Asma
-
Upload
daynisakusuma -
Category
Documents
-
view
3 -
download
1
description
Transcript of Asma
X401U
BAB I
CASE REPORT
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Umur
: 40 tahun
Jenis Kelamin
: PerempuanPekerjaan
: Ibu Rumah TanggaAlamat
: KaranganyarAgama
: Islam
No RM
: 2901xx
MRS
: 28 Februari 2015Tanggal Pemeriksaan: 03 Maret 2015ANAMNESIS
Riwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis.
Keluhan Utama
Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan sesak nafas dan dada terasa berat keluhan muncul di picu karena kedinginan ketika hujan. Pasien mengatakan ketika bernafas berbunyi "ngik-ngik", keluhan disertai dengan keluhan lain seperti batuk (+) tetapi dahak susah dikeluarkan, pilek (+), pusing (+), saat sesak nafas terkadang muncul keringat dingin (+) dan gatal-gatal dikaki dan di kanan (+). Pasien mengakui sesak nafas serig kambuh 2-3x dalam satu bulan dipicu karena debu 1 jam, sesak nafas memberat saat beraktivitas dan mereda saat diberi obat hisap, pasien juga mengaki sering terbangun dimalam hari karena sesak. Keluhan tidak disertai dengan panas (-), nyeri telan (-), kelemahan otot (-), badan pegel-pegel dan sakit di persendian (-), BAK tidak nyeri (+) dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma
: diakui dari kecilRiwayat alergi
: diakuiRiwayat alergi obat
: disangkal
Riwayat mondok di rumah sakit: disangkalRiwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat batuk lama
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa
: diakui Riwayat alergi obat
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Pribadi Pasien seorang ibu rumah tangga aktivitas sehari-hari hanya melakukan kesibukan di rumah saja sebagai ibu rumah tangga, pekerjaan sehari-hari berhubungan dengan debu. Pasien mempunyai riwayat alegi debu dan dingin. Pasien juga mengakui sebagai perokok pasif. ANAMNESIS SISTEM
Sistem CerebelospinalPusing (+), Kejang (-), demam (-)
Sistem CardiovaskulerKelelahan (-), Akral hangat (+), Sianosis (-), Anemis (-)
Sistem RespiratoriusSesak napas (+), batuk (+), dahak susah keluar (+) dada terasa berat (+), bunyi napas ngik-ngik (+).
Sistem GenitoursaniusBAK (+) dbn
Sistem GastrointestinalMual (-), muntah (-), BAB cair (-)
Sistem MusculosceletalBadan lemas (+), pegal-pegal (-)
Sistem IntegumentumGatal (+), keringan dingin saat sesak (+), bintik pendarahan (-), sikatrik (-), penyakit kulit (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum: cukup
Kesadaran
: compos mentis (E4V5M6)
Vital sign
:
Tekanan darah: 120/80
Nadi
: 88x/menit
Respirasi
: 28x/menit
Suhu
: 360C
Kepala: normocephal, rambut warna hitam keputihan, mudah rontok (-), conjungtiva anemis (-/-), refleks cahaya (+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), bibir sianosis (-),
Leher: trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-), distensi vena leher (-), peningkatan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax:
Paru:
Inspeksi: bentuk dada normo chest, retraksi otot-otot respirasi (+), tidak ada napas tertinggal
Palpasi: tidak ada napas tertinggal, fremitus normal
Perkusi: sonor
Auskultasi: RR : 28x/menit, suara dasar bronkhial (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (+/+). Jantung:
JantungHasil pemeriksaan
InspeksiDinding dada pada daerah pada daerah pericordium tidak cembung / cekung, tidak ada memar maupun sianosis, ictus cordis tidak tampak
PalpasiIctus cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC 5 linea mid clavicularis sinistra
PerkusiBunyi : redup
Batas Jantung :
Batas Kiri Jantung
^ Atas : SIC II di sisi lateral linea parasternalis sinistra.
^ Bawah : SIC V linea mid clvicularis sinistra.
Batas Kanan Jantung
^ Atas : SIC II linea parasternalis dextra
^ Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
AuskultasiHR= 84 x/menit BJ I/II murni reguler, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi: perut datar, sikatriks (-)
Auskultasi: suara peristaltik (+) 32x/menit
Palpasi: nyeri tekan (-), pembesaran organ.
Perkusi: timpani
Ekstremitas
Ekstremitas superior dextra: akral hangat (+), udem (-)
Ekstremitas superior sinistra: akral hangat (+), udem (-)
Ekstremitas inferior dextra: akral hangat (+), udem (-)
Ekstremitas inferior sinistra: akral hangat (+), udem (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin tanggal 02 mei 2014
PEMERIKSAANHASIL NILAI RUJUKANSATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MPV
PDW11,0
32,7
16,33506
4,00
9.0
17,5L
L
H
H
H14,00-18,00
42,00-52,00
5-10
150-300
4,50-5,50
6,5-12,00
9,0-17,0g/DL
%
x10^3L
x10^3L
x10^3L
fL
%
INDEX
MCVMCHMCHC81,727,533,7L
82,0-92,0
27,0-31,0
32,0-37,0fL
pg
g/DL
HITUNG JENIS
Limfosit%
Monosit%
Limfosit#
Monosit#
Gran%
Gran#
RDW5,5
2,71,4
0,3
91,3
9,1
19,2L
L
H
H
H25,0-40,0
3,0-9,0
1,25-4,0
0,30-1,00
50,0-70,0
2,50-7,00
11,5-14,7%
%
x10^3uL
x10^3uL
%
x10^3uL
%
KIMIA
GULA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu12270-150Mg/100ml
RESUME
1. Anamnesis
Sesak nafas dipicu muncul karena udara dingin dan debuNafas berbunyi ngik-ngik, seing kambuh-kambuhan 2-3x dalam sebulan, memberat saat aktivitas, dan mereda saat diberi obat hisap. Sesak nafas dirasakan 1 jamPasien mengakui sering terbangun saat malam hri karena sesak Keluhan disertai batuk, tetapi dahak susah keluar, pusing.2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Kepala Leher
: dbnThorax
: normo chest
Paru
: SDB (+/+), whezzing (+/+), rhonki (-/-)Jantung
: retraksi otot-otot respirasiAbdomen
: dbn3. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Hb
: 11,0
Hct
: 32,7
Eritrosit:4,00
Leukosit: 16,33
GDS: 122
DIAGNOSA
Asma Bronkhial PLANNING Monitor KU dan VSPENATALAKSANAAN
Bed rest
O2 2-3 lpm Infus RL 20 tpm + aminophilin 1amp/drip/24 jam
Nebulaizer ventolin 1 amp: flexotide 1 amp( kalau perlu
Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam Injeksi Metylprednisolon 20 mg/ 8jam Inadryl syr 3x C1
Cefixime 2x1 tab
Citirizine 2x1 tabPROGOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonamAd fuctionam
: dubia ad bonamAd sanationam: dubia ad bonam FOLLOW UP
TanggalFollow UpTerapi atau Tindakan
03/03/15
S : sesak nafas, berbunyi ngik-ngik disertai keringat dingin, batuk dahak susah keluar. O : KU : terlihat sesak ; Kes: Compos mentisTD: 120/100 mmHg Suhu : 37CN: 88 kali/menit RR: 30 kali/menitKepala : Conjungtiva Anemis (-/-)Sklera Ikterik (-/-)Edema Palpebra Superior (-/-), Pembesaran KGB (-)Thorax :Pulmo : SD bronkial (+/+), rh (-/-), wh (+/+)Cor : BJ I-II murni, intesitas reguler, bising (-)Abdomen : NT (-)Extremitas :Edema (-), akral dinginA :-Asthma bronkialeP : O2 2-3 lpmInfus RL 20 tpm + aminophilinInj. Antrain 1amp/8jamInj. Ceftriaxone 1gr/12 jamInj Metylprednisolon 20 mg/ 8jam.Obh syr 3xc1Cefixime 2x1
04/03/15S : sesak berkurang, tidak keringat dingin, suara nafas ngik-ngik tidak terdengar, batuk dahak masih susah keluar. Semalam masih susah tidur .O : KU : terlihat sesak ; Kes: Compos mentisTD: 120/100 mmHg Suhu : 37CN: 88 kali/menit RR: 30 kali/menitKepala : Conjungtiva Anemis (-/-)Sklera Ikterik (-/-)Edema Palpebra Superior (-/-), Pembesaran KGB (-)Thorax :Pulmo : SD bronkhial (+/+), rh (-/-), wh (+/+)Cor : BJ I-II murni, intesitas reguler, bising (-)Abdomen : NT (-)Extremitas :Edema (-), akral dinginA :-Asthma bronkiale, P :O2 2-3 lpmInfus RL 20 tpmNebulaizer ventolin 1 amp: flexotide 1 amp kalo perluInj. Ceftriaxone 1gr/12 jamInj Metylprednisolon 20 mg/ 8jam.Cefixime 2x1Citirizine 2x1Inadryl syr 3x C1
06/1/15S : sesak berkurang, tidak keringat dingin, suara nafas ngik-ngik tidak terdengar, batuk berkurang, semalam bisa tidurO : KU : terlihat sesak ; Kes: Compos mentisTD: 120/100 mmHg Suhu : 36CN: 88 kali/menit RR: 24 kali/menitKepala : Conjungtiva Anemis (-/-)Sklera Ikterik (-/-)Edema Palpebra Superior (-/-), Pembesaran KGB (-)Thorax :Pulmo : SD bronchial (+/+), rh (-/-), wh (-/-)Cor : BJ I-II murni, intesitas reguler, bising (-)Abdomen : NT (-)Extremitas :Edema (-), akral dinginA : Asthma bronkiale, P :O2 2-3 lpmInfus RL 20 tpmNebulaizer ventolin 1 amp: flexotide 1 amp kalo perluInj. Ceftriaxone 1gr/12 jamInj Metylprednisolon 20 mg/ 8jam.Cefixime 2x1Citirizine 2x1Inadryl syr 3x C1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Asma Bronkhial Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversibel dan gejala pernapasan.1 Asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang termasuk dalam kelompok penyakit paru alergi dan imunologi yang merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitan dapat berubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat.Anatomi Fisiolaogi
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung (oksigen) serta menghembus udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Fungsi pernafasan :
Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran
Mengeluarkan karbondioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah keparu-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh)
Menghangatkan dan melembapkan udara
Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
Bagian luar dinding terdiri dari kulit
Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang jumlahnya 3 buah :
Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
Fungsi hidung:
Bekerja sebagai saluran udara pernapasan
Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Membunuh kuman yang masuk bersama udara pernafasan oleh leukosit yang terdaat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung
Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antar jalan pernafasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian :
Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring
Bagian tengah yang sama tingginya dengan istimus fausium disebut orofaring
Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring
Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak sebagai saluran pembentukan suara, terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebral servikal dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorok ini dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
Trakea
Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada vertebra torakalis IV dan V mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus ini berjalan kebawah dan kesamping kearah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari pada yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebutbronkiolus. Pada bronkiolus tak terdaoat cincin lagi dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa/ gelembung alveoli.
Paru-paru
Paru-paru dibagi dua : pasru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pada pleura dibagi menjadi dua:
Pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru
Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.Faktor Resiko Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi) , hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi faktor genetik/ pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan :
pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik asma,
baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asma.
D. Klasifikasi
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Berat penyakit asma diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis sebelum pengobatan dimulai (tabel 5).
Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan; dan pengobatan yang telah berlangsung seringkali tidak adekuat. Dipahami pengobatan akan mengubah gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu sendiri. Tabel 6 menunjukkan bagaimana melakukan penilaian berat asma pada penderita yang sudah dalam pengobatan. Bila pengobatan yang sedang dijalani sesuai dengan gambaran klinis yang ada, maka derajat berat asma naik satu tingkat. Contoh seorang penderita dalam pengobatan asma persisten sedang dan gambaran klinis sesuai asma persisten sedang, maka sebenarnya berat asma penderita tersebut adalah asma persisten berat. Demikian pula dengan asma persisten ringan. Akan tetapi berbeda dengan asma persisten berat dan asma intemiten (lihat tabel 6). Penderita yang gambaran klinis menunjukkan asma persisten berat maka jenis pengobatan apapun yang sedang dijalani tidak mempengaruhi penilaian berat asma, dengan kata lain penderita tersebut tetap asma persisten berat. Demikian pula penderita dengan gambaran klinis asma intermiten yang mendapat pengobatan sesuai dengan asma intermiten, maka derajat asma adalah intermiten.
E. Patogenesis
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan disebabkan oleh hiperreaktivitas saluran napas yang melibatkan beberapa sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel yang menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin dan leukotrin yang dapat mengaktivasi target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema dan hipersekresi mukus. Inflamasi saluran napas pada asma merupakan proses yang sangat kompleks melibatkan faktor genetik, antigen dan berbagai sel inflamasi, interaksi antara sel dan mediator yang membentuk proses inflamasi kronik.
Proses inflamasi kronik ini berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas, batuk terutama pada malam hari. Hiperresponsivitas saluran napas adalah respon bronkus berlebihan yaitu penyempitan bronkus akibat berbagai rangsangan spesifik dan non-spesifik.
MediatorPengaruh terhadap asma
Histamin
LTC4, D4,E4
Prostaglandin dan Thromboksan A2
Bradikinin
Platelet-activating factor (PAF)Kontruksi otot polos
Histamin
LTC4, D4,E4
Prostaglandin dan Thromboksan E2
Bradikinin
Platelet-activating factor (PAF) Chymase
Radikal oksigenUdema mukosa
Histamin
LTC4, D4,E4
Prostaglandin
Hidroxyeicosatetraenoic acidSekresi mukus
Radikal oksigen
Enzim proteolitik
Faktor inflamasi dan sitokinDeskuamasi epitel bronkial
Mediator sel Mast
F. Penegakan Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Faktor faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi.11Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.11Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral Cursshman, kristal Charcot Leyden).11Pemeriksaan Penunjang
Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi paru. Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan ciri khas asma dapat dinilai dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan atau kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.
Uji Provokasi Bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan gejala sma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara untuk membuktikan secara objektif hiperreaktivitas saluran napas pada orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus terdiri dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban kerja (exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-spesifik seperti metakolin dan histamin.
Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang memberikan gejala serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas, pneumothoraks, pneumomediastinum. Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
E. Diagnosis Banding
Bronkitis kronikBronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejala utama batuk yang disertai sputum dan perokok berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan disertai mengi dan menurunkan kemampuan jasmani.
Emfisema paruSesak napas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang menyertainya.
Gagal jantung kiri Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul pada malam hari disebut paroxysmal nocturnal dispnea. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kardiomegali dan edema paru.Emboli paru Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung. Disamping gejala sesak napas, pasien batuk dengan disertai darah (haemoptoe).
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktiviti sehari-hari.13Tujuan penatalaksanaan asma13: Menghilangkan dan mengendalikan gejala asmaMencegah eksaserbasi akutMeningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkinMengupayakan aktiviti normal termasuk exerciseMenghindari efek samping obat Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibelMencegah kematian karena asmaPenatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.13Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan non-medikamentosa dan pengobatan medikamentosa :
Pengobatan non-medikamentosa
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.13Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiersAntihistamin generasi ke dua (antagonis -H1) Lain-lain
Glukokortikosteroid inhalasi
Pengobatan jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma. Penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan napas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan dan memperbaiki kualiti hidup. Steroid inhalasi adalah pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan sampai berat). Tabel 5. Dosis glukokortikosteroid inhalasi dan perkiraan kesamaa potensiDewasaDosis rendahDosis mediumDosis tinggi
Obat
Beklometason dipropionat
Budesonid
Flunisolid
Flutikason
Triamsinolon asetonid
200-500 ug
200-400 ug
500-1000 ug
100-250 ug
400-1000 ug
500-1000 ug
400-800 ug
1000-2000 ug
250-500 ug
1000-2000 ug
>1000 ug
>800 ug
>2000 ug
>500 ug
>2000 ug
AnakDosis rendahDosis mediumDosis tinggi
Obat
Beklometason dipropionat
Budesonid
Flunisolid
Flutikason
Triamsinolon asetonid
100-400 ug
100-200 ug
500-750 ug
100-200 ug
400-800 ug
400-800 ug
200-400 ug
1000-1250 ug
200-500 ug
800-1200 ug
>800 ug
>400 ug
>1250 ug
>500 ug
>1200 ug
Glukokortikosteroid sistemik
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu diingat indeks terapi (efek/ efek samping), steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka panjang.
Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)
Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai pengontrol pada asma persisten ringan. Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat atau tidak.
Metilsantin
Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek ekstrapulmoner seperti antiinflamasi.Teofilin atau aminofilin lepas lambat dapat digunakan sebagai obat pengontrol, berbagai studi menunjukkan pemberian jangka lama efektif mengontrol gejala dan memperbaiki faal paru. Agonis beta-2 kerja lamaTermasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (> 12 jam). Seperti lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan memodulasi penglepasan mediator dari sel mast dan basofil.
Tabel 6. Onset dan durasi (lama kerja) inhalasi agonis beta-2OnsetDurasi (Lama kerja)
SingkatLama
CepatFenoterolProkaterolSalbutamol/ AlbuterolTerbutalinPirbuterolFormoterol
LambatSalmeterol
Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui oral. Mekanisme kerja menghasilkan efek bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida dan exercise. Selain bersifat bronkodilator, juga mempunyai efek antiinflamasi. Kelebihan obat ini adalah preparatnya dalam bentuk tablet (oral) sehingga mudah diberikan. Saat ini yang beredar di Indonesia adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien sisteinil). Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas.Termasuk pelega adalah :
Agonis beta2 kerja singkat
Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
Antikolinergik
Aminofillin
Adrenalin
Agonis beta-2 kerja singkat
Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Mempunyai waktu mulai kerja (onset) yang cepat. Mekanisme kerja sebagaimana agonis beta-2 yaitu relaksasi otot polos saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan modulasi penglepasan mediator dari sel mast. Merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan sangat bermanfaat sebagai praterapi pada exercise-induced asthma Metilsantin
Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih lemah dibandingkan agonis beta-2 kerja singkat. Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek penglepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan iritan. Termasuk dalam golongan ini adalah ipratropium bromide dan tiotropium bromide. Adrenalin
Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat. Pemberian secara subkutan harus dilakukan hati-hati pada penderita usia lanjut atau dengan gangguan kardiovaskular. Pemberian intravena dapat diberikan bila dibutuhkan, tetapi harus dengan pengawasan ketat (bedside monitoring). Cara pemberian pengobatanPengobatan asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral dan parenteral (subkutan, intramuskular, intravena). Kelebihan pemberian pengobatan langsung ke jalan napas (inhalasi) adalah 13:lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napasefek sistemik minimal atau dihindarkanbeberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi pada pemberian oral (antikolinergik dan kromolin). Waktu kerja bronkodilator adalah lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.Tabel 7. Pengobatan sesuai berat asma
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat AsmaMedikasi pengontrol harianAlternatif / Pilihan lainAlternatif lain
Asma IntermitenTidak perlu---------------
Asma Persisten Ringan
Glukokortikosteroid inhalasi (200-400 ug BD/hari atau ekivalennya)Teofilin lepas lambat
Kromolin
Leukotriene modifiers------
Asma Persisten Sedang
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid
(400-800 ug BD/hari atau ekivalennya) dan
agonis beta-2 kerja lama
Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah Teofilin lepas lambat ,atauGlukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atauGlukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800 ug BD atau ekivalennya) atau
Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah leukotriene modifiersDitambah agonis beta-2 kerja lama oral, atauDitambah teofilin lepas lambat
Asma Persisten Berat
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (> 800 ug BD atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama, ditambah ( 1 di bawah ini:
teofilin lepas lambat
leukotriene modifiersglukokortikosteroid oralPrednisolon/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mgditambah agonis beta-2 kerja lama oral, ditambah teofilin lepas lambat
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
Status asmatikus
Atelektasis
Hipoksemia
Pneumothoraks
Emfisema
H. Prognosis
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga kenyataan bahwa angka kematian pada serangan asma dengan usia tua lebih banyak, kalau serangan asma diketahui dan dimulai sejak kanak kanak dan mendapat pengawasan yang cukup kira-kira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan di dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan common cold 29% akan mengalami serangan ulang.
Pada penderita yang mengalami serangan intermitten angka kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita yang dengan serangan terus menerus angka kematiannya 9%.DAFTAR PUSTAKA
Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke - 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h 978 87.
Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke 2. Surabaya : Airlangga University Press. 2002. h 263 300.
Morris MJ. Asthma. [ updated 2011 June 13; cited 2011 June 29]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#showallPartridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe Asthma. Eur Respir Rev 2007; 16: 104, 6772
Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!. Jakarta. 2009 May 4th. Available from:http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=5Anggia D. Profil Penderita Asma Bronkial yang Dirawat Inap di Bagian Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari Desember 2005. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2006.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember 2008.Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi Asma. Jurnal Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 6.
Widjaja A. Patogenesis Asma. Makalah Ilmiah Respirologi 2003. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2003. h 27.
Noorcahyati S. Pemantauan Kadar Imunoglobulin M (Igm) dan Imunoglobulin G (Igg) Chlamydia pneumoniae pada Penderita Asma di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2002.Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2001. h 477 82.Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia. Nopember 2008; 58(11), 444-51.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. h 73-5Mcfadden ER. Penyakit Asma. Dalam Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Isselbacher KJ et al, editor. Jakrta : EGC. 2000. 1311-18.Asma : Inflamasi kronis Saluran Napas
Hiperreaktivitas
pemicu
Banyak Sel :
Sel Mast
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Melepas MEDIATOR :
Histamin
Prostaglandin (PG)
Leukotrien (L)
Platelet Activating Factor (PAF), dll
Bronkokonstriksi, hipersekresi mukus, edema saluran napas
Obstruksi difus saluran napas
BATUK, MENGI, SESAK
1