Asma Bronkial

19
Nama : Amelia M. Syahutami Npm : 1102009024 ASMA BRONKIAL IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. E Usia : 70 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Status : Belum menikah Masuk RS : 4 April 2013 ANAMNESIS Autoanamnesis Keluhan utama: Sesak napas mendadak sejak 4 jam SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang: Os datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas disertai dengan batuk, sehingga pasien merasa semakin sesak. Sesak dirasa paling sering pada malam hari dan tidur pasien pun terganggu karena sesaknya. Sesak dirasa timbul hampir setiap malam. Pasien mengaku serangan terjadi bila pasien terkena udara dingin. Pasien mengaku memiliki riwayat asma. Pasien juga mengeluhkan sakit badan seluruh badan dan kepala pusing Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengakui memiliki riwayat asma dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Riwayat penyakit keluarga: - Riwayat pekerjaan, sosial, ekonomi dan kebiasaan: Riwayat merokok tidak ada. Pemeriksaan umum: Kesadaran : Komposmentis Keadaan umum : tampak sakit ringan

Transcript of Asma Bronkial

Page 1: Asma Bronkial

Nama : Amelia M. Syahutami

Npm : 1102009024

ASMA BRONKIAL

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. EUsia : 70 tahunJenis Kelamin : PerempuanStatus : Belum menikahMasuk RS : 4 April 2013

ANAMNESISAutoanamnesis

Keluhan utama:Sesak napas mendadak sejak 4 jam SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang:Os datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas disertai dengan batuk, sehingga pasien merasa semakin sesak. Sesak dirasa paling sering pada malam hari dan tidur pasien pun terganggu karena sesaknya. Sesak dirasa timbul hampir setiap malam. Pasien mengaku serangan terjadi bila pasien terkena udara dingin. Pasien mengaku memiliki riwayat asma. Pasien juga mengeluhkan sakit badan seluruh badan dan kepala pusing

Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien mengakui memiliki riwayat asma dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

Riwayat penyakit keluarga:-

Riwayat pekerjaan, sosial, ekonomi dan kebiasaan:Riwayat merokok tidak ada.

Pemeriksaan umum:Kesadaran : KomposmentisKeadaan umum : tampak sakit ringanTekanan darah :130/80 mmHgNadi : 80 x/menitNafas : 28 x/menitSuhu : 36.5 C0

Pemeriksaan Fisik Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor. Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks

Page 2: Asma Bronkial

· Paru : Inspeksi : gerakan dada kanan dan kiri simetris Palpasi : fremitus kanan dan kiri sama Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru Auskultasi : VBS kanan=kiri, rhonki +/+, wheezing +/+

· Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis teraba Perkusi : Dalam batas normal Auskultasi : suara jantung normal, suara tambahan (-)

Abdomen Inspeksi : perut datar, asites (-) Palpasi : perut supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi : timpani pada 4 kuadran abdomen Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas (superior dan inferior):Akral hangat, edema (-)

Pemeriksaan PenunjangHasil laboratorium :

Darah rutin:Hb : 13.6 g/dLLeukosit : 18.700/μLHematokrit : 45%

GDS : 69 mg/dL

RESUMENy. E, 70 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Sesak napas bertambah bila pasien batuk. Pasien mengakui riwayat penyakit asma. Dari pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi pernapasan meningkat, auskultasi didapatkan suara mengi/wheezing pada kedua lapangan paru. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis dan hipoglikemia

DAFTAR MASALAHAsma Bronkial persisten sedang

PENGKAJIAN MASALAHAsma bronkial karena ditemukan : - sesak nafas

- Rhonki- Wheezing- Riwayat asma

RENCANA PENATALAKSANAANNon medikamentosa : Hindari faktor pencetus, bed rest

Page 3: Asma Bronkial

Medikamentosa :- Asering 20 tpm- Cefotaxime 2x1 ampul- Ranitidin 2x1 ampul- Deksametason 3x1 ampul- O2

PEMBAHASAN

DEFINISI ASMA BRONKIAL

Asma adalah penyakit paru dengan karakteristik: 1) Obstruksi saluran nafas yang reversibel (tetapi tidak lengkap pada beberapa pasien) baik secara spontan maupun pengobatan; 2) Inflamasi saluran nafas; 3) peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan (hipereaktivitas)

PREVALENSI

Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan serta faktor lingkungan. Prevalensi anak laki-laki berbanding anak perempuan pada masa kanak-kanak 1,5:1. Tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut menjadi lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak dari laki-laki. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5-7%.

