Asma Bronkial
-
Upload
wisnu-penangsang -
Category
Documents
-
view
26 -
download
2
description
Transcript of Asma Bronkial
ASMA BRONKIALCAHYA DWI LESTARI
1102009059
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : IRT Alamat : Danamulya Status : Menikah Masuk RS : 7 Mei 2013 Keluar RS : 10 Mei 2013 No. CM : 804270
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
ANAMNESIS (2) Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 hari SMRS pasien mengeluh sesak nafas disertai dengan membengkaknya kedua kelopak mata setelah makan ikan bandeng. Batuk lendir berwarna putih (+). Bila sesak napas timbul terdapat suara “ngik”. Pasien saat ini lebih nyaman dengan posisi duduk dan berbicara penggal kalimat. Sesak sudah 2x dalam satu bulan, ± 2x dalam satu minggu. Sesak nafas dirasakan memberat pada malam hari/ cuaca dingin/ jika pasien kelelahan. Dan hampir setiap malam sesak nafas datang. Tidur dengan satu bantal, nyeri dada (-), bengkak di kaki (-), bibir membiru saat sesak (-).
Demam (-), mual (+) dan muntah (-), nyeri ulu hati (-). Nafsu makan biasa, ↓ BB (-), keringat malam (-)
Pasien mulai sesak nafas sejak umur 35 tahun. Pasien mengaku rutin minum obat sesak dari dokter. Pasien mendapat 3 jenis obat, namun pasien tidak tahu nama obatnya. Memiliki alat nebulizer dan biasa menggunakan Ventolin. Tidak ada keluhan pada BAK dan BAB.
ANAMNESIS (3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat alergi ikan laut (+)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit TB paru (-)
Riwayat penyakit hipertensi (-)
Riwayat penyakit stroke (-)
Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien menderita asma
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit TB paru (-)
Riwayat penyakit hipertensi (-)
Riwayat penyakit stroke (-)
Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
Saat umur 35 tahun pasien bekerja di pabrik padi selama 2 tahun, akan tetapi pasien mulai sesak sejak bekerja di pabrik padi, pasien mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Pekerjaan suami pasien adalah petani. Riwayat merokok (-)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT Sakit sedang TB = 165 cm, BB = 65 kg, IMT = 23,87 kg/m2 Kesadaran : Komposmentis
STATUS VITALIS Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi : 110x/ menit, kuat, cukup, reguler Pernapasan : 40x/ menit Suhu : 36,8˚ C (aksilar)
PEMERIKSAAN FISIK (2)KEPALA : normal, rambut hitam, tidak mudah rontok
MATA : Eksoftalmus/ endoftalmus (-)
Palpebra superior et inferior edema +/+
Konjungtiva anemis (-)
Sklera ikterus (-)
Pupil refleks cahaya +/+, isokor
TELINGA : Nyeri tekan di proc. Mastoideus (-)
Pendengaran baik, tinnitus (-), otore (-)
HIDUNG : Pernafasan cuping hidung (-)
Septum deviasi (-)
Sekret (-)
MULUT : Bibir kering (-), sianosis (-)
Karies (-)
Perdarahan gusi (-)
T1-T1, hiperemis (-)
Lidah kotor (-)
PEMERIKSAAN FISIK (3)LEHER : KGB normal, kel. Tiroid normal, Trakea deviasi (-), JVP (5+2)cm
H2O
THORAKS : I = bentuk dan gerak simetris kiri = kanan, retraksi dinding dada(+)
P= NT(-), Fremitus vokal & taktil kanan = kiri
P= sonor, BPH pada ICS VI linea midclavicula dextra, \
peranjakan paru (+)
A= VBS kanan = kiri, rhonki -/-, wheezing +/+
COR : I = ictus cordis tidak tampak
P= ictus cordis ICS V LMCS
P= batas jantung kanan ICS V linea sternalis dextra
batas jantung kiri ICS V linea midclavicula sinistra
batas atas jantung ICS III linea parasternalis sinistra
A= BJ I/II murni reguler, bunyi tambahan : bising (-)
ABDOMEN : I = cembung, lembut, asites (-)
