Askep Mioma Uteri

22
Mioma uteri A. Defenisi Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan yaitu lapisan terluar perimetrium, lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium. Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi (Prawirohardjo, 2007). Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel- sel otot polos, sedangkan untuk otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri. (Achadiat, Chrisdiono M., 2004). Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium dipanggil leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka sering dipanggil sebagai fibroid ( Kumar, 2007). Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Mansjoer,Arif , 2001). B. Epidemiologi Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun. Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr% dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%) (Ran Ok et-al, 2007 yang dikutip Muzakir, 2008).

description

oo

Transcript of Askep Mioma Uteri

Page 1: Askep Mioma Uteri

Mioma uteri

A. Defenisi

Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan yaitu lapisan terluar perimetrium, lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium. Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi (Prawirohardjo, 2007).

Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri. (Achadiat, Chrisdiono M., 2004).

Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium dipanggil leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka sering dipanggil sebagai fibroid ( Kumar, 2007).

Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Mansjoer,Arif , 2001).

B. Epidemiologi

Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun. Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr% dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%) (Ran Ok et-al, 2007 yang dikutip Muzakir, 2008).

C. Etiologi Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini,

tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini (Parker, 2007).

Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors) (Parker, 2007).

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagaifaktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

Umur

Page 2: Askep Mioma Uteri

Mioma Uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.

Paritas Lebih sering terjadi wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum

diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

Faktor ras dan Genetik Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma

uteri tinggi.Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga, ada yang menderita mioma ( Manuaba, 2007).

D. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik

uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka mengandung

satu tumor dalam uterus.

Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural, submucous)

digolongkan sebagai berikut :

1. Perdarahan tidak normal

Perdarahan ini serng bersifat hipermenore; mekanisme perdarahan ini tidak

diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang kiranya memegang peranan dalam

hal ini adalah telah meluasnyapermukaan endometrium dan gangguan dalam

kontraktibilitas miometrium.

2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah

Dapat terjadi jika :

a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis

b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim

c. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis

d. Terjadi degenerasi merah

3. Tanda-tanda penekanan

Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri.

Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-

pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan

gangguan miksi dan terhadap uretes bisa menyebabkan hidro uretre

4. Infertilitas dan abortus

Page 3: Askep Mioma Uteri

Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau menekan pors interstisialis tubae; mioma submukosum memudahkan terjadinya abortus.

E. Klasifikasi

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.

1. Lokasi

- Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.

- Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.

- Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga

jenis yaitu:

a. Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,

dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui

tangkai. 

Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan

disebut sebagai mioma intraligamenter. 

Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu

massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya

menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.

Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan

terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga

peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

b. Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih

kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus

berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. 

Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak

enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. 

Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang

sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan

ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

c. Mioma Uteri Submukosa

Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma

bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini

Page 4: Askep Mioma Uteri

mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan

rahim.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting

dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun

intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan

keluhan yang tidak berarti. 

Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan

keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan

sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

F. Patofisiologi

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum.

Mioma uteri terjadi karena adanya sel sel yang belum matang dan pengaruh estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah dan intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervaginam yang lama dan banyak. Dengan adanya perdarahan pervaginam yang lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah yang ditandai dengan adanya nekrosa dan perlengketan yang menimbulkan rasa nyeri.

Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak adekuat, kurang support dari keluarga, dan kurangnya pengetahuan dapat mengakibatkan cemas.

Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan juga mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi terjadinya infeksi.

Pada pasien operasi akan terpengaruh obat anastesi yang akan mengakibatkan

depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga pola nafas tidak efektif.

Page 5: Askep Mioma Uteri

Pathway

Sel sel yang belum matang

Mioma uteri

Sub mukosa Intra mural Sub serosa

Pengaruh estrogen

Gangguan kontraksi

otot uterus

Pecahnya pembuluh darah

Gangguan perdarahan darah

Pembesaran urat

Perdarahan pervaginam lama

dan banyak

Penekanan organ lain

Mk: resiko tinggi kekurangan cairan

operasi

Mual muntah

Post operasiPra operasiMk: gangguan rasa

nyaman: nyeri

Nekrosa dan perlengketan

Informasi tidak adekuat

Kurangnya support sistem

Mk: ansietas

Kurangnya pengetahuan

Terputusnya jaringan kulit

Pengaruh obat anastesi

Robekan pada jaringan saraf

perifer

Mk: nyeri akut

gastrointestinal

kesadaran pernafasan

peristaltik

Mual muntah

anoreksiaMk: gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Reflek batuk

Pola nafas tidak

efektif

Mk:kebersihan jalan nafas

tidak efektif

Ekspansi rongga dada

Pengembangan paru

tidak maksimal

Mk: gangguan pola nafas

Sesak nafas

Proses epitelisasi

Terpapar agen infeksius

Mk: perubahan pola aktivitas

Mk: resiko tinggi infeksi

Pembatasan aktivitas

Page 6: Askep Mioma Uteri

G. Komplikasi

1. Degenerasi Ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari

seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari serluruh sarkoma uterus. Keganasan

umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat.

Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila

terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi

akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan

dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena

gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan

perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan

oleh infeksi dari uterus sendiri.

Pengaruh mioma terhadap kehamilan :

- Infertilitas.

- Abortus.

- Persalinan prematuritas dan kelainan letak.

- Inersia uteri.

- Gangguan jalan persalinan.

- Perdarahan post partum.

- Retensi plasenta.

Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri :

- Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.

- Tumor solid ovarium.

- Uterus gravid.

- Kelainan bawaan rahim

- Endometriosis, adenomiosis.Perdarahan uterus disfungsional

Page 7: Askep Mioma Uteri

H. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan fisik

Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor

tersebut  menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.

Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.

2. Pemeriksaan laboraturium

Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia. Hal ini akibat

perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi maka perlu d periksa

darah lengkap yaitu Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, Indeks

Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah dll

3. Pemeriksaan luar

Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor

dapat terbatas atau bebas.

4. Pemeriksaan dalam

Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas

atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.

4. Pemeriksaan penunjang

USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium

dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. 

Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua

pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.

Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat

membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa

jaringan.

Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya

pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan

uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.

Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis

serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai

dengan infertilitas.

Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh

kearah kavum uteri pada pasien infertil. 

Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

Page 8: Askep Mioma Uteri

Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus

tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem

urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.

 I. Penatalaksanaan

1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas :

a. Penanganan konservatifCara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :

1)      Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan. 2)      Monitor keadaan Hb 3)      Pemberian zat besi 4)      Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma

b. Penanganan operatifIntervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :

1)      Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia 2)      Nyeri pelvis yang hebat 3)      Ketidakmampuan untuk mengevaluasi 4)      Gangguan buang air kecil (retensi urin) 5)      Pertumbuhan mioma setelah menopause 6)      Infertilitas 7)      Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :a. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).

b. HisterektomiHisterektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim,

baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :

Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi

Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).

Page 9: Askep Mioma Uteri

2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

J. Asuhan Keperawatana) Pengkajian

Data biografi pasien Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor

pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.

Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol

Riwayat kesehatan keluarga Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan

kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :

Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini

Pemeriksaan genetalia Pemeriksaan payudara Riwayat operasi ginekologi Pemeriksaan pap smear Usia menarche Menopause Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi Kesehatan lingkungan/higiene Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,

hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.

Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain Terapi medis yang diberikan Efek samping dan respon pasien terhadap terapi Persepsi klien terhadap penyakitnya

b) Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen

injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)

2. PK : Anemia

Page 10: Askep Mioma Uteri

3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap

konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor

psikososial

5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder;

ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan

prosedur invasi

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan);

misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan

sumber informasi

c) Intervensi

DIANGOSA KEPERAWATAN

DAN KOLABORASITUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

Nyeri akut bd agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)

NOC : Kontrol Nyeri Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan selama 4 x 24 jam, diharapkan respon nyeri pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :

  Klien mampu mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri

  Klien mampu melakukan tindakan pertolongan non-analgetik, seperti napas dalam, relaksasi dan distraksi

  Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan

  Klien mampu mengontrol nyeri   Ekspresi wajah klien rileks  Klien melaporkan adanya

NIC1. Manajemen Nyeri- Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus

-   - observasi isyarat-isyarat  verbal dan non verbal dari ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.

-   - Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu pemberian, dan benar dokumentasi)

-   - Gunakan komunikiasi terapeutik agar

Page 11: Askep Mioma Uteri

penurunan tingkat nyeri dalam rentang sedang (skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1 sampai 3)

  Klien melaporkan dapat beristirahan dengan nyaman

  Nadi klien dalam batas normal (80-100x/menit)

  Tekanan darah klien dalam batas normal (120/80 mmHG)

  Frekuensi pernafasan klien dalam batas normal (12 – 20 x/menit)

pasien dapat mengekspresikan nyeri-    Kaji pengalaman masa lalu individu

tentang nyeri-   - Evaluasi  tentang keefektifan dari

tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan

-   - Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga

-   - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan

-   - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi)

-   - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien

-   - Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat

-   - Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan lain

PK : Anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi dengan kriteria hasil:

-     Konjungtiva merah muda-     Capilary refille ≤ 2 detik-     Mukosa mulut merah muda-     Kadar Hb dbn (wanita dewasa:

12-14 g/dl), RBC dbn (wanita dewasa: 3,80-5,80 x 105/uL) dan Hct dbn (wanita dewasa : 37,0-47,0%)

-    - Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi-   - Pantau tanda-tanda anemia yang

terjadi-    - Monitor hasil pemeriksaan lab untuk

pemeriksaan kadar Hb, RBC, Hct-    - Anjurkan pasien untuk

mengkonsumsi makanan yang seimbang, terutama makanan tinggi kalori dan tinggi protein.