KLASIFIKASI

Berat-ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi β-2 agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat). Tidak ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya suatu penyakit. Dengan adanya pemeriksaan klinis termasuk uji faal paru dapat menentukan klasifikasi menurut berat-ringannya asma yang sangat penting dalam penatalaksanaannya.

Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan (akut):

1. Asma saat tanpa seranganPada orang dewasa, asma saat tanpa serangan, terdiri dari: 1) Intermitten; 2) Persisten ringan; 3) Persisten sedang; dan 4) Persisten berat (Tabel.1)

2. Asma saat seranganKlasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat ringannya serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan sedang dan asma serangan berat. Perlu dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan serangan asma (aspek akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma persisten berat dapat mengalami serangan

Page 4: Asma Bronkial

ringan saja, tetapi ada kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik jarang mengalami serangan asma berat, bahkan serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkankematian.

PATOGENESIS

Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan disebabkan oleh hiperreaktivitas saluran napas yang melibatkan beberapa sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel yang menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin dan leukotrin yang dapat mengaktivasi target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema dan hipersekresi mukus. Inflamasi saluran napas pada asma merupakan proses yang sangat kompleks melibatkan faktor genetik, antigen dan berbagai sel inflamasi, interaksi antara sel dan mediator yang membentuk proses inflamasi kronik. Proses inflamasi kronik ini berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas, batuk terutama pada malam hari. Hiperresponsivitas saluran napas adalah respon bronkus berlebihan yaitu penyempitan bronkus akibat berbagai rangsang

ASMA : Inflamasi kronis saluran nafas

Page 5: Asma Bronkial

Pemicu

Hipereaktivitas

Bronkokonstriksi, hipersekresi mukus, edema saluran napas

Obstruksi difus saluran nafas Batuk, Mengi, Sesak

DIAGNOSIS

Diagnosis asma didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Tetapi kadang-kadang pasien hanya mengeluh batuk-batuk saja yang umumnya timbul malam hari atau sewaktu kegiatan jasmani. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi.Faktor-faktor pencetus pada asma :1. Infeksi virus saluran nafas2. Pemajanan terhadap alergen tungau, debu rumah, bulu binatang3. Pemajanan terhadap iritan asap rokok, minyak wangi4. Kegiatan jasmani : lari5. Lingkungan kerja : uap zat kimia6. Obat-obat aspirin, penyekat beta, anti-inflamasi non steroid7. Pengawet makanan : sulfidYang membedakan asma dengan penyakit paru yang lain adalah pada asma serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat. Tetapi membiarkan pasien asma dalam serangan tanpa obat selain tidak etis, juga dapat membahayakn nyawa pasien.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi. Tetapi sering pula dijumpai pasien bukan asma mempunyai mengi, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.

Banyak sel : Sel mast, Eosinofil, Netrofil, Limfosit

Melepas mediator : Histamin, PG, Leukotrien, Platelet activating factor, dll

Page 6: Asma Bronkial

Pemeriksaan penunjango SpirometriCara paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Peningkatan VEP1 sebanyak > 12% atau > 200Ml menunjukkan diagnosis asma. Pemeriksaan spirometri selain penting untuk menegakkan diagnosis juga penting untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.

o Uji Provokasi bronkusUntuk menunjukkan adanya hipereaktif bronkus bila spirometri normal.

o Pemeriksaan sputumSputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan netrofil sangat dominan pada bronkhitis kronik.

o Foto dadaPemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran napas dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

DIAGNOSIS BANDING

1. Bronkhtis kronikDitandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun, pada pasien berumur lebih dari 35 tahun dan perokok berat. Penyebab batuk kronik seperti tuberkulosis, bronkhitis atau keganasan harus disingkirkan dahulu.

2. Emfisema paruSesak merupakan gejala utama emfisema. Sedangkan batuk dan mengi jaang menyertainya. Pasien biasanya kurus. Beda dengan asma emfisema tidak pernah ada masa remisi, pasien selalu sesak dalam keadaan jasmani.

3. Gagal jantung kiri akutDulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul pada malam hari disebut paroxysmal nocturnal dispnea. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kardiomegali dan edema paru.

