Askep Nutrisi cairan

download Askep Nutrisi cairan

of 7

description

Berisi asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan diagnosa medis kanker paru yang terkena gangguan nutrisi. Sehingga perawat perlu menyusus pengkajian, diagnosis, perencanaan serta evaluasi dari kasus tersebut

Transcript of Askep Nutrisi cairan

Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Paru Stadium IIIA pada Kasus 3Oleh Thatiana Dwi Arifah, 1206244346Kasus 3Seorang pasien nyonya Q berusia 48 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosa medis kanker paru stadium IIIA. Pasien bekerja sebagai buruh cuci. Pasien mengeluh nyeri dada saat batuk dan kadang disertai darah dan merasa nafas lebih berat. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur. Saat ini BB 48 kg, Tb 165 cm. BB sebelum sakit berkisar 58 kg. Selama perawatan pasien mendapatkan pengobatan kemoterapi. Sejak hari ke 2 pasca kemoterapi pasien mengalami mual dan muntah sehingga asupan makanan dan minum sangat kurangI. PENGKAJIAN1) Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengeluh nyeri dada saat batuk yang kadang disertai darah dan merasa nafas lebih berat Berat badan pasien menurun Mengalami mual dan muntah pasca kemoterapi Riwayat kesehatan lalu: Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur2) Makanan/ cairan. Gejala: penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan cairan. Tanda: kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).3) Nyeri/ kenyamanan. Gejala: Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)Nyeri abdomen hilang timbul.4) Pernafasan. Gejala: batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industri, serak, paralysis pita suara. Tanda: dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea (area yang mengalami lesi). Hemoptisis.

II. DIAGNOSIS1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan pernafasan.2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan kurang mengingat ditandai dengan pasien meminta informasi tentang penyakitnya

III. PERENCANAANDiagnosis 1: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan pernafasan.Kriteria Hasil: Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/bersih Berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi paru.INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu/ pelebaran nasal.

2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, seperi krekels, mengi, gesekan pleural.

3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin.

4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

5. Dorong/ bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk. Penghiasapan per oral atau nasotrakeal bila diindikasikan.6. Berikan oksigen tamabahan

7. Berikan humidifikasi tambahan, mis., nebuliser ultrasonik.

8. Bantu fisioterapi dada (mis. Drainase postural dan perkusi area yang tak sakit, tiupan botol/ spirometri insentif)

9. Siapkan untuk/ bantu bronkoskopi

1. Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas (pada awal atau hanya tanda EP subakut). Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan/atau nyeri dada pleuritik.2. Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan.3. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas4. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/ iritasi. Sputum bedarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru) atau antikougulan berlebihan.5. Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.6. Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.7. Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan.8. Memudahkan upaya pernapasan dalam dan meningkatkan drainase sekret dari segmen paru kedalam bronkus, dimana dapat lebih mempercepat pembuangan dengan batuk/penghisapan9. Kadang-kadang berupa untuk membuang bekuan dan arah dan membersihkan jalan napas.

Diagnosis 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan kelemahan, berat badan menurunKriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan perilaku/ perubahan pola hidup untuk meningkatkan dari/ atau mempertahankan berat yang tepat.INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.2. Auskultasi bunyi usus

3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu

4. Berikan makan porsi kecil tapi sering

5. Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.6. Timbang berat badan sesuai indikasi1. Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi3. Rasa tak enak, bau dan penampilana adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah denagn peningkatan kesulitan napas.4. Memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total5. Suhu ekstrim dapat mencetuskan/ meningkatkan spasme batuk6. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

Diagnosis 3: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan kurang mengingat ditandai dengan pasien meminta informasi tentang penyakitnyaKriteria hasil: Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan. Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan tersebut. Berpartisipasi dalam proses belajar Melakukan perubahan pola hidup.INTERVENSIRASIONAL

1. Diskusikan diagnosa, rencana/terapi saat ini dan hasil yang diharapkan.

2. Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari penyembuhan.3. Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang

4. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medis. Misal perubahan penampilan insisi, terjadinya kesulitan penapasan, demam, peningkatan nyeri dada, perubahan penampilan sputum5. Bantu pasien menentukan toleransi aktivitas dan menyusun tujuan.

6. Evaluasi ketersediaan/ keadekuatan sistem pendukung dan perlunya bantuan dalam perawatan diri/ manajemen di rumah7. Anjurkan periode istirahat dengan aktivitas dan tugas berat. Tekankan menghindari mengangkat berat, latihan isometrik/ regangan tubuh atas. Kuatkan pembatasan waktu dokter tentang mengangkat.

8. Anjurkan menghentikan aktivitas yang menyebabkan kelemahan atau meningkatkan napas pendek.1. Memberikan informasi khusus individu, membuat pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk membuat keputusan berdasarkan informasi.2. Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe pembedahan, kondisi praoperasi, dan lamanya/ derajat komplikasi.

3. Pengkajian evaluasi status penapasan dan kesehatan umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal. Juga memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/pertanyaan pada waktu yang sedikit stress4. Deteksi dini dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/ meminimalkan komplikasi.

5. Kelemahan dan kelelahan harus kecil sesuai dengan penyembuhan dan perbaikan fungsi paru selama periode penyembuhan, khususnya bila kanker telah diangkat. Bila kanker meluas, secara emosional membantu pasien untuk mampu menyusun tujuan aktivitas yang realistis untuk meningkatkan kemandirian optimal.6. Kelemahan umum dan keterbatasan aktivitas dapat menurunkan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan sendiri.7. Kelemahan umum dan kelemahan biasa pada periode dini penyembuhan tetapi harus menurun sesuai perbaikan fungsi pernapasan dan kemajuan penyembuhan. Istirahat dan tidur meningkatkan kemampuan koping, menurunkan gugup (umum pada fase ini), dan meningkatkan penyembuhan.Catatan: Peregangan menggunakan tangan dapat membuat stres ada insisi karena otot dada dapat lebih lemahd ari normal selama 3 - 6 bulan setelah pembedahan. 8. Terlalu lelah meningkatkan kegagalan pernapasan.

IV. EVALUASI1. Pasien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/bersih2. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi paru.3. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.4. Pasien menunjukkan perilaku/ perubahan pola hidup untuk meningkatkan dari/ atau mempertahankan berat yang tepat5. Pasien dapat menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.6. Pasien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan tersebut.7. Pasien berpartisipasi dalam proses belajar8. Pasien melakukan perubahan pola hidup.

Referensi:Nucleus Precise News Letter. (2011). Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. http://medicastore.com/penyakit/6/Kanker_Paru.htmlDoengoes, Marylinn E., Moorhouse, Mary F., Murr, Alice C. (2006). Nursing Care Plans. 8th Edition. Philadelphia: Davis Company.