama 4

(empat) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Rencana Pembubaran.

Dalam hal Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok tidak

mengeluarkan Keputusan Pembubaran Koperasi atau tidak menyampaikan Surat Pembatalan

Rencana Pembubaran Koperasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan, maka rencana

pembubaran koperasi tersebut dinyatakan batal.

Setiap Surat Keputusan Pembubaran Koperasi yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 13: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

13

Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok akan diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia.

Pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia memuat nama, alamat, nomor

dan tanggal Pengesahan Akta Pendirian serta nomor dan tanggal Surat Keputusan

Pembubaran Koperasi yang bersangkutan.

Sejak tanggal pengumuman Pembubaran Koperasi dalam Berita Negara Republik

Indonesia, maka status badan hukum koperasi yang bersangkutan hapus.

5. Pemberitahuan Pembubaran Koperasi Kepada Kreditor.

Keputusan Pembubaran Koperasi tersebut diberitahukan oleh Tim Penyelesai kepada

semua kreditor dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari

terhitung sejak tanggal dikeluarkannya Keputusan Pembubaran Koperasi.

Dalam hal alamat kreditor tidak diketahui, maka pembubaran koperasi diumumkan

secara luas dengan menempelkan Keputusan Pembubaran Koperasi pada papan pengumuman

yang terletak pada Kantor Kecamatan dan atau Kantor Kelurahan tempat kedudukan koperasi

dengan memperhatikan jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak

tanggal dikeluarkannya Keputusan Pembubaran Koperasi. Pengumuman pembubaran

Koperasi ini dilakukan selama proses pembubaran berlangsung.

Untuk melindungi kepentingan pihak kreditor. maka selama pemberitahuan

pembubaran koperasi belum diterima oleh kreditor, pembubaran koperasi tersebut belum

berlaku baginya.

Pemberitahuan pembubaran koperasi kepada kreditor tersebut menyebutkan nama dan

alamat Tim Penyelesai, serta ketentuan bahwa semua kreditor dapat mengajukan tagihan

dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan

Pembubaran.

6. Penyelesaian Pembubaran Koperasi Pasif

Untuk penyelesaian terhadap pembubaran koperasi, maka harus dibentuk Tim

Penyelesai. Anggota Tim Penyelesai ditunjuk oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah atau sebagai atas nama Menteri yaitu Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar

Provinsi dan nama anggota Tim Penyelesai tersebut dicantumkan dalam Surat Keputusan

Pembubaran Koperasi. Di samping itu, jangka waktu pelaksanaan tugas Tim Penyelesai juga

dicantumkan dalam Surat Keputusan Pembubaran Koperasi, dengan ketentuan tidak lebih

lama dari 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal Surat Keputusan Pembubaran Koperasi

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 14: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

14

dikeluarkan.39

Tim Penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran berdasarkan Rapat Anggota

dan berakhirnya jangka waktu berdiri ditunjuk oleh Kuasa Rapat Anggota. Sedangkan Tim

Penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran berdasarkan keputusan Pemerintah

ditunjuk Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok.

Selama dalam proses penyelesaian terhadap pembubaran koperasi tersebut tetap ada

dengan status “Koperasi dalam Penyelesaian”40. Selama proses ini, koperasi tidak

diperbolehkan melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk memperlancar proses

penyelesaian.

Hambatan Pelaksanaan Pembubaran Koperasi Pasif di Kota Depok

Dalam pelaksanaan pembubaran koperasi pasif tersebut, Dinas Koperasi, UMKM dan

Pasar Pemerintah Kota Depok tidak terlepas dari hambatan yang muncul, baik hambatan yang

berasal dari Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok maupun hambatan

dari koperasi yang akan dibubarkan.

