Askep Stenosis Aorta
-
Upload
arifin-hidayat -
Category
Documents
-
view
511 -
download
2
Transcript of Askep Stenosis Aorta
STENOSIS AORTA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Keperawatan kardiovaskuler Anak
Oleh :
Kelompok 6
Akram
Ni Made Suryani
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN KARDIOVASKULER
TAHUN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian
penduduk dunia, salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung.
Penyakit katup jantung antara lain adalah stenosis (membuka tidak
sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi
baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar.
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada
lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap
aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
Sebagai satu kelompok, stenosis aorta terjadi pada 3-8% pasien
dengan kelainan jantung bawaan. Penyakit ini menempati urutan ke-4
atau ke-5 penyakit jantung bawaan yang paling sering terjadi.
Peningkatan insiden setara dengan usia. Kelainan ini menempati urutan
ke-2 penyakit jantung kongenital tersering pada dekade ketiga setelah
defek sekat ventrikel.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ?
2. Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien
dengan Stenosis aorta.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi/pathways
Stenosis aorta.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis
aorta.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik
stenosis aorta.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Stenosis
aorta.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi Stenosis aorta.
h. Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis Stenosis aorta.
i. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada
klien Stenosis aorta.
D. MANFAAT
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperawatan pada klien
anak dengan Stenosis aorta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada
lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap
aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA,
2002: 509-516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta
(aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang
berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari
penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah
dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan
jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan
pada katup aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup
aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah
mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta
terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah
bisa melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup
sehingga lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah.
Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat agar darah bisa
melewati katup aorta.
Banyak yang mengaitkan tingkat keparahan stenosis dengan gradient
katup. Berdasarkan hal tersebut dan adanya keterbatasan dalam metode
sebelumnya, penyakit ini bisa dikategorikan sebagai berikut :
1. Stenosis aorta ringan dengan gradient katup < 25 mmHg.
2. Stenosis aorta sedang dengan gradient katup aorta antara 25 – 60
mmHg.
3. Stenosis aorta berat dengan gradient katup >65 mmHg.
4. Stenosis aorta kritis dengan gradient katup >100mmHg.
B. ETIOLOGI
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga
menghalangi darah masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi
ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD
(Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam
rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
1. Kelainan kongenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa
penyempitan katup aorta . sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan
dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup
aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat
tidak menimbulkan masalah ataupun gejala yang berarti sampai ia
dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan
sehingga membutuhkan penanganan medis.
Berdasarkan letaknya, stenosis aorta terbagi atas :
1. Stenosis valvular, berdasarkan jumlah dan jenis kuspid dan
komisura
a. Katup unikuspid
b. Katup bikuspid
c. Katup trikuspid
d. Katup quadrikuspid
e. Katup enam kuspid
2. Stenosis subvalvular
3. Stenosis supravalvular
2. Penumpukan kalsium pada daun katup
Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi
kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang
dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang
melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada
katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada
katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasal
dari proses klasifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun,
namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.
3. Demam rheumatik
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau
menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh
tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman atau bakteri tersebut
ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah
kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat
menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat
menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan
kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbagai cara.
Kerusakan katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk
membuka atau menutup bahkan keduanya.
C. PATOFISIOLOGI
Katup aorta yang normal memiliki tiga daun katup. Pada stenosis,
bentuk daun katup kadangkala tidak beraturan, terjadi penyatuan
sebagian (fusi parsial), lebih cenderung mengalami kalsifikasi dan kaku,
dan selanjutnya tampak hanya memiliki satu katup (unikuspid) atau dua
katup (bikuspid). Hal ini akan mengakibatkan keterbatasan pada gerakan
pembukaan katup. Selain itu ada juga obstruksi yang kadang disebabkan
adanya hambatan di area tepat di atas katup aorta. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya kesukaran aliran darah dari ventrikel kiri ke
dalam aorta.
Selama fase diastolik, ventrikel kiri berkontraksi dan mendorong darah
melalui katup aorta. Terlihat katup aorta yang membuka tidak penuh dan
adanya aliran turbulen. Turbulensi inilah yang menimbulkan suara bising
jantung. Katup mitral membuka dengan baik saat ventrikel kiri selesai
berkontraksi dan membiarkan darah mengalir ke dalam ventrikel kiri
dengan mudah. Normalnya, katup aorta membuka dengan mudah selaras
dengan kontraksi ventrikel kiri. Pada stenosis aorta terlihat usaha keras
ventrikel untuk membuka katup dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
Fibrosis mungkin terjadi pada area miokardium yang rusak akibat
proses iskemia. Pada bayi dengan obstruksi berat pada kandungan,
kelainan ini bisa berkembang menjadi fibroelastosis endomiokardium,
yang lebih lanjut akan menjadi penyebab berkurangnya fungsi ventrikel.