4. Emboli paruHal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagaljantung. Disamping gejala sesak napas, pasien batuk dengan disertai darah (haemoptoe).

PENATALAKSANAAN

Pengobatan asma menurut GINA ( Global initiative for Asthma)

1. EdukasiKarena pengobatan asma memerlukan pengobatan jangka panjang, diperlukan kerjasama antara pasien, keluarga serta tenaga kesehatan. Hal ini dapat tercapai bila pasien dan

Page 7: Asma Bronkial

keluarganya memahami penyakitnya, tujuan pengobatan, obat-obat yang dipakai serta efek samping.

2. Penilaian derajat beratnya asmaPenilaian derajat beratnya asma baik melalui pengukuran gejala, pemeriksaan uji faal paru dan analisis gas darah sangat diperlukan untuk menilai hasil pengobatan.Banyak pasien asma yang tanpa gejala, ternyata pada pemeriksaan uji faal parunya menunjukan adanya obstruksi saluran nafas.

3. Pencegahan dan pengendalian factor pencetus serangan Diharapkan dengan mencagah dan mengendalikan factor pencetus serangan asma makin berkurang atau derajat asma makin ringan

4. Perencanaan obat-obat jangka panjang.Untuk merencanakan obat-obat anti asma agar dapat mengendalikan gejala asma, ada 3 hal yang harus dipertimbangkan :

a. Obat-obat anti asmab. Pengobatan farmakologis berdasagrkan system anak tanggac. Pengobatan asma berdasarkan system wilayah bagi pasien.

Obat-obat anti asma

Pada dasarnya obat-obat anti asma dipakai untuk mencagah dan mengendalikan gejala asma.

(1) Pencegahan ( controller) Yaitu obat obat yang dipakai setiap hari, dengan tuuan agar gejala asma persisten tetap

terkendali. Termasuk golongan ini yaitu obat-obat antiinflamasi dan bronkodilator kerja panjang (long acting). Obat obat antiinflamasi khususnya kortikosteroid hirup adalah obat yang oabat yang paling efektif sebagai pencegah.

Obat-obat anti alergi, bronkodilator atau obat golongan lain sering dianggap termasuk obat pencegah, meskipun sebenarnya kurang tepat, karena obat-obat tersebut mencegah dalam ruang lingkup yang terbatas misalnya mengurangi serangan asma, mengurangi gejala asma kronik, memperbaiki fungsi paru, menurunkan reaktivitas bronkus dan memperbaiki kualitas hidup. Obat antiinflamasi dapat mencegah terjadinya inflamasi serta mempunyai daya profilaksis dan supresi. Dengan pengobatan antiinflamasi jangka panjang ternyata perbaikan gejala asma, perbaikan fungsi paru, serta penurunan reaktivitas bronkus lebih baik bila dibandingkan bronkodilator.

Page 8: Asma Bronkial

Termasuk golongan obat pencegah adalah kortikosteroid hirup, kortikosteroid sistemik, natrium kromolin, natrium nedokromil, teofilin lepas lambat, agonis beta 2 kerja panjang hirup dan oral, dan obat-obat anti alergi.

(2) Penghilang gejala ( reliver ) Obat penghilang gejala yaitu obat-obat yang dapat merelaksasi bronkokontriksi dan

gejala-gejala akut yang menyertainya dengan segera. Termasuk dalam golongan ini yaitu agonis beta 2 hirup kerja pendek (short-acting), kortrikosteroid sistemik, antikolinergik hirup, teofilin kerja pendek, agonis beta 2 oral kerja pendek.

Agonis beta 2 hirup (fenoterol, salbutamol, terbutalin, prokaterol) merupakan obat terpilih untuk gejala asma akut serta bila diberikan sebelum kegiatan jasmani, dapat mencegah serangan asma karena kegiatan jasmani. Agonis beta 2 hirup juga dipakai sebagai penghilang gejala pada asma episodic.

Peran kortikosteroid sistemik pada asma akut adalah untuk mencegah perburukan gejala lebih lanjut. Obat tersebut secara tidak langsung mencegah atau mengurangi frekuensi perawatan di ruang rawat darurat atau rawat inap.

Antikolinergaik hirup atau ipatoprium bromide selain dipakai sebagai tambahan terapi agonis beta 2 hirup pada asma aku, juga dipakai sebagai obat alternative pada pasien yang tidak dapat mentoleransi efek samping agonis beta 2.Teofilin maupun agonis beta 2 oral dipakai pada pasien yang secara teknis tidak bisa memakai sediaan hirup.

