Asli Diktat Workshop SMA Bakti

20
WORKSHOP DASAR-DASAR SINEMATOGRAFI Diselenggarakan oleh : SMA BAKTI PONOROGO Bekerjasama dengan Story Lab Sekolah Film Bandung

description

a

Transcript of Asli Diktat Workshop SMA Bakti

OVERVIEW

WORKSHOP DASAR-DASAR SINEMATOGRAFIDiselenggarakan oleh :

SMA BAKTI PONOROGOBekerjasama dengan

Story Lab Sekolah Film BandungDIKTAT WORKSHOP DASAR-DASAR SINEMATOGRAFIDisusun Oleh : Nuraziz WidayantoSINEMATOGRAFI, Sebuah IstilahMotion picture also called film or movie series of still photographs on film, projected in rapid succession onto a screen by means of light. Because of the optical phenomenon known as persistence of vision, this gives the illusion of actual, smooth, and continuous movement. (Britanica ensiklopedia)

Dari definisi di atas, kata kunci sinematografi adalah gerak atau movement. Gerak adalah hal utama dalam sinematografi. Sinema berarti gambar hidup. Disebut hidup karena bergerak. Sinematografi akan selalu berkaitan dengan obyek-obyek yang bergerak. Jadi secara prinsip sinematografi adalah sebuah teknik-teknik untuk membuat gambar gerak. Alat utama untuk membuat ini adalah kamera yang mampu merekam gerak. Kamera sudah sangat berkembang dengan berbagai varian. Secara prinsip sama, sama-sama bisa merekam gerak, yang membedakan adalah media penyimpanan. Namun apapun perkembangan teknologi dan teknik perekaman, hal yang terpenting adalah gagasan dari manusia.

Gagasan ini akan mengantar gambar hidup menjadi lebih hidup. Lebih hidup maksudnya sinematografi tidak hanya sekedar menyampaikan informasi tetapi lebih lanjut bisa membuat transfer rasa. Tentang transfer rasa ini lebih lanjut akan kita bahas dalam pokok bahasan berikut.

ILUSI DALAM SINEMATOGRAFI

Apa yang dimaksud dengan Ilusi disini adalah terkait dengan gerak yang dihasilkan dari rangkaian gambar diam yang dipancar dengan cepat dan terus menerus. Juga terkait dengan frame yang membatasinya. Coba anda perhatikan gambar berikut.

Dalam satu detik mengirimkan 24 frame gambar. Gambar di atas adalah gerakan satu detik saat seorang anak mengambil tasnya. Sedemikian cepatnya sehingga ilusi gerak bisa diciptakan. Kecepatan pemaparan inilah yang kemudian menjadi teknik dalam sinematografi. Namun tidak semua pemaparan dengan cepat mampu memberikan sebuah efek yang dramatis. Sebagai contoh Film Matrix, dari sisi visual Matrix membuat satu revolusi dalam teknik ilusi. Matrix memberikan detil proses sebuah gerakan cepat dengan slow motion ataupun stop motion. Penonton dapat mengikuti tendangan berputar yang selama ini sangat susah untuk diikuti. Pemaparan proses yang selama ini justru disembunyikan, ditampilkan dengan jelas.

Ilusi selanjutnya tentang continuity. Coba simak gambar berikut.

Tiga gambar tersebut memberikan gambaran dua orang perempuan yang sedang bercakap-cakap di sebuah lorong. Apa yang terjadi jika kemudian gambar pertama dihilangkan? Penonton tidak akan pernah tahu kedua perempuan tersebut sedang berada diruangan yang sama dan sedang bercakap. Padahal bisa jadi pengambilan gambar kedua dan ketiga tidak melibatkan pemain yang lain karena sangat close up dan perempuan yang lain tidak kelihatan, hanya karena ada gambar pertama maka sebuah ilusi percakapan bisa dihadirkan.Coba simak lagi gambar berikut

Gambar di atas memperlihatkan satu aktivitas seorang laki-laki dengan alatnya. Gambar disusun untuk memperlihatkan detil demi detil. Rangkaian ini saling melengkapi ketika salah satu dihilangkan mungkin kita tidak lagi bisa mengikuti apa yang sedang dikerjakan oleh laki-laki ini.

Ilusi berikutnya mungkin bisa melalui sebuah paparan. Ada seorang perempuan yang sedang sarapan. Perempuan tersebut makan dengan lambat. Katakanlah perempuan tersebut makan selama 30 menit. Rangkaian gambar perempuan makan dipaparkan dalam waktu 30 detik namun penonton masih bisa menangkap maksud gambar bahwa perempuan tersebut makan selama 30 menit. Ini adalah teknik visualisasi yang memerlukan pemikiran. Sebagai satu misal lagi, perang diponegoro yang berlangsung selama 5 tahun dipaparkan dalam waktu 2 jam, dan meski penonton hanya menonton sepanjang 2 jam mereka tahu bahwa perang berlangsung selama 5 tahun. Ilusi lain berkait dengan frame kotak. Tidak ada yang tidak bisa kita masukkan ke dalam frame tersebut. Sebuah kota metropolitan dan bahkan bumi pun bisa kita masukkan ke dalam kotak tersebut. Juga ilusi tentang monster bernama Godzilla yang memporak porandakan sebuah kota. Semua dimungkinkan karena kotak ini.

Sekali lagi kesadaran ilusi inilah yang harus kita tanamkan saat memasuki dunia sinematografi. Bahwa ide dan gagasan adalah utama dan berada di belakangnya. Coba simak gambar berikut.Gambar tersebut adalah foto eksperimen Edweard Muybridge, seorang photographer di sekitar tahun 1878. Muybridge membuat foto penunggang kuda yang dia ambil saat memotret mantan gubenur california. Foto ini memberikan Illusion of Continuity. Simak 4 gambar yang paling atas yang sama sekali tidak menapak pada tanah. Foto ini memberikan ilusi dari sebuah gerakan. Dari sinilah motion picture sudah mulai difikirkan. Saat itu memang belum ada kamera film, dan sekarang rasanya kita sudah tidak perlu memikirkan lagi caranya membuat sebuah gambar untuk bergerak tinggal rekam, beres.

IDE DAN MEMORY VISUAL

Ada berapa pohon yang anda lintasi hari ini? Pohon apa saja yang anda ingat? Bagaimana bentuknya? Sinematografi sangat mengandalkan visual. Pertimbangan ini yang kemudian harus benar-benar disadari untuk bergelut dalam dunia sinematografi. Berfikir tentang gambar.

Ide dalam dunia sinematografi selalu berhubungan dengan visual. Tidak semuanya bisa divisualkan misalnya tentang bau, rasa terutama. Tetapi sinematografi mempunyai jalan keluar untuk menginformasikan itu, setidaknya bisa menyuntikkan imajinasi. Ide dalam dunia sinematografi adalah ide visualisasi. Berhubungan visualisasi berarti harus melakukan deskripsi atas sebuah visualisasi. Untuk itu hal-hal yang tidak bisa kita deskripsikan otomatis akan mempunyai kesulitan untuk membuat visualisasi.

Sebagai contoh, suatu hari saya mempunyai ide untuk membuat satu dokumenter yang tentang anak muda yang dinamis. Pertama kali yang saya lakukan adalah menjabarkan apa itu dinamis. Dinamis dalam benak saya adalah sesuatu yang cepat berganti. Pertanyaannya apa yang cepat berganti? Dan gambar-gambar apa yang bisa mewakili kata dinamis. Saya terpaksa mengingat-ingat tentang dinamis ini dan ternyata tidak satu pun yang bisa saya ingat. Inilah fungsi dari memory visual. Kita harus mempunyai referensi visual untuk menjabarkan ide menjadi satu bentuk karya sinematografi.

Mengapa harus kemampuan deskripsi? sinematografi seperti yang dikatakan Jean Cocteau, Seniman asal prancis, adalah picture writing, menulis dengan menggunakan gambar. Bahwa kemudian kemampuan menulis adalah kemampuan utama ketika kita bergelut dengan sinematografi.

PROSES VISUALISASI

Saya ingin mengajak anda untuk menelusuri proses visualisasi. Mari kita simak satu kisah yang saya tuliskan di bawah ini :

MERAH PUTIH DI ORANYE

Surabaya, 10 November 1945, sore hari menjelang malam. Brodin duduk di depan hotel Oranye. Tubuhnya lelah. Bambu runcingnya sudah terbelah dua. Kucel, kumal dan kotor keadaan seluruh pakaiannya. Namun senyumnya terkembang seiring semilir angin sore ini. Angin yang juga membuat merah putih terkembang. Masih lekat dipendengarannya pidato bung Tomo. Masih lekat juga, makian Kartolo yang mengajaknya menyobek warna biru bendera di atas hotel Oranye.

Dancuk! Koen koyok wandu ae! Ayo maju

Koen goblok ta Lo! Bung Tomo iku isok-e bengok-bengok thok! Sing mati sopo? Yo rakyat!

Koen ancen dedel din! Uthek nduk dengkul! Koen iso ta bengok-bengok koyok Bung Tomo? Nek bung Tomo mati, rugi republik iki, bung tomo iku wong pinter! nek awak dewek mati yo gak onok pengaruh-e. Kari milih merdeka opo mati!

Brodin menyeka dahinya. Kartolo sudah mati. Jatuh dari genteng hotel Oranye. Sekali lagi Brodin memandang ke atap hotel. Merah putih gagah terkembang. Brodin berdiri dan bersiap hormat bendera, wajah ibunya tiba-tiba menghampirinya.

Din, ibuk wis tuwek, ibuk gak ngurus indonesia merdeka opo gak. Sing penting koen ndang rabi! Nduwe anak!

Brodin hormat bendera dengan setengah hati.

Tulisan diatas sangat spontan. 5 menit jadi. Kepikiran setelah melihat event tujuhbelasan. Dan ini adalah film pendek. Jika anda sutradaranya, kira-kira gambar apa saja yang akan sajikan? Tapi sebelum itu ada baiknya jika anda mengenal mekanisme pra produksi sebuah film.

Pertama, kita perlu sebuah skenario. Skenario dari kata scena, list adegan. Istilah scenario dikenal di dunia teater italia yang kemudian mendunia. Ada sebuah aturan penulisan skenario. Aturan dibuat untuk mengerucutkan interpretasi atau menyamakan persepsi semua orang dalam produksi sebuah film (maklum membuat film melibatkan banyak orang).

FORMAT PENULISAN SKENARIO

Apa itu scene? Dalam kamus bahasa inggris scene berarti pemandangan. Pemandangan apa yang anda suguhkan kepada penonton. Yang di sebut satu scene adalah satu ruang satu waktu, berpindah ruang berarti berpindah scene, demikian juga dengan perpindahan waktu.

Berarti kita hanya akan membahas kira-kira apa saja yang akan anda sajikan? Untuk kisah saya di atas, kita akan memindahkan sebuah cerpen menjadi sebuah skenario dan coba anda ikuti apa saja yang berubah dari cerpen menjadi skenario. Berikut aturan penulisannya.

MERAH PUTIH DI ORANYE (Sebuah Film Pendek)Durasi : 5-6 Menit

Penulis : Dimas Nur

FADE IN

1. EXT. HALAMAN HOTEL ORANYE SORE

Brodin duduk di depan hotel Oranye. Tubuhnya lelah. Bambu runcingnya sudah terbelah dua. Kucel, kumal dan kotor keadaan seluruh pakaiannya. Namun senyumnya terkembang ketika angin menerpa wajahnya. Walaupun matanya sedikit kelilipan dengan adanya angin ini. Angin yang juga membuat merah putih berkibar melambai-lambai.

CUT TO

2. INT. RUANG TENGAH KARTOLO PAGI (FLASHBACK)

Brodin dan Kartolo sedang serius mendengarkan pidato bung tomo. Begitu pidato berhenti, Brodin menyandarkan punggungnya ke kursi. Lemas. Tapi kartolo malah dengan semangat berdiri dan langsung menggebrak meja.

KARTOLO

Dancuk! Koen koyok wandu ae! Ayo maju

Brodin terlihat tidak senang dan langsung berdiri

BRODIN

Koen goblok ta Lo! Bung Tomo iku isok-e bengok-bengok thok! Sing mati sopo? Yo rakyat!

KARTOLO

Koen ancen dedel din! Uthek nduk dengkul! Koen iso ta bengok-bengok koyok Bung Tomo? Nek bung Tomo mati, rugi republik iki, bung tomo iku wong pinter! nek awak dewek mati yo gak onok pengaruh-e. Kari milih merdeka opo mati!

Kartolo segera mengambil sandalnya dan pergi. Brodin dengan ragu menyusulnya.CUT TO

3. EXT. ATAP HOTEL ORANYE SIANG (FLASHBACK)

Kartolo tampak dengan berani menaiki tiang di hotel Oranye. Brodin tampak berjaga. Dia mengedarkan pandangan. Surabaya sudah berasap. Tampak dibawah semua orang mengelukan keberanian Kartolo sambil mengacungkan bambu runcing. Warna biru sudah di sobek. Kartolo langsung mengacungkan tangan yang memegang kain biru. Semua yang dibawah histeris. Melihat gemuruh orang kartolo pun berteriak merdeka (in silent) sambil sedikit meloncat dan naas, sendal karet itu tampak licin membuat Kartolo terpeleset dan akhirnya jatuh dari atap hotel oranye. Brodin tampak terbelalak. Orang-orang dibawah tampak berlarian menolong kartolo. Brodin masih memandangi itu dengan mata terbelalak.

DISSOLVE TO

4. EXT. HALAMAN HOTEL ORANYE SORE

Brodin menyeka dahinya. Brodin memandang ke atap hotel. Merah putih berkibar melambai-lambai. Brodin berdiri dan bersiap hormat bendera.

DISSOLVE TO

5. INT. RUANG MAKAN BRODIN MALAM

Ruang makan ini sekaligus ruang tamu yang menghubungkan seluruh kamar. Brodin duduk menghadap makanan seadanya. Ibunya masuk membawa lauk tempe dan teri.

IBU

(Menatap brodin dengan tajam)

Din, ibuk wis tuwek, ibuk gak ngurus indonesia merdeka opo gak. Sing penting koen ndang rabi! Nduwe anak!

DISSOLVE TO

6. EXT. HALAMAN HOTEL ORANYE SORE

Brodin diam memandangi bendera merah putih ini. Dia hormat bendera dengan setengah hati.

FADE OUT

The end

Demikianlah sebuah skenario pendek. Tulisan saya yang seolah-olah pendek ketika dituangkan dalam skenario ternyata berkembang menjadi 6 scene. Perkembangan ini adalah sebuah keniscayaan karena banyak sekali kiasan yang tidak bisa diinterpretasi secara visual. Jika anda bingung dengan semua istilah yang ada mari saya bantu untuk membahas detil demi detil.

SCENE HEADING

EXT. HALAMAN HOTEL ORANYE SORE

INT. RUANG MAKAN BRODIN MALAM

Ini dinamakan Scene Heading atau judul sebuah scene. Scene Heading adalah referensi utama dan penting dalam produksi sebuah film. Dalam Scene Heading termuat informasi ruang, nama ruang, dan waktu.

INT dan EXT masing-masing kependekan dari Interior dan Exterior. Interior berarti adegan berlangsung di dalam sebuah ruangan sedangkan Exterior berarti adegan berlangsung diluar ruangan atau ruang terbuka. Dua informasi ini dari sisi teknis sangat penting karena alat perekaman diluar akan sangat berbeda dengan alat perekaman di dalam. Juga kesulitannya. Sebagai contoh di luar mungkin kita akan berhadapan dengan masalah sumber daya listrik, mobilitas orang, noise suara, cuaca dan berbagai hal yang tidak terprediksi lain.

Nama ruang juga mengandung informasi yang penting yaitu tentang semua pernik-pernik perkakas, apakah sudah merepresentasikan sebuah ruang bernama halaman hotel oranye atau ruang makan brodin?

Sore atau malam, tidak hanya keterangan waktu lebih jauh ini tentang informasi pencahayaan atau kesan cahaya yang akan ditampilkan. Jika malam sebaiknya ya gelap, jika siang sebaiknya terang.

ACTION

Brodin menyeka dahinya. Brodin memandang ke atap hotel. Merah putih berkibar melambai-lambai. Brodin berdiri dan bersiap hormat bendera.

Yang ini bernama Action. Ini paparan gambar yang akan dilihat oleh penonton. Dari sebuah action ini seorang sutradara akan mem-breakdown menjadi konsep visual. Penulisan action adalah penulisan yang konkrit tanpa ada kiasan atau metaphor. Coba simak contoh dibawah ini :

Masih lekat dipendengarannya pidato bung Tomo

di ganti dengan

Brodin dan Kartolo sedang serius mendengarkan pidato bung tomo. Begitu pidato berhenti, Brodin menyandarkan punggungnya ke kursi. Lemas. Tapi kartolo malah dengan semangat berdiri dan langsung menggebrak meja.

Jadi dalam penulisan action adalah paparan gambar. Keindahan bahasa rada dipinggirkan.

CHARACTER

KARTOLO, BRODIN, IBU

Penulisan nama dengan huruf besar bolt. Ini menunjukkan siapa yang sedang bicara. Dengan penulisan semacam ini dengan mudah kita bisa menghitung berapa dialog yang harus dihafal oleh seorang pemain.

PARENTHETICAL

IBU

(Menatap brodin dengan tajam)

Jika ada tambahan ekspresi atau ingin menekankan sebuah ekspresi yang spesial bersamaan dengan dialog kita bisa menambahkannya dengan kalimat dalam kurung dengan huruf miring.

DIALOG

KARTOLO

Dancuk! Koen koyok wandu ae! Ayo maju!

Silahkan tulis dialog anda di bawah nama karakter. Perlu dipahami bahwa dialog ini akan diucapkan sehingga mau tidak mau kita harus memperhatikan berbagai tanda baca.

TRANSISI

DISSOLVE TO, CUT TO, FADE IN, FADE OUT

DISSOLVE dalam skenario berarti beberapa waktu sebelumnya, atau hari berikutnya. CUT TO berarti sementara itu diwaktu yang sama atau sementara ditempat lain.

FADE OUT berarti selesai sudah. FADE IN cerita baru atau babak baru dimulai.

Transisi dalam teknis gambar berarti seperti ini

CUT TO : Pergantian gambar langsung tanpa jeda

DISSOLVE : pembauran dua gambar dimana gambar 1 berbaur dengan gambar 2 kemudian perlahan-lahan gambar 1 hilang dan berganti dengan gambar 2.

FADE IN : layar hitam perlahan-lahan menjadi terang dan menyajikan sebuah gambar.

FADE OUT : gambar perlahan menjadi hilang berganti layar hitam.

SHOTING LIST

Itulah aturan penulisan dalam skenario. Dari skenario itulah sebuah film akan diproduksi. Semua referensi ada dalam skenario. Seorang sutradara akan mencoba membuat shot demi shot untuk membuat sebuah kalimat. Sebagai contoh,

Brodin menyeka dahinya. Brodin memandang ke atap hotel. Merah putih berkibar melambai-lambai. Brodin berdiri dan bersiap hormat bendera.

Untuk membuat satu paragraph tersebut seorang sutradara akan membuat Shooting Script atau shot list. Shot list ini sebagai acuannya untuk pengambilan gambar di saat syuting. Juga sebagai acuan penyambungan gambar saat dia mendampingi editor. Coba simak shot list yang saya buat

Shoting list MERAH PUTIH DI ORANYE

Prepared by Dimas Nur

Scene 4, EXT, Sore

Character : Brodin

1. CU : expose wajah brodin berpeluh.

2. CU : tangan yang menyeka peluh

3. low angle, Brodin sebagai foreground hotel oranye kemudian change fokus bendera.

4. kembali expose wajah brodin sampai berdiri

5. Continuity close up kaki disebelahnya sandal kartolo yang tinggal satu.

6. kembali expose wajah brodin yang mulai ragu

7. CU : bendera

8. CU : tangan yang mulai bergerak tapi tidak jadi

9. LS : Brodin di depan hotel oranye - high angle to MS with Low Angle Brodin sebagai foreground bendera yang diatas.

9 shot ini akan disambung-sambung untuk memunculkan sebuah paragraph diatas. Sebuah rangkaian gambar yang ingin mentransfer rasa seorang brodin.

Story Lab, Nuraziz Widayanto, dari berbagai sumber.