Tahanan pada pancaran sistolik akan menyebabkan timbulnya
perbedaan tekanan antara ventrikel kiri dan aorta. Tekanan pada ventrikel
kiri meningkat secara progresif, yang bila berlanjut akan menimbulkan
penebalan dinding ventrikel. Penebalan ini akan semakin memperberat
kerja ventrikel. Contohnya, pada stenosis katup aorta yang murni bisa
terjadi regurgitasi katup aorta dan menyebabkan kompensasi hipertrofi
ventrikular yang sesuai dengan tingkat obstruksinya. Tingkat yang ringan
biasanya dapat ditoleransi dengan baik dengan kondisi hipertrofi minimal
dan fungsi ventrikel dengan baik. Kondisi hipertrofi berat dan obtruksi
katup dapat memacu iskemia miocardium sebagai akibat dari terbatasnya
curah jantung, berkurangnya perfusi koroner, dan meningkatnya
pemakaian oksigen miokardium. Kontraktilitas miokardium menjadi
berkurang dan mengakibatkan penurunan curah jantung. Peningkatan
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan kapiler arteri pulmonalis, penurunan fraksi pancaran serta curah
jantung, dan pada akhirnya berkembang menjadi gagal jantung kongestif.
Area yang kecil dan pembukaan katup aorta yang tidak bebas akan
membatasi kemampuan penurunan curah jantung saat kerja. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya sinkop akibat aktivitas atau kematian
mendadak.
D. PATHWAYS
Terlampir
E. MANIFESTASI KLINIS
Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe
gejala dari stenosis katup aorta berkembang ketika penyempitan katup
semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi secara bertahap terkadang
bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat
mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi
klinis dari stenosis katup aorta :
1. Nyeri dada
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien
dan akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis.
Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama
dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan
penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari
kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah
tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan
dengan beristirahat.
Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada
disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung
karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien
dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala
penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot
jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi
untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini
meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai
yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).
Ciri-ciri angina :
Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa
sakit di bawah tulang dada (sternum).
Nyeri juga bisa dirasakan di:
- Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.
- Punggung
- Tenggorokan, rahang atau gigi
- Lengan kanan (kadang-kadang).
Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa
tidak nyaman dan bukan nyeri.
Yang khas adalah bahwa angina:
- dipicu oleh aktivitas fisik
- berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
- akan menghilang jika penderita beristirahat.
Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah
melakukan kegiatan tertentu.
Angina seringkali memburuk jika:
- aktivitas fisik dilakukan setelah makan
- cuaca dingin
- stres emosional
2. Pingsan (syncope)
Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis
biasanya dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan.
Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari
pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan
darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan
hasil untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya,
aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan dapat
juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung
yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif,
harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah
timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala syncope.
3. Sesak napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak
menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot jantung untuk
mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis.
Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada
pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan
yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya,
sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut,
sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat
menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas
(orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah
timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah
antara 6 sampai 24 bulan.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Electrocardiogram (EKG)
EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-
pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang
menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada
kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga
terlihat.
2. Chest x-ray
Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan
jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika
gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh
darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali
terlihat.
3. Echocardiography
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound
untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung,
klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu
alat non-invasive yang berguna, yang membantu dokter-dokter
mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat
menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang
membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan
kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut
Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada
setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic.
4. Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi
aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters)
dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam
ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari
klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga
diukur menggunakan suatu kateter khusus.
G. PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta
asimtomatik, tetapi begitu timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal
jantung segera harus dilakukan operasi katup, tergantung pada
kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau
replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik
perlu dirujuk untuk pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular
velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk menjalani operasi. Selama
katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit memberikan
nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi
sederhana biasanya kurang menolong.
Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan
melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan.
Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya
untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan. Hal
ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan
remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup
yang menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadp anggapan tersebut
bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan.
Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan,
tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam
proses perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini masih masih
tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah
menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran
murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih
sukar lagi dari pada stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang
menyempit dengan kateter yang dilengkapi dengan balon. Cara ini
dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya penyempitan
kembali sering.
Berikut beberapa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)
2. Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).
Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali
katup tanpa menggantinya merupakan tindakan yang paling sering
digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan kateter tipis dan
lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika
mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup
yang menyempit sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan
darah dapat mengalir dengan normal kembali. Balon valvuloplasty
merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta
beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada
infant dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak
selalu berhasil karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan
balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan
stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty
terkecuali pada klien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi
penggantian katup atau valvuloplasty.
