askep lansia(komplet)

download askep lansia(komplet)

of 14

Transcript of askep lansia(komplet)

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    1/14

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    2/14

    C. Manfaat penyusunan makalah

    1. Memahami yang dimaksud depresi pada lansia.

    2. Memahami penyebab depresi pada lansia.

    3. Mengetahui manifestasi klinik depresi pada lansia.

    4. Memahami factor pencetus depresi pada lansia.

    5. Memahami bentuk bentuk depresi pada lansia.

    6. Mengetahui prognosis depresi pada lansia.

    7. Mengetahui diagnosis depresi pada lansia.

    8. Memahami penatalaksanaan depresi pada lansia.

    9. Mengetahui pedoman pengajaran depresi paa lansia.

    10. Memahami efek samping obat Anti depresan .

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    3/14

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Depresi

    Depresi merupakan sindrom kompleks yang manifestasinya beragam, yang paling

    Sering adalah berupa keluhan vegetative (insomnia), mengurus, konstipasi serta dibarengi

    dengan penurunan kondisi kesehatan, bahkan memikirkan ajal. Para lansia itu dapat terlihat

    sedih, menangis, cemas, sensitive, atau paranoid.

    Depresi adalah gangguan alam perasaan ( mood ) yang ditandai dengan kemurungan

    dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak

    mengalami gangguan dalam menilai realitas ( Reality Testing Ability , masih baik),

    kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian ( Splitting of personality ), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang, 2001).

    Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan

    pada alam perasaan ( afektif mood ), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

    ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.

    Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis

    seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau

    berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto)

    B. Penyebab depresi pada lansia:

    1. Factor biologis

    Adanya ketidaksiembangan zat zat kimia di otak menyebabkan sel sel otak tidak

    berfungsi dengan baik. Ada keluarga dan orang tertentu yang lebih rentan terhadap zat

    zat kimia ini sehingga pada kondisi tertentu mereka cenderung mengalami depresi. Pada

    saat saat tertentu depresi ini gampang kambuh. Biasanya kekambuhan berikutnya tidak

    memerlukan pemicu sebanyak sebelumnya. Kemungkinan factor keturunan atau genetic

    dianggap sebagai penyebabnya. Depresi pada lansia sering terjadi bersamaan dengan

    masalah gangguan fisik menahun yang dialami, misalnya DM, penyakit jantung, penyakit

    darah tinggi, penyakit hati kronis, asma, stroke, reumatik, dll. Gangguan hormonal pada

    lansia, terutama wanita menopause dapat mencetuskan timbulnya depesi.

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    4/14

    2. Factor psikososial

    Kepribadian dasar seseorang amat ditentukan pada masa kanak kanak. Salah

    satunya adalah lingkungan sosial. Peristiwa tidak menyenangkan pada masa kecil dapat

    memepengaruhi perilaku dan kepribadian anak, juga tekanan dan penyiksaan yang

    dialaminya. Selain itu, hubungan sosial yang kurang baik dan kurangnya dukungan dari

    orang yang dapat dipercaya juga dapat mempengaruhi kualitas hubungan seseorang

    sepanjang hidupnya.

    Kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan

    atau kehilangan pada saat lanjut usia akan menjadi pencetus depresi. Perubahan status

    ekonomi, struktur keluarga yang cepat berubah, cenderung kehilangan dukungan anak,

    menantu, cucu, dan lingkungan teman dapat mempermudah timbulnya depresi. Berbagai

    jenis kehilangan sebagai bagian dari proses menua dapat menimbulkan depresi.Masalah sosial yang dihadapi pada masalah tua biasanya rumit, kompleks, dan saling

    berkaitan.

    C. Manifestasi klinik

    Gejala gejala depresi, yang tetap sama selama rentang kehidupan, dapat dibagi menjadi

    tiga kelompok utama yang sering disebut Triad depresi yaitu:

    1. Gangguan alam perasaan pervasive

    Menangis, Ansietas, serangan panic, Murung, Iribilitas, Paranoia

    Pernyataan merasa se dih, blue, tertekan, rendah, atau susah dan perasaan bahwa

    tidak ada satupun yang menyenangkan.

