askep steven jhonson.docx

download askep steven jhonson.docx

of 10

Transcript of askep steven jhonson.docx

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    1/10

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    2/10

    supaya :

    a.Perawat dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala,

    patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa, serta komplikasi dari

    syndrom steven johnson.

    b.Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan syndrom steven

    johnson.

    c.Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang syndrom steven johnson pada

    klien.BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A.Konsep Dasar

    1.Pengertian

    a.Syndrom Steven Johnson adalah Syndrom yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium dan

    mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan pada kulit berupa

    eritema, vesikel / bula dapat disertai purpura.

    ( Djuanda, 1993 : 107 )

    b.Syndrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari eropsi kulit,

    kelainan mukosa dan konjungtivitis

    ( Junadi, 1982 : 480 )

    c.Syndrom Steven Johnson adalah syndrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel / bula,

    dapat disertai purpura yang dapat mengenai kulit, selaput lendir yang oritisium dan dengan

    keadaan omom bervariasi dan baik sampai buruk.

    ( Mansjoer, A, 2000 : 136 )

    d.Jadi syndrom steven johnson adalah suatu syndrom berupa kelainan kulit pada selaput

    lendir oritisium mata genital.

    2.Etiologi

    Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai

    penyebab, adalah :

    a.Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti- peuritik ).

    Penisilline dan semisintetiknya

    Sterptomecine

    sulfonamida

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    3/10

    Tetrasiklin

    Anti piretik / analgetik ( dentat, salisil / perazolon, metamizol, metampiron, dan paracetamol

    ).

    Kloepromazin

    Karbamazepin

    Kirin antipirin

    Tegretol

    b.Inspeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur, dan parasit ).

    c.Neoplasma dan faktor endoktrin.

    d.Faktor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar x ).

    e.Makanan.

    3.Manifestasi Klinis

    Syndrom ini jarang dijumpai pada usia 8 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari

    ringan sampai berat.

    Pada syndrom ini terlihat adanya trias kelainan, berupa :

    a.Kelainan kulit.

    Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikeldan bula. Vesikel dan bulakemudian memecah

    sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu juga dapat terjadi purpura, pada bentuk yang

    berat kelainannya generalisata.

    b.Kelainan selaput lendir

    Kelaianan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut ( 100 % ) kemudian disusul

    oleh kelainan alat dilubang genetol ( 50 % ), sedangkan dilubang hidung dan anus jarang (

    masing-masing 8 % dan 4 % ).

    c.Kelainan mata.

    Kelainan mata merupakan 80 % diantara semua kasus yang tersering telah konjungtivitis

    kataralis. Selain itu juga dapat berupa konjungtivitis parulen, peradarahan, alkus korena, iritis

    dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula dapat pula terdapat kelainan

    lain, misalnya : notritis, dan onikolisis

    ( http://informasikesehatan40.blogspot.com )

    4.Patofisiologi

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    4/10

    Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe III dan IV.

    Reaksi tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibody

    yang mikro presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komlemen.

    Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan leozim dan menyebab

    kerusakan jaringan pada organ sasaran ( target- organ ). Reaksi hipersensitifitas tipe IV

    terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama

    kemudian limtokin dilepaskan sebagai reaksi radang.

    Reaksi hipersensitif tipe III

    Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibody yang bersikulasi dalam darah mengendap

    didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah bitir.

    Antibiotik tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan

    kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan menyebabkan

    terbentuknya komplek antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe ini mengaktifkan

    komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler

    ditempat terjadinya reaksi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai

    memtagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel, serta

    penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut.

    Reaksi hipersensitif tipe IV

    Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T. Penghasil limfokin atau

    sitotoksik atau suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang bersangkutan.

    Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat ( delayed ) memerlukan waktu 14 jam

    sampai 27 jam untuk terbentuknya.

    ( http://informasi,kesehatan40.blogspot.com )

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    5/10

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    6/10

    umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan

    secara cepat, tiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason

    intravena diganti dengan table kortikosteroid, misalnya prendnisone yang diberikan keesokan

    harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg

    kemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.

    Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakuakn pemeriksaan elektrolit ( K, Na dan CI )

    bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg

    / hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari

    kortikosteroid diberikan diet tinggi protein / anabolik seperti nandroklok dekanoat dan

    nanadrolon fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk devasa ( dosis untuk anak tergantung berat

    badan ).

    Antibiotik.

    Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumia yang dapat menyebabkan

    kematian, dapat di beri antibiotik yang jarang menyebabkan alergi, berspektrom luas dan

    bersifat sakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.

    Infus dan Transfusi darah

    Pengaturan keseimbangan cairan / elektron dan nutrisi penting karena pasien sukaratau tidak

    dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu

    dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan darrow. Bila terapi tidak memberi

    perbaikan dalam 23 ahri, maka daapt diberikan transfusi darah banyak 300 cc selama 2 hari

    berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan

    purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari

    dan hemostatik.