1. Percutaneous aortic valve replacement.
Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali
katup aorta percutan merupakan penatalaksanaan yang tersering yang
dilakukan pada klien dengan stenosis katup aorta. Pendekatan terbaru
dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini
dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada
klien dengan resiko tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup
aorta. Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode
antara lain :
a. Penempatan kembali katup aorta.
Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus
stenosis katup aorta. Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup
yang rusak dengan katup mekanik baru atau bagian dari jaringan
katup. Katiup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi
dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau
daerah yang dekat dengan katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya
klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti warfarin
(caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan
darah. Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat
diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya
menggunakan jaringan katup yang berasal dari katup pulmonary klien
itu sendiri jika dimungkinkan.
b. Valvuloplasty.
Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty
lebih baik untuk dilakukan daripada penggunaan metode balon
valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru lahir yang mengalami
kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan
cara operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun
katup yang menyatu dan meningkatkan kembali aliran darah yang
melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup yaitu
menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar
katup.
H. KOMPLIKASI
1. Gagal jantung
2. Hipertensi sisitemik
3. Nyeri dada (angina pectoris)
4. Sesak nafas
H. PROGNOSIS
Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta
adalah sekitar 60% dan rata rata 30% katup artifisial bioprotese
mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan operasi
ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk
mencegah trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan
mengalami komplikasi perdarahan ringan-berat akibat dari terapi
tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat dilakukan pada
anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-
kalsifikasi.Pada orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini
menimbulkan restenosis yang tinggi
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tiga gejala khas yang berkaitan dengan stenosis aorta, meliputi sinkop, angina dan
gagal ventrikel kiri. Bila diabaikan maka gejala-gejala ini menandakan prognosis yang
buruk dengan kemungkinan hidup tidak lebih dari lima tahun.Timbulnya gagal
ventrikel kiri merupakan indikasi dekompensasi jantung. Angina ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium. Kebutuhan akan
oksigen meningkat karena hipertrofi dan peningkatan kerja miokardium. Sedangkan
suplai oksigen kemungkinan besar berkurang karena penekanan sistolik yang kuat pada
arteri koronaria oleh otot yang hipertrofi. Selain itu pada hipertrofi miokardium,
perbandingan kapiler terhadap serabut otot berkurang. Maka, jarak difusi oksigen
bertambah dan hal ini agaknya mengurangi oksigen miokardium. Lapisan
subendokardium ventrikel kiri adalah yang paling rentan. Sinkop terjadi terutama pada
waktu aktivitas akibat aritmia atau kegagalan untuk untuk meningkatkan curah jantung
yang memadai guna mempertahankan perfusi otak.
Gagal ventrikel progresif mengganggu pengosongan ventrikel. Curah jantung
menurun dan volume ventrikel bertambah. Akibatnya, ventrikel mengalami dilatasi dan
kadang-kadang disertai regurgitasi fungsional katup mitralis. Stenosis aorta lanjut dapat
disertai kongesti paru-paru berat. Gagal ventrikel kanan dan kongesti vena sistemik
merupakan petunjuk stadium akhir penyakit. Stenosis aorta biasanya tidak berkembang
sampai stadium ini. Jarangnya terjadi kegagalan jantung kanan pada keadaan ini
kemungkinan adalah akibat tingginya angka kematian akibat gagal jantung kiri yang
terjadi lebih awal dalam perjalanan penyakit. Selainitu, insiden kematian mendadak
tinggi pada penderita stenosis aorta simtomatik. Patogenesis kematian mendadak ini
masih kontroversial, tetapi biasanya dicetuskan oleh kerja berat.
Tanda-tanda yang menonjol pada stenosis aorta berat adalah sebagai berikut:
1. Auskultasi : bising ejeksi sistolik, splitting bunyi jantung kedua yang paradoksal.
2. Elektrokardiogram : hipertrofi ventrikel kiri
3. Radiogram dada : dilatasi pascastenosis pada aorta desendens (akibat trauma lokal
ejeksi darah bertekanan tinggi yang mengenai dinding aorta), kalsifikasi katup.
4. Temuan hemodinamik perbedaan tekanan aorta yang bermakna (50-100 mmHg),
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, dan pengisian karotis yang
tertunda.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri dada behubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah
ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun
pada arteri koroner
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
ketidakmampuan ventrikel kiri memompa darah.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
supplai oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan.
