Askep Stenosis Aorta

29
STENOSIS AORTA MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan kardiovaskuler Anak Oleh : Kelompok 6 Akram Ni Made Suryani POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN KARDIOVASKULER TAHUN 2012/2013

Transcript of Askep Stenosis Aorta

Page 1: Askep Stenosis Aorta

STENOSIS AORTA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Keperawatan kardiovaskuler Anak

Oleh :

Kelompok 6

Akram

Ni Made Suryani

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

TAHUN 2012/2013

Page 2: Askep Stenosis Aorta

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian

penduduk dunia, salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung.

Penyakit katup jantung antara lain adalah  stenosis (membuka tidak

sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi

baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar.

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada

lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap

aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.

Sebagai satu kelompok, stenosis aorta terjadi pada 3-8% pasien

dengan kelainan jantung bawaan. Penyakit ini menempati urutan ke-4

atau ke-5 penyakit jantung bawaan yang paling sering terjadi.

Peningkatan insiden setara dengan usia. Kelainan ini menempati urutan

ke-2 penyakit jantung kongenital tersering pada dekade ketiga setelah

defek sekat ventrikel.

B. RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ?

2.      Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ?

C.    TUJUAN

1.      Tujuan umum

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien

dengan Stenosis aorta.

2.      Tujuan khusus

a.       Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta.

Page 3: Askep Stenosis Aorta

b.      Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta.

c.       Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi/pathways

Stenosis aorta.

d.      Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis

aorta.

e.       Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik

stenosis aorta.

f.       Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Stenosis

aorta.

g.       Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi Stenosis aorta.

h.      Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis Stenosis aorta.

i.        Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada

klien Stenosis aorta.

D.    MANFAAT

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperawatan pada klien

anak dengan Stenosis aorta.

Page 4: Askep Stenosis Aorta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada

lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap

aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA,

2002: 509-516). 

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta

(aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang

berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari

penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah

dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan

jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187). 

Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan

pada katup aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup

aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah

mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta

terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah

bisa melewatinya.

Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup

sehingga lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah.

Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat agar darah bisa

melewati katup aorta.

Banyak yang mengaitkan tingkat keparahan stenosis dengan gradient

katup. Berdasarkan hal tersebut dan adanya keterbatasan dalam metode

sebelumnya, penyakit ini bisa dikategorikan sebagai berikut :

1. Stenosis aorta ringan dengan gradient katup < 25 mmHg.

2. Stenosis aorta sedang dengan gradient katup aorta antara 25 – 60

mmHg.

Page 5: Askep Stenosis Aorta

3. Stenosis aorta berat dengan gradient katup >65 mmHg.

4. Stenosis aorta kritis dengan gradient katup >100mmHg.

B.     ETIOLOGI

Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga

menghalangi darah masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi

ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD

(Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam

rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :

1.      Kelainan kongenital

Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa

penyempitan katup aorta . sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan

dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup

aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat

tidak menimbulkan masalah ataupun gejala yang berarti sampai  ia

dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan

sehingga membutuhkan penanganan medis.

Berdasarkan letaknya, stenosis aorta terbagi atas :

1. Stenosis valvular, berdasarkan jumlah dan jenis kuspid dan

komisura

a. Katup unikuspid

b. Katup bikuspid

c. Katup trikuspid

d. Katup quadrikuspid

e. Katup enam kuspid

2. Stenosis subvalvular

3. Stenosis supravalvular

2.      Penumpukan kalsium pada daun katup

Page 6: Askep Stenosis Aorta

Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi

kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang

dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang

melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada

katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada

katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasal

dari proses klasifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun,

namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.

3.      Demam rheumatik

Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau

menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh

tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman atau bakteri tersebut

ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah

kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat

menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat

menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan

kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbagai cara.

Kerusakan katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk

membuka atau menutup bahkan keduanya.

C. PATOFISIOLOGI

Katup aorta yang normal memiliki tiga daun katup. Pada stenosis,

bentuk daun katup kadangkala tidak beraturan, terjadi penyatuan

sebagian (fusi parsial), lebih cenderung mengalami kalsifikasi dan kaku,

dan selanjutnya tampak hanya memiliki satu katup (unikuspid) atau dua

katup (bikuspid). Hal ini akan mengakibatkan keterbatasan pada gerakan

pembukaan katup. Selain itu ada juga obstruksi yang kadang disebabkan

adanya hambatan di area tepat di atas katup aorta. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya kesukaran aliran darah dari ventrikel kiri ke

dalam aorta.