    Tropikal

    Terapi tropikal untuk lesi dimulut dapat berupa kanalog in orabase. Untuk lesi di kulit yang

    erosif dapat diberikan sutratulle atau krim sulfa diarine perak.

    ( http://www.tanyadokter.com ).

    B.ASUHAN KEPERAWATAN

    1.Fokus Pengkajian

    a.Anamnesa riwayat pengobatan pasien

    b.Gambaran klinik

    c.Histopatologi

    d.Riwayat kesehatan : riwayat laregi, reaksi alergi terhadap makanan, obat serta zat kimia,

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    7/10

    masalah kulit sebelumnya dan riwayat kanker kulit.

    e.Pemeriksaan kulit infeksi dan

    I : Warna, suhu, kelembapan, kekeringan, faktor

    P : Turgor kulit, adema

    ( Brunner and Suddarth, 2001 )

    2.Data Fokus

    DS : Gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandanganya kabur, aktivitas menurun.

    DO : Kemerah-merahan, memegangi tenggorokan, gelisah untuk melihat, tampak lemas

    dalam aktivitas.

    3.Prioritas Diagnosa

    a.Gangguan integritas kulit berdasarkan dengan informasi dermal dan epidermal.

    b.Gangguan nutrisi < kebutuhan tubuh berdasarkan dengan kesulitan menelan.

    c.Gangguan persepsi sensori, kurang penglihatan berdasarkan dengan konjungtivitis.

    d.Gangguan intoleransi aktivitas berdasarkan dengan kelemahan fisik

    4.Perencanaan Keperawatan

    DX 1 : Gangguan integritas kulit berdasakan dengan inflamasi dermal dan epidermal

    a.Tujuan : Diharapkan inflamasi dermal dan epidermal berkurang

    Kriteria hasil :

    Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh

    b.Intervensi

    Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang

    terjadi.

    Kolaborasi dengan tim medis

    c.Rasional

    Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan

    intervensi yang tepat

    Untuk mencegah infeksi lebih lanjut

    DX 2 : Gangguan nutrisi < kebutuhan tubuh berdasarkan denagn kesulitan menelan

    a.Tujuan : Nafsu makan meningkat

    Kriteria hasil

    Menunjukkan berat badan stabil / peningkatan berat badan

    b.Intervensi :

    Berikan makanan sedikit tapi sering

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    8/10

    Kolaborasi dengan tim gizi

    Hidangkan makanan dalam keadaan hangat

    c.Rasional :

    Membantu mencegah distensi gaster / ketidaknyamanan

    Kalori protein dan vitamin untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik,

    mempertahankan berat badan dan mendorong regenerasi jaringan.

    Meningkatkan nafsu makan.

    DX 3 : Gangguan persepsi sensori : kurang penglihatan berdasarkan dengan konjungtivitis

    a.Tujuan : Pasien dapat melihat dengan jelas

    Kriteria hasil :

    Kooperatif dalam tindakan

    Menyadari hilangnya penglihatan secara permanen

    b.Intervensi :

    Kaji dan catat ketajaman penglihatan

    Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan

    Orientasikan terhadap lingkungan

    c.Rasional

    Menentukan kemampuan visual

    Mengurangi ketergantungan

    Berikan bahan-bahan bacaan dan tulisan yang besar

    DX 4 : Gangguan intoleransi aktivitas berdasakan dengan kelemahan fisik

    a.Tujuan : Aktivitas mulai normal

    Kriteria hasil :

    Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas

    b.Intervensi :

    Kaji respon individu terhadap aktivitas

    Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas

    c.Rasional

    Mengetahui tingkat kemampuan individu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari

    Klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga

    ( )

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    9/10

    BAB III

    PENUTUP

    A.KESIMPULAN

    Syndrom steven johnson merupakan syndrom yang mengenai julit, selaput lendir, di orifisum

    dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai berat. Kelainan pada kulit

    berupa entema, vesikel atau bula dapat disertai purpura.

    Beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab, yaitu meliputi alergi obat ( misalnya,

    penisilin, analgetik, anti peuritik ). Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur, parasit ).

    Neoplasma dan faktor endoktrin, faktor fisik, dan makanan.

    Pada syndrom ini terlihat adanya trias kelainan, berupa : kelainan kulit yang terdiri daribatuk

    eritema, vesikel dan bula, kelainan selaput lendir di orivisium, dan kelainan mata yang

    ditemukan konjungtivitis kornea.

    B.SARAN

    1.Bagi Rusah Sakit

    a.Rumah sakit mampu memberikan pelajaran yang baik pada klien

    b.Rumah sakit membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan

    2.Bagi sesama profesi / perawat

    a.Perawat selalu melakukan pengawasan 1 x 24 jam pada klien

    b.Perawat harus mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan klien

    3.Bagi keluarga / klien

    a.Keluarga harus mengawasi dan membatasi aktivitas klien

    b.Keluarga hasur memberikan nutrisi yang adekuat kepada klien agar kesehatan klien cepat

    membaik

  • 8/13/2019 askep steven jhonson.docx

    10/10