askep.q
-
Upload
cristian-ongisnade -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of askep.q
Epidermis
Dermis
Hipodermis
Batang Rambut
Penerima sensor
Kelenjar keringat
sensor
Kelenjar Palit Urat Syaraf
Kandung Rambut
(Folikel) Vena
Arteri Akar Rambut
LAPORAN PENDAHULUAN
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan
yang paling atas sampai yang terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak
tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma
terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang
mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
1
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamenfilame
tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi.
b. Dermis
Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal
pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler: tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
c. Subkutis
Subkrutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut
daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi
proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik,
ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
2. DEFINISI
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel
unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Herpes zoster adalah sutau
infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella
(misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar
air).
3. ETIOLOGI
2
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes
viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan
sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma.
VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel
epitel yang menimbulkan lesi vaskuler.
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap
dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan
menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai
jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta
mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase
dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang
terinfeksi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala pertama berupa rasa gatal /rasa nyeri pada daerah yang terserang disertai
panas, lemah dan nyeri kepala, kemudian timbul tonjolan kecil seperti gigitan nyamuk.
Setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan tonjolan kecil berisi cairan dan nanah, kemudian
cairan dan nanah tersebut akan mengering dan lepas dalam waktu 1-2 minggu.
5. PATOFISIOLOGI
Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela – zoester yang diyakini sebagai
penyebab terjadinya penyakit ini hidup secara innaktif ( dormant ) di dalam sel sel saraf
di dekat otak dan medula spinalis. Kemudian hari ketika virus yang laten ini mengalami
reaktivasi, virus tersebut berjalan lewat saraf parifer ke kulit. Virus varisela yang dormant
disktifksn dsn timbul vesikel – vesikel meradang unilateral disepanjang satu dormatom.
Kulit disekitarnya mengalami edemadan pendrahan. Keadaan ini biasanya didahului atu
disertai nyeri hebat dan rasa terbakar.
Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf torakal, lumbal, atau kranial agaknya
sering terserang. Herpes zoeter dapat berlangsung selama kurang lebih tiga minggu.
3
Adanya keterlibatan saraf parifer secara lokal memberikan respon nnyeri,kerusakan
integritas jaringan terjadi akibat adanya vesikula. Respon sistemik memberikan
manifestasi peningkatan suhu tubuh. Perasaan tidak enak badan,dan gangguan
gastrointestinal.respon psikologis pada kondisi adanya lesi pada kulit memberikan respon
kecemasan dan gangguan gambaran diri.
6. KOMPLIKASI
a. Neuralgia paska herpetic
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.
b. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan
nekrotik.
c. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik,
keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
d. Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan optikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang
sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,
nausea, dan gangguan pengecapan.
e. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus
secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis
ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat
terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan
anus. Umumnya akan sembuh spontan.
7. PATHWAY.
4
8. PROGNOSIS
Pada orang muda dan anak-anak umumnya baik. Pada herpes zoster oftalmikus
prognosis bergantung pada tindakan perawatan dini.
9. PENATA LAKSANAAN
1. Pasien diistirahatkan.
2. Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik. Untuk nyerinya diberi analgetik, dapat
pula ditambahkan neurotropik : vit B1, B6, B12.
3. Penting segera mengeringkan vesikel. Usahakan supaya vesikel tidak pecah untuk
menghindari infeksi sekunder, yaitu dengan bedak salisil 2%. Jika terjadi infeksi
sekunder, dapat diberi antibiotik lokal, misal salep kloramfenikol 2%.
4. Terapi triamsinolon atau prednison per oral pada pasien tua bisa menurunkan
kemungkinan neuralgia pasca herpetik. Pemberian secara oral prednison 30 mg/hari
atau triamsinolon 48 mg/hari akan memperpendek masa neuralgia pasca herpetik,
terutama pada orang tua dan seyogianya sudah diberikan sejak awal timbulnya erupsi.
