Askep Loss
-
Upload
angga-pradikta-eka-putra -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Askep Loss
Tinjauan kasus
Di sebuah desa dikota Mojokerto ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan
menikah, sang suami bernama Arza 25th dan sang istri bernama Ningrum 23th.
Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut
merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui
positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal
mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada suatu hari
Arzamengalami kecelakaan yang mengakibatkan Arza meninggal. Ibu ningrum
mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus
menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan
memandang foto Arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama Arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya Arza telah pergi
selain itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil Arza. Saat
pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa
dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata
tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt
ASUHAN KEPERAWATAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA
LOSS AND GRIEVING
A. PENGKAJIAN
Identitas
Nama : Ny. N
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Mojokerto
Keluhan Utama : Berduka karena kehilangan
Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan bahwa Pasien mengalami
kehilangan dan berduka , sejak 2 hari sebelum masuk RS pasien
menangis terus menerus, tidak mau makan dan keluar kamar dia
mengurung diri dan memandang foto Arza dia menjadi jarang berbicara
dan terkadang sering teriak memanggil nama Arza. Keadaan umum
Compos mentis, GCS : E3,V3,M6, suhu : 37OC, T : 120/80mmHg, N :
75 x/menit, RR: 24x/menit
Eliminasi urin : 400-500cc/hari, warna kuning, jernih, khas amoniak.
Ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 7 Tetes/menit. Spiritual
Klien mengharapkan dengan perawatan yang diberikan bisa sembuh
dan yakin dengan pertolongan Tuhan bisa sembuh, persepsi
penyakitnya sebagai cobaan dalam hidup. Tetapi pasien tidak dapat
melakukan sholat di RS. Therapi. Infus RL : Dex.5% 1:1/ 24 jam ( 7
tts/menit ).
2) Riwayat Penyakit Dahulu
N/A
3) Riwayat Penyakit Keluarga
N/A
B. Pengkajian Pola Virginia Handerson
1. Pola Pernafasan
Sebelum Sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal dan tidak
menggunakan alat bantu pernafasan.
Saat Dikaji : Pasien dapat bernafas dengan normal dan tidak
menggunakan alat bantu pernafasan.
2. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit : Pasien makan 1x sehari dengan menu nasi, sayur
dan lauk
Saat Dikaji : Saat dirawat di rumah sakit, makan ¼ porsi pada
menu yang disajikan di rumah sakit pada tyap kali
jadwal makan
3. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum Sakit : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning dan
BAK lancar , warna jernih kekuningan
Saat Dikaji : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning dan
BAK lancar , warna jernih kekuningan
4. Gerak dan keseimbangan
Sebelum Sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa gangguan
Saat Dikaji : Pasien tampak keseimbangannya terganggu Karena
sedang mengalami duka yang amat dalam sehingga
tidak bisa melakukan aktivitas
5. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum Sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari dan bangun pada
pukul 05.00
Saat Dikaji : Malam hari kadang terbangun karena teringat
almarhum suaminya
6. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat Dikaji : Pasien mandi dengan di seka oleh ibu klien
7. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum Sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama
keluarga dan suaminya
Saat Dikaji : Pasien tampak putus asa dan sedih
8. Kebutuhan berpakaian
Sebelum Sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat berpakaian
sendiri.
Saat Dikaji : Memakai pakaian dibantu oleh ibunya.
9. Kebutuhan Spiritual
Sebelum Sakit : Pasien dapat melakukan ibadah solat 5 waktu
Saat Dikaji : Pasien tidak bisa sholat di RS dan tidak percaya
apabila suaminya telah meninggal dunia
10. Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan
Sebelum Sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik biasa
berkomunikasi dengan bahasa jawa.
Saat Dikaji : Pasien menjadi jarang berbicara.
11. Temparatur tubuh
Sebelum Sakit : Pasien biasa memakai pakaian tipis jika panas
begitu juga sebaliknya
Saat Dikaji : Pasien suhunya normal S : 37OC
12. Kebutuhan bekerja
Sebelum Sakit : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
Saat Dikaji : Pasien hanya berada didalam kamar untuk
mengurung diri.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum Sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi
Saat Dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana - mana, hanya
tetangganya sering menjenguknya untuk
menghibur.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Delirum,TD 120/80mmHg, RR 24x/menit, suhu 37
C, N : 75x/menit
2. Kepala
a. Kepala : mesosephal
b. Rambut : hitam, tidak mudah dicabut,
c. Mata : Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis.
d. Hidung : N/A
e. Telinga : Besih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
f. Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak
ada pembengkakan pada trakhea
h. Ektremitas : Tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas
dan bawah. Ekstremitas atas tangan kiri terpasang
infus RL 7 ttes/menit
3. Dada
a. Paru
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris
Tampak RR 24x/menit
2) Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada paru
Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi
Sonor
4) Auskultasi
Normal tidak ada gangguan
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Terapi
a) Terapi infus : RL Dextro 5 % 1:1/24 jam (7 tetes/menit)
E. Analisa Data
NO DATA FOKUS PROBLEM
1.