C. Intervensi
1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat
penurunan respons nyeri dada
Kriteria evaluasi : Secara subjektif klien menyatakan penurunan
rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan tanda vital dalam
batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi
perifer, urine >600ml/ hari.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Catat karakteristik nyeri,
lokasi, lamanya, dan
penyebaran
2. Anjurkan pada klien untuk
melaporkan nyerinya dengan
segera
3. Lakukan manajemen nyeri
keperawatan:
a. Atur posisi fisiologis
1. Variasi penampilan dan perilaku klien karena
nyeri terjadi sebagai temuan dari pengkajian
2. Nyeri berat dapat menyebabkan syok
kardiogenik yang berdampak pada kematian
mendada
a. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
b. Istirahatkan klien
c. Berikan oksigen tambahan
dengan kanula nasal atau
masker sesuai dengan indikasi
d. Manajemen lingkungan:
Lingkungan tenang dan batasi
pengunjung
e. Ajarkan teknik relaksasi
pernapasan dalam
f. Ajarkan teknik distraksi
pada saat nyeri
4. Lakukan manajemen
sentuhan
O2 ke jaringan yang mengalami iskemia
b. jaringan perifer sehingga akan menurunkan
kebutuhan miokardium dan akan
meningkatkan suplai darah dan oksigen ke
miokardium yang membutuhkan untuk
menurunkan iskemik.
c. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardium sekaligus
mengurangi ketidaknyamanan akibat
sekunder dari iskemik.
d. Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi oksigen ruangan yang akan
berkurang apabila banyak pengunjung yang
akan berada di ruangan.
e. Meningkatkan suplai oksigen sehingga akan
menurunkan nyeri akibat sekunder dan
iskemik jaringan otak.
f. Distraksi (pengalihan perhatian) dappat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi enddorfin
dan enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
4. Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu suplai darah dan
Kolaborasi
Pemberian terapi farmakologi
antiangina (nitrogliserin)
oksigen ke area nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri.
Obat- obat antiangina bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah baik dengan
menambah suplai oksigen atau dengan
mengurangi kebutuhan miokardium akan
oksigen. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
dengan efek vasodilator koroner
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah
jantung
Kriteria hasil : stabilitas hemodinamik baik ( tekanan darah dalam
batas normal, curah jantung kembali meningkat, intake dan output
sesuai, tidak menunjukkan tanda-tanda disritmia).
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Auskultasi TD.
Bandingkan kedua
lengan ukur dalam
keadaan berbaring,
duduk, atau berdiri jika
memungkinkan.
2. Evaluasi kualitas dan
kesamaan nadi
3. Catat terjadinya S3/S4
4. Catat murmur
1. Hipotensi dapat terjadi karena
disfungsi ventrikel, hipertensi juga
fenomena umum, nyeri membuat
cemas, dan terjadi pengeluaran
katekolamin.
2. Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya
kekuatan nadi
3. S3 berhubungan dengan gagal jantung kanan
atau gagal mitral yang disertai infark berat
4. Menunjukkan gangguan aliran darah dalam
jantung, kelainan katup, kerusakan septum,
atau vibrasi otot papilar
5. Pantau frekuensi jantung dan
irama
6. Kolaborasi : pertahankan cara
masuk heparin (IV) sesuai
imdikasi
7. Pantau data laboratorium enzim
jantung, GDA dan elektrolit
3.
5. Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukkan komplikasi disritmia
6. Jalur yang paten penting untuk pemberian obat
darurat
7. Enzim memantau perluasan infark, elektrolit
berpengaruh terhadap irama jantung.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplai
oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan.
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas
Kriteria Hasil : Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,
terutama mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi Rasional
1. Catat frekuensi jantung, irama dan
perubahan TD selama dan sesudah
aktivitas
2. Tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat.
3. Pertahankan tirah baring anak
1. Respon klien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan penurunan oksigen
miokard
2. Menurunkan kerja miokard/ konsumsi
oksigen.
3. Mengurangi beban jantung
4. Pertahankan rentang gerak pasif
selama sakit
5. Evaluasi tanda vital selama
aktivitas
6. Pertahankan penambahan O2
sesuai kebutuhan
7. Selama aktivitas, kaji EKG,
dispnea, sianosis, frekuensi nafas,
serta keluhan subjektif
8. Beri diet sesuai kebutuhan
( pembatasan air dan Na )
9. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
4. Meningkatkan kontraksi otot sehingga
membantu aliran balik vena
5. Mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan
dengan aktivitas
6. Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
7. Melihat dampak dari aktivitas terhadap
fungsi jantung
8. Mencegah retensi cairan dan edema akibat
penurunan kontraktilitas jantung
9. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardium sekaligus
mengurangi ketidaknyamanan karena
iskemia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta
(aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang
berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari
penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah
dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan
jantung berkembang.
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam.
Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau
yang biasa kita kenal dengan demam rematik.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Wahab, Samik. 2009. Kardiologi Anak : Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta: EGC
Anonymousa. 2013 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses tanggal 25 Maret 2013
Anonymousb. 2013. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses tanggal 25 Maret 2013.
Anonymousc. 2013. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html. diakses tanggal 25 Maret 2013.