Selama fase diastolik, ventrikel kiri berkontraksi dan mendorong darah

melalui katup aorta. Terlihat katup aorta yang membuka tidak penuh dan

Page 7: Askep Stenosis Aorta

adanya aliran turbulen. Turbulensi inilah yang menimbulkan suara bising

jantung. Katup mitral membuka dengan baik saat ventrikel kiri selesai

berkontraksi dan membiarkan darah mengalir ke dalam ventrikel kiri

dengan mudah. Normalnya, katup aorta membuka dengan mudah selaras

dengan kontraksi ventrikel kiri. Pada stenosis aorta terlihat usaha keras

ventrikel untuk membuka katup dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Fibrosis mungkin terjadi pada area miokardium yang rusak akibat

proses iskemia. Pada bayi dengan obstruksi berat pada kandungan,

kelainan ini bisa berkembang menjadi fibroelastosis endomiokardium,

yang lebih lanjut akan menjadi penyebab berkurangnya fungsi ventrikel.

Tahanan pada pancaran sistolik akan menyebabkan timbulnya

perbedaan tekanan antara ventrikel kiri dan aorta. Tekanan pada ventrikel

kiri meningkat secara progresif, yang bila berlanjut akan menimbulkan

penebalan dinding ventrikel. Penebalan ini akan semakin memperberat

kerja ventrikel. Contohnya, pada stenosis katup aorta yang murni bisa

terjadi regurgitasi katup aorta dan menyebabkan kompensasi hipertrofi

ventrikular yang sesuai dengan tingkat obstruksinya. Tingkat yang ringan

biasanya dapat ditoleransi dengan baik dengan kondisi hipertrofi minimal

dan fungsi ventrikel dengan baik. Kondisi hipertrofi berat dan obtruksi

katup dapat memacu iskemia miocardium sebagai akibat dari terbatasnya

curah jantung, berkurangnya perfusi koroner, dan meningkatnya

pemakaian oksigen miokardium. Kontraktilitas miokardium menjadi

berkurang dan mengakibatkan penurunan curah jantung. Peningkatan

tekanan akhir diastolik ventrikel kiri menyebabkan terjadinya peningkatan

tekanan kapiler arteri pulmonalis, penurunan fraksi pancaran serta curah

jantung, dan pada akhirnya berkembang menjadi gagal jantung kongestif.

Area yang kecil dan pembukaan katup aorta yang tidak bebas akan

membatasi kemampuan penurunan curah jantung saat kerja. Hal ini bisa

menyebabkan terjadinya sinkop akibat aktivitas atau kematian

mendadak.

D. PATHWAYS

Terlampir

Page 8: Askep Stenosis Aorta

E. MANIFESTASI KLINIS

Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe

gejala dari stenosis katup aorta berkembang ketika penyempitan katup

semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi secara bertahap terkadang

bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat

mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi

klinis dari stenosis katup aorta :

1.      Nyeri dada

Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien

dan akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis.

Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama

dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan

penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari

kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah

tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan

dengan beristirahat.

Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada

disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung

karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien

dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala

penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot

jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi

untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini

meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai

yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).

Ciri-ciri angina :

Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa

sakit di bawah tulang dada (sternum).

Nyeri juga bisa dirasakan di:

-      Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.

-      Punggung

Page 9: Askep Stenosis Aorta

-      Tenggorokan, rahang atau gigi

-      Lengan kanan (kadang-kadang).

Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa

tidak nyaman dan bukan nyeri.

Yang khas adalah bahwa angina:

-       dipicu oleh aktivitas fisik

-       berlangsung tidak lebih dari beberapa menit

-       akan menghilang jika penderita beristirahat.

Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah

melakukan kegiatan tertentu.

Angina seringkali memburuk jika:

-       aktivitas fisik dilakukan setelah makan

-       cuaca dingin

-       stres emosional

2.      Pingsan (syncope)

Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis

biasanya dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan.

Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari

pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan

darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan

hasil untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya,

aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan dapat

juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung

yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif,

harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah

timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala syncope.

3.      Sesak napas

Page 10: Askep Stenosis Aorta

Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak

menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot jantung untuk

mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis.

Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada

pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan

yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya,

sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut,

sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat

menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas

(orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah

timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah

antara 6 sampai 24 bulan.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Electrocardiogram (EKG) 

EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-

pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang

menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada

kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga

terlihat.

2.      Chest x-ray

Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan

jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika

gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh

darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali

terlihat.

3.      Echocardiography

Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound

untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung,

klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu

alat non-invasive yang berguna, yang membantu dokter-dokter

Page 11: Askep Stenosis Aorta

mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat

menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang

membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan

kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut

Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada

setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic.

4.      Cardiac catheterization

Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi

aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters)

dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam

ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari

klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga

diukur menggunakan suatu kateter khusus.

G. PENATALAKSANAAN

Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta

asimtomatik, tetapi begitu timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal

jantung segera harus dilakukan operasi katup, tergantung pada

kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau

replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik

perlu dirujuk untuk pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular

velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk menjalani operasi. Selama

katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit memberikan

nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi

sederhana biasanya kurang menolong.

Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan

melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan.

Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya

untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan. Hal

ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan

remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup

Page 12: Askep Stenosis Aorta

yang menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadp anggapan tersebut

bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan.

Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan,

tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam

proses perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini masih masih

tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah

menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran

murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih

sukar lagi dari pada stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.

Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang

menyempit dengan kateter yang dilengkapi dengan balon. Cara ini

dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya penyempitan

kembali sering.

Berikut beberapa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:

1.      Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)

2.      Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).

Seringnya tindakan  yang bertujuan untuk membenarkan kembali

katup tanpa menggantinya merupakan tindakan yang paling sering

digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan kateter tipis dan

lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika

mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup

yang menyempit sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan

darah dapat mengalir dengan normal kembali. Balon valvuloplasty

merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta

beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada

infant dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak

selalu berhasil karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan

balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan

stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty

Page 13: Askep Stenosis Aorta

terkecuali pada klien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi

penggantian katup atau valvuloplasty.

1.      Percutaneous aortic valve replacement.

Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali

katup aorta percutan merupakan penatalaksanaan yang tersering yang

dilakukan pada klien dengan stenosis katup aorta. Pendekatan terbaru

dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini

dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada

klien dengan resiko tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup

aorta. Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode

antara lain :

a.       Penempatan kembali katup aorta.

Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus

stenosis katup aorta. Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup

yang rusak dengan katup mekanik baru atau bagian dari jaringan

katup. Katiup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi

dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau

daerah yang dekat dengan katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya

klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti warfarin

(caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan

darah. Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat

diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya

menggunakan jaringan katup yang berasal dari katup pulmonary klien

itu sendiri jika dimungkinkan.

b.      Valvuloplasty.

Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty

lebih baik untuk dilakukan daripada penggunaan metode balon

valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru lahir yang mengalami

kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan

cara operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun

katup yang menyatu dan meningkatkan kembali aliran darah yang

melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup yaitu

Page 14: Askep Stenosis Aorta

menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar

katup.

H. KOMPLIKASI

1.      Gagal jantung

2.      Hipertensi sisitemik

3.      Nyeri dada (angina pectoris)

4.      Sesak nafas

H.    PROGNOSIS 

Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta

adalah sekitar 60% dan rata rata 30% katup artifisial bioprotese

mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan operasi

ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk

mencegah trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan

mengalami komplikasi perdarahan ringan-berat akibat dari terapi

tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat dilakukan pada 

anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-

kalsifikasi.Pada orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini

menimbulkan restenosis yang tinggi

Page 15: Askep Stenosis Aorta

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Tiga gejala khas yang berkaitan dengan stenosis aorta, meliputi sinkop, angina dan

gagal ventrikel kiri. Bila diabaikan maka gejala-gejala ini menandakan prognosis yang

buruk dengan kemungkinan hidup tidak lebih dari lima tahun.Timbulnya gagal

ventrikel kiri merupakan indikasi dekompensasi jantung. Angina ditimbulkan oleh

ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium. Kebutuhan akan

oksigen meningkat karena hipertrofi dan peningkatan kerja miokardium. Sedangkan

suplai oksigen kemungkinan besar berkurang karena penekanan sistolik yang kuat pada

arteri koronaria oleh otot yang hipertrofi. Selain itu pada hipertrofi miokardium,

perbandingan kapiler terhadap serabut otot berkurang. Maka, jarak difusi oksigen

bertambah dan hal ini agaknya mengurangi oksigen miokardium. Lapisan

subendokardium ventrikel kiri adalah yang paling rentan. Sinkop terjadi terutama pada

waktu aktivitas akibat aritmia atau kegagalan untuk untuk meningkatkan curah jantung

yang memadai guna mempertahankan perfusi otak.