Pengobatan farmakologis berdasarkan anak tangga

Sampai sejauh ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan asma, karena itu dipakai istilah terkendali dalam pengobatan asma. Suatu asma dikatakan terkendali bila:

1. Gejala asma kronik minimlal, termasuk gejala asma malam.2. Serangan/ eksaserbasi akut mnimal3. Kebutuhan agonis beta 2 sangat minimal.4. Tidak ada keterbatasan aktivitas5. Variasi APE kurang dari 20 %.6. Nilai APE normal/ mendekati normal.7. Efek samping obat minimal.8. Tidak memerlukan pertolongan gawat daruat.

Berdasarkan pengobatan farmakologis sistemik anak tangga, maka menurut berat ringannya gejala, asma dapat dibagi menjadi 4 tahap:

1. Asma intermitenGambaran klinis sebelum pengobatan

Page 9: Asma Bronkial

1. Gejala intermiten (kurang dari 1 kali seminggu2. Serangan singkat (beberapa jam sehari)3. Gejala asma malam berkurang dari 2 bulan sekali.4. Diantara serangan pasiean bebas gejala dann fungsi paru normal.5. NIlai APE dan KVP1 > 8% dari nilai prediksi, variabilitas < 20 %Obat yang dipakai: agonis beta 2 hirup, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapat ditambahkan kortikosteroid oral.

2. Asma persisten ringan Gambaran klinis sebelum pengobatan

1. Gejala lebih dari 1x seminggu, tetapi kurang kurang dari 1 x perhari.2. Serangan mengganggu aktivitas dan tidur.3. Serangan asma malam lebih dari 2x / sebulan4. Nilai APE atau KVP1 > 80 % dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%

Obat yang digunakan: setiap hari obat pencegah, agonis beta 2 bila diperlukan

3. Asma persisiten sedang1. Gambaran klinis sebelum pengobatan.2. Gejala setiap hari3. Serangan mengganggu aktivitas dan tidur4. Serangan asma malam lebih dari 1 x seminggu5. Setiap hari menggunakan agonis beta 2 hirup6. Nilai APE atau KVP1 antara 60-80% nilai prediksi. Variabilitas > 30 %Obat yang pergunakan: Setiap hari obat pencegah (kortikosteroidhirup) dan bronkodilator kerja panjang.

4. Asma persisten beratGambaran klinis sebelum pengobatan

1. Gejala terus menerus sering mendapat serangan.2. Gejala asma malam sering3. Aktivitas fisis terbatas karena gejala asma4. Nilai APE atau KVP1 kurang dari 60 % nilai prediksi, variabilitas > 30%.

Obat yang dipakai: setiap hari obat obat pencegah, dosis tinggi, kortikosterid hirup, bronkodilator kerja panjang, kortikosteroid oral jangka panjang.

Tahap Pencegah Penghilang

Intermiten Agonis beta 2 hirup (kerja pendek) bila ada gejala, tetapi kurang dari satu kali/minggu

Intensitas pengobatan ter-gantung beratnya serangan

Agonis beta 2 hirup atau Na-kromolin sebelum kegiatan asmani pemajanan allergen.

Page 10: Asma Bronkial

Persisten Ringan

Setiap hari

Kortikosteroid hirup 200-500 mg atau Na-kromolin atau nedrokomil atau teofilin lepas lambat.

Dosis kortikosteroid dapat dinaikan menjadi 800 mgatau ditambhankan bronkodilator kerja panjang (oral atau hirup)

Agonis beta 2 hirup (kerja pendek) tidak melebihi 3-4 kali / hari.

Persisten Sedang

Setiap hari

Kortikosteroid hirup 800-2000 mcg dan bronkodilator kerja panjang, terutama bilaada gejala malam baik agonis beta2 hirup jangka panjang atau teofilin lepas lambat atau agonis beta 2 kerja panjang.

Agonis beta 2 hirup (kerja pendek) tidak melebihi 3-4 kali/hari

Persisten Berat

Setaiap hari

Kortikosteroid hirup 800-2000mcg atau lebih.

Bronkodilator kerja panjang Kortikosteroid oral.

Agonis beta 2 hirup (kerja pendek ) bila ada gejala.

Pengobatan dimulai sesuai dengan tahap atau tingkat beratnya asma.