    2. Gangguan persepsi diri, lingkungan , masa depan

    Menarik diri dari aktivitas aktivitas biasa, Penurunan gairah seks, Ketidakmampuan

    mengekspresikan kesenangan, Perasaan tidak berharga, Ketakutan yang tidak beralasan,

    Pendekatan diri kembali pada kegagalan kecil, Delusi, Halusinasi (durasi singkat), Kritik

    ang ditujukan pada diri sendiri dan orang lain, Pasif.

    3. Vegetative

    Peningkatan atau penurunan gerakan tubuh, Mondar mandir, meremas remas tangan,

    menarik atau mengusap rambut, tubuh atau pakaian, Sulit tidur, terus terjaga, terbangun

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    5/14

    dini hari, Penurunan atau trekadang peningkatan nafsu makan, Penururnan atau terkadang

    peningkatan berat badan, Keletihan, Terpaku pada kesehatan fisik, terutama ketakutan

    terhadap kanker, Ketidakmampuan berkonsentrasi, berfikir jernih, atau membuat

    keputusan, Bicara lambat, berhenti sejenak sebelum menjawab, penurunan jumlah bicara,

    bicara rendah atau monoton, Berfikir tentang kematian, Bunuh diri atau upaya bunuh diri,

    Konstipasi, Takikardia

    Menurut Maslim (2002) dalam PPDGJ-III, tingkatan depresi ada 3 berdasarkan gejala-

    gejalanya yaitu :

    1. Depresi Ringan

    Gejala :

    a. Kehilangan minat dan kegembiraan. b. Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang

    nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

    c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang.

    d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.

    e. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu.

    f. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.

    2. Depresi Sedang

    Gejala :

    a. Kehilangan minat dan kegembiraan

    b. Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang

    nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

    c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

    d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.

    e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

    f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

    g. Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum 2 minggu.

    h. Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan

    rumah tangga.

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    6/14

    3. Depresi Berat

    Gejala :

    a. Mood depresif

    b. Kehilangan minat dan kegembiraan.

    c. Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang

    nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

    d. Konsentrasi dan perhatian yang kurang.

    e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

    f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

    g. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri.

    h. Tidur terganggu.

    i. Disertai waham, halusinasi. j. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

    D. Factor pencetus

    Ada empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan

    (Sundeen,stuart 1998:260) :

    1. Kehilangan keterikatan yang nyata atau yang dibayangkan , termasuk kehilangan cinta

    seseorang , fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. Karena elemen actual dan simbolik

    melibatkan konsep kehilangan maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.

    2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan

    mempunyai dampak terhadap masalah masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan

    menyelesaika.

    3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi,

    terutama pada wanita.

    4. Perubahan fisiologik diakibakan oleh obat obatan atau berbagai penyakit fisik seperti

    infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolic dapat mencetuskan gangguan

    alam perasaan.

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    7/14

    E. Bentuk Depresi

    Depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :

    1. Depresi ringan (mild), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala utama ditambah

    sekurang-kurangnya dua dari gejala tambahan yang sudah berlangsung sekurang-kurangnya

    selama dua minggu. Dan tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya ( Idrus, 2007 ).

    2. Depresi sedang (moderate), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala utama

    ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya empat) gejala tambahan ( Idrus, 2007 ).

    3. Depresi berat (severe), jika terdapat tiga gejala utama ditambah sekurang-kurangnya empat

    gejala tambahan, beberapa di antaranya harus berintensitas berat ( Idrus, 2007 ).

    F. Prognosis

    Depresi bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat mltifaktorial. Pada usia lanjut, dimana stress lingkungan sering

    menyebabkan depresi dan kemampuan beradaptasi sudah menurun, akibat depresi pada usia

    lanjut seringkali tidak sebaik pada usia muda (van der cammen, 1991). Prognosis dari

    depresi oleh post (1972) di tentukan oleh beberapa hal yaitu:

    Prognosis baik Prognosis buruk

    - Usia 70 tahun dengan wajah tua

    - Terdapat penyakit fisik serius dan

    disabilitas

    - Riwayat depresi terus menerus selama

    2 tahun

    - Terbukti ada kerusakan otak, missal

    gejala neurologik adanya dementia.

    G. Diagnosis

    Anamnesis merupakan hal yang sangat penting dalam diagnosis depresi dