Asma Bronkial
Click here to load reader
-
Upload
nur-bidayah -
Category
Documents
-
view
49 -
download
0
Transcript of Asma Bronkial
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies
inChildhood pada tahun 2005 menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala
penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen. Selama
20 tahun terakhir, penyakit ini cenderung meningkat dengan kasus kematian
yang diprediksi akan meningkat sebesar 20 persen hingga 10 tahun
mendatang.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40
tahun. Hampir 17% dari semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu
kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka.(Smeltzer, 2002)
Tingginya angka kekambuhan pada penderita asma sering memberikan
dampak pada psikologis dan biologis pasien. Tingkat emosi yang labil dan
adanya kecenderungan untuk menolak saran-saran dalam upaya
mengeliminasi perilaku yang mendukung kesehatannya, merupakan salah
satu respon psikologis pasien asma. Pada serangan asma pasien mengalami 2
keterbatasan fungsi dalam memenuhi segala kebutuhan dasarnya.
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman.
Praktisiatau teknisi yang memantau untuk mencegah terjadinya penyakit
asma bronkial dan membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan
kesehatan dari penyakit tersebut. Klien dalam lingkungan keperawatan dapat
bersiko terkena penyakit asma bronkial jika tidak di antisipasi dengan tepat,
dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien
dapat terpajan pada penyakit asma bronkial jika tidak di tangani dengan
prosedur dini, yang beberapa dari penyakit tersebut dapat saja resisten
terhadap banyak obat yang berhubungan dengan penyakit tersebut .Dengan
1
cara mempraktikan teknik pencegahan penyakit asma bronkial, dan perawat
dapat menghindarkan penyebaran penyakit tersebut terhadap klien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Asma Bronkial?
2. Bagimana etiologi terjadinya Asma Bronkial?
3. Apa saja tanda dan gejala dari Asma Bronkial?
4. Bagaimana Patafisiologi dari Asma Bronkial?
5. Bagimana melakakuan pengkajian serta tidakan keperawatan pada pasien
Asma Bronkial?
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Asma Bronkial
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya Asma Bronkial
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Asma Bronkial
4. Untuk mengetahui Patafisiologi dari Asma Bronkial
5. Untuk mengetahui pengkajian serta tidakan keperawatan pada pasien
Asma Bronkial
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Penyakit saluran nafas dengan karakteristik berupa meningkatnya
reaktivitas trachea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan sehingga
terjadi penyempitan saluran nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa
pengobatan. Peningkatan reaktivitas tersebut dihubungkan dengan proses
inflamasi.
Asma bronkial merupakan penyakit saluran pernapasan obstruktif
yangditandai inflamasi saluran dan spasme akut otot polos bronkiolus.
Kondisi inimenyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk,
penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus (Corwin, 2009).
Asma terjadi pada individu tertentu yang berespon secara agresif
terhadap berbagai jenis iritan di jalan napas. Faktor risiko untuk salah satu
jenis gangguan hiper responsif ini adalah riwayat asama atau alergi dalam
keluarga, yangmengisyaratkan adanya kecenderungan genetik. Pajanan yang
berulang atau terus-menerus terhadap beberapa rangsangan iritan,
kemugkinan pada masa penting perkembangan, juga dapat meningkatkan
risiko penyakit ini. Infeksi pernapasan atas berulang juga dapat memicu asma
awitan dewasa, seperti yang dapat terjadi akibat pajanan okupasional terhadap
debu di lingkungan kerja (Corwin, 2009).
2.2 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan Asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
Genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
3
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1). Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2). Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3). Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma
yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
4
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
2.3 Tanda dan Gejala
1. Stadium dini
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
c. Whezing belum ada
d. d.Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f. BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Whezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
5
2.4 Patofisiologi
Faktor Instrinsik
Faktor ekstrinsik
Infeksi kuman Alergen + faktor genetik
Infeksi saluran pernafasan
Pengaktifan respon imun
(sel mast)
Pengaktifan mediator kimiawi
Histamin, serotinin, kinin
Bronchospasme edema mukosa sekresi inflamasi
Penyempitan jalan nafas
Pola nafas tidak
efektif
Serangan paroksimal
Dispnea, wheezing
Batuk, sputum
6
Anoreksia Inefektif bersihan ancaman
jalan nafas kehidupan
Defisit volume cair Kecemasan
Gangguan nutrisi, kurang
dari kebutuhan
susah tidur
Penempatan pola istirahat
tidur
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Sputum
- Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang-kadang terdapat
mukus plug.
a. Pemeriksaan darah
- Analisis gas darah umumnya normal, akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.