Hambatan tersebut meliputi hambatan hukum dan hambatan non-hukum yaitu:41

1. Hambatan Hukum

1.1 Pelaksanaan hutang piutang dengan kreditor koperasi

Dalam pembubaran koperasi, penyelesaian pembubaran melingkupi penyelesaian

dengan berbagai pihak ketiga seperti kreditor koperasi. Namun, pada koperasi pasif yang ada

di Depok, tidak tertibnya sistem pencatatan keuangan koperasi meliputi hutang piutang

koperasi mengakibatkan penyelesaian hukum hutang piutang dengan kreditor menjadi

terhambat.

1.2 Substansi hukum yang ada mengenai perkoperasian

Substansi hukum yaitu meliputi keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas

hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan. Dalam

pelaksanaan pembubaran koperasi pasif ini, terdapat hambatan dari segi substansi hukum

yaitu belum dibentuknya peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian, sehingga untuk menghindari kekosongan hukum, maka Dinas

39 Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi, Kepmen Nomor 269/M/IX/1994.

40 Indonesia (1), Op. Cit., Pasal 106 ayat (4). Penjelasan Pasal 106 ayat (4) menyebutkan bahwa ketentuan ini menegaskan bahwa hak dan kewajiban koperasi yang berstatus “Koperasi dalam Penyelesaian”, masih tetap ada untuk menyelesaikan seluruh urusannya. Agar masyarakat mengetahuinya, di depan kantor koperasi dipasang pengumuman yang memuat frasa “Koperasi dalam Penyelesaian”.

41 Andi Kuswandi S.E., Kepala Seksi Bina Lembaga Koperasi Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok, wawancara tanggal 8 Mei 2014, data primer telah diolah.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 15: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

15

Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok masih menggunakan peraturan

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

1.2 Kurangnya pemahaman akan peraturan perundang-undangan

Dalam hal ini, kurangnya pengetahuan hukum yaitu mengenai peraturan perundang-

undangan perkoperasian baik oleh para petugas Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar

Pemerintah Kota Depok maupun oleh anggota koperasi pasif sehingga pelaksanaan

pembubaran menjadi terhambat.

2. Hambatan Non-Hukum

2.1 Sistem administrasi yang tidak tertib dari koperasi yang bersangkutan.

Tidak adanya administrasi data anggota koperasi yang teratur sehingga proses

pembubaran koperasi menjadi terhambat. Dalam pembubaran koperasi memerlukan peran

serta anggota koperasi sebagai pemilik koperasi sehingga data anggota koperasi merupakan

hal yang penting.

Kesimpulan

1. Alasan-alasan koperasi pasif di Kota Depok perlu dibubarkan ialah setidaknya

karena memenuhi 3 (tiga) alasan yaitu koperasi tersebut telah melanggar ketentuan

peraturan perundang-undangan perkoperasian yaitu tidak melaksanakan Rapat

Anggota Tahunan berturut-turut lebih dari 2 (dua) tahun; keberadaan koperasi

tidak lagi dapat memenuhi tujuan pendirian koperasi yaitu dalam mensejahterakan

para anggota; serta koperasi tidak dapat melaksanakan kegiatan usaha walaupun

telah diberikan pembinaan.

2. Prosedur pelaksanaan pembubaran koperasi pasif di Kota Depok ialah mengacu

kepada Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik

Indonesia Nomor: 269/M/IX/199 tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi.

Prosedur pelaksanaan pembubaran koperasi tersebut diawali dengan tahapan

penelitian oleh pejabat koperasi terkait untuk mengetahui apakah koperasi yang

bersangkutan telah melakukan kegiatan koperasi sesuai dengan Undang-Undang

Perkoperasian dan Anggaran Dasar Koperasi; pengumuman Rencana Pembubaran

koperasi secara tertulis sebagai upaya publikasi dan sosialisasi kebijakan

perkoperasian; periode pengajuan keberatan pembubaran untuk upaya hukum atas

kebijakan perkoperasian tersebut; mengeluarkan Surat Keputusan Pembubaran

koperasi; pemberitahuan pembubaran koperasi kepada kreditor untuk

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 16: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

16

menyelesaikan dan melindungi kepentingan pihak kreditor; kemudian,

pengumuman Surat Keputusan Pembubaran koperasi di Lembaran Berita Negara

Republik Indonesia sebagai upaya pengesahan pencabutan status badan hukum

koperasi tersebut.