Indikasi lain pemberian kortikosteroid ialah untuk Sindrom Ramsay-Hunt. Pemberian
harus sedini-dininya untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan
5
Predisposisi pada pasien yang pernah menderita cacar air, sistem
imum yang lemah dan yang menderita kelainan malignitas
Reaktivasi virus varisela zoester
Vesikula yang tersebar
Respons inflamasi sistemik
Respons psikologisRespons inflamasi lokal
Kerusakan syaraf perifer
Kerusakan integritas jaringan
Gangguan gastrointestinal mual, anoreksia
Kondisi kerusakan jaringan kulit
Gangguan gambaran diriKetidakseimbangan
nitrisi kurang dari kebutuhan
nyeriGangguan
istirahat dan tidur
adalah prednison dosis 3 x 20 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara
bertahap.
5. Indikasi pemberian asiklovir pada herpes zoster :
Pasien ≥ 60 tahun dengan lesi muncul dalam 72 jam
Pasien ≤ 60 tahun dengan lesi luas, akut dan dalam 72 jam
Pasien dengan lesi oftalmikus, segala umur, lesi muncul dalam 72 jam
Pasien dengan lesi aktif menyerang daerah leher, alat gerak dan perineum
(lumbal-sakral)
ASUHAN KEPERAWATAN
6
A. IDENTITAS PASIEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No.tlp : -
Status :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekejaan :
No.RM :
Tgl. Masuk :
Tgl. Pengkajian :
Sumber informasi:
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama :Nyeri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan bahwa nyeri di wajahnya,
skala nyeri 3, dan pasien merasakan ketidak nyamanan pada wajahnya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengatakan bahwa belum pernah
mengalami penyakit seperti ini, hanya gatal-gatal biasa.
Kecelakaan : tidak ada
Operasi : tidak ada.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : pasien mengatakan bahwa pamannya juga
mengalami penyakit yang dia derita saat ini.
5. Riwayat Psikososial : pasen merasa terganggu saat melakukan aktifitas,merasa
kurang nyaman.
6. Pola-Pola fungsi kesehatan :
7
a. Pola aktifitas latihan.
Pasien mengatakan bahwa, untuk kegiatan mandi, berpakaian, makan
dan minum masih bisa dilakukan sendiri, tanpa perlu bantuan dari
orang lain.
b. Pola nutrisi & metabolisme.
Pasien mengatakan bahwa setiap hari diberikan asupan makanan
sebanyak 3x sehari, jenis menunya juga berganti. Porsi yang
dihabiskan pasien 5-6 sendok setiap kali makan, karena nafsu makan
berkurang. Dan pasien setiap hari minum 6-7 gelas, sekitar 1250 cc.
c. Pola eleminasi .
Pasien mengatakn,untuk BAB rutin dilakukan setiap hari,tekstur
lembek,warna dan bau normal. Dan untuk BAK juga rutin dilakukan 3-
4 kali per hari,warna agak kekuningan dan baunya khas.
d. Pola tidur/istirahat .
Pasien mengatakan bahwa pola tidur terganggu. Pada siang hari pasien
tidur mulai jam 11.00 siang dan bangun jm 12.00 siang.dan pada waktu
malam, pasien tidur mulai jm 21.00 malam dan bangun pukul 05.00
pagi. Tapi tidak merasakan kenyamanan pada waktu tidur tersebut.
e. Pola kebersihan diri .
Pasien mengatakan,rutinitas mandi dan gosok gigi dilakukan rutin 2x
sehari,dan keramas setiap 3 hari sekali. Pasien tidak kesulitan dalam
melakukan rutinitas tersebut.
f. Pola penanggulangan stress/koping-toleransi stress.