Bila gejala asma tidak terkendali, lanjutkan pengobatan ke tingkat berikutnya. Tetapi sebelumnya perhatikan lebih dulu apakah tehnik pengobatan, ketaatan berobat serta pengendalian lingkungan (penghindaran allergen atau factor pencetus) telah dilaksanakan dengan bai.

Selain asma terkendali paling tidak untuk jangka waktu 3 bulan, dapat dicoba menurunkan obat-obat anti asma secara bertahap.

Pengobatan asma berdasarkan system wilayah bagi pasien

Setiap pengobatan ini dimaksudkan untuk memudahkan paseien mengetahui perjalanan dan kronisitas asma, memantau kondisi penyakitnya, mengenali tanda-tanda dini serangan asma dan dapat bertindak segera mengatasi kondisi tersebut.

Page 11: Asma Bronkial

Dengan menggunakan peak flow meter pasien diminta mengukur secara teratur setiap hari, dan membandingkan nilai APE yang didapat pada waktu itu dengan nilai terbaik APE pasien atau prediksi nilai normal.

Seperti halnya lampu pengatur lalulintas berdasarkan nilai APE akan terletak pda wilayah.

i. Hijau berarti aman. Nilai APE luasnya 80-100% nilai prediksi, variabilitas kurang dari 20% . Tidur dan aktivitas tidak terganggu. Obat-obat yang dipakai sesuai dengan tingkat anak tangga saat itu. Bila 3 bulan tetap hijau, pengobatan ini diturunkan ke tahap yang lebih ringan.

ii. Kuning berarti hati-hati. Nilai APE 60-80% nilai prediksi, variabilitas APE 20-30%. Gejala asma masih normal, terbangun malam karena asma, aktivitas terganggu. Daerah ini menunjukan bahwa pasien sedang mendapat serangan asma. Sehingga obat-obat anti-asma perlu ditingkatkan atau ditambah antara lain agonis beta 2 hirup dan bila perlu kortikosteroid oral. Mungkin pula tahap pengobatan yang sedang dipakai belum memadai, sehingga perlu dikaji ulang bersama dokternya.

iii. Merah berarti bahaya. Nilai APE dibawah 60% nilai prediksi. Bila agonis beta 2 hirup tidak memberikan respons, segera mencari pertolongan dokter. Bila dengan agonis beta 2 hirup membaik, masuk ke daerah kuning, obat diteruskan sesuai dengan wilayah merah kortikosteroid oral diberikan lebih awal dan diberikan oksigen.

5. Merencanakan pengobatan asma akutSerangan asma ditandai dengan gejala sesak nafas, batuk, mengi atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Derajat serangan asma bervariasi dari yang ringan sampai berat yang dapat mengamcam jiwa. Serangan bisa mendadak atau bisa juga perlahan-lahan dalam jangka waktu berhari-hari. Satu hal yang perlu diingat bahwa serangan asma akut menunjukan rencana pengobatan jangka panjang telah gagal atau pasien sedang terpajan factor pencetus.

Tujuan pengobatan serangan asma:

a. Menghilangkan obstruksi saluran nafas dengan segera.b. Mengatasi hipoksemia.c. Mengembalikan fungsi paru kearah normald. Mencegah terjadinya serangan berikutnya.e. Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya mengenai cara-cara

mengatasi dan mencegah serangan asma.f. Dalam penatalaksanaan serangana asma perlu diketahui lebih dulu derajat beratnya

serangan asma baik berdasarkan cara bicara, aktivitas, tanda-tanda fisis, nilai APE, dan bila mungkin analisis gas darah. Hal lain yang perlu diketahui apakah pasien termasuk pasien asma beresiko tinggi untuk kematian karena asma, yaitu pasien yang :- Sedang memakai atau baru saja lepas dari kortikosteroid sistemik- Riwayat rawat inap atau kunjungan ke unit gawat darurat karena asma dalam

setahun terakhir.- Gangguan kejiwaan atau psikososial.- Pasien yang tidak taat mengikuti rencana pengobatan.

Pengobatan asma akut.