-    - Kolaborasi pemberian suplemen besi tambahan, vitamin dan mineral sesuai indikasi

-    - Kolaborasi pemberian transfusi darah sesuai kebutuhan

-   - monitor efek samping dan respon pasien setelah dilakukan transfusi darah

Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau

NOC: Kontrol CemasSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien

NIC Menurunkan cemas:

    - Tenangkan pasien dan kaji tingkat

Page 12: Askep Mioma Uteri

kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres

selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil sebagai berikut:

     Perawat memonitor  tingkat kecemasan pasien

     Klien mampu menurunkan penyebab-penyebab kecemasan

     Perawat dan keluarga dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika pasien cemas

     Klien mampu mencari informasi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan

     Klien manpu menggunakan strategi koping yang efektif

     Klien melaporkan kepada perawat penurunan kecemasan

     Klien mampu menggunakan teknik relaksasi  untuk menurunkan cemas

     Klien mampu mempertahankan hubungan social, dan konsentrasi

     Klien melaporkan kepada perawat tidur cukup, tidak ada keluhan fisik akibat kecemasan, dan tidak ada perilaku yang menunjukkan kecemasan

kecemasan pasien    - Jelaskan seluruh prosedur tindakan

kepada pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan

    - Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)

    - Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan dengan komunikasi yang baik

    - Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan

    - Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya

    - Ciptakan hubungan saling percaya    - Bantu pasien menjelaskan keadaan

yang bisa menimbulkan kecemasan    - Bantu pasien untuk mengungkapkan

hal hal yang membuat cemas dan dengarkan dengan penuh perhatian

    - Ajarkan pasien teknik relaksasi    - Anjurkan pasien untuk  meningkatkan

ibadah dan berdoa    - Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian obat-obatan yang mengurangi kecemasan pasien

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial

NOC :Status nutrisi : intake makanan dan minumanSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan status nutrisi meliputi intake makanan dan minuman membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut: - Adanya peningkatan berat badan

NIC :1. Manajemen Nutrisi

-  - Kaji adanya alergi makanan

-  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien

-  - Anjurkan pasien untuk meningkatkan

intake Fe, protein, karbohidrat, dan vitamin C

-  - Berikan diet yang mengandung tinggi

serat untuk mencegah konstipasi

Page 13: Askep Mioma Uteri

sesuai dengan tujuan- Klien mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi- Tidak ada tanda tanda malnutrisi

- Tidak terjadi penurunan berat

badan yang berarti

-  - Berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi pasien2. Monitoring nutrisi- Monitor tipe dan jumlah aktivitas

yang biasa dilakukan- Berikan lingkungan yang nyaman dan

bersih selama makan- Jadwalkan pengobatan  dan tindakan

tidak selama jam makan- Monitor kulit kering dan perubahan

pigmentasi- Monitor turgor kulit

- Monitor kekeringan, rambut kusam,

dan mudah patah- Monitor mual dan muntah

- Monitor kadar albumin, total protein,

Hb, dan kadar Ht- Kaji makanan kesukaan

- Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva- Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas oral.- Monitor variasi makanan yang

dikonsumsi pasienResiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi

NOC Pengetahuan:Kontrol infeksiSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali cara mengkontrol infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut: -       Mampu menerangkan cara-cara penyebaran infeksi-       Mampu menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan penyebaran-       Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala

NICKontrol Infeksi   Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien   Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan   Batasi jumlah pengunjung

   Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu   Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat   Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan    Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah

Page 14: Askep Mioma Uteri

-       Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi

meninggalkan ruangan pasien   Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien   Gunakan universal precautions   Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV   Lakukan teknik perawatan luka dengan memperhatikan prinsip septik dan aseptik   Anjurkan istirahat   Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dengan memperhatikan prinsip pemberian obat 6 benar (benar obat, benar nama, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian, dan benar dokumentasi)

   Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda, gejala dari infeksi dan cara pencegahan infeksi

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi

NOCPengetahuan : proses penyakitPengetahuan : prosedur perawatanSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan prosedur perawatan dengan kriteria hasil sebagai berikut: -    Pasien mengenal nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikasi-    Pasien mengetahui prosedur perawatan, tujuan perawatan dan manfaat tindakan.

NIC 1.      Pembelajaran : proses penyakit

-    Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit-    Jelaskan nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikas-    Berikan informasi tentang kondisi perkembangan klien-    Anjurkan klien untuk melaporkan

tanda dan gejala kepada petugas kesehatan

2.      Pembelajaran : prosedur/perawatan-    Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan-    Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan

Page 15: Askep Mioma Uteri

-    Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan-    Jelaskan tujuan prosedur/perawatan-    Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan-    Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan-    Ajarkan tehnik koping seperti relaksasi untuk mengurangi efek dari prosedur yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Anwar M. dkk., Ilmu Kandungan, Edisi ke-3, BP-SP: Jakarta, 2011.

Bates, Lynn S. Bickley. 2012. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Jakarta : EGC

Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints

Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing

Mansjoer,Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran.jakarta:Media Aesculapius.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates

Tri, K., 2010, Karakteristik Mioma Uteri. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.  

,

Page 16: Askep Mioma Uteri