askep sensori

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksempurnaan kadang membuat anak-anak minder dalam pergaulannya sehari-hari. Kehilangan pendengaran, termasuk salah satu kekurangan yang membuat anak-anak sulit tumbuh normal di tengah masyarakat. Menilik permasalahan ini lebih dalam, Audiologist dan pakar pendidikan anak tunarungu Drs Anton Subarto, Dipl Aud menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan ketulian pada anak, di antaranya : Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak. Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya. Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena itu harus hati-hati bila digunakan. Peringatan bagi para ibu-ibu hamil, kalau sedang mengandung sebisa mungkin jangan sakit karena suatu penyakit yang diderita saat hamil sangat riskan untuk kandungan,

description

asuhan keperawatan sensori

Transcript of askep sensori

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksempurnaan kadang membuat anak-anak minder dalam pergaulannya sehari-hari. Kehilangan pendengaran, termasuk salah satu kekurangan yang membuat anak-anak sulit tumbuh normal di tengah masyarakat.Menilik permasalahan ini lebih dalam, Audiologist dan pakar pendidikan anak tunarungu Drs Anton Subarto, Dipl Aud menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan ketulian pada anak, di antaranya : Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak. Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena itu harus hati-hati bila digunakan. Peringatan bagi para ibu-ibu hamil, kalau sedang mengandung sebisa mungkin jangan sakit karena suatu penyakit yang diderita saat hamil sangat riskan untuk kandungan, terlebih seperti campak atau tipes. Semua penyakit dengan panas tinggi, akan sangat riskan untuk kandungan. Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal, namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa berdampak pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di bantu dengan alat bantu dengar semata.Terapi yang bisa membuat kembali mendengar itu tidak ada kecuali untuk para tuli konduktif yang disebabkan karena infeksi. Infeksi ini dapat disembuhkan tetapi ketuliannya belum tentu sembuh.

BAB IIPEMBAHASANA. PengertianTuli ialah keadaan dimana orang tidak dapat mendengar sama sekali (total deafness), suatu bentuk yang ekstrim dari kekurangan pendengaran. Istilah yang sekarang lebih sering digunakan ialah kekurangan pendengaran (hearing-loss)(Louis,1993).Kekurangan pendengaran ialah keadaan dimana orang kurang dapat mendengar dan mengerti perkataan yang didengarnya.Pendengaran normal ialah keadaan dimana orang tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat mengerti apa yang didengarnya.(Anderson,1874)B. Anatomi Fisiologi TelingaSecara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :1.Telinga Luar, terdiri dari :a.Pinna/Aurikel/Daun TelingaPinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada sisi kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.b. Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini. Terdapat di KAE adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat kita rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika membuka dan menutup mulut.c.Kanalis Auditorius ExsternusPanjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran timpani.Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.2.Telinga Tengah, terdiri dari :a.Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.b. Kavum TimpaniDimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang pendengaran yang meliputi :1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.2) Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.3) Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.c. Antrum TimpaniMerupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.d.Tuba Auditiva EustakhiusDimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya 3,7 cm berjalan miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga.Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yangmembantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.3.Telinga Dalam, terdiri dari :Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otakC. Fisiologi Pendengaran Proses dimana telinga menerima gelombang suara, membedakan frekuensi dan mengirim informasi suara kedalam sistem saraf pusat.Membran timpani berbentuk kerucut dan merupakan tangkai dari maleus yang terikat kuat pada inkus oleh ligamentum-ligamentum sehingga pada saat maleus bergerak inkus ikut bergerakUjung yang berlawanan dari inkus berartikulasi dengan batang stapes yang terletak bertolak belakang dengan membran labirin pada muara fenestra ovalis dimana gelombang suara dihantarkan ke telinga dalam (kokhlea).Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes bergerak keluar sehingga mencetuskan gerakan kedalam dan keluar dari permukaan fenestra ovalis Tangkai maleus secara konstan tertarik ke depan oleh maleus tensor timpani sehingga menyebabkan timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran suara pada setiap bagian membran timpani dikirim ke maleus. Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran. Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan membrana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombangGerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan mengakibatkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.D. Patofisiologi Kehilangan Pendengaran1) Kehilangan konduktifbiasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien melalui udara ke telinga dalam terputus..Jenis kedua,kehilangan sensoris melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear.2) kehilangan sensorismelibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.Tanda awal kehilanagan pendengaran bisa meliputi tinikus,peningkatan ketidakmampuan mendengar pada pertemuan kelompok dan perlu mengeraskan volume televisi,literatur (paparella et al,1991) menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65 dan 74 tahun dan 50% orang berusia diatas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran penyebabnya tidak diketahui dan hubungannya dengan diet,metabolisme,arteriosklerosis,stress,dan keturunan tidak konsisten.Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran pada populasi manusia seperti pemajanan sepanjang hidup terhadap suara keras (mis.senjata api,mesin berat,gergaji mesin),beberapa obat seperti aminoglikposida dan bahkan aspirin mempunyai efek ototoksik karena gangguan ginjal dapat menyebabakan pelambatan ekskresi obat pada manusia.Banyak manula menelan auinin untuk mengatasi kram tungkai,yang dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran faktor psikogenik dan proses penyakit lainnya (mis.diabetes) juga sebagian dapat menimbulkan kehilangan pendengaran sensorineiural.

E. ETIOLOGIPenurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif) yaitu :1.Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf Pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).2.Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan menjadi :a) Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam.b) Penurunan fungsi pendengaraan neural (jika kelainannnya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).3.Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan Tetapi mungkin juga disebabkan oleh :a)Trauma akustik (suara yang sangat keras)b)Infeksi virus pada telinga dalamc)Obat-obatan tertentud)Penyakit meniere.4.Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh :a)Tumor oatak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf disekitarnya dan batang otakb)Infeksic) Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)d)Dan beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).5. Pada anak-anak,kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat :a) Gondonganb) Campak jerman (rubella)c) Meningitisd) Infeksi telinga dalam.Kerusakan jalur saraf pendengaran di otak bisa terjadi akibat penyakit demielinasi (penyakit yang menyebabkan kerusakan pda selubung saraf).F.Gejala kehilangan pendengaran1) Deterlorisasi wicara Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.2) Keletihan Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Individu tersebut menjadl mudah tersinggung.3) Acuh Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.4) Rasa tak nyaman Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu perasaan tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal.Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.5) Kecurigaan Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mendengarkan

6) Kebanggaan semu Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak. Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)7) Kecenderungan untuk mendominasi pembicaraan Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi percakapan, mengetahui bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol maka la tidak akan melakuKan kesalahan yang memalukan.(Seizin Maico Hearing Instruments.)G. Manifestasi klinik1. Agen infeksi berupa bakteri atau jamur :a) Pseudomonas Aeruginosab) Streptococcusc) Staphylococcusd) Aspergillus2. Allergen eksternal berupa:a) Kontak dengan kosmetikb) Hair sprayc) Earphoned) Anting antinge) Hearing aid (Alat bantu mendengar)3. Patoflow diagram Agen iritan (allergen) Agen infeksus Masuk dan kontak dengan lapisan epitel telinga luarRespon alergi dan respon peradangan dengan/tanpa infeksikulit kemerahan Ggn Rasa Nyaman Nyeri bengkak nyeri bila disentuh obstruksi pada kanal auditorius eksternus konductive hearing loss Ggn Persepsi Sensory Pendengaran

H. Penatalaksanaan1) Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis dan membrane timpani bila memungkinkan. 2)Terapi antibiotika local, topical dan sistemik 3 Terapi analgetik4) Pemeriksaan Diagnostika) AudiometriAudiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu.Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah.Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.b) Audiometri Ambang bicaraAudiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu.Dilakukan perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar.c) TimpanometriTimpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan) pada telinga tengah.Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif.Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga.Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa:

1) penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung bagian belakang ). 2) Cairan di dalam telinga tengah 3) Kelainan pada rantai ketiga tulang pendengraan yang menghantarkan suara melaui telinga tengah.d) Respon Auditoris batang otakPemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat rangsangan pada saraf pendengaran.Respon auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak.e) ElektrokokleografiElektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran sensorineural.Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai pendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadar terhadap suara.Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).Beberapa pemerikasan pendengaran bisa mengetahui adanya kelainan pada daerah yang mengolah pendengaran di otak.Pemeriksaan tersebut mengukur kemampuan untuk :1) mengartikan dan memahami percakapan yang dikacaukan2) memahami pesan yang disampaikan ke telinga kanan pada saat telinga kiri menerima pesan yang lain.3) menggabungkan pesan yang tidak lengkap yang disampaikan pada kedua telinga menjadi pesan yang bermakna4) menentukan sumber suara pada saat suara diperdengarkan di kedua telinga pada waktu yang bersamaan.Jalur saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak yang berlawanan, karena itu kelainan pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran pada telinga kiri.Kelainan pada batang otak bisa mempengaruhi kemampuan dalam menggabungkan pesan yang tidak lengkap menjadi pesan yang bermakna dan dalam menentukan sumber suara.

I. ASUHAN KEPERAWATAN1) Pemeriksaan Inspeksi luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas,lesi,dan cairan begitu pula ukuran,simetri dan sudut penempelan ke kepala.2) Pemeriksaan dengan garputala Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga.Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak. Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga).Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran.Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak.Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif.Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural.Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan.J. Proses Keperawatan1) PengkajianPerawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :Nyeri saat pinna (aurikula) dan tragus bergerak1. Nyeri pada liang tengah2) Telinga terasa tersumbat3) Perubahan pendengaran4) Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya :1) Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien ?2) Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang dilaut,kolam renangAtaukah danau ?3) Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan ?4) Apakah klien pernah mengalmi trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan sebelumnya ?5) Apakah klien seorang petinju atau pegulat yang sering mengalami trauma pada telinganya ?2)Diagnosa keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga berdasarkan denganReaksi inflamasi,reaksi infeksi pada telinga. 2) Perubahan persepsi sensory : pendengaran berdasarkan denganObstruksi pada kanalis akustikus eksternus akibat infeksi agen bakteri. 3) Resiko tinggi terjadi infeksi berdasarkan dengan perkembanganPenyakitnya.4) Resiko tinggi injury berdasarkan dengan penurunan prosesPendengaran.5) Harga diri rendah berdasarkan dengan gangguan pada pendengaran6) Kurang pengetahuan mengenai penyakit,penyebab dan penatalaksanaan3)IntervensiDx.1Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi,nyeri berangsur-angsur Hilang.Kriteria hasil : Menunjukan rasa nyaman pada telingaIntervensi :1) kompres air hangat local 20 menit selama 3 kali sehari dengan menggunakan handuk dan air hangat Rasional : untuk mengurangi nyeri telinga pasien2)istirahat klien Rasional : untuk mengurangi rasa tidak nyaman klien3) membatasi gerakan kepalaRasional : untuk memenuhi rasa nyaman pada telinga klien

Dx.2Tujuan : Persepsi sensory pendengaran baikKriteria Hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris Pendengaran sampai pada tingkat fungsional.Intervensi :1) Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaranSecara tepat.Rasioanl : untuk memberikan pengetahuan klien untuk menggunakan dan mearawat alat pendengaran secara tepat.2) Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amanSehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.Rasional : untuk mengurangi cidera pada telinga klien.3) Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik amupun lokal).Rasional : untuk memenuhi rasa nyaman klien.Dx.3Tujuan : tidak terjadi infeksiKriteria hasil : klien akan mengalami perubahan padaPerkembangan penyakitnya.Intervensi :1) Meredakan nyeri Rasional : untuk mengurangi infeksi telinga klien2) Memperbaiki komunikasi dan mencegah cidera Rasional : untuk memberikan rasa nyaman klien3) Peredaan Nyeri Pasien diajarkan cara penggunaanTeknik mengatasi nyeriRasional : untuk memberiakan teknik mengatasi nyeri.Dx.4Tujuan : Tujuan tidak terjadi resiko injuryKriteria hasil : menunjukan sudah tidak terjadi injuryIntervensi :1) kaji kemampuan klien dalam memberikan obat tetes telinga atau salep telingaRasional : untuk mengurangi nyeri klien2) Jelaskan pada klien tentang penyakit yang dialaminya,penyebab terjadinya penyakit tsb dan kemungkinan rencana pembedahan yang akan dilakukan pada klien.Rasional : untuk memberikan rasa nyaman pada klien.Dx.5Tujuan : Harga diri tidak terjadi gangguan pendengaranKriteria hasil : harga diri pasien normalIntervensi :1) berikan support (dukungan ) pada klien tentang usaha-usaha atau intervensi yang harus dilakukan bagi kesembuhannyaRasional : agar harga diri pasien normal2) Kolaborasi terapi antibiotik topical dan steroidRasional : untuk mengurangi rasa nyeri telinga klien.

Dx.6Tujuan : dapat mengetahui pengetahuan mengenai penyakit, penyebab dan PenatalaksanaanKriteria hasil : Pengetahuan klien dapat terpenuhiIntervensi :1) Berikan klien penyuluhan tentang penyakit yang di alami oleh klienRasional : Agar pengetahuan klien bertambah dengan penyakitnya.2) Berikan klien PENKES tentang bagaimana cara memberikan obat tetes telinga dan memberikan informasi bagaimana cara untuk menghindari agar tidak terkena iritasiRasional : agar klien tidak terkena iritasi3) Berikan pengetahuan tentang bagaimana penatalaksanaan untuk mengatasi rasa nyeri tersebut.Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri klien.K. Intervensi Prinsip intervensi untuk kehilanagan pendengaran adalah mengurangi peradangan (infeksi) dan mengurangi edema serta nyeri yang dirasakan oleh klien dengan cara :1) Kompres hangat local 20 menit selama 3 kali sehari dengan menggunakan handuk dan air hangat.2) Istirahat klien3) Membatasi gerakan kepala4) Kaji kemampuan klien dalam memberikan obat tetes telinga atau salep telinga5) Jelaskan pada klien tentang penyakit yang dialaminya, penyebab terjadinya penyakit tersebut dan kemungkianan rencana pembedahan yang akan dilakukan pada klien.6) Berikan support (dukungan) pada klien tentang usaha-usaha atau intervensi yang harus dilakukan bagi kesembuhannya.7) Jika edema mengakibatkan obstruksi kanal maka gunakanlah Earwick, dengan teknik : kassa yang sudah diberi tetes telinga antibiotika dimasukkan ke kanalis, dilakukan oleh dokter THT.8)Kolaborasi terapi antibiotika topical dan steroid9)Kolaborasi terapi analgetik seperti Acetylsalisilat acid (Aspirin Entrophen) dan Acetaminophen (Tylenol,Abenol). L. EvaluasiTujuan yang diharapkan adalah :1) Rasa nyaman klien terpenuhi, nyeri berangsur-angsur hilang.2) Persepsi sensory pendengaran dalam batas normal.3) Tidak terjadi infeksi.4) Tidak terjadi resiko injury.5) Harga diri klien tidak terganggu.6) Pemahaman klien mengenai penyakit, penyebab dan proses.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanKetulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak. Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya. Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena itu harus hati-hati bila digunakan.. Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal, namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa berdampak pada anak.Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di bantu dengan alat bantu dengar semata.

B. Saran1. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan tentang Asuhan Keperawatan tentang kehilangan pendengaran.2.Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan Keperawatan tentang kehilangan pendengaran.3.Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan secara lebih detail tentang kehilangan pendengaran.

DAFTAR PUSTAKA

Cambridge (1999).Anatomi Fisiologi.Edisi 2.EGC.Jakarta.Brunner & Suddarth (2002),keperawatan medical bedah.Edisi 8.EGC.Jakarta.Anderson (2000).Fisiologi kedokteran.Edisi 9.EGC.Jakarta.www.Asuhan keperawatan pada kehilangan pendengaran.comwww.Akibat kehilangan pendengaran.com