- Kadang terdapat peningkatan SGOT dan LDH
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang di atas 15.000/mm3.
b. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru, yakni radiolusen
yang bertambah dan pelebaran rongga intercostals.
c. Uji Tusuk Kulit (Prick Test)
Pemeriksaan pada kulit dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergan yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.
7
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
2. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan
melakukan aktivitas sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
3. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
4. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
5. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
6. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia
8
7. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain
3.2 Dignosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding
bronkhus, serta sekresi mukus yang kental
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma
menetap
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian (kesulitan
bernapas)
3.3 Intervensi dan Implemtasi
Dx 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding
bronkhus, serta sekresi mukus yang kental
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan bersihan jalan
napas kembali efektif
Kriteria hasil :
1. Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
2. Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
3. Tidak ada suara napas tambahan dan wheezing (-)
4. Pernapasan klien normal (16-20x/m) tanpa ada penggunaan otot bantu
napas.
9
Intervensi Rasional
1. Kaji warna dan kekentalan
sputum
2. Atur posisi semi fowler
3. Ajarkan cara batuk efektif
4. Bantu klien napas dalam
5. Pertahankan intake cairan
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali
tidak diindikasikan
a. Kolaborasi dengan
melakukan fisioterapi dada
dengan tehnik postural
drainase, perkusi dan fibrasi
dada.
b. Kolaborasi pemberian obat :
c. Bronkodilator golongan B2
d. Nebuler (via inhalasi)
dengan golongan terbutaline
0.25 mg, fenoterol HBr
0.1% solution, orciprenaline
sulfur 0.75 mg.
e. Intravena dengan golongan
theophyline ethilenediamine
(Aminofilin) bolus IV 5-6
mg/kgBB.
f. Agen mukolitik dan
ekspektoran
g. kortikosteroid
1. Karteristik sputum dapat menunjukkan berat
ringannya obstruksi.
2. Meningkatkan ekspansi dada
3. Batuk yang terkontrol dan efektif dapat
memudahkan pengeluaran sekret yang
melekat pada jalan napas.
4. Ventilasi maksimal membuka lumen jalan
napas dan meningkatkan gerakan sekret ke
dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
5. Hidrasi yang adekuat membantu
mengencerkan sekret dan mengefektifkan
pembersihan jalan napas.
6. Fisioterapi dada merupakan strategi untuk
mengeluarkan sekret.
7.
a. Pemberian bronkodilator via inhalasi akan
langsung menuju area bronkhus yang
mengalami spasme sehingga lebih cepat
berdilatasi
b. Pemberian secara intravena merupakan usaha
pemeliharaaan agar dilatasi jalan napas dapat
optimal.
c. Agen mukolitik menurunkan kekntalan dan
perlengketan sekret paru untuk memudahkan
pembersihan. Agen ekspektoran akan
memudahkan sekret lepas dari perlengketan
jalan napas.
d. Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas
dengan hipoksemia
10
Dx :2 Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma
menetap
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi, pertukaran gas
membaik
Kriteria hasil :
1. Frekuensi napas 16-20x/menit, nadi 70=90x/m, sianosis (-), dispnea (-).
2. GDA dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Kaji kefektifan jalan napas
2. Kolaborasi untuk pemberian
bronkodilator secara aerosol
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Kolaborasi untuk pemantauan
analisa gas arteri
5. Kolaborasi pemberian oksigen
via nasal
1. Bronkhospasme di deteksi ketika terdengar
mengi saat di askultasi dengan stetoskop.
Peningkatan pembentukan mukus sejalan
dengan penurunan aksi mukosiliaris
2. Terapi aerosol membantu mengencerkan
sekresi sehingga dapat dibuang.
Bronkhodilator yang dihirup sering
ditambahkan ke dalam nebulizer untuk
memberikan aksi bronkhodolator langsung
pada jalan napas, dengan demikiam
memperbaiki pertukaran gas.