Gagal ventrikel progresif mengganggu pengosongan ventrikel. Curah jantung

menurun dan volume ventrikel bertambah. Akibatnya, ventrikel mengalami dilatasi dan

kadang-kadang disertai regurgitasi fungsional katup mitralis. Stenosis aorta lanjut dapat

disertai kongesti paru-paru berat. Gagal ventrikel kanan dan kongesti vena sistemik

merupakan petunjuk stadium akhir penyakit. Stenosis aorta biasanya tidak berkembang

sampai stadium ini. Jarangnya terjadi kegagalan jantung kanan pada keadaan ini

kemungkinan adalah akibat tingginya angka kematian akibat gagal jantung kiri yang

terjadi lebih awal dalam perjalanan penyakit. Selainitu, insiden kematian mendadak

tinggi pada penderita stenosis aorta simtomatik. Patogenesis kematian mendadak ini

masih kontroversial, tetapi biasanya dicetuskan oleh kerja berat.

Tanda-tanda yang menonjol pada stenosis aorta berat adalah sebagai berikut:

1. Auskultasi : bising ejeksi sistolik, splitting bunyi jantung kedua yang paradoksal.

2. Elektrokardiogram : hipertrofi ventrikel kiri

3. Radiogram dada : dilatasi pascastenosis pada aorta desendens (akibat trauma lokal

ejeksi darah bertekanan tinggi yang mengenai dinding aorta), kalsifikasi katup.

4. Temuan hemodinamik perbedaan tekanan aorta yang bermakna (50-100 mmHg),

peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, dan pengisian karotis yang

tertunda.

Page 16: Askep Stenosis Aorta

B.     Diagnosa keperawatan

1.      Nyeri dada behubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah

ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun

pada arteri koroner

2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan

ketidakmampuan ventrikel kiri memompa darah.

3.      Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan

supplai oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan.

C.    Intervensi 

1.      Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan

kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium

         Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat

penurunan respons nyeri dada

         Kriteria evaluasi : Secara subjektif klien menyatakan penurunan

rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan tanda vital dalam

batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi

perifer, urine >600ml/ hari.

Intervensi Rasional

Mandiri

1.      Catat karakteristik nyeri,

lokasi, lamanya, dan

penyebaran

2.      Anjurkan pada klien untuk

melaporkan nyerinya dengan

segera

3.      Lakukan manajemen nyeri

keperawatan:

a.       Atur posisi fisiologis

1. Variasi penampilan dan perilaku klien karena

nyeri terjadi sebagai temuan dari pengkajian

2. Nyeri berat dapat menyebabkan syok

kardiogenik yang berdampak pada kematian

mendada

a. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan

Page 17: Askep Stenosis Aorta

b.      Istirahatkan klien

c.     Berikan oksigen tambahan

dengan kanula nasal atau

masker sesuai dengan indikasi

d.     Manajemen lingkungan:

Lingkungan tenang dan batasi

pengunjung

e.      Ajarkan teknik relaksasi

pernapasan dalam

f.       Ajarkan teknik distraksi

pada saat nyeri

4.      Lakukan manajemen

sentuhan

O2 ke jaringan yang mengalami iskemia

b. jaringan perifer sehingga akan menurunkan

kebutuhan miokardium dan akan

meningkatkan suplai darah dan oksigen ke

miokardium yang membutuhkan untuk

menurunkan iskemik.

c. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada

untuk pemakaian miokardium sekaligus

mengurangi ketidaknyamanan akibat

sekunder dari iskemik.

d. Lingkungan tenang akan menurunkan

stimulus nyeri eksternal dan pembatasan

pengunjung akan membantu meningkatkan

kondisi oksigen ruangan yang akan

berkurang apabila banyak pengunjung yang

akan berada di ruangan.

e. Meningkatkan suplai oksigen sehingga akan

menurunkan nyeri akibat sekunder dan

iskemik jaringan otak.

f. Distraksi (pengalihan perhatian) dappat

menurunkan stimulus internal dengan

mekanisme peningkatan produksi enddorfin

dan enkefalin yang dapat memblok reseptor

nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks

serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.

