Askep Skizofrenia Residual
-
Upload
res-yh-res -
Category
Documents
-
view
26 -
download
1
description
Transcript of Askep Skizofrenia Residual
LAPORANAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS :
Nama : Nn L
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Pegawai Bank
Alamat : Jl Bandu Agung Kediri
Agama : Islam
Tanggal Pengkajian : 28 Juli 2003
Tanggal MRS : 26 Juni 2002
Register No : 10227595
Informan : saudara sepupu (Nn. Sisil)
DX Medis : Skizofrenia Residual
II. ALASAN MASUK:
Autoanamnesa:
Klien mengatakan badanya terasa lemas dan perasaannya bingung sehingga
ngomel-ngomel tanpa sebab.
Heteroanamnesa:
Menurut keterangan saudara sepupu klien (Nn. S), 1 bulan yang lalu klien terjun
dari atap rumah sehingga cedera karena keingannanya tidak dipenuhi. Setelah
itu dibawa kesangkal putung, sepulang dari sana kurang lebih 1 minggu klien
ngomel-ngomel dan menjambak rambut saudaranya. Klien tidak mau makan,
minum, tidak bisa tidur, selama 1 minggu dan terus ngomel-ngomel.
III. FAKTOR PREDISPOSISI :
Menurut saudaranya, klien pernah MRS di RSDS 3 tahun yang lalu di ruang
jiwa C (3x). Obat jarang diminum karena klien malas.
Klien pernah menciderai diri klien dengan melompat/terjun dari jembatan
layang ke jalan raya pada usia 31 tahun karena berpisah dengan pacarnya dan
terjun bebas dari atap rumah umur 35 tahun karena meninggalnya ibu klien.
Klien mengalami penolakan dari keluarga sepeninggal ibu klien.
Anggota keluarga lainnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Pengalaman masa lalu yang tidak mengenakkan, 3 tahun yang lalu diputus
pacar, pernah PHK sehingga klien merasa tidak berharga dan berusaha
menciderai diri klien dengan meloncat dari jembatan layang untuk bunuh diri.
Masalah keperawatan : - Resiko menciderai diri
- Harga diri rendah
- Koping individu tidak efektif
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital :
TD : 120/80 mm Hg, Nadi :100 x / menit, S = 36,5°C, RR : 20 x / menit
2. Ukur : TB = 170 cm, BB = - kg
3. Berat badan sebelum MRS. Tidak diketahui, di Rumah Sakit tidak terukur.
Tapi menurut keluarga klien nampak lebih kurus dari sebelum sakit.
4. Klien mengeluh tangan kaku dan sulit digerakkan, kaki terasa kaku dan tidak
stabil kalau berdiri/berjalan dan terasa nyeri.
Keterangan: Di lengan kiri pasien terpasang pen. Pada kaki kiri bengkak
dan terdapat luka.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
2. Konsep diri :
a. Citra tubuh
Klien memandang dirinya tidak lagi dihargai keluarganya karena dia orang
cacat dan gila.
a. Identitas diri
Klien menganggap dia seorang wanita belum menikah dan yang kurang berguna
c. Peran
Klien selalu menganggap dirinya adalah anak yang selalu perlu dibantu dan tidak
bisa berperan sebagai wanita dewasa yang mandiri.
b. Ideal diri
Harapan klien ia bisa sembuh, kembali dihargai keluarga dan masyarakat.
c. Harga diri
Klien merasa rendah diri dihadapan saudara dan keluarga yang lain
Masalah keperawatan : harga diri rendah
1. Hubungan sosial
a. Orang yang terdekat adalah ibunya. Setelah ibu meninggal, klien lebih
dekat dengan sepupunya yang menjaga (Nn S).
b. Peran serta dalam masyarakat (menurut saudaranya)tidak pernah ikut
kegiatan sosial.
c. Hambatan dalam berhubungan klien mempunyai kepribadian tertutup dan
sering melamun (kepribadian skizoid). Klien selalu menuntut hal yang
sempurna, manja, jarang keluar rumah dan tidak mau diatur oleh orang
lain.
Masalah keperawatan : isolasi sosial, menarik diri
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam
b. Kegiatan ibadah
Klien tidak pernah sholat lagi, hanya berdoa pagi dan sore.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan klien rapi, kebersihan badan dan pakaian cukup.
2. Pembicaraan klien : teratur, realistik dan relevan dengan
pertanyaan.
3. Aktivitas motorik :tidak ada peningkatan motorik, klien terbatas
aktivitasnya karena adanya luka pada kaki dan tangan akibat cedera yang
lalu. Jari-jari tangan nampak tremor
masalah keperawatan : keterbatasan aktivitas
4. Alam perasaan : Kadang-kadang pasien menunjukkan perasaan
sedih karena teringat ibunya yang telah meninggal dan sedih karena
kurangnya perhatian dari keluarga
Masalah Kep : berduka disfungsional
5. Afek : sesuai dengan situasi dan kondisi serta topik
pembicaraan.
6. Interaksi selama wawancara : Kontak mata cukup baik, sikap tangan terbuka,
wajah menghadap perawat, badan lurus
7. Persepsi : sekitar 1 bulan yang lalu klien mendengar
suara-suara yang menyuruh bunuh diri dan menyuruh berteriak-teriak. Tapi
saat dikaji, kien mengatakan sudah tidak ada lagi.
8. Proses pikir :
a. Bentuk pikir : realistis, autisme tidak ada
b. Arus pikir : Koheren
c. Isi pikir : ide, cita-cita, perasaan dan keinginan klien
normal (klien ingin sembuh dan kembali ke keluarga) waham , obsesi, phobia,
depersonalisasi tidk ada
9. Tingkat kesadaran : mampu mengadakan relasi, orientasi orang
tempat dan waktu, mampu mengadakan limitasi dalam berinteraksi
10. Memori : Gangguan daya ingat jangka panjang (kurang
mampu mengingat ingatan yang lebih dari 1 bulan)
masalah keperawatan : gangguan ingatan jangka panjang
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
- Perhatian klien fokus
- mampu berkonsentrasi.
- mampu berhitung.
12. Kemampuan penilaian
Mampu menilai orang, tempat dan waktu dengan baik dan sesuai realita
13. Daya tilik diri
Klien menyadari kalau dirinya sakit secara psikologis dan fisik
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan : klien mampu memenuhi kebutuhan makan tanpa bantuan orang lain.
2. bab/bak : klien mampu bab/bak dengan dibantu keluarga.
3. mandi : klien kurang mampu mandi sendiri /dibantu karena adanya luka ,
kadang klien juga malas dan mesti dibantu (karena dulunya klien selalu
dimandikan orang tua sampai umur dewasa).
4. berpakaian : klien mampu berpakaian sendiri walaupun tetap dibantu dalam
memakai celana dalam (klien malas/ terbiasa dimanja ibunya) .
5. tidur ; klien bisa tidur siang kurang lebih 2 jam dan tidur malam kurang lebih
6-7 jam.
6. penggunaan obat : selama di rumah sakit klien mau minum obat secara rutin
tanpa paksaan.
Masalah keperawatan : ketidakmampuan dan ketidakmauan merawat diri,
keterbatasan fisik
VIII. Mekanisme Koping
Koping yang digunakan klien kalau ada masalah adalaha menarik diri dan cenderung
untuk menciderai diri sendiri dan orang lain (marah yang agresif).
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Primary support sistem kurang mendukung (saudara kandung) klien. Menganggap
klien gila dan merugikan saja. Klien punya sikap manja dan tergantung, ingin
kebutuhannya selalu terpenuhi.
Masalah keperawatan : koping keluarga inefektif
primary support sistem kurang
Ketidakmampuan dan ketidaktahuan cara merawat klien
X. Pengetahuan
Klien dan keluarga menyadari adanya gangguan kejiwaan dan fisik klien. Klien
menyadari bahwa perilakunya dapat menciderai dirinya dan orang lain.
XI. Aspek Medik
Diagnosa medik : skizofrenia residual
Terapi : Fluphenazine 2 x 2,5 mg tablet, Lorazepam 2x 2 mg tablet
Masalah Keperawatan : efek samping obat (tremor)
XII. Diagnosa Keperawaan
1. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain dan lingkungan bd gangguan
persepsi : halusinasi dengar
2. kurangnya perawatan diri bd disability dan kurangnya kemauan
3. harga diri rendah bd kurangnya primary support system keluarga
Pohon Masalah / web of caution :
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini, kelompok berusaha untuk membahas tentang kasus yang
dirawat dengan cara membandingkan tinjauan teori dengan kasus yang ditemukan di
klinik.
Berdasarkan teori, klien dengan skizofrenia mempunyai faktor predisposisi
dari teori biologis maupun psikososial. Secara biologis, klien dengan schizifrenia
terjadi karena adanya faktor genetik dan kecacatan sejak lahir pada bagian
hipokampus otak. Pada kasus yang ada teori biologis tidak ditemukan, karena Nn. L
tidak mempunyai keluarga yang mengalami gangguan jiwa, untuk teori kecacatan
hipokampus otak, sampai saat ini kelompok tidak menemukan data yang menunjang.
Selain teori biologis, terdapat juga teori psikososial yang mengemukakan tentang
terjadinya gangguan schizofrenia, yaitu teori sistem keluarga bahwa schizofrenia
terjadi oleh karena suatu perkembangan disfungsi keluarga. Berdasarkan pengkajian
yang ada, klien tergolong manja dan angkuh karena klien merasa cantik, pinter dan
dimanjakan oleh ibunya. Setelah ibunya meninggal, saudara-saudara klien tidak
memperhatikan klien. Selama ini klien tinggal dengan adik perempuannya yang
sudah berkeluarga sehingga klien harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini
menyebabkan klien merasa sedih / stress yang berkepanjangan dan mengalami
gangguan jiwa, selain itu juga karena mekanisme koping klien yang kurang adekuat.
Kesenjangan lain, pada skizofrenia residual, tampak jelas adanya gejala
primer ( perubahan proses berfikir, perubahan kemauan, perubahan psikomotor dan
perubahan afek-emosi). Pada kasus Nn. , gejala yang nampak adalah penurunan
psikomotor , kemauan dan afek emosi.
Diagnosa keperawatan secara teori terdapat 4 buah diagnosa keperawatan
( Isolasi social berhubungan dengan kurangnya rasa percaya diri, koping individu
tidak efektif berhubungan dengan disfungsi system keluarga,perubahan persepsi
sensori berhubungan dengan menarik diri, Kurang perawatan diri berhubungan
dengan menarik diri, disability). Pada Nn. L ditemukan diagnosa keperawatan:
Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi dengar, kurangnya perawatan diri berhubungan dengan disability dan
kurangnya kemauan, harga diri rendah berhubungan dengan kurangnya primary
support system keluarga. Tidak semua diagnosa keperawatan pada teori muncul hal
ini terkait dengan kondisi klien saat pengkajian.
Perencanaan pada kasus disesuaikan dengan perencanaan pada teori. Pada
pelaksanaan disesuaikan dengan kondisis pasien. Masalah utama yang muncul pada
klien Nn L adalah kurangnya perawatan diri karena pada kasus ini klien mengalami
disability akibat cidera kaki riwayat regresi sehingga pelaksanaannyapun disesuaikan
dengan kondisi klien.
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan respon klien.
Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri dalam waktu satu minggu.
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial :
menarik diri pada schizifrenia simplek khususnya pada klien Nn. M
ditemukan beberapa diagnosa keperawatan yang sama dengan teori, namun
demikian tetap ada perbedaan khususnya pada gejala yang timbul, demikian
juga pada faktor predisposisi tidak ditemukan seperti yang dikatakan pada
teori, kemungkinan besar hal ini dikarenakan koping individu yang kurang
atau tidak efektif. Karena itu perlu peran serta perawat yang optimal dalam
memberikan asuhan individu yang satu dengan yang lain.
2. Saran
Bagi perawat unit psikiatri atau jiwa, perlu terapi yang lebih spesifik
khususnya pada klien dengan menarik diri dengan cara membuka hubungan
interpersonal yang lebih baik guna memberikan kesempatan kepada klien
untuk lebih terbuka dan pada akhirnya dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.