Page 12: Asma Bronkial

Bronkodilator khususnya agonis beta 2 hieup (kerja pendek) merupakan obat anti asma pada serangan asma, baik secara MDI atau nebulizer. Pada serangan asma ringan atau sedang, pemerian aerosol 2-4 kali setiap 20 menit cukup memadai untuk mengatasi serangan. Obat-obat anti asma yang lain seperti antikolinergik hirup, teofilin, dan agonis beta 2 oral merupakan obat-obat alternative karena onset yang lama dan efek sampingnya yang lebih besar. Pada serangan asma yang lebih berat, dosis agonis beta 2 hirup dapat ditingkatkan.

Kortikosteroid sistemik diberikan bila respons terhadap agonis beta 2 hirup tidak memuaskan. Dosis prednisone antara 0,5-1 mg/kgBB atau ekuivalennya. Pemberian biasanya terjadi secara bertahap, oleh karena itu pengobatan diteruskan untuk beberapa hari. Tetapi bila tidak ada perbaikan atau minimal , segera pasien dirujuk ke fasilitas pengobatan yang lebih baik.

Pasien harus segera dirujuk apabila:

a. Pasien dengan resiko tinggi untuk kematian karena asma.b. Serangan asma berat APE < 60% nilai prediksic. Respons bronkodilator tidak segera, dan bila respons hanya bertahan kurang

dari 3 jam.d. Tidak ada perbaikan dalam 2-6 jam setelah pengobatan kortikosteroide. Gejala asma makin memburuk.

6. Berobat secara teratur.Untuk memperoleh tujuan pengobatan yang diinginkan, pasien asma pada umumnya memerlukan pengawasan yang teratur dari tenaga kesehatan. Kunjungan yang teratur diperlukan untuk menilai hasil pengobatan, cara pemakaian obat, cara menghindari factor pencetus serta penggunaan alat peak flow mete. Makin baik hasil pengobatan, kunjungan ini akan semakin jarang.

Adakalanya diperlukan rujukan kepada dokter ahli khususnya pada keadaan-keadaan berikut:

- Pasien dengan riwayat serangan asma berat yang mengancam jiwa atau pasien yang diragukan kemampuan mengatasi asmanya.

- Tanda dan gejala asma tidak khas atau ada masalah dalam diagnosis banding.- Hal-hal yang dapat memperberat asma pasien seperti sinusiti, polip

hidung,maspergilosis, rhinitis berat.- Pemeriksaan penunjang diagnostic (uji kulit, rinoskopi, uji faal paru, uji provokasi)- Pasien tidak memberikan respons pengobatan yang optimal.- Pasien yang termasuk tahap 3 dan 4 menurut klasifikasi pengobatan asma jangka

panjang.- Pasien yang memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai imunoterapi, komplikasi

terapi, ketidaktaatan berobat dan ingin berhenti merokok.- Asma dengan keadaan khusus seperti kehamilan, operasi, aktivitas fisis, sinusitis,

rhinitis, polip hidung, asma karena pekerjaan, infeksi paru, refluks gastroesofagitis, dan aspirin induced asthma.

PENCEGAHAN

Page 13: Asma Bronkial

1. Pencegahan primer yaitu mencegah tersensitisasi dengan bahan yang menyebabkan asma.Meliputi pencegahan periode prenatal dan periode postnatal. Pencegahan perinatal seperti: menghindari makanan yang bersifat allergen pada ibu hamil dengan resiko tinggi tetapi pada prinsipnya belum ada pencegahan primer yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan. Sedang periode postnatal seperti: diet menghindari allergen pada ibu menyusui resiko tinggi menurunkan resiko dermatitis atopic pada anak.

2. Pencegahan sekunder Yaitu mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma.

Contohnya adalah pemberian anti histamin H-1 dalam menurunkan onset mengi pada penderita anak dermatitis atopic.

3. Pencegahan tersierYaitu untuk mencegah agar tidak terjadi serangan atau bermanifestasi klinis pada penderita yang sudah menderita asma. Contohnya menghindari allergen yang menyebabkan tercetusnya serangan asma.

KOMPLIKASIBerbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :

1. Status asmatikus2. Atelektasis3. Hipoksemia 4. Pneumothoraks5. Emfisema

PROGNOSIS

Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga kenyataan bahwa angka kematian pada serangan asma dengan usia tua lebih banyak, kalau serangan asma diketahui dan dimulai sejak kanak – kanak dan mendapat pengawasan yang cukup kira kira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan di dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan common cold 29%akan mengalami serangan ulang.Pada penderita yang mengalami serangan intermitten angka kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita yang dengan serangan terus menerus angka kematiannya 9%.