Askep Mioma Uteri
description
Transcript of Askep Mioma Uteri
Mioma uteri
A. Defenisi
Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan yaitu lapisan terluar perimetrium, lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium. Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi (Prawirohardjo, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri. (Achadiat, Chrisdiono M., 2004).
Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium dipanggil leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka sering dipanggil sebagai fibroid ( Kumar, 2007).
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Mansjoer,Arif , 2001).
B. Epidemiologi
Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun. Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr% dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%) (Ran Ok et-al, 2007 yang dikutip Muzakir, 2008).
C. Etiologi Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini,
tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini (Parker, 2007).
Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors) (Parker, 2007).
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagaifaktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
Umur
Mioma Uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
Paritas Lebih sering terjadi wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum
diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
Faktor ras dan Genetik Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri tinggi.Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga, ada yang menderita mioma ( Manuaba, 2007).
D. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka mengandung
satu tumor dalam uterus.
Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural, submucous)
digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal
Perdarahan ini serng bersifat hipermenore; mekanisme perdarahan ini tidak
diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang kiranya memegang peranan dalam
hal ini adalah telah meluasnyapermukaan endometrium dan gangguan dalam
kontraktibilitas miometrium.
2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah
Dapat terjadi jika :
a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d. Terjadi degenerasi merah
3. Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri.
Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-
pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan
gangguan miksi dan terhadap uretes bisa menyebabkan hidro uretre
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau menekan pors interstisialis tubae; mioma submukosum memudahkan terjadinya abortus.
E. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
- Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
- Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
- Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga
jenis yaitu:
a. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan
disebut sebagai mioma intraligamenter.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu
massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih
kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya.
Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang
sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan
ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
c. Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma
bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini
mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan
rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun
intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan
keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan
sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
F. Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum.
Mioma uteri terjadi karena adanya sel sel yang belum matang dan pengaruh estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah dan intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervaginam yang lama dan banyak. Dengan adanya perdarahan pervaginam yang lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah yang ditandai dengan adanya nekrosa dan perlengketan yang menimbulkan rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak adekuat, kurang support dari keluarga, dan kurangnya pengetahuan dapat mengakibatkan cemas.
Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan juga mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi terjadinya infeksi.
Pada pasien operasi akan terpengaruh obat anastesi yang akan mengakibatkan
depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga pola nafas tidak efektif.
Pathway
Sel sel yang belum matang
Mioma uteri
Sub mukosa Intra mural Sub serosa
Pengaruh estrogen
Gangguan kontraksi
otot uterus
Pecahnya pembuluh darah
Gangguan perdarahan darah
Pembesaran urat
Perdarahan pervaginam lama
dan banyak
Penekanan organ lain
Mk: resiko tinggi kekurangan cairan
operasi
Mual muntah
Post operasiPra operasiMk: gangguan rasa
nyaman: nyeri
Nekrosa dan perlengketan
Informasi tidak adekuat
Kurangnya support sistem
Mk: ansietas
Kurangnya pengetahuan
Terputusnya jaringan kulit
Pengaruh obat anastesi
Robekan pada jaringan saraf
perifer
Mk: nyeri akut
gastrointestinal
kesadaran pernafasan
peristaltik
Mual muntah
anoreksiaMk: gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Reflek batuk
Pola nafas tidak
efektif
Mk:kebersihan jalan nafas
tidak efektif
Ekspansi rongga dada
Pengembangan paru
tidak maksimal
Mk: gangguan pola nafas
Sesak nafas
Proses epitelisasi
Terpapar agen infeksius
Mk: perubahan pola aktivitas
Mk: resiko tinggi infeksi
Pembatasan aktivitas
G. Komplikasi
1. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari
seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari serluruh sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan
dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan
perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan
oleh infeksi dari uterus sendiri.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan :
- Infertilitas.
- Abortus.
- Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
- Inersia uteri.
- Gangguan jalan persalinan.
- Perdarahan post partum.
- Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri :
- Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
- Tumor solid ovarium.
- Uterus gravid.
- Kelainan bawaan rahim
- Endometriosis, adenomiosis.Perdarahan uterus disfungsional
H. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor
tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.
2. Pemeriksaan laboraturium
Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia. Hal ini akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi maka perlu d periksa
darah lengkap yaitu Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, Indeks
Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah dll
3. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor
dapat terbatas atau bebas.
4. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
4. Pemeriksaan penunjang
USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium
dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa
jaringan.
Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya
pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan
uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh
kearah kavum uteri pada pasien infertil.
Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus
tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem
urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.
I. Penatalaksanaan
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatifCara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan. 2) Monitor keadaan Hb 3) Pemberian zat besi 4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatifIntervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia 2) Nyeri pelvis yang hebat 3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi 4) Gangguan buang air kecil (retensi urin) 5) Pertumbuhan mioma setelah menopause 6) Infertilitas 7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
b. HisterektomiHisterektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim,
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.
J. Asuhan Keperawatana) Pengkajian
Data biografi pasien Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
Riwayat kesehatan keluarga Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan
kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
Pemeriksaan genetalia Pemeriksaan payudara Riwayat operasi ginekologi Pemeriksaan pap smear Usia menarche Menopause Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi Kesehatan lingkungan/higiene Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.
Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain Terapi medis yang diberikan Efek samping dan respon pasien terhadap terapi Persepsi klien terhadap penyakitnya
b) Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen
injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
2. PK : Anemia
3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap
konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor
psikososial
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder;
ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan
prosedur invasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan);
misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan
sumber informasi
c) Intervensi
DIANGOSA KEPERAWATAN
DAN KOLABORASITUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Nyeri akut bd agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
NOC : Kontrol Nyeri Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan selama 4 x 24 jam, diharapkan respon nyeri pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
Klien mampu mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri
Klien mampu melakukan tindakan pertolongan non-analgetik, seperti napas dalam, relaksasi dan distraksi
Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan
Klien mampu mengontrol nyeri Ekspresi wajah klien rileks Klien melaporkan adanya
NIC1. Manajemen Nyeri- Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
- - observasi isyarat-isyarat verbal dan non verbal dari ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
- - Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu pemberian, dan benar dokumentasi)
- - Gunakan komunikiasi terapeutik agar
penurunan tingkat nyeri dalam rentang sedang (skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1 sampai 3)
Klien melaporkan dapat beristirahan dengan nyaman
Nadi klien dalam batas normal (80-100x/menit)
Tekanan darah klien dalam batas normal (120/80 mmHG)
Frekuensi pernafasan klien dalam batas normal (12 – 20 x/menit)
pasien dapat mengekspresikan nyeri- Kaji pengalaman masa lalu individu
tentang nyeri- - Evaluasi tentang keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
- - Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
- - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
- - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi)
- - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
- - Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
- - Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan lain
PK : Anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi dengan kriteria hasil:
- Konjungtiva merah muda- Capilary refille ≤ 2 detik- Mukosa mulut merah muda- Kadar Hb dbn (wanita dewasa:
12-14 g/dl), RBC dbn (wanita dewasa: 3,80-5,80 x 105/uL) dan Hct dbn (wanita dewasa : 37,0-47,0%)
- - Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi- - Pantau tanda-tanda anemia yang
terjadi- - Monitor hasil pemeriksaan lab untuk
pemeriksaan kadar Hb, RBC, Hct- - Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang seimbang, terutama makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
- - Kolaborasi pemberian suplemen besi tambahan, vitamin dan mineral sesuai indikasi
- - Kolaborasi pemberian transfusi darah sesuai kebutuhan
- - monitor efek samping dan respon pasien setelah dilakukan transfusi darah
Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau
NOC: Kontrol CemasSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien
NIC Menurunkan cemas:
- Tenangkan pasien dan kaji tingkat
kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres
selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil sebagai berikut:
Perawat memonitor tingkat kecemasan pasien
Klien mampu menurunkan penyebab-penyebab kecemasan
Perawat dan keluarga dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika pasien cemas
Klien mampu mencari informasi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan
Klien manpu menggunakan strategi koping yang efektif
Klien melaporkan kepada perawat penurunan kecemasan
Klien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
Klien mampu mempertahankan hubungan social, dan konsentrasi
Klien melaporkan kepada perawat tidur cukup, tidak ada keluhan fisik akibat kecemasan, dan tidak ada perilaku yang menunjukkan kecemasan
kecemasan pasien - Jelaskan seluruh prosedur tindakan
kepada pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
- Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
- Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan dengan komunikasi yang baik
- Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
- Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
- Ciptakan hubungan saling percaya - Bantu pasien menjelaskan keadaan
yang bisa menimbulkan kecemasan - Bantu pasien untuk mengungkapkan
hal hal yang membuat cemas dan dengarkan dengan penuh perhatian
- Ajarkan pasien teknik relaksasi - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
ibadah dan berdoa - Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat-obatan yang mengurangi kecemasan pasien
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
NOC :Status nutrisi : intake makanan dan minumanSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan status nutrisi meliputi intake makanan dan minuman membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut: - Adanya peningkatan berat badan
NIC :1. Manajemen Nutrisi
- - Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
- - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe, protein, karbohidrat, dan vitamin C
- - Berikan diet yang mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
sesuai dengan tujuan- Klien mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
- - Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi pasien2. Monitoring nutrisi- Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan- Berikan lingkungan yang nyaman dan
bersih selama makan- Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht- Kaji makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.- Monitor variasi makanan yang
dikonsumsi pasienResiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi
NOC Pengetahuan:Kontrol infeksiSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali cara mengkontrol infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut: - Mampu menerangkan cara-cara penyebaran infeksi- Mampu menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan penyebaran- Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala
NICKontrol Infeksi Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan Batasi jumlah pengunjung
Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah
- Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
meninggalkan ruangan pasien Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien Gunakan universal precautions Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV Lakukan teknik perawatan luka dengan memperhatikan prinsip septik dan aseptik Anjurkan istirahat Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dengan memperhatikan prinsip pemberian obat 6 benar (benar obat, benar nama, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian, dan benar dokumentasi)
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda, gejala dari infeksi dan cara pencegahan infeksi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
NOCPengetahuan : proses penyakitPengetahuan : prosedur perawatanSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan prosedur perawatan dengan kriteria hasil sebagai berikut: - Pasien mengenal nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikasi- Pasien mengetahui prosedur perawatan, tujuan perawatan dan manfaat tindakan.
NIC 1. Pembelajaran : proses penyakit
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit- Jelaskan nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikas- Berikan informasi tentang kondisi perkembangan klien- Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala kepada petugas kesehatan
2. Pembelajaran : prosedur/perawatan- Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan- Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
- Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan- Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan- Ajarkan tehnik koping seperti relaksasi untuk mengurangi efek dari prosedur yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar M. dkk., Ilmu Kandungan, Edisi ke-3, BP-SP: Jakarta, 2011.
Bates, Lynn S. Bickley. 2012. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing
Mansjoer,Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran.jakarta:Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Tri, K., 2010, Karakteristik Mioma Uteri. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
,