Askep Trauma Pd Saluran Kemih

7
TRAUMA BLADDER (TRAUMA PADA SALURAN KEMIH) A. DEFINISI Trauma tumpul atau penetrasi perlukaan pada bladder yang mungkin dapat/tidak dapat menyebabkan ruptur bladder. Trauma bladder sering berhubungan dengan kecelakaan mobil saat sabuk pengaman menekan bladder, khususnya bladder yang penuh. B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO Kandung kencing yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan yang kuat pada perut bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian sabuk pengaman pada klitis. C. MANIFESTASI KLINIK Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih. Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai disrupsi tersebut teratasi. Pada kasus ini, klien tidak boleh

description

dtu

Transcript of Askep Trauma Pd Saluran Kemih

Page 1: Askep Trauma Pd Saluran Kemih

TRAUMA BLADDER

(TRAUMA PADA SALURAN KEMIH)

A. DEFINISI

Trauma tumpul atau penetrasi perlukaan pada bladder yang mungkin dapat/tidak

dapat menyebabkan ruptur bladder. Trauma bladder sering berhubungan dengan

kecelakaan mobil saat sabuk pengaman menekan bladder, khususnya bladder yang

penuh.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Kandung kencing yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan

yang kuat pada perut bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian

sabuk pengaman pada klitis.

C. MANIFESTASI KLINIK

Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika

klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi

trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih.

Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan

saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus,

disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi

sampai disrupsi tersebut teratasi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi

sampai dilitis.

D. MANAJEMEN MEDIS

Tindakan pertama pada trauma bladder adalah insersi kateter foley atau kateter

suprapubik untuk memonitor hematuria dan menjaga agar bladder tetap kosong

sampai sembuh. Cidera karena contusio atau perforasi kecil dapat diperbaiki dengan

pembedahan.

Page 2: Askep Trauma Pd Saluran Kemih

E. MANAJEMEN KEPERAWATAN

Pengkajian terhadap klien yang dicurigai mengalami trauma bladder merupakan hal

yang penting. Perawat harus selalu memonitor urine output klien untuk mengetahui

jumlah atau adanya hematuria. Perawat harus mencatat penurunan urine output yang

berhubungan dengan intake cairan klien. Insersi kateter harus dilakukan secara hati-

hati pada klien yang dicurigai mengalami trauma bladder.

F. MANAJEMEN KEPERAWATAN PADA KLIEN BEDAH

Pada pasien post operative, perawat harus mempertahankan drainase urine untuk

mencegah tekanan pada jaritan kandung kemih. Karena klien memakai cateter uretra

atau suprapubik maka penting diberikan informasi kepada klien tentang perawatan

kateter. Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya harus

ditingkatkan sehingga mampu merawat dirinya di rumah. Rujuk untuk perawatan

setelah keteter dicabut. Berikan pula informasi mengenai latihan untuk memulihkan

fungsi otot-otot kandung kemih.

a. TRAUMA URETRA

Uretra, sama seperti bladder, dapat mengalami cidera/trauma karena fraktur pelvic.

Terjatuh dengan benda membentur selangkangan (stradle injury) dapat menyebabkan

contusio dan laserasi pada uretra. Misalnya saat jatuh dari sepeda. Trauma dapat juga

terjadi saat intervensi bedah. Luka tusuk dapat pula menyebabkan kerusakan pada

uretra.

Kerusakan uretra ini diindikasikan bila pasien tidak mampu berkemih, penurunan

pancaran urine, atau adanya darah pada meatus. Karena kerusakan uretra, saat urine

melewati uretra, proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang

menimbulkan pembengkakan pada scrotum atau area inguinal yang mana akan

menyebabkan sepsis dan nekrosis. Darah mungkin keluar dari meatus dan

mengekstravasasi jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan ekimosis. Komplikasi

dari trauma uretra adalah terjadinya striktur uretra dan resiko impotent. Impotensi

terjadi karena corpora kavernosa penis, pembuluh darah, dan suplay syaraf pada area

ini mengalami kerusakan.

Penatalaksanaan trauma uretra meliputi pembedahan dengan pemakaian kateter uretra

atau suprapubik sebelum sembuh, atau pemasangan kateter uretra/suprapubik dan

Page 3: Askep Trauma Pd Saluran Kemih

membiarkan urethra sembuh sendiri selama 2 – 3 minggu tanpa pembedahan. Selama

periode tersebut pasien dimonitor untuk terjadinya infeksi atau ekstravasasi urine.

b.TRAUMA URETER

Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi oleh tulang dan

otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi. Cidera pada ureter

kebanyakan terjadi karena pembedahan. Perforasi dapat terjadi karena insersi

intraureteral kateter atau instrumen medis lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat

juga membuat ureter mengalami trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau

decelerasi tiba-tiba seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter.

Tindakan kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam

atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter.

Trauma ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul. Hematuria

dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau manifestasi ekstravasasi

urine. Saat urine merembes masuk ke jaringan, nyeri dapat terjadi pada abdomen

bagian bawah dan pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus

paralitik, adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan adanya urine pada luka

terbuka. IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter ini.

Pembedahan merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan, mungkin

dengan membuat anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal seperti uterostomy

cutaneus, transureterotomy, dan reimplantasi mungkin dilakukan.

DIAGNOSA PERAWATAN (Post operatif)

1. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya stoma,

aliran/rembesan urine dari stoma, reaksi terhadap produk kimia urine.

2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan kontrol

eliminasi urine, kerusakan struktur tubuh ditandai dengan menyatakan perubahan

terhadap body imagenya, kecemasan dan negative feeling terhadap badannya.

3. Nyeri berhubungan dengan disrupsi kulit/incisi/drains, proses penyakit

(cancer/trauma), ketakutan atau kecemasan ditandai dengan menyatakan nyeri,

kelelahan, perubahan dalam vital signs.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inadekuatnya pertahanan tubuh primer

(karena kerusakan kulit/incisi, refluk urine).

5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma jaringan, edema

postoperative ditandai dengan urine output sedikit, perubahan karakter urine,

retensi urine.

Page 4: Askep Trauma Pd Saluran Kemih

6. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur body dan

fungsinya, response pasangan yang tidak adekuat, disrupsi respon seksual

misalnya kesulitan ereksi.

7. Deficit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menangkap informasi,

misinterpretasi terhadap informasi ditandai dengan menyatakan

miskonsepsi/misinterpretasi, tidak mampu mengikuti intruksi secara adekuat.

Page 5: Askep Trauma Pd Saluran Kemih

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri berhubungan dengan disrupsi kulit/incisi/drains

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang/hilang. Dengan KH:-Skala nyeri 2-tidak tampak meringis

1.Kaji Manajemen nyeri2. Berikan posisi yang nyaman

1.Untuk mengetahui keadaan umum pasien2. Agar dapat