P= NT(-), hepar dan lien tidak teraba
P= timpani (+)
A= BU (+) normal
EKSTREMITAS (Superior et Inferior) : Akral hangat, edema (-), clubbing finger (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil laboratorium tanggal 7 Mei 2013 : GDS : 96 mg/dl
Lab Result Flags Unit Normal
WBC 9,4 10^3/ 4.0-12.0
LYM 0,9 10^3/ 1.0-5.0
MON 0,4 10^3/ 0.1-1.0
GRANUL 7,1 10^3/ 2.0-8.0
LYM % 10,8 L % 25.0-50.0
MON% 4,3 % 2.0-10.0
GRANUL% 84,9 % 50.0-80.0
RBC 4,35 L 10^6/ 4.0-6.20
HGB 12,9 L G/dl 11.0-17.0
HCT 41,0 L % 35.0-55.0
MCV 94,3 80.0-100.0
MCH 29,7 Pg 26.0-34.0
MCHC 31,5 G/dl 31.0-35.0
RDW 12,4 % 10.0-16.0
PLT 209 10^3/ 150.0-400.0
MPV 8,6 7.0-11.0
PCT 0,180 L % 0.200-0.500
PDW 13,1 % 10.0-18.0
RESUME
Ny. K 40th dispneu (+), edema palpebra sup et inf. (+) setelah makan ikan bandeng. Sesak memberat pada malam hari/ cuaca dingin / jika pasien kelelahan Batuk lendir putih (+). Sesak 2x dalam sebulan, ± 2x dalam seminggu. Riwayat asma (+), alergi ikan laut (+), ayah pasien asma (+). Rutin minum obat sesak.
Terdapat takipneu, takikardi, auskultasi didapatkan ekspirasi memanjang, wheezing pada kedua lapang paru, limfositopenia dan granulositosis.
DAFTAR MASALAH
Asma bronkial serangan sedang pada asma persisten ringan terkontrol sebagian
PENGKAJIANAsma bronkial serangan sedang pada asma persisten ringan terkontrol sebagian
ATAS DASAR
Gejala yang episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, memberat jika malam hari, cuaca dingin, dan kelelahan. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi
Serangan sedang karena memenuhi kriteria:Sesak saat berbicara,lebih suka duduk, bicara penggal kalimat
Wheezing nyaring, sepanjang ekspirasi dan inspirasi, takipneu, takikardi.
(Berdasarkan klasifikasi keparahan eksaserbasi asma Ref. GINA 2010)
Persisten ringan :sesak napas dirasakan lebih 1 kali dalam seminggu tetapi tidak lebih 1 kali dalam sehari, dan saat malam hari lebih 2 kali dalam sebulan.(Asma Pedoman & Penatalaksanaan di Indonesia 2004)
Terkontrol sebagian:
Ada keterbatasan aktivitas, ada gejala di malam hari.(Tingkatan asma terkontrol berdasarkan GINA 2010)
ASSESSMENT :
Asma Bronkial Serangan Sedang pada Asma Persisten Ringan Terkontrol sebagian
DD = Asma Cardiac
PLANNING : DR (terutama eosinofil, Ig E) AGD Spirometri Foto thoraks
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN DI IGD
Nebu Meptin NS 20 gtt + aminophilin 1
amp drip O2 1-2 L/menit Terbutalin 3x1 tab Antrain 3x1 amp IV Ranitidin 2x1 amp IV
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis : Hindari faktor pencetus
Farmakologis : O2 1-2 L/menit NS 20 gtt/menit Ranitidin 2x1 amp IV Dexametason 3x1 amp IV Nebulizer/6jam
Bisolvon 1cc Meptin
Terbutalin 3x1 tab Aminophilin 3x1 amp drip
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanationam: dubia ad bonam
Terapi
Nebuliser Meptin+Bisolvon diberikan untuk mengurangi gejala yang disebabkan adanya obstruksi jalan nafas
Perawatan hari ke-3:Sesak (-) batuk (-) dan pasien bisa pulang ke rumah.
•Lanjutkan 2-agonis inhalasi
•Pertimbangkan steroid oral•Pertimbangkan inhaler kombinasi•Edukasi pasien: Cara pakai obat yang benar Buat rencana aksi Follow-up teratur
O2 2 lpm diberikan untuk memelihara saturasi oksigen agar (Sa 02 > 92%) dan mencegah hipoksemia
Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi inflamasi dan mencegah kekambuhan
Ranitidin diberikan untuk menurunkan asam lambung dan mengurangi gejala mual
Terbutalin (agonis beta 2) untuk membebaskan obstruksi saluran napas
dan melebarkannya.
Aminophilin mempunyai efek
bronkodilatasi
FOLLOW UPTANGGAL PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI DOKTER
8/05/2013 T: 120/80 N : 73x/i P : 24x/i (post nebul)S:36.80 C
PERAWATAN HARI-1S: Sesak napas(+), batuk(+),lendir(+) putihBAB dan BAK normal.O : SS/Gizi Cukup/CM Anemis(-),ikterus(-),sianosis(-), edema palpebra (+)VBS ka=ki,Rh-/-,Wh+/+BJI/II murni,regularPeristaltik(+) kesan normalHepar dan lien tidak terabaExtremitas udem-/-,
A : Asma bronchial serangan sedang persisten ringan ,terkontrol sebagian
O2 1-2 L/menitNS 20 gtt/menitLevofloxacin 1x500mg IVRanitidin 2x1 amp IVDexametason 3x1 amp IVNebulizer/6jam
Bisolvon 1ccMeptin
Terbutalin 3x1 tabAminophilin 3x1 amp drip
9/05/2013 T: 120/80 N : 73x/i P : 24x/i S:36.50 C
PERAWATAN HARI-2S: Sesak napas(+), batuk(+),lendir(+) putihBAB dan BAK normal.O : SS/Gizi Cukup/CM Anemis(-),ikterus(-),sianosis(-), edema palpebra (-)VBS ka=ki,Rh-/-,Wh+/+BJI/II murni,regularPeristaltik(+) kesan normalHepar dan lien tidak terabaExtremitas udem-/-,
A : Asma bronchial serangan sedang persisten ringan ,terkontrol sebagian
O2 1-2 L/menitNS 20 gtt/menitLevofloxacin 1x500mg IVRanitidin 2x1 amp IVDexametason 3x1 amp IVNebulizer/6jam
Bisolvon 1 ccMeptin
Terbutalin 3x1 tabAminophilin 3x1 amp drip
Pasien boleh pulang dan rawat jalan
1. PENILAIAN AWAL
6. RESPONS BAIK 8. RESP. TAK LENGKAP 10. RESPONS BURUK
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
7. PEMULANGAN PASIEN 11. RAWAT DI ICU9. RAWAT DI RS
13. PERAWATAN DI ICU12. PEMULANGAN PASIEN
5. EPISODE BERAT4. EPISODE SEDANG
PERBAIKAN TIDAK MEMBAIK
1. PENILAIAN AWAL
PENATALAKSANAAN SERANGAN ASMA
1. PENILAIAN AWAL Subjektif
Pemeriksaan fisis
APE atau VEP1
Analisis gas darah
® Tentukan derajat berat serangan
1. PENILAIAN AWAL
2. PENGOBATAN AWAL
2. PENGOBATAN AWAL
Inhalasi agonis beta-2 short acting 3x
tiap 20 menit atau
~ Injeksi Adrenalin 0,3 mg SC
~ Injeksi Terbutalin 0,25 mg SC
Bolus aminofilin 3 - 5 mg / kg BB
O2 ® saturasi oksigen > 90 %
2. PENGOBATAN AWAL Kortikosteroid :
~ tidak ada respons segera
~ mendapat steroid oral
~ serangan berat dan mengancam iwa
Sedativa merupakan kontra indikasi
KORTIKOSTEROID
Inhalasi flutikason atau budesonid
Intra vena, injeksi metilprednisolon
40-125 mg tiga kali sehari
Oral, metilprednisolon atau prednison
mulai 60 mg, 40 - 60 mg dalam
dosis terbagi
1. PENILAIAN AWAL
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
3. ULANG PENILAIAN
Pemeriksaan fisis
APE
Saturasi oksigen
1. PENILAIAN AWAL
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
4. EPISODE SEDANG
4. EPISODE SEDANG
APE 60-80% prediksi
Pemeriksaan fisis : gejala sedang
Inhalasi agonis beta-2 tiap 20 menit
Pertimbangkan kortikosteroid
Teruskan pengobatan sampai 1-3 jam
sampai ada perbaikan
1. PENILAIAN AWAL
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
5. EPISODE BERAT
5. EPISODE BERAT
APE < 60% prediksi
Pemeriksaan fisis : gejala berat
Riwayat : pasien risiko tinggi
Tidak respons terdapat terapi awal
5. EPISODE BERAT
Inhalasi agonis beta-2 tiap jam
Oksigen
Aminofilin drip
Pertimbangkan agonis beta-2 SC,
IM atau IV
1. PENILAIAN AWAL
6. RESPONS BAIK
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
4. EPISODE SEDANG
6. RESPON BAIK
Respons bertahan 60 menit sesudah
terapi awal
Pemeriksaan fisis : normal
APE > 60%
Tidak ada kecemasan
Saturasi O2 > 90 %
1. PENILAIAN AWAL
6. RESPONS BAIK
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
7. PEMULANGAN PASIEN
4. EPISODE SEDANG
7. PEMULANGAN PASIEN
Teruskan terapi inhalasi agonis beta-2
Pertimbangkan kortikosteroid oral
Edukasi penderita :
~ pakai obat dengan tepat
~ rencana jangka panjang
~ kontrol teratur
1. PENILAIAN AWAL
8. RESP. TAK LENGKAP
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
4. EPISODE SEDANG
8. RESPONS TIDAK LENGKAP
DALAM 1-2 JAM
Riwayat : pasien risiko tinggi
Pemeriksaan fisis : gejala ringan
sampai sedang
APE > 50 % tetapi < 70 %
Saturasi O2 tidak membaik
1. PENILAIAN AWAL
8. RESP. TAK LENGKAP
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
9. RAWAT DI RS
4. EPISODE SEDANG
9. RAWAT DI RUMAH SAKIT
Inhalasi agonis beta-2 + antikolinergik
Kortikosteroid sistemik
Oksigen
Infus aminofilin
Pemantauan APE, saturasi O2 nadi
1. PENILAIAN AWAL
10. RESPONS BURUK
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
5. EPISODE BERAT
10. RESPONS BURUK DALAM 1 JAM
Riwayat : pasien risiko tinggi Pemeriksaan fisis : gejala berat, tidak
sadar, kejang APE < 30 % PCO2 > 45 mmHg PO2 < 60 mmHg
1. PENILAIAN AWAL
10. RESPONS BURUK
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
11. RAWAT DI ICU
5. EPISODE BERAT
11. DIRAWAT DI ICU
Inhalasi agonis beta-2 + antikolinergik Kortikosteroid intra vena Pertimbangan agonis beta-2 SC, IM atau
Intravena Oksigen Infus aminofilin Kemungkinan intubasi dan ventilasi
mekanis
1. PENILAIAN AWAL
6. RESPONS BAIK 8. RESP. TAK LENGKAP
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
7. PEMULANGAN PASIEN 9. RAWAT DI RS
12. PEMULANGAN PASIEN
4. EPISODE SEDANG
PERBAIKAN
12. PEMULANGAN PASIEN
Bila APE > 60 % nilai prediksi dan
bertahan dengan pemberian agonis
beta-2 inhalasi/oral
1. PENILAIAN AWAL
8. RESP. TAK LENGKAP 10. RESPONS BURUK
2. PENGOBATAN AWAL
3. PENILAIAN ULANG
11. RAWAT DI ICU9. RAWAT DI RS
13. PERAWATAN DI ICU
5. EPISODE BERAT4. EPISODE SEDANG
TIDAK MEMBAIK
13. PERAWATAN ICU
Bila tidak ada perbaikan dalam
6 - 12 jam
Respiratory arrest immitent
Berjalan Berbicara BeristirahatInfant-softer; Menangis Bayi berhenti menyusuipendek; Sulit makan
Dapat berbaring Duduk lebih nyaman Membungkuk kedepanBerbicara dalam Kalimat lengkap Kalimat tdk lengkap Kata-kataKewaspadaan Mungkin gelisah Biasanya gelisah Usually agitated Ngantuk atau BingungFrek. Pernapasan Meningkat Meningkat Sering > 30/min
Frekuensi pernapasan normal dari anak-anak pada saat tidak tidur (bangun):Usia Frek. normal < 2 monthsbulan2-12 bulan1-5 tahun6-8 tahun
Otot Bantu Napas dan Retraksi Suprasternal
Biasanya tidak ada Biasanya ada Biasanya adaPergerakan thoraco-abdominal paradoksal
WheezingSedang, sering hanya pada akhir ekspirasi
Keras Biasanya keras Tidak ada wheezing
Nadi/menit < 100 100-200 >120 BradikardiaPenuntun batas dari denyut nadi normal pada anak-anak:Bayi 2-12 bulan - Angka normal < 160/menitAnak belum sekolah 1-2 tahun < 120/menitAnak usia sekolah 2-8 tahun < 110/menitTidak ada Mungkin ada Sering ada Tidak ada mengesankan< 10 mm Hg 10-25 mmHg > 25 mmHg (dewasa) kecapaian otot pernapa-
20-40 mmHg (anak) san% APE yg diprediksi > 80% ± 60-80% < 60% yg diprediksisetelah bronkodilator (< 100 L/menit dewasa)awal atau respon <2 jam terakhirPaO2 (on air)** Normal, biasa tdk diperlukan > 60 mmHg < 60 mmHg; mungkin sianosisdan / atau PaCO2** < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg:mungkin gagal napasSaO2% (on air)** > 95% 91-95% < 90%
* Note: Keberadaan dari beberapa parameter, tetapi tidak semuanya, mengindikasikan klasifikasi umum dari eksaserbasi.
** Note: Kilopascals juga digunakan secara internasional; konversi telah disesuaikan pada keadaan ini.
Severe (berat)
< 60/menit< 50/menit< 40/menit< 30/menit
Sesak napas
Mild (ringan) Moderate (sedang)
Hipercapnea (hipoventilasi) berkembang lebih mudah pada anak-anak daripada dewasa dan remaja
Pulsus paradoksus
Klasifikasi Asma Pedoman & Penatalaksanaan di Indonesia 2004
Tingkatan Asma Terkontrolberdasarkan GINA 2010 updated
KarakteristikTerkontrol
(semua di bawah ini)
Terkontrol sebagian(muncul salah satu
pada minggu tertentu)Tidak terkontrol
Gejala siang hari ≤ 2 kali / minggu > 2 kali / minggu
3 atau lebih fitur “asma terkontrol sebagian” muncul pada minggu tertentu(kejadian eksaserbasi pada minggu manapun akan dinilai sebagai minggu asma tidak terkontrol)
Keterbatasan aktivitas Tidak ada Ada
Gejala / terbangun Malam hari
Tidak ada Ada
Kebutuhan obat pelega ≤ 2 kali / minggu > 2 kali / minggu
Fungsi paru(APE or VEP1)
Normal< 80% prediksi atau nilai terbaik pasien tersebut
Penilaian resiko masa depan (resiko eksaserbasi, ketidak-stabilan, perburukan fungsi paru yang cepat, efek samping)
Resiko “adverse event” di masa depan akan meningkat pada pasien dengan fitur berikut ini :Kontrol klinis yang jelek, eksaserbasi yang sering pada tahun yg lalu, pernah dirawat di ruang “critical care” di asma, VEP1 rendah, paparan asap rokok, harus sudah memakai obat dosis tinggi.
DAFTAR PUSTAKA1. Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke – 2. Surabaya : Airlangga University
Press. 2002. h 263 – 300.
2. Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!. Jakarta. 2009 May 4th. Available from: ,\http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=5
3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2001. h 477 – 82.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember 2008.
5. Morris MJ. Asthma. [ updated 2011 June 13; cited 2011 June 29]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#showall
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. h 73-5
7. Mcfadden ER. Penyakit Asma. Dalam Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Isselbacher KJ et al, editor. Jakrta : EGC. 2000. 1311-18.
8. Partridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe Asthma. Eur Respir Rev 2007; 16: 104, 67–72
9. Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi Asma. Jurnal Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 – 6.
10. Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia. Nopember 2008; 58(11), 444-51.
11. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke - 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h 978 – 87.
12. Widjaja A. Patogenesis Asma. Makalah Ilmiah Respirologi 2003. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2003. h 27.