4.     Manajemen sentuhan pada saat nyeri

berupa sentuhan dukungan psikologis dapat

membantu menurunkan nyeri. Masase

ringan dapat meningkatkan aliran darah dan

dengan otomatis membantu suplai darah dan

Page 18: Askep Stenosis Aorta

Kolaborasi

Pemberian terapi farmakologi

antiangina (nitrogliserin)

oksigen ke area nyeri dan menurunkan

sensasi nyeri.

Obat- obat antiangina bertujuan untuk

meningkatkan aliran darah baik dengan

menambah suplai oksigen atau dengan

mengurangi kebutuhan miokardium akan

oksigen. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri

dengan efek vasodilator koroner

2.      Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan

frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.

         Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah

jantung

         Kriteria hasil : stabilitas hemodinamik baik ( tekanan darah dalam

batas normal, curah jantung kembali meningkat, intake dan output

sesuai, tidak menunjukkan tanda-tanda disritmia).

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Auskultasi TD.

Bandingkan kedua

lengan ukur dalam

keadaan berbaring,

duduk, atau berdiri jika

memungkinkan.

2. Evaluasi kualitas dan

kesamaan nadi

3. Catat terjadinya S3/S4

4. Catat murmur

1. Hipotensi dapat terjadi karena

disfungsi ventrikel, hipertensi juga

fenomena umum, nyeri membuat

cemas, dan terjadi pengeluaran

katekolamin.

2. Penurunan curah jantung

mengakibatkan menurunnya

kekuatan nadi

3. S3 berhubungan dengan gagal jantung kanan

atau gagal mitral yang disertai infark berat

4. Menunjukkan gangguan aliran darah dalam

jantung, kelainan katup, kerusakan septum,

atau vibrasi otot papilar

Page 19: Askep Stenosis Aorta

5. Pantau frekuensi jantung dan

irama

6. Kolaborasi : pertahankan cara

masuk heparin (IV) sesuai

imdikasi

7. Pantau data laboratorium enzim

jantung, GDA dan elektrolit

3.     

5. Perubahan frekuensi dan irama jantung

menunjukkan komplikasi disritmia

6. Jalur yang paten penting untuk pemberian obat

darurat

7. Enzim memantau perluasan infark, elektrolit

berpengaruh terhadap irama jantung.

3.      Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplai

oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan.

Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas

Kriteria Hasil : Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,

terutama mobilisasi di tempat tidur.

Intervensi Rasional

1. Catat frekuensi jantung, irama dan

perubahan TD selama dan sesudah

aktivitas

2. Tingkatkan istirahat, batasi

aktivitas, dan berikan aktivitas

senggang yang tidak berat.

3. Pertahankan tirah baring anak

1. Respon klien terhadap aktivitas dapat

mengindikasikan penurunan oksigen

miokard

2. Menurunkan kerja miokard/ konsumsi

oksigen.

3. Mengurangi beban jantung

Page 20: Askep Stenosis Aorta

4. Pertahankan rentang gerak pasif

selama sakit

5. Evaluasi tanda vital selama

aktivitas

6. Pertahankan penambahan O2

sesuai kebutuhan

7. Selama aktivitas, kaji EKG,

dispnea, sianosis, frekuensi nafas,

serta keluhan subjektif

8. Beri diet sesuai kebutuhan

( pembatasan air dan Na )

9. Rujuk ke program rehabilitasi

jantung

4. Meningkatkan kontraksi otot sehingga

membantu aliran balik vena

5. Mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan

dengan aktivitas

6. Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan

7. Melihat dampak dari aktivitas terhadap

fungsi jantung

8. Mencegah retensi cairan dan edema akibat

penurunan kontraktilitas jantung

9. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada

untuk pemakaian miokardium sekaligus

mengurangi ketidaknyamanan karena

iskemia.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta

(aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang

berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari

penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah

Page 21: Askep Stenosis Aorta

dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan

jantung berkembang.

Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam.

Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau

yang biasa kita kenal dengan demam rematik.

Page 22: Askep Stenosis Aorta

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Wahab, Samik. 2009. Kardiologi Anak : Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta: EGC

Anonymousa.  2013 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses tanggal 25 Maret 2013

Anonymousb. 2013. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses tanggal 25 Maret 2013.

Anonymousc. 2013. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html. diakses tanggal 25 Maret 2013.