Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

download Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

of 35

Transcript of Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    1/35

    i

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

    SKIZOFERNIA

    Disusun oleh:

    Home Group 6

    Ahmad Hifni Bik (1106053275)

    Dwi Laksono (1106089073)

    Elvyna Trinanda Daeng (1106053060)

    Eva Prasetya Maulina (1106003604)

    Ismi Arummaningtyas (1106053395)

    Masreni Rajagukguk (1106005534)

    Sitta Diani Fichara (1106053110)

    Trismoria Sinurat (1106089161)

    Wulan Nurhidayah (1106012741)

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS INDONESIA

    2013

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    2/35

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

    rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan

    Keperawatan Pada Pasien Dengan Skizofernia yang merupakan tugas dari mata kuliah

    Keperawatan Dewasa IV di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

    . Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ice

    Yulia Wardani SKp., M.Kep., selaku fasilitator mata ajar Keperawatan Dewasa IV yang telah

    membimbing dalam proses pembelajaran, serta teman-teman yang telah ikut berpartisipasi

    dalam penyusunan makalah ini.

    Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.

    Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

    harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan

    dapat menambah wawasan bagi kita semua.

    Depok, April 2013

    Tim Penyusun

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    3/35

    iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR... i

    DAFTAR ISI .ii

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .. 1

    1.2 Rumusan Masalah ..2

    1.3 Tujuan Penulisan ...2

    1.4 Metodologi Penulisan 2

    1.5 Sistematika Penulisan ... 2

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Skizofrenia......................................3

    2.1.1 Definisi Skizofrenia . 3

    2.1.2 Etiologi Skizofrenia... 3

    2.1.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia. 7

    2.2 Waham dan Harga Diri Rendah. 15

    2.3 Hubungan Waham dan Harga Diri Rendah. 18

    BAB 3. PEMBAHASAN

    3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien Waham 22

    3.2 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional dan Kronis................. 25

    3.3 Kasus dan Pembahasannya.........................27

    BAB 4. PENUTUP

    4.1 Kesimpulan ... 30

    4.2 Saran ..30

    DAFTAR PUSTAKA 31

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    4/35

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar BelakangSkizofrenia secara harfiah bukan berarti jiwa yang terpisah (schizein=

    terpisah;phrenia= jiwa), tetapi orang dengan skizofrenia dapat melihat dunia dengan

    cara yang berbeda dari orang di sekitar mereka. Mereka bisa mendengar/ melihat/

    merasakan hal yang tidak dialami oleh orang lain (halusinasi), misalnya mendengar

    suara (yang cenderung menjadi halusinasi yang paling umum). Mereka memiliki

    keyakinan yang tak tergoyahkan dalam hal yang tidak benar (delusi), misalnya bahwa

    orang membaca pikiran mereka, mengendalikan pikiran mereka atau berencana

    menyakiti mereka. Ketika dunia mereka tampak menyimpang akibat adanya

    halusinasi dan delusi, orang dengan skizofrenia dapat merasa takut, cemas dan

    bingung. Mereka bisa menjadi begitu kacau sehingga mereka dapat merasa takut

    sendiri dan juga dapat membuat orang di sekitar mereka takut.

    Skizofrenia terjadi di seluruh dunia. Penyakit ini mempengaruhi sekitar 1%

    orang semasa hidup mereka dan angka penyakit sangat mirip dari negara ke negara.Berdasarkan data yang dikeluarkan World Health Organization (WHO), penderita

    gangguan psikis dengan diagnosis skizofrenia telah menjangkiti kurang lebih 24 juta

    jiwa di seluruh dunia (WHO, 2010). Dari jumlah 24 juta jiwa tersebut, di Indonesia

    tercatat sebanyak 1.928.663 juta jiwa dengan skizofrenia. Meskipun skizofrenia hanya

    menjangkiti sedikit bagian dari populasi, menurut WHO skizofrenia merupakan

    kelainan psikis yang menempati peringkat kedua dalam penyakit yang menyebabkan

    beban paling besar setelah penyakit jantung. Beban yang ditimbulkan skizofrenia

    terutama dirasakan oleh pihak keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan

    skizofrenia.

    Melihat prevalensi kasus skizofrenia tersebut, dan dampak skizofrenia

    terhadap penderita maupun keluarga penderita, tentu sangat penting untuk mengetahui

    dan memahami penatalaksanaan keperawatan dan medis yang tepat untuk pasien

    skizofrenia. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang skizofrenia

    mencakup definisi, tanda dan gejala, serta asuhan keperawatan untuk pasien

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    5/35

    2

    skizofrenia. Di samping skizofrenia, makalah ini menjelaskan tentang waham dan

    harga diri rendah, beserta penyelesaian masalah untuk kasus skizofrenia paranoid.

    1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi schizofrenia?2. Bagaimana tanda dan gejala serta penyebab schizofrenia?3. Apa definisi waham serta tanda dan gejala waham dan penyebabnya?4. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan diagnosa waham?

    1.3 Tujuan PenulisanMahasiswa mampu:

    1. Mengetahui dan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta penyebabSchizofrhenia

    2. Mengetahui diagnosa dan penatalaksanaan medis schizofrenia3. Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, dan penyebab waham4. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan gangguan waham5. Mengetahui kaitan antara HDR dengan waham

    1.4 Metode PenulisanDalam menyusun makalah ini, kami melakukan metode belajar Problem Based

    Learning (PBL). Pada awal pertemuan, setiap anggota kelompok mendapatkan sub

    pokok bahasan masing-masing, lalu masing-masing anggota kelompok melakukan

    belajar mandiri untuk mempelajari materi dan menyusun LTM. Pertemuan selanjutnya

    setiap anggota menyampaikan hasil belajarnya kepada anggota kelompok lainnya.

    Setelah itu menyusun makalah dari hasil diskusi dan bahan LTM masing-masing

    anggota kelompok.

    1.5 Sistematika PenulisanMakalah ini disusun dengan sistematika cover, kata pengantar, daftar isi, BAB 1

    pendahuluan, BAB 2 isi, BAB 3 asuhan keperawatan, BAB 4 penutup dan daftar

    pustaka. BAB 1 adalah pendahuluan makalah yang berisi latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB 2 adalah

    isi yang berisi penjelasan lingkup sub pokok bahasan. BAB 3 adalah asuhan

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    6/35

    3

    keperawatan yang terkait dengan kasus dan BAB 4 adalah penutup yang berisi

    kesimpulan dan saran.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    7/35

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Skizofrenia2.1.1 Definisi Skizofrenia

    Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisah

    atau pecah, dan phrenyang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya

    atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom

    skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simptom positif, simptom

    negatif, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. Skizofrenia merupakan

    suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan

    penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta

    sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan

    sosial budaya.

    Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

    karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

    (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear

    consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun

    kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

    2.1.2 Etiologi SkizofreniaAda beberapa faktor berikut ini yang menyebabkan skzofrenia, di antaranya

    adalah:

    1. Faktor NeurobiologiPenelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan

    adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum

    diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu

    dengan munculnya simptom skizofrenia. Terdapat beberapa area tertentu

    dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang menjadi patologis, yaitu

    sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area

    tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin

    melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi

    sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul

    pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan

    dan sosial.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    8/35

    5

    2. Hipotesa DopaminMenurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan

    aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan

    akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor

    dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau

    kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan

    observasi bahwa ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat

    antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor

    dopamine D2. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik, seperti

    amphetamine, dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

    3. Faktor GenetikaPenelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan

    merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren.

    Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat

    anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika

    hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan

    keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya

    skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk

    mengalami skizofrenia.

    4. Faktor Psikososiala. Teori Tentang Individu Pasien

    Teori PsikoanalitikFreud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi

    perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis.

    Jika neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka psikosis

    merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan

    ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom

    skizofrenia. Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia

    merepresentasikan waktu dimana ego belum atau masih baru terbentuk.

    Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta

    kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang

    buruk-turut memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori

    Freud tentang skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai

    respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain. Harry Stack

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    9/35

    6

    Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh

    kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang

    berhubungan dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah,

    yaitu cemas berlebihan.

    Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia,

    kerusakan ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol

    terhadap dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan

    tersebut terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal balik ibu dan

    anak.

    Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis

    bagi masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat

    mungkin mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya

    telah hancur. Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari

    ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas yang obyektif dan

    mungkin juga merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang

    dimilikinya.

    b. Teori PsikodinamikBerbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan

    psikodinamik setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap

    berbagai stimulus. Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan

    kesulitan dalam setiap fase perkembangan selama masa kanak-kanak dan

    mengakibatkan stress dalam hubungan interpersonal.

    Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan

    dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat

    kaitannya dengan adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan

    faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi

    tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin

    timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan

    kerusakan ego yang mendasar.

    Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan

    psikodinamik dibangun berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom

    psikotik memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya waham kebesaran

    pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu,

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    10/35

    7

    menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan

    hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.

    c.Teori BelajarMenurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-

    kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara

    pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya

    juga memiliki masalah emosional.

    1. Teori Tentang KeluargaBeberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami

    nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku

    keluarga yang patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress

    emosional yang harus dihadapi oleh pasien skizofrenia. Antara lain:

    a. Double BindKonsep yang dikembangkan oleh Gregory Bateson untuk

    menjelaskan keadaan keluarga dimana anak menerima pesan yang

    bertolak belakang dari orangtua berkaitn dengan perilaku, sikap

    maupun perasaannya. Akibatnya anak menjadi bingung menentukan

    mana pesan yang benar, sehingga kemudian ia menarik diri kedalam

    keadaan psikotik untuk melarikan diri dari rasa konfliknya itu.

    b. Schims and Skewed FamiliesMenurut Theodore Lidz, pada pola pertama, dimana terdapat

    perpecahan yang jelas antara orangtua, salah satu orang tua akan

    menjadi sangat dekat dengan anak yang berbeda jenis kelaminnya.

    Sedangkan pada pola keluarga Skewed, terjadi hubungan yang tidak

    seimbang antara anak dengan salah satu orangtua yang melibatkan

    perebutan kekuasaan antara kedua orangtua, dan menghasilkan

    dominasi dari salah satu orang tua.

    c. Pseudomutual and Pseudohostile FamiliesDijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-

    suppress ekspresi emosi dengan menggunakan komunikasi verbal

    yang pseudomutual atau pseudohostile secara konsisten. Pada

    keluarga tersebut terdapat pola komunikasi yang unik, yang mungkin

    tidak sesuai dan menimbulkan masalah jika anak berhubungan dengan

    orang lain di luar rumah.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    11/35

    8

    d. Ekspresi EmosiOrang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis,

    kejam dan sangat ingin ikut campur urusan pasien skizofrenia.

    Banyak penelitian menunjukkan keluarga dengan ekspresi emosi yang

    tinggi (dalam hal apa yang dikatakan maupun maksud perkataan)

    meningkatkan tingkat relapse pada pasien skizofrenia

    e. Teori SosialBeberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan

    urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia.

    Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah

    dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan

    keparahan penyakit.

    2.1.3 Tanda dan Gejala SkizofreniaGejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut

    Bleuler, yaitu primer dan sekunder. Waham primer tidak dapat dipahami secara

    psikologi atau tidak berasal dari keadaan psikologi lain, sedangkan waham

    sekunder menurut Mayer-Gross dalam Maramis (1998), merupakan cara untuk

    menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain.

    1. Gejala-gejala primer :a.Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).

    Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran,

    terutama asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah

    timbul ide lain, atau terdapat pemindahan maksud, atau juga menyamakan

    semua hal, contohnya seorang perawat yang dimarahi dan dipukuli,

    kemudian seorang lain yang ada di sampingnya juga dimarahi dan dipukuli.

    Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini

    dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi

    kadang-kadang sampai beberapa hari.

    Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain

    didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan

    pikiran atau pressure of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul

    dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.

    Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada

    inkoherensi sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    12/35

    9

    pikiran melayang selalu ada efori. Ide timbul sangat cepat, tetapi masih

    dapat diikuti, masih bertujuan.

    b. Gangguan afek dan emosiKedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita

    menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti

    keadaan keluarganya dan masa depannya. Parathimi : apa yang seharusnya

    menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih

    atau marah. Paramimi: penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi

    ia menangis. Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris

    dinamakan incongruity of affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan

    inadequat. Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak

    mempunyai kesatuan, umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita

    menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa. Semua ini merupakan

    gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan

    emosi lain adalah : emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti

    dibuat-buat, seperti penderita yang sedang bermain sandiwara. Yang

    penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk

    melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu

    sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.

    Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang

    berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan

    membenci satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu

    hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.

    c. Gangguan kemauanBanyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan

    kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak

    dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan

    itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju

    dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus. Atau mereka menganggap

    hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.

    Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan

    berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan

    stupor katatonik.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    13/35

    10

    Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan

    terhadap suatu permintaan. Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal

    yang berlawanan pada waktu yang sama, umpamanya mau makan dan tidak

    mau makan; atau tangan diulurkan untuk berjabat tangan, tetapi belum

    sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk kedalam ruangan,

    tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi sebelum suatu

    perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan. Otomatisme :

    penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari

    luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.

    d. Gejala psikomotorJuga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan.

    Kelompok gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala

    skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.

    Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila

    gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang

    kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalam keadaan stupor tidak

    menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-

    hari, berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya pada

    skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat

    disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin

    juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita

    dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin

    mengatakan apa-apa lagi.

    2. Gejala-gejala sekunder :a.Waham

    Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat

    bizarre. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya

    adalah fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak

    mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham

    bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh

    melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross membagi waham dalam dua

    kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau

    tafsiran yang bersifat waham (delutional interpretations).

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    14/35

    11

    Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab

    apa-apa dari luar. Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat

    skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat

    seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata

    dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat kaki

    terhadap sebatang pohin untuk kencing.

    Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan

    merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia

    lain. Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif,

    waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan

    sebagainya.

    b. HalusinasiPada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan

    hal ini merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain.

    Paling sering pada keadaan sskizofrenia ialah halusinasi (oditif atau

    akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan.

    Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi

    citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya

    penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang

    menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun

    dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia

    lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak

    organik bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya

    penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka orang yang

    menakutkan.

    c. Diagnosa SkizofreniaDiagnosa keperawatan terkait penyakit skizofrenia:

    Ansietas (berat)1. Hambatan komunikai verbal2. Koping defensif3. Ketidakmampuan koping keluarga4. Gangguan proses keluarga5. Gangguan identitas pribadi6. Ketakutan

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    15/35

    12

    7. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan8. Defisit perawatan diri9. Ketidakpatuhan10. Gangguan proses berpikir11. Risiko mutilasi diri12. Hambatan interaksi social13. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain14. Disfungsi seksual

    Para ilmuwan mengasumsikan selama lebih dari 100 tahun, bahwa

    skizofrenia membutuhkan beberapa bentuk intervensi biologis. Sekitar

    tahun 1930, beberapa perawatan biologis banyak dicoba. Salah satunya

    adalah injeksi dosis besar insulin, untuk menginduksi koma pada orang

    yang menderita skizofrenia. Namun, pemeriksaan lebih dekat menunjukkan

    risiko besar penyakit serius dan kematian. Selama masa ini, psycosurgery

    termasuk lobus prefrontal diperkenalkan, dan pada akhir 1930,

    electroconvulsive therapy (ECT) diajukan sebagai pengobatan untuk

    skizofrenia. Seperti perawatan drastic sebelumnya, semangat awal untuk

    ECT memudar, karena ditemukan bahwa ECT tidak bermanfaat untuk

    sebagian besar orang yang menderita skizofrenia. ECT terkadang

    direkomendasikan untuk orang yang mengalami episode-episode sangat

    parah dari depresi. (Barlow & Durand, 2005).

    Skizofrenia merupakan indikasi utama untuk menggunakan obat-

    obatan antipsikotik. Agen ini efektif untuk menekan gelaja selama episode

    psikotik akut, dan ketika dikonsumsi untuk pasien kronis, dapat mengurangi

    dengan baik adanya risiko relaps (kekambuhan). Efek awal dapat terlihat

    pada hari ke 1-2, namun perubahan substansi biasanya membutuhkan 2-4

    minggu, dan efek penuh mungkin tidak berkembang untuk beberapa bulan.

    Semua agen tradisional antipsikotik sama keefektifannya, meskipun respon

    pasien mungkin lebih baik terhadap salah satu obat dibanding obat lainnya.

    Perlu dicatat bahwa obat antipsikotik tidak mengubah patologi yang

    mendasari skizofrenia. (Lehne., 1998).

    d. WahamWaham merupakan salah satu gangguan proses pikir yang berupa

    suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/ terus menerus

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    16/35

    13

    namun tidak sesuai dengan kenyataan (Mata Ajar Keperawatan Dewasa IV,

    Mustikasari). Klien skizofrenia biasanya mengalami waham dalam fase

    psikotik penyakit. Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan

    tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh atau bisa

    pula tidak aneh tetapi tidak mungkin misalnya FBI mengikuti saya.

    Walaupun begitu, keyakinan tersebut tetap dipertahankan meskipun telah

    diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Karakteristik

    umum waham skizofrenia adalah klien memegang keyakinan ini dengan

    kepastian total, langsung dan segera. Karena klien percaya pada ide waham,

    ia akan bertindak sesuai dengan ide tersebut.

    1. Rentang respon Neurobiologi Respon adaptif

    Pikiran logis adalah pendapat atau pertimbangan yang dapatditerima akal

    Persepsi akurat adalah pandangan dari seseorang tentang suatuperistiwa secara cermat.

    Emosi konsisten dengan pengalaman adalah kemantapan perasaanjiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.

    Perilaku sesuai yaitu kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitandengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau

    ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.

    Hubungan sosial yaitu hubungan seseorang dengan orang laindalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat.

    Respon transisi Pikiran kadang menyimpang yaitu keadaan dimana individu

    mengalami kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil

    kesimpulan

    Ilusi yaitu persepsi atau respon yang salah terhadap stimulussensori.

    Reaksi emosi berlebihan atau berkurang adalah emosi yangdiekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    17/35

    14

    Perilaku ganjil / tak lazim yaitu perilaku aneh yang tidak enakdipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal

    orang lain.

    Menarik diri yaitu keadaan dimana individu melakukan perilakumenghindar dari orang lain.

    Respon maladaptif Gangguan pikiran atau delusi yaitu keyakinan yang salah yang

    secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang

    lain dan bertentangan dengan realita sosial.

    Halusinasi adalah suatu kondisi dimana individu memilikipersepsi yang salah terhadap rangsangan

    Sulit berespon emosi yaitu keadaan dimana individu menurunnyakemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,

    keakraban dan kedekatan.

    Ketidakteraturan yaitu keadaan dimana individu mengalamiketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.

    Isolasi sosial yaitu suatu keadaan kesepian yang dialamiseseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan

    mengancam.

    Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan

    jiwasebagian besar disertai halusinasi dan delusi yang meliputi beberapa

    tahapan antara lain :

    a. Tahap Comforting:Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa,

    klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan koping

    imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.

    b. Tahap Condeming:Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi,

    selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut

    apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang irasakan sehingga

    timbul perilaku menarik diri (Withdrawl)

    c. Tahap Controling:Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    18/35

    15

    tetapi suara tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan

    klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut

    hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.

    d. Tahap Conquering:Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila

    tidak diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul

    perilaku atau risiko bunuh diri.

    Berdasarkan perilaku seseorang ketika waham, waham dibagi menjadi

    berikut:

    a. Waham kebesaran (grandiose), yaitu percaya bahwa mereka memilikikemampuan dan misi khusus. Mereka meyakini bahwa mereka memiliki

    kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak

    sesuai dengan kenyataan. Contoh : saya ini pejabat departemen

    kesehatan atau saya presiden republic Indonesia.

    b. Waham agama yaitu meyakini bahwa ia memiliki keyakinan terhadapsuatu agama secara berlebihan, diucapkan secara berulang dan tidak

    sesuai dengan kenyataan. Contoh : kalau saya mau surge, saya harus

    berpakaian putih setiap hari.

    c. Waham kemiskinan (poverty) yaitu waham yang berupa kepercayaanbahwa mereka telah dibuat miskin.

    d. Waham rasa bersalah (guilt) yaitu percaya bahwa mereka telahmelakukan kejahatan dan pantas dihukum.

    e. Waham ketidakberadaan (nihilistic) yaitu percaya bahwa mereka tidakberarti atau tidak ada. Mereka meyakini bahwa mereka sudah tidak ada

    di dunia ini. Contoh : ini alam kubur saya, semua yang ada disini

    adalah roh-roh.

    f. WahamHypocondriacalyaitu percaya bahwa mereka mengidap suatupenyakit fisik.

    g. Waham penganiyaaan (persecutory) yaitu percaya bahwa semua orangberkonspirasi melawan mereka.

    h. Waham reference yaitu percaya bahwa mereka dipengaruhi olehmajalah/televisi.

    i. Waham kecemburuan (jealously) yaitu percata bahwa pasangan merekatidak setia meskipun tidak ada buktinya. Mereka meyakini seseorang

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    19/35

    16

    atau kelompok yang berusaha merugikan/ mencederai dirinya yang

    diucapkan berulang kali dan tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh :

    saya tahu, seluruh saudara ingin menghancurkan hidup saya karena

    mereka iri dengan kesuksesan saya.

    j. Waham penuh cinta (amourus) yaitu percaya bahwa orang lain sedangjatuh cinta dengan mereka.

    k. Waham infestation (serbuan) yaitu percaya bahwa mereka diserbu olehserangga atau parasite

    l. Wahampassitivity experiences yaitu percaya bahwa mereka disuruhmelakukan sesuatu atau merasan emosi atau dikendalikan dari luar.

    m.Waham somatik meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang dan tidak sesuai dengan

    kenyataan. Contoh : saya sakit kanker setelah dilakukan tes

    laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda bahwa ia terserang penyakit

    kanker.

    n. Waham sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yangdisisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.

    o. Waham siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isipikiranya, padahal dia tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang

    tersebut.

    p. Waham kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol olehkekuatan dari luar.

    Waham sekunder tidak dapat dipahami secara psikologi karena muncul darisejumlah kelainanlain seperti pikiran atau gangguan afek, misalnya pasien

    depresi bisa percaya bahwa ia telah melakukan dosa yang tidak terampuni,

    walaupun kehidupannya relative baik.

    2.2 Waham dan Harga Diri RendahKlien yang memiliki gangguan proses pikir waham memiliki tanda dan gejala

    sebagai berikut : menarik diri, tidak peduli lingkungan, bicara dan tertawa, ketakutan,

    marah tanpa sebab, bermusuhan dan curiga, komunikasi kacau (sesuai dengan waham),

    perawatan diri terganggu.

    Sedangkan harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai

    (Potter, P.A. & Perry, A. G. 2005). Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri

    dan orang lain yang bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Harga diri juga

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    20/35

    17

    dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan

    dalam hidup. Seseorang dengan harga diri tinggi biasanya menunjukkan keberhasilan

    yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya pribadi. Namun berbeda dengan orang yang

    memiliki harga diri rendah ketika berhasil cenderung mengatakan bahwa keberhasilan

    yang diraihnya adalah keberuntungan dan atau atas bantuan yang lain ketimbang

    kemampuan pribadi (Marsh, 1990 dalam Potter & Perry, 2005).

    Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

    menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :

    227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari

    perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak

    langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri

    rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif

    mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat

    kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,

    hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara

    langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional

    maupun kronis atau menahun.

    Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang

    berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

    1. Data subjektif:a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain

    b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihanc. Perasaan tidak mampud. Rasa bersalahe. Sikap negatif pada diri sendirif. Sikap pesimis pada kehidupang. Keluhan sakit fisikh. Pandangan hidup yang terpolarisasii. Menolak kemampuan diri sendiri

    j. Pengurangan diri/mengejek diri sendirik. Perasaan cemas dan takutl. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positifm.Mengungkapkan kegagalan pribadin. Ketidak mampuan menentukan tujuan

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    21/35

    18

    2. Data objektif:a. Produktivitas menurun

    b. Perilaku destruktif pada diri sendiric. Perilaku destruktif pada orang laind. Penyalahgunaan zate. Menarik diri dari hubungan sosialf. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalahg. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

    Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi

    sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah

    laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes

    RI, 1998:336). Isolasi Sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara

    lain:

    a. Enggan untuk memulai hubungan/pembicaraanb.Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lainc. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang laind.Kurang spontan ketika diajak bicarae. Apatisf. Ekspresi wajah kosongg.Menurun/tidak adanya komunikasi verbalh. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara.

    Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara situasional,

    yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba. Misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,

    putus sekolah, putus hubungan kerja, dan lainnya. Sedangkan yang kronik, perasaan

    negatif terhadap diri telah berlangsung lama. Harga diri rendah kronis terjadi

    merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak

    diselesaikan atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feedback

    dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan

    lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga

    diri rendah.

    Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga dipengaruhi

    beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural.

    Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    22/35

    19

    mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada

    keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat

    mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan

    harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-

    pikiran negatif dan tidak berdaya.

    Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah konis sangat berhubungan

    dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal

    yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi

    penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak

    mempercayai anaknya, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis

    kelamin dan peran dalam pekerjaan

    Faktor sosial seperti status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya

    harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan

    rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu. Sedangkan

    faktor kultural dapat memberikan tuntutan peran sesuai kebudayaan sering

    meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain seperti wanita sudah harus

    menikah jika umur mencapai duapuluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup

    individualisme.

    Akumulasi faktor predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga diri rendah

    kronis setelah adanya faktor presipitasi. Faktor presipitasi dapat disebabkan dari

    dalam diri sendiri dan dari luar, antara lain ketegangan peran, konflik peran, peran

    yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan

    transisi peran sehat-sakit.

    2.3 Hubungan Waham dan Harga Diri RendahWaham ditandai dengan keyakinan klien akan sesuatu yang mustahil. Misalnya

    klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau

    kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau

    sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam

    tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang

    lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis,

    suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak

    percaya kepada orang lain, dan gelisah. Perbedaan kemunculan waham ini dipengaruhi

    oleh jenis waham yang dialami oleh klien.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    23/35

    20

    Waham dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam menilai realitas.

    Kemampuan ini akan menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi

    dengan realitas kehidupan. Orang yang normal memiliki daya nilai untuk menilai situasi

    secara benar dan bertindak yang sesuai dengan situasi tersebut dengan memperhatikan

    kaidah sosial yang berlaku di dalam kehidupan sosial budayanya. Pada gangguan jiwa

    berat atau kepribadian antisosial maka daya nilai sosialnya sering terganggu. Perlu

    dilakukan uji daya nilai untuk mengetahui kemampuan menilai situasi secara benar dan

    bertindak yang sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan.

    Klien yang dinilai tidak mampu mengenali realitas, sering melakukan defends

    mechanism. Defends mechanism ini bersifat alamiah dan timbul karena individu

    berkeinginan untuk mempertahankan diri dari ancaman-ancaman yang timbul dari

    realitas yang tidak mampu ia tanggulangi. Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan

    semakin hari semakin banyak, karena pada dasarnya manusia ingin bertahan dari jenis-

    jenis ancaman yang dialaminya, di antaranya:

    - Denialatau penolakan, dilakukan dalam bentuk melupakan atau melakukan tindakan-tindakan lain yang bertentangan dengan suatu realitas yang tidak menyenangkan.

    - Projection, yaitu menumpahkan pengalaman dan penghayatan atau ingatan yang tidakmenyenangkan di dalam dirinya pada hal atau pihak lain

    - Kompensasi, yaitu melakukan tindakan untuk mengurangi atau menyembunyikankekurangan yang dirasakannya

    - Fantasi, yaitu realitas-realitas yang tidak menyenangkan yang dipersepsikan justrusebagai hal yang menyenangkan

    Pada klien dengan harga diri rendah, akan terjadi gangguan interaksi sosial.

    Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri

    dan kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang dapat

    diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Harga diri klien yang rendah

    menyebabkan klien merasa malu sehingga biasanya klien lebih suka sendiri dan

    menghindar untuk berinteraksi dengan orang lain. Klien mengurung diri dan menarik diri

    dari interaksi sosial dan lingkungannya sehingga hal ini dapat menyebabkan klien

    berfikir mengenai sesuatu yang tidak realistik. Pemikiran yang tidak sesuai dengan

    kenyataan ini akhirnya dapat memunculkan terjadinya halusinasi. Halusinasi adalah

    persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua

    sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. Hal ini

    disebabkan karena klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    24/35

    21

    berlebihan. Pada awalnya klien menjadikan halusinasi sebagai pelarian dari masalah

    yang dihadapinya, namun kemudian halusinasi tersebut justru menguasai dirinya.

    Akhirnya seseorang tersebut mengalami waham sehingga tidak bisa membedakan antara

    kehidupan nyata dan khayalannya.

    Menurut Keliat (1998), gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien

    menilai dan berespon pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan

    kenyataan. Klien tidak mampu memberikan respon secara akurat, sehingga tampak

    perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Hal ini disebabkan karena

    terganggunya fungsi kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi

    motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan

    kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial

    mengakibatkan kemampuan berespon terganggu yang tampak dari perilaku nonverbal

    (ekspresi muka, gerakan tangan) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).

    Sebagai seorang perawat, penting mengetahui definisi, penyebab, dan dampak dari

    waham serta keterkaitannya dengan risiko gangguan jiwa yang lain. Setiap risiko

    gangguan jiwa dapat menimbulkan manifestasi gangguan jiwa yang lebih buruk. Oleh

    karena itu, dengan mengetahui waham secara lebih rinci mulai dari definisi hingga

    penatalaksanaannya diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang

    tepat guna membantu pemulihan kondisi kesehatan klien.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    25/35

    22

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Waham1.Pengkajian

    Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat perawat gunakan sebagai panduan

    untuk mengkaji pasien waham.

    a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi yang berulang ulang diungkapkan danmenetap?

    b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau apakah pasien cemassecara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

    c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidaknyata?

    d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?e. Apakaah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?f. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuata fisik atau kekuatan lainnya

    atau yakin bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?