Pasien mengatakan bahwa,keinginan pasien saat ini hanyalah
kesembuhan dari penyakit tersebut.
g. Konsep Diri
selalu terbuka/bercerita kepada keluarga maupun orang lain
merasa puas dengan kehidupan yang sekarang
tidak mau menerima penghinaan.
sebagai istri dan orang tua dari kedua anknya.
merasa bahagia menjadi seorang istri.
h. Pola peran dan hubungan
Peran dalam keluarga : Sebagai ibu rumah tangga
Sistem pendukung : Suami dan anaknya
8
Kesulitan dalam keluarga : tidak ada kesulitan
Masalah tentang peran / hubungan dengan keluarga selama
perawatan di RS : tidak ada masalah dengan keluarga.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi :tidak ada
i. Pola komunikasi.
Saat berkomunikasi,pasien menggunakan bahasa indonesia,dan
suaranya agak serak.pasien mengatakan bahwa saat ini tinggal bersama
istrinya dan kedua anaknya.
j. Pola seksualitas.
Tidak terkaji
k. Pola nilai dan kepercayaan.
Pasien mengatakan,untuk kegiatan sholat saat ini terganggu.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : compos mentis
b. GCS : 234
c. TTV : TD :110/70
N :100/mnt
S : 36°C
RR : 23/mnt
d. Kepala dan leher .
Kepala : -bentuk : simetris
-kulit kepala : tidak ada luka/lesi
-rambut : agak bergelombang
Mata : konjungtifa kemerahan,sklera tidak ikterus
Hidung :mukosa hidung ; lembab
Mulut : mulut mukosa lembab
Telinga : -aurikula : aimetris
- Sianosis : tidak ada
Leher : tidak ada nodul
e. Thorak dan dada.
Inspeksi : bentuk dada simetris,tidak ada tonjolan ,kulit : sianosis:tidak
ada
Palpasi :nyeri tekan tidak ada
9
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : suara nafas bersih,whezing: tidak ada.
f. Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada benjolan abnormal, letus
kordis : tidak terlihat
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
Perkusi : bunyi pekak,batas jantung
Auskultasi :irama regulen S1-S2.normal : murmur dan galop.
g. Payudara dak ketiak.
Inspeksi :kulit,tidak ada lesi,bersih
Palpasi :tidak ada kondisi abnormal
h. Punggung dan tulang belakang :
bentuk simetris dan tidak ada kelainan
i. Abdomen .
Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada perubahan.
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
Perkusi :bunyi timpani
Auskultasi :paristaltik usus normal 10x/mnt
j. Genetalia dan anus : tidak terpasang kateter
k. Ekstremitas.
Kekuatan otot :
l. Sistem neorologi :
GCS : 234
Fungsi saraf kranial : normal
m. Intergumen dan kuku.
Kebersihan kuku : kuku terlihat bersih
Kelainan pada kuku : normal
suhu kulit : normal
10
kelembapan kulit : lembab
lesi kulit : kulit tampak merah, terdapat benjolan < 1 cm dan berisi air
mobilitas kulit : sulit di gerakkan pada daerah luka/normal
turgor dan elastisitas : setelah di cubit kulit kembali dalam waktu 2 detik.
n. Terapi obat.
Terapi sistemik hanya bersifat simtomatik, misalnya pemberian
analgetika untuk mengurangi neuralgia, dapat pula ditambahkan
neurotropik : vitamin B1 , B6 , dan B12. Antibiotika diberikan bila
ada infeksi sekunder.
Lokal : diberikan bedak. Losio kelamin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa tidak enak dan mengeringkan lesi kulit vesikuler.
IDU 5-40% dalam 100% DMSO (dimetilsulfoksid)dipakai secara
topikal.
Pemberian scara oral prednison 30 mg per hari atau triamsinolon 48
mg mg sehari akan memperpendek masa neuralgia dan seyogianya
sudah diberikan sejak awal timbulnya erupsi.
Pengobatan dengan imunomodulator ,seperti isoprinosin dan antivirus
seperti interferon dapat pula dipertimbangkan.
Asiklovir (zovirax) 5 x 200 mg sehari selama 5 hari kemungkinan
dapat memperpendek dan memperingan penyakit ini.