3. Dalam melaksanakan pembubaran koperasi pasif, Dinas Koperasi, UMKM dan

Pasar Pemerintah Kota Depok menghadapi hambatan baik hambatan hukum dan

hambatan non-hukum. Hambatan hukum yaitu tidak dapat diselesaikannya hutang

piutang dengan kreditor koperasi karena sistem pencatatan keuangan koperasi

yang tidak tertib, substansi hukum yang ada mengenai belum terbentuknya

peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian, dan kurangnya pemahaman akan peraturan perundang-undangan

perkoperasian baik oleh para petugas Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar

Pemerintah Kota Depok maupun oleh para anggota koperasi pasif tersebut.

Sedangkan hambatan non-hukum yaitu mengenai sistem administrasi data anggota

yang tidak tertib dari koperasi yang bersangkutan sehingga menghambat

penyelesaian pembubaran koperasi pasif.

Saran

1. Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok hendaknya melakukan

pengawasan secara berkala terhadap kondisi koperasi yang terdaftar. Pengawasan

tersebut diantaranya meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan agar koperasi

dapat melakukan kegiatan koperasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perkoperasian.

2. Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Pemerintah Kota Depok hendaknya lebih

selektif lagi dalam memberikan izin pendirian koperasi, untuk meminimalisasi

adanya koperasi yang bertentangan dengan Undang-Undang Perkoperasian dan

Anggaran Dasar koperasi agar tidak menimbulkan kerugian bagi anggota koperasi.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 17: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

17

DAFTAR REFERENSI

Anoraga, Panji dan Ninik Widiyanti. Dinamika Koperasi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003. Chaniago, Arifinal. Perkoperasian Indonesia. Bandung: Angkasa, 1984. Hadhikusuma, R.T Sutantya Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2005. Hendrojogi. Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2007. G. Kartasapoetra, A. G. Kartasapoetra, Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indonesia,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 119. Pachta, Andjar, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay. Hukum Koperasi

Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha. Jakarta: Kencana, 2007. Widiastuti. “Masalah Hukum Koperasi Berbadan Hukum yang Berstatus Pasif dan Beku,”

Wacana Hukum Volume VII No. 2, Oktober 2008. http://kukmp.depok.go.id/apps2/?ref=koperasi, diakses pada 15 April 2014. http://malang.loveindonesia.com/news/id/news/detail/368245/ratusan-koperasi-di-depok-

terancam-dibubarkan, diakses pada 3 Mei 2014. http://www.solopos.com/2012/07/07/70-koperasi-di-indonesia-hanya-papan-nama-309234,

diakses pada 5 Mei 2014. http://www.depok.go.id/20/01/2013/10-ekonomi-kota-depok/pembubaran-345-koperasi-

upaya-mewujudkan-sistem-perkoperasian-depok-yang-sehat-efisien-tangguh-dan-mandiri, diakses pada 29 Mei 2014.

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah, PP No. 17

Tahun 1994, LN No. 116 Tahun 1992, TLN No. 3502.

Indonesia. Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN 5355.

Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Keputusan Menteri Koperasi dan

Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Petunjuk Teknis Pembubaran Koperasi. Kepmen Nomor. 269/M/IX/1994.

Surat Keputusan Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok a/n Menteri Negara

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 518/1008/KPTS/XII/DKUP-2012 tentang Pembubaran Koperasi di Kota Depok Tahun 2012.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014

Page 18: Aspek Hukum Pembubaran Koperasi Pasif di Indonesia (Studi ...

18

Surat Keputusan Pembubaran Koperasi di Kota Depok Tahun 2012 No. 518/1008/KPTS/XII/DKUP-2012.

Aspek hukum…, Achmad Afrizal, FH UI, 2014