2.
DS :
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan
dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien sering mengurung
diri dan memandang foto Arza
Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama Arza.
Klien mengatakan bahwa tidak percaya Arza
telah pergi.
Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil Arza
DO:
wajah tampak kusut,
Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
DS :
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan
dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien sering mengurung
diri dan memandang foto Arza
Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama Arza.
Klien mengatakan bahwa tidak percaya Arza
telah pergi.
Klien mengatakan sering terbangun dan
Duka cita
terganggu
Gangguan Konsep
Diri
3.
menangis keras memanggil Arza
DO :
Klien tampak lemas
wajah tampak kusut
Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
Tampak kantung mata
DS :
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan
dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama Arza
DO :
wajah tampak kusut,
Klien tampak putus asa dan sedih,
Klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
Isolasi sosial
F. Diagnosa Keperawatan
1. Duka Cita Terganggu
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah /
kronis.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan
koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan
pasangan.
G. Intervensi
NO
DXDIAGNOSA TUJUAN
RENCANA
TINDAKAN
1. Duka cita
terganggu
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x24 jam masalah duka
cita terganggu teratasi
Kriteria :
1. Klien dapat membina
hubungan saling
percaya
2. Klien mampu
mengungkapkan
perasaan berduka
1. Observasi TTV
2. Bina hubungan
saling percaya
3. Jelaskan proses
berduka
4. Beri kesempatan
kepada pasien untuk
mengungkapkan
perasaan nya
5. Mendengarkan
dengan penuh
perhatian
6. Secara verbal
dukung pasien,tapi
jangan dukung
pengingkaran yang
dilakukan
7. Teknik komunikasi
diam dan sentuhan
8. Perhatikan
kebutuhan dasar
pasien
2 Gangguan
Konsep Diri
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x24 jam masalah
gangguan konsep diri
dapat teratasi
Kriteria :
1. Klien merasa harga
1. Observasi TTV
2. Merespon kesadaran
diri dengan cara :
Membina
hubungan saling
percaya dan
keterbukaan.
dirinya naik.
2. Klien mengunakan
koping yang adaptif.
3. Klien menyadari dapat
mengontrol
perasaannya.
Bekerja dengan
klien pada
tingkat kekuatan
ego yang
dimilikinya.
Memaksimalka
n partisipasi
klien dalam
hubungan
terapeutik.
3. Menyelidiki diri
dengan cara :
Membantu klien
menerima
perasaan dan
pikirannya.
Membantu klien
menjelaskan
konsep dirinya
dan
hubungannya
dengan orang
lain melalui
keterbukaan.
4. Berespon secara
empati dan
menekankan bahwa
kekuatan untuk
berubah ada pada
klien.
Mengevaluasi diri
dengan cara :
Membantu klien
menerima
perasaan dan
pikiran.
5. Mengeksplorasi
respon koping
adaptif dan mal
adaptif terhadap
masalahnya.
Membuat
perencanaan yang
realistik.
Membantu klien
mengidentifikas
i alternatif
pemecahan
masalah.
6. Membantu klien
menkonseptualisasik
an tujuan yang
realistik.
Bertanggung jawab
dalam bertindak.
Membantu klien
untuk
melakukan
tindakan yang
penting untuk
merubah respon
maladaptif dan
mempertahanka
n respon koping
yang adaptif.
7. Mengobservasi
tingkat depresi.
Mengamati
perilaku klien.
Bersama klien
membahas
perasaannya.
8. Membantu klien
mengurangi rasa
bersalah.
Menghargai
perasaan klien.
Mengidentifikas
i dukungan
yang positif
dengan
mengaitkan
terhadap
kenyataan.
Memberikan
kesempatan
untuk menangis
dan
mengungkapkan
perasaannya.
Bersama klien
membahas
pikiran yang
selalu timbul.
3 Isolasi Sosial Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1. Observasi TTV
2. Bina hubungan saling
1x24 jam masalah isolasi
sosial dapat teratasi
Kriteria :
1. Klien dapat membina
hubungan saling
perbaya dengan
perawat.
2. Klien dapat memahami
penyebab dari harga
diri rendah.
3. Klien menyadari aspek
positif dan negatif dari
dirinya.
4. Klien dapat
mengekspresikan
perasaan dengan tepat,
jujur dan terbuka.
5. Klien mampu
mengontrol tingkah
laku dan menunjukkan
perbaikan komunikasi
dengan orang lain.
percaya dengan klien.
3. Berikan motivasi
klien untuk
mendiskusikan fikiran
dan perasaannya.
4. Jelaskan penyebab
dari harga diri yang
rendah.
5. Dengarkan klien
dengan penuh empati,
beri respon dan tidak
menghakimi.
6. Berikan motivasi
klien untuk menyadari
aspek positif dan
negatif dari dirinya.
7. Beri dukungan,
Support dan pujian
setelah klien mampu
melakukan
aktivitasnya.
8. Ikut sertakan klien
dengan aktifitas yang
dapat meningkatkan
harga diri klien
H. Evaluasi
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat
kehilangan