3. Setelah inhalasi bronkhodilator nebuliser,
klien disarankan untuk meminum air putih
untuk lebih mengencerkan sekresi.
Kemudian membatukkan dengan ekpulsif
atau postural drainase akan membantu
dalam pengeluaran sekresi.
4. Sebagai bahan evaluasi setelah melakukan
intervensi.
5. Oksigen diberikan ketika terjadi
hipoksemia.
11
Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan intake
nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang menjadi
adekuat.
2. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit,
berat badan, integritas mukosa oral,
kemampuan menelan, riwayat
mual/muntah dan diare.
2. Pantau intake –output, timbang
berat badan secara periodik (sekali
seminggu)
3. Lakukan dan ajarkan perawatan
mulut sebelum dan sesudah
intervensi/pemeriksaan peroral.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetapkan komposisi dan jenis
yang tepat
5. Fasilitasi pemberian diet berikan
dalam porsi kecil tapi sering.
6. Kolaborasi untuk pemeriksaan
laboratorium khususnya BUN,
protein serum dan albumin.
7. Kolaborasi untuk pemberian
multivitamin.
1. Memvalidasi dan menetapkan derajat
masalah untuk menetapkan piihan
intervensi yang tepat.
2. Berguna dalam mengukur kefektifan
intake gizi dan dukungan cairan.
3. Menurunkan rasa tak enak karena sisa
makanan,
4. Merencanakan diet dengan kandungan
gizi yang cukup untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan
5. Memaksimalkan intake nutrisi tanpa
kelelahan dan energi besar serta
menurunkan iritasi saluran cerna.
6. Menilai kemajuan terapi diet dan
membantu perencanaan intervensi
selanjutnya.
7. Multivitamin bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan vitamin yang
tinggi sekunder dari rosres
pemkeberhasilan peningkatan laju
metabolisme umum.
12
Dx 4 : Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian (kesulitan
bernapas)
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil :
1. Klien terlihat mampubernapas secara normal dan mapu beradaptasi dengan keadaannya.
2. Respon nobverbal klien tampak lebih rileks dan santai.Intervensi Rasional
1. Bantudalam mengidentifikasi
sumber koping yang ada
2. Ajarkan tehnik relaksasi
3. Pertahankan hubungan saling
percaya antara klien dengan
perawat
4. Kaji faktor yang menimbulkan
rasa cemas
5. Bantu klien mengenali dan
mengakui rasa cemasnya
1. Pemanfaatan sumber koping yang
ada secara konstruktif sangat
bermanfaat dalam menagatasi stres.
2. Mengurangi ketegangan otot dan
kecemasan
3. Hubungan saling percaya membantu
memperlancar proses teraupetik
4. Tindakan yang tepat diperlukan
dalam mengatasi masalah yang
dihadapi klien dan membangun
kepercayaan dalam mengurangi
kecemasan.
5. Rasa cemas merupakan efek emosi
sehingga apabila sudah
teridentifikasi dengan baik, maka
perasaan yang nenganggu dapat
diketahui.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma bronkial merupakan penyakit saluran pernapasan obstruktif
yangditandai inflamasi saluran dan spasme akut otot polos bronkiolus.
Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk,
penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40
tahun.
Insiden penyakit asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
umur pasien, jenis kelamin, bakat alergi, keturunan, lingkungan dan faktor
psikologi
4.2 Saran
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan namun dalam penggunaan
obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja.
Kontrol yang baik diperlukan oleh penderita untuk terbebas dari gejala
serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk
mengontrol gejala asma secara baik maka penderita harus bisa merawat
penyakitnya dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut
14
DAFTAR PUSTAKA
Doongoes, E Marilynn.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
http://askephima.blogspot.com/2013/02/makalah-asuhan-keperawatan-asma-
bronkial.html(di_akses tanggal: 17 mei 2014)
http://imamrhizky.blogspot.com/2013/06/makalah-asma-bronkial.html(di_akses
tanggal: 17 mei 2014)
unawirsdjazali.blogspot.com/2013/03/makalah-asma-bronchial.html(di_akses
tanggal: 17 mei 2014
15