Aspek Hukum Dalam Bisnis

10
ASPEK HUKUM DALAM BISNIS ( Kontrak dalam Bisnis ) Disusun oleh : Nama : Chintiya Chaerani Kelas : B3 (Investasi) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

description

hukum dalam berbisnis

Transcript of Aspek Hukum Dalam Bisnis

Page 1: Aspek Hukum Dalam Bisnis

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

( Kontrak dalam Bisnis )

Disusun oleh :

Nama : Chintiya Chaerani

Kelas : B3 (Investasi)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

BISNIS INDONESIA

2011

Page 2: Aspek Hukum Dalam Bisnis

A. Pengertian Kontrak Bisnis

Kontrak merupakan perjanjian yang bentuknya tertulis. Dalam suatu kontrak

bisnis, ikatan kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian yang

bentuknya tertulis. Hal ini untuk kepentingan kelak, jika dikemudian hari

terjadi sengketa berkenaan dengan kontrak itu sendiri, maka para pihak

dapat mengajukan kontrak tersbut sebagai salah alat bukti.

Kontrak di Indonesa diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) Buku III tentang Perikatan. Perikatan dapat lahir dari perjanjian

dan undang-undang. Perjanjian itu sendiri meliputi perjanjian yang bentuknya

tertulis (kontrak) dan perjanjian lisan. Dari uraian singkat tersebut terlihat

bahwa kontrak dengan perikatan memiliki kaitan, yaitu bahwa kontrak

merupakan salah satu sumber dari perikatan.

B. Asas – asas Dalam Kontrak Bisnis

Asas dimaknai sebagai hal-hal mendasar yang menjadi latar belakang

lahirnya suatu norma atau aturan atau kaidah. Sebelum membuat suatu

aturan biasanya ditentukan dahulu asasnya yang biasanya lebih bersifat

filosofis. Asas-asas dalam kontrak bisnis di antaranya.

1. Asas Kebebasan Berkontrak :

Asas ini dimaknai dengan adanya keleluasaan atau kebebasan bagi para

pihak yang mengikatkan diri dalam suatu kontrak untuk menentukan isi

kontrak, bentuk kontrak, dan apa pun yang diatur dalam kontrak. Asas ini

tersirat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa pada pokoknya

perjanjian yang dibuat secara syah berlaku sebagai undang-undang bagi

yang membuatnya. Namun demikian, kebebasan yang diperoleh para

pihak masih ada batasannya, yaitu Undang-undang. Ketertiban umum

dan kesusilaan.

2. Asas Kekuatan Menigkat

Asas ini dimaknai dengan adanya ikatan dari para pihak ketika membuat

kontrak. Para pihak yang menandatangani kontrak terikat dengan apa

yang telah ditandatanganinya dalam kontrak tersebut. Asas yang tersirat

Page 3: Aspek Hukum Dalam Bisnis

dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa pada pokoknya perjanian

yang dibuat secara syah berlaku sebagai Undang-undang bagi yang

membuatnya. Kata-kata “berlaku sebagai undang-undang” memiliki

makna kekuatannya sama dengan undang-undang, artinya memiliki daya

paksa untuk mematuhi apa yang tertuang dalam kontrak tersebut.

3. Asas Itikad Baik.

Asas ini memiliki makna yaitu kontrak yang dibuat para pihak harus

didasari dengan adanya itikad baik di antara para pihak baik sebelum

dibuatnya kontrak, pada saat dibuatnya kontrak maupun setelah

berakunya kontrak. Asas ini tersirat dalam Pasal 1338 ayat (2)

KUHPerdata.

4. Asas Kesepakatan

Asas ini memiliki makna yaitu kesepakatan merupakan pangkal tolak dari

mulai berlakunya suatu kontrak atau mulai mengikatnya suatu kontrak

bagi para pihak. Asas ini tersirat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata

jo. Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata.

Harus digaris bawahi bahwa asas bukanlah norma, jadi ketika terjadi

pelanggaran terhadap asas maka tidak dapat dikategorikan telah terjadi

pelanggaran hukum dengan adanya sanksi hukum, melainkan telah

terjadi pelanggaran asas dengan sanksi yang bersifat moral. Namun

apabila asas ini sudah tertuang dalam suatu norma atau aturan maka

tentu saja pelanggarannya bukan merupakan pelanggaran asas tetapi

sudah termasuk pelanggaran hukum atau peraturan norma sehingga

patut mendapat sanksi hukum.

C. Syarat-Syarat sahnya Kontrak Bisnis

Suatu Kontrak harus memenuhi empat syarat supaya kontrak sah secara

hukum. Keempat syarat syahnya Kontrak Bisnis di atur dalam Pasal 1320

KUHPerdata. Oleh karena empat syarat tersebut merupakan ketentuan yang

memaksa dalam arti harus dipenuhi, jika tidak maka terdapat sanksi hukum

yaitu kontrak tersebut tidak sah secara hukum.

Page 4: Aspek Hukum Dalam Bisnis

D. Subjek dan Objek Kontrak Bisnis

Kontrak dilakukan oleh dua orang atau lebih. Para pihak yang terlibat dalam

kontrak dinamakan subjek kontrak. Subjek kontrak bisnis sering dinamakan

debitor dan kreditor. Kreditor merupakan pihak yang berhak menuntut

sedangkan debitor merupakan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan.

Kewajiban debitor untuk memenuhi tuntutan. Kewajiban debitor untuk

memenuhi tuntutan kreditor merupakan objek. Perjanjian yang sering juga

dinamakan dengan istilah prestasi. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata,

prestasi ini dapat berupa member sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat

sesuatu. Sesuatu disini tergantung dari maksud dan tujuan para pihak

mengadakan hubungan syarat huku

Prestasi dari suatu kontrak harus memenuhi tiga syarat yakni :

1. Harus di perkenankan, artinya tidak boleh bertentangan dengan

Undang=undang. Ketertiban umum dan kesusilaan.

2. Harus munkin melaksanakan, artinya mungkin dilaksanakan menurut

kemampuan manusia.

3. Harus tertentu atau dapat ditentukan, artinya objek kontraknya harus

terang dan jelas.

E. Wansprestasi dan Konsep Ganti Kerugian

Prestasi harus dilaksanakan oleh debitor. Apabila debitor tidak dapat melak-

sanakan prestasi, maka debitor tersebut dikategorikan telah wansprestasi

atau tidak dipenuhinya prestasi.

Suatu debitor dikatakan wansprestasi apabila :

1. Debitor terlambat memenuhi prestasi

2. Debitor keliru memenuhi prestasi

3. Debitor tidak tunai memenuhi prestasi

4. Debitor sama sekali tidak memenuhi prestasi

Terhadap debitor yang wansprestasi, kreditor dapat mengajukan tuntutan

terhadapnya. Bentuk dari tuntutan dapat berupa :

Page 5: Aspek Hukum Dalam Bisnis

1. Pemenuhan prestasi

2. Pemenuhan prestasi disertai ganti rugi

3. Ganti kerugian

4. Pembatalan kontrak

5. Pembatalan kontrak disertai ganti rugi.

Ganti rugi konsepnya dapat berupa biaya, rugi dan bunga. Biaya diartikan

dengan segala pengeluaran yang telah nyata-nyata dikeluarkan. Rugi

diartikan segala kerugian yang disebabkan karena musnahnya atau rusaknya

barang-barang milik kreditor akibat kelalaian debitor. Sedangkan bunga di

artikan dengan hilangnya segala keuntungan yang diharapkan atau sudah

diperhitungkan. Kerugian sendiri ada bentuknya yang materiil dan ada yang

immaterial.

F. Force Majeure dalam Kontrak Bisnis

Force Majeure dimaknai dengan suatu keadaan sedemikian rupa, karena

keadaan prestasi dalam suatu kontrak terpaksa tidak dapat dipenuhi

sebagaimana mestinya. Terdapat dua jenis force majeure yang bersifat

formatif, yaitu adalah suatu keadaan memaksa yang menyebabkan debitor

tidak dapat melaksanakan prestasinya dengan pengorbanan-pengorbanan

sedemikian rupa, misalnya pencurian, dan perampokan. Sedangakan force

majeure yang absolute biasanya terlihat dari penyebab dari tidak dipenuhinya

prestasi debitor lebih diakibatkan pada suatu sebab diluar kekuasaan

manusia, seperti : gempa bumi, tanah longsor, badai, petir, dan bencana

alam lainnya.

Kerugian akibat force majeure dinamakan resiko. Dalam setiap kontrak bisnis

terdapat resiko bisnis, maka para pihak sudah seharusnya mencantumkan

klousa force majeure. Sehingga apabila terjadi resiko maka sudah jelas siapa

yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

G. Sebab-sebab Berakhirnya Kontrak Bisnis

Terdapat 10 sebab berakhirnya kontrak bisnis, yakni :

1. Pembayaran : dimaknai oleh dengan pemenuhan prestasi secara

sukarela oleh debitor.

Page 6: Aspek Hukum Dalam Bisnis

2. Penawaran pembayaran tunai dengan diikuti penitipan : dimaknai dengan

adanya keinginan memenuhi prestasi oleh debitor yang tidak ditanggapi

oleh pihak kreditor.

3. Pembaharuan utang atau novasi : dimaknai dengan hapusnya kontrak

lama seiring dengan disepakatinya kontrak baru. Menurut Pasal 1430

KUHPerdata, novasi dibedakan menjadi 3, yakni : novasi objektif, novasi

pasif, novasi subyektif.

4. Perjumpaan utang atau Kompensasi dimaknai dengan suatu keadaan

dimana dua orang atau lebih saling memiliki utang piutang secara timbal

balik.

5. Persatuan utang : maksudnya adalah perbuatan hukum dimana kreditor

dan debitor bersatu.

6. Pembebasan utang dimaknai dengan perbuatan hukum dimana kreditor

melepaskan haknya untuk menagih kepada debitor.

7. Pembatalan kontrak : dimaknai dengan adanya tindakan wanprestasi dari

debitor, terdapat 3 syarat untuk terjadinya pembatalan kontrak, yakni :

a. Kontrak harus bersifat timbal balik;

b. Harus ada tindakan wanprestasi;

c. Harus dengan keputusan Hakim.

8. Berlakunya syarat batal dan ini terjadi pada kontrak bersyarat dengan

syarat membatalkan (Conditional Agreement)

9. Musnahnya obyek kontrak : maksudnya obyek yang menjadi inti dari

kontrak ternyata tidak ada.

10. Kadaluarsa / Lewat Waktu : suatu upaya untuk memperoleh sesuatu

untuk dibebaskan dari suatu tuntutan dengan lewatnya waktu tertentu.

Ada syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang, jangka waktu

tersebut biasanya 30 tahun. Lewat waktu ada 2 jenis yakni :

a. Lewat waktu untuk memperoleh hak;b. Lewat waktu untuk dibebaskan dari suatu tuntutan.