    2. Diagnosa dan IntervensiDiagnosa 1 : Hambatan interaksi sosial

    Intervensi dan rasional :

    Bantu klien mensurvei kenalan-kenalan dan mengidentifikasi siapa saja darimereka yang berpotensi menjadi teman.Memfokuskan upaya klien pada orang dan

    situasi nyata membuat pelajaran keterampilan dan bersosialisasi menjadi realistis

    dan sangat bermakna.

    Diskusi dengan klien dengan cara-cara untuk memulai interaksi dengan orang lain.Memberi informasi mengenai keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi

    memfasilitasi rasa kompetensi klien.

    Ajarkan klien tetang cara mengekspresikan perasaan dengan cara yang dapatditerima secara sosial melalui kegiatan bermain peran. Ekspresi perasaan yang

    sesuai dapat terasa sulit bagi klien yang mempertahankan jarak emosional dengan

    orang lain.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    26/35

    23

    Bantu klien menyatakan secara verbal perasaan-perasaan yang tidak nyaman ataunegatif. Mengungkapkan perasaan secara verbal akan mencegah peningkatan

    ansietas dan menurunkan kemungkinan kembalinya pikiran waham.

    Bantu klien mengidentifikasi situasi-situasi yang jika kurang memilikiketerampilan sosial yang sesuai akan mengganggu interaksi sosial. Umpan balik

    membantu klien mengembangkan kesadaran akan adanya masalah dalam interaksi

    sosial yang khusus dan memfasilitasi keinginan klien untuk berubah.

    Ciptakan kesempatan untuk klien agar memiliki interaksi dengan kelompok kecildan interaksi dengan teman sebaya. Kontak dengan kelompok kecil dan interaksi

    dengan teman sebay dapat meningkatkan rasa percaya dan berbagi.

    Beri kesempatan interaksi untuk klien dengan membantu membuat kontak denganteman dan anggota keluarga yang diinginkan. Orang yang dekat dengan klien

    dapat membantunya melakukan keterampilan interaksi dan meningkatkan

    pengalaman bersosialisasi.

    Ajarkan dan kuatkan keterampilan sosial melalui penggunaan model peran danbermain peran.Penguatan keterampilan sosial yang baru didapat mendorong klien

    untuk sering menggunakan keterampilan tersebut.

    Diagnosa 2 : Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain

    Intervensi dan rasional:

    Bantu klien untuk mendiskusikan kegelisahan pribadinya mengenai perlakuan yangtidak sesuai dengan orang lain. Mendorong klien untuk menyatakan

    kekhawatirannya mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang lain

    memungkinkan penilaian terhadap waham kejar dan potensial terjadi kekerasan.

    Minta klien untuk mendiskusikan rasa marahnya dan cara sesuai untuk mengatasiperasaan negatif ini, klien harus belajar menggunakan pilihan yang tidak memakai

    kekerasan dalam upayanya memuaskan kebutuhan.

    Identifikasi faktor resiko, misalnya riwayat stres yang hebat, kekerasan dalamkeluarga, dan penyerangan fisik. Riwayat memiliki faktor resiko ganda

    mengindikasikan kemungkinan lebih besar untuk menggunakan kekerasan sebagai

    metode koping.

    Contohkan cara yang sesuai untuk mengekspresikan kemarahan menurunkankemarahan dan berespons terhadap bahasa yang kasar. Mengajarkan klien tentang

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    27/35

    24

    cara-cara yang bisa diterima dalam mengekspresikan kemarahan dan megurangi

    kegelisahan adalah sebuah langkah untuk mengatasi perasaan agresif.

    Ajari klien cara menoleransi persaan frustasi dengan memberikan contoh caramenangani gangguan situasi sehari-hari dan dengan mengidentifikasi pikiran

    otomatis dan perilaku yang muncul dalam situasi frustasi tertentu. Jika klien

    mengembangkan keterampilan menangani masalah dengan baik, perilaku agresif

    akan jarang terjadi.

    Beri kesempatan untuk mengeluarkan energi agresif dengan cara berolahraga ataumelakukan aktivitas fisik lain. Mempelajari cara melepaskan energi yang dapat

    diterima di masyarakat memampukan klien untuk melakukan kontrol diri.

    Beri umpan balik positif atas cara-cara klien dalam berupaya mengatasi frustasidan menangani kecenderungan untuk berperilaku agresif. Umpan balik positif akan

    mendorong klien untun terus menerapkan keterampilan baru yang sudah dipelajari

    dalam menangani frustasi dan sifat marahnya.

    Bantu klien mengenali situasi yang berpotensi memicu terjadinya kehilangankontrol diri. Pengalaman dalam mengenali dan mendiskusikan situasi yang

    berpotensi bersifat kekerasan dapat mengurangi stres dan meminimalkan perasaan

    terancam dibeberapa peristiwa.

    Bantu klien mempelajari pemecahan masalah dan keterampilan bernegosiasi untukmenggantikan perilaku suka berargumentasi. Mempelajari pemecahan masalah dan

    keterampilan bernegosiasi sebagai pengganti dari perilaku argumentasi akan

    megurangi ketergantungan klien pada tindak kekerasan.

    3. Asuhan keluargaSelain dengan pentalaksanaan keperawatan pasien dengan waham dapat dibantu

    pemulihan masalah kejiwaannya dengan bantuan keluarganya, karena keluarga

    merupakan unsur terdekat dengan individu. Berikut beberapa penatalaksaan yang bisa

    dilakukan atau diterapkan didalam keluarga :

    Ajarkan keluarga tentang cara berkomunikasi dengan anggota keluarga yangmempunyai gangguan waham.

    Beri penguatan realita dengan cara mendiskusikan beberapa peristiwa nyata dalamkehidupan

    Sediakan kesempatan kepada anggota keluarga untuk menyatakan kekhawatiransecara verbal

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    28/35

    25

    Ajarkan anggota keluarga tentang cara-cara untuk menerima individu yangmemiliki gangguan

    Beri informasi mengenai kelompok pendukung dan agen komunitas

    Ajarkan keluarga untuk memantau nutrisi, hidrasi, pola istirahat-tidurklien.Beritahu keluarga klien tentang teknik penatalaksanaan stress dan tentang

    cara mengenali serta mengintervensi jika orang tersebut berperilaku agresif.

    4. Evaluasi Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham Klien menyadari kaitan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan keyakinannya

    (waham) saat ini

    Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham

    Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien Klien menggunakan obat sesuai program

    3.2 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional dan Harga Diri RendahKronis

    1. PengkajianPada pengkajian harga diri rendah situasional perawat harus mengkaji tanda

    dan gejala yang mungkin timbul seperti mengkritik diri sendiri, perasaan tidak

    mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap

    kemampuan diri. Selain itu, perawat juga dapat mengamati penampilan seseorang

    dengan harga diri rendah, terlihat kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian

    tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak

    menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah. Pengkajian harga diri rendah

    situasional lebih memfokuskan pada keadaan atau situasi yang membuat harga diri

    menjadi rendah.

    2. Diagnosa keperawatanGangguan konsep diri: harga diri rendah situasional

    3. Intervensi dan implementasi:a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien:

    Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasienseperti kegiatan pasien, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan keluarga serta

    lingkungan terdekat pasien Memberi pujian yang realistik / nyata

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    29/35

    26

    b. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan: Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan saat ini

    berdasarkan kemampuan yang telah diidentifikasi

    Membantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuandiri yang diungkapkan pasien

    Memperlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktifc. Membantu pasien memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih:

    Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan dan memilihkemampuan yang akan dilatih

    Memberikan dukungan dalam memilih kemampuan yang paling mudahdilakukanya

    Membantu pasien memilih kemampuan sesuai dengan kondisi pasien saat inid. Melatih kemampuan yang dipilih pasien:

    Memotivasi pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih Mendisukusikan cara melaksanakan kemampuan yang dipih Memberi contoh cara melaksanakan kemampuan dipilih Membantu pasien melakukan sendiri kemampuan yang dipilih

    Memberikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukanpasien

    e. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih: Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegitan yang telah dilatihkan

    secara mandiri

    Membantu pasien memasukan kemampuan yang telah dilatih dalam jadwalkegiatan sehari-hari,berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan

    perasaan setelah pelaksanaan kegiatan

    4. Evaluasi pasien dapat menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan pasien dapat memilih kegiatan yang akan dialkuakn sesuai dengan kemampuan

    yang dimiliki

    pasien dapat melaksanankan kemampuan yang telah dilatih pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    30/35

    27

    3.3 KasusSeorang wanita, 39 tahun, baru pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa karena sejak

    sebulan yang lalu mengurung diri di kamar, menolak makan, minum, dan mandi. Hal ini

    terjadi sejak bercerai dengan suaminya dua bulan yang lalu. Berdasarkan hasil

    wawancara didapatkan data pasien sedang dicari cari seorang pangeran untuk dijadikan

    permaisuri di suatu kerajaan inggris, pasien mengingatkan hal ini secara konsisten dan

    berulang ulang

    Pembahasan

    Pada pengkajian untuk klien dengan gangguan jiwa, hal hal yang perlu dikaji

    ialah faktor penyebab, faktor pencetus, mekanisme koping, dan perilaku klien. Faktor

    penyebab gangguan waham antara lain faktor genetis, faktor neurobiologis; adanya

    gangguan pada korteks prefrontal dan korteks limbik, kelainan neurotransmiter;

    abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamat, dan terakhir faktor psikologis.

    Mekanisme koping klien dengan gangguan waham umumnya adalah regresi, proyeksi,

    dan menarik diri. Tabel ini dapat dilihat untuk pengkajian perilaku klien dengan waham

    Berhubungan dengan Perilaku

    Kognitif:

    - Ingatan- Perhatian

    Bentuk & isi

    pembicaraan

    - Pengambilankeputusan

    - Isi pikir

    Pelupa, tidak berminat, kurang patuh

    Kesulitan menyelesaikan tugas, konsentrasi terhadap tugas

    Kesulitan mengkomunikasikan pikiran & perasaan

    Kesulitan melakukan & menjalankan aktivitas

    Delusi

    Persepsi Halusinasi, ilusi, masalah integrasi sensori, pengenalan bagian nyeri

    dalam tubuh kurangEmosi Alekstimia: kesulitan dalam pemberian nama & penguraian emosi

    Apati: kurang memiliki perasaan, emosi, minat/ kepedulian

    Gerakan Katatonia, kelenturan seperti lilin, gerakan mata abnormal, meringis,

    apraksia, langkah yg tidak normal, efek samping ekstra piramidal

    PerilakuAgitasi, perilaku berulang, kurang energi/ dorongan, kurang tekun

    dlm bekerja/ sekolah

    Hubungan Menarik diri, harga diri rendah, ketidaksesuaian sosial, stigma yg

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    31/35

    28

    berhubungan dengan penarikan diri oleh orang lain

    Pada kasus ini, kemungkinan terbesar penyebab gangguan waham pada klien ialah

    karena faktor psikologis, kemungkinan karena perceraian dengan suaminya yang

    mengakibatkan klien berfikir ia tidak bisa membina hubungan rumah tangga yang baik.

    Hal itu menjadi stressor untuk klien sehingga klien mengalami HDR kronis yang

    kemudian berlanjut menjadi gangguan kejiwaan proses pikir; waham. Mekanisme

    koping yang dilakukan klien adalah dengan menarik diri yaitu dengan mengurung diri di

    kamar dan menolak makan dan minum.

    Prinsip pendekatan pada klien dengan waham ialah dengan tidak menyangkal tapi

    juga tidak mendukung hal hal yang dikatakan klien terkait waham tersebut. Videbeck

    (2001) berpandangan bahwa tanggung jawab perawat dalam menangani klien dengan

    gangguan waham adalah menghadirkan dan mempertahankan realitas (Videbeck, 2001)

    Maka, rencana intervensi yang dapat dilakukan ialah di bawah ini:

    Dx : Gangguan proses pikir: Waham

    Intervensi Rasional

    Berbicara jelas dan tulus kepada klien Klien yang mengalami waham sangat sensitif

    terhadap orang lain

    Konsisten dalam menetapkan harapan,

    menjalankan peraturan

    Batasan yang jelas dan konsisten pada

    struktur yang aman bagi klien

    Jangan menjanjikan hal hal yang tidak dapat

    perawat tepati

    Janji yang tidak ditepati dapat membuat

    hubungan tidak percaya

    Dorong klien untuk berbicara tetapi jangan

    memata matai untuk memperoleh informasi

    Tindakan menyelidiki akan meningkatkan

    rasa curiga klien

    Berumpan balik positif untuk keberhasilan

    klien

    Mengenali pencapaian klien dapat

    mengurangi ansietas

    Mula mula, jangan berdebat atau mencoba

    meyakinkan klien bahwa wahamnya salah

    Argumen yang logis tidak bisa menganggu

    pemikiran waham, dan juga dapat merusak

    hubungan saling percaya

    Berinteraksi pada klien berdasarkan hal hal

    nyata

    Berinteraksi dengan realitas dan

    mempercepat penyembuhan waham klien

    Kenali dan dukung pencapaian klien Dapat mengurangi ansietas dan

    meningkatkan harga diri

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    32/35

    29

    Jangan bersikap menghakimi atau

    merendahkan atau membuat lelucon

    mengenai keyakinan klien

    Waham dan perasaan klien bukan sesuatu

    yang lucu bagi mereka

    Jangan pernah menerima waham klien

    sebagai realitas

    Dapat memperburuk kondisi klien

    Sisipkan keraguan tentang waham secara

    langsung, segera setelah klien siap menerima

    Ketika klien sudah percaya dengan perawat,

    maka klien akan curiga dengan wahamnya

    jika perawat merasa curiga

    Upayakan diskusi mengenai pikiran waham

    sebagai suatu masalah dalam kehidupan klien

    Diskusi tentang masalah waham merupakan

    fokus saat ini dan berdasarkan realitas

    Kriteria evaluasi yang diharapkan adalah, klien dapat dihasilkan ialah:

    Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini Klien dapat meningkatkan orientas terhadap realita Klien dapat meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan/ mengontrol waham Klien dapat menggunakan obat sesuai program

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    33/35

    30

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1. Kesimpulan

    Skizofrenia merupakan salah satu gangguan yang melibatkan perilaku psikotik. Istilah

    psikotik digunakan untuk mengkarakterisasikan suatu perilaku aneh, meskipun dalam arti

    yang ketat biasanya melibatkan delusi dan/atau halusinasi. Gejala skizofrenia diantaranya

    adalah waham dan harga diri rendah. Waham adalaha keyakinan yang salah dan

    dipertahankan yang tidak memiliki dasar dalam realitas Sedangkan harga diri rendah adalah

    perasaan negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan yang dimiliki. Klien harga diri rendah

    cendrung mengurung diri dan menarik diri dari interaksi sosial dan lingkungannya sehingga

    hal ini dapat menyebabkan klien berfikir mengenai sesuatu yang tidak realistik (waham).

    Jadi, skizofrenia dapat terjadi bila sesorang mempunyai harga diri yang rendah lalu menarik

    diri dari masyarakat lalu menampakan perilaku tidak lazim lalu kehilangan minat dan sibuk

    berhalusinasi (waham).

    4.2. Saran

    Sebagai seorang perawat, penting untuk mengetahui definisi, penyebab, dan dampak

    dari skizofrenia, waham dan harga diri rendah. Karena skizofrenia, waham dan harga diri

    rendah saling berkaitan. Setiap risiko gangguan jiwa dapat menimbulkan manifestasi

    gangguan jiwa yang lebih buruk. Oleh karena itu, dengan mengetahui skizofrenia, waham

    dan harga diri rendah secara mendalam akan lebih memudahkan dalam pencegahan dan

    proses penatalaksanaannya.

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    34/35

    31

    DAFTAR PUSTAKA

    Waramis, W.F. 1994. catatan Ilmu Kedoktern Jiwa. Penerbit : Airlangga University Press.

    Prawirohardjo, Soejono. 1973. Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek-Aspek pengobatannya.

    Yogyakarta.e-smartschool

    Kartini Kartono, 1986. Patologi Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: CV.

    Rajawali.

    Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing ; Concepts, Process, and

    Practice. Jakarta : EGC.

    Stuart, G.W. & Sundeen, S. J. (1998).Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed. 3. Jakarta : EGC.

    Stuart, G. W. & Laraatia, M. T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Ed.

    S. Missouri : Mosby.

    Barlow, D. H., & Durand, V. M. (2005).Abnormal Psychology; An Integrative Approach 4 th

    edition. U.S.A : Thomson Wadsworth.

    Lehne, R. A. (1998). Pharmacology for Nursing Care 3rd Edition. Philadelphia: W. B.

    Saunders Company.

    Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2011). Buku Saku Diagnosisi Keperawatan: diagnosis

    NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC

    Hibbert, Allison dkk : alih bahasa Rini cendekia (2004). Rujukan Cepat Psikiatri. Jakarta :

    EGC

    Ingram , I.M dkk ; alih bahasa Petrus Andrianto (1993). Catatan Kuliah Psikiatri edisi ke 6.

    Jakarta : EGC

    Keliat, BA. (1998). Seri Keperawatan Konsep Diri cetakan ke 3. Jakarta : EGC

    Tomb, David A.(1999).Hos Psychitari 6th edition. USA : Lippincot

    Videbeck, Sheila L; alih bahasa Renata Komalasari. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

    Jakarta: EGC

    Bahan mata ajar Keperawatan Dewasa IV Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

    Proses Pikir : Waham , oleh : Mustikasari, S.Kp.,MARS

    Carpenito, L. J. (1998).Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

    Keliat, B. A. (1998). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri. Jakarta: EGC.

    Stuart, G. W & Sundeen, S. J. (1998).Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

    Townsend, Mary C. (1998). Terj. Novi Helera C. D.Psychiatric Mental Health Nursing

    Package. Edisi 3. Jakarta: EGC.Keliat, Budi Anna. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Komunitas. Jakarta : EGC

  • 7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia

    35/35

    Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

    Wilkinson, Judith. 2009. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan NOC. Jakarta :

    EGC

    Stuart, G., W., & Laraia, M.,T. (1998). Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Missouri: Mosby.

    Varcarolis, E., M. (2000).Psychiatric Nursing Guide. Philadelphia: W.B. Saunders Co.

    Videebeck, Sheila, L. (2008).Buku Ajar Keperawatan Dewasa. Jakarta: EGC