ANALISA DATA
Tanggal No Data fokus Problem Etiologi
1. DS :Pasien mengatakan Nyeri Reaktivasi virus varisela zoester
11
bahwa pada bagian wajah
terdapat rasa gatal dan
nyeri.
DS: gelisah
P: Terdapat lesi
Q: nyeri dan gatal
R:tangan kanan
S:skala nyeri 3
T:saat pasien menggerakkan
tanganya.
Keadaan kulit kemerahan
dan ada bentola-kecil.
TTV :
TD :110/70
N :100/mnt
S : 36°C
RR : 23/mmg
Vesikula yang tersebar
Respons inflamasi lokal
Kerusakan syaraf perifer
Nyeri
2. DS : Pasien mengalami rasa
ketidak nyamanan
DO :
TD :110/70
N :100/mnt
S : 36°C
RR : 23/mmg
Rasa tidak
nyaman
Reaksi virus varisela
zoster
Vesikula yang tersebar
Respon inflamasi lokal
Kerusakan syaraf parifer
nyeri
rasa tidak nyaman
12
3. DS : Pasien mengetahui rasa
gatal di bagian tangan
sebelah kanan.
DO :
TD :110/70
N :100/mnt
S : 36°C
RR : 23/mmg
-klien tampak menggaruk-
garuk kulit.
Pasien kulitnya tampak
kemerahan dan di sertai
gatal.
Gangguan
istirahat dan
tidur
Reaksi virus varisela
zoster
Vesikula yang tersebar
Respon inflamasi lokal
Kerusakan integritas kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d respon inflamasi lokal sekunder dari kerusakan syaraf parifer kulit.
2. Gangguan pola istirahat b.d respon inflamasi lokal.
3. Gangguan gambaran diri (citra diri ) b.d perubahan struktur kulit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Tgl dx.kep Tujuan KH Intervensi Rasional
1. Nyeri b.d
respon
inflamasi
lokal
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
-nyeri hiang
-keadaan
umum baik
1.BHSP
2.OBS TTV
TD: N:
S: RR:
1.pasien percaya
2.pasien
menanyakan hasil
pemeriksaan.
13
sekunder
dari
kerusakan
syaraf
parifer
kulit.
selama 1x24
jam diharapkan
nyeri hilang
3.kaji skala nyeri 6
4.menganjurkan pada
pasien untuk
melakukan perubahan
posisi tidur (mika-
miki).
5.mengajarkan teknik
distraksi dan relaksasi.
6.kolaborasi : berikan
terapi obat analgesik
2x1
3.pasien mengatakan
nyerinya seperti
ditusuk-tusuk jarum
(hilang timbul).
4.untuk mencegah
diskontinuitas
jaringan kulit,karena
tirrah baring yang
lama.
5.pasien lebih
nyaman.
6. pasien kooperatif
2. Gangguan
pola
istirahat
b.d respon
inflamasi
lokal.
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 2x24
jam diharapkan
pola tidur
pasien teratasi.
- teratasinya
gangguan
pola istirahat.
-rasa nyaman
saat istirahat
1.BHSP
2.OBS TTV
TD: N:
S: RR:
3. kaji pola tidur
pasien.
4.memberikan
lingkungan yang
nyaman.
5.kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
terapi obat.
1.pasien percaya.
2.pasien menerima.
3.pasien kooperatif.
4.pasien merasa
nyaman.
5.untuk mengetahui
terapi pengobatan
selanjutnya.
3. Gangguan
gambaran
diri (citra
diri ) b.d
perubahan
struktur
kulit.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24
jam diharapkan
bisa
mengembalikan
rasa percaya
-pasien
percaya diri
-peningkatan
gambaran diri
1.BHSP
2.obs TTV
TD: S ;
N : RR:
3.memberikan
dukungan pada pasien.
4.memberikan
lingkungan yang
nyaman.
1.pasien percaya.
2.pasien menerima.
3.pasien percaya
diri.
4.pasien lebih
tenang.
5.pasien mengerti
tentang pentingnya
kebersihan diri.
14
diri pasien. 5.memberikan HE
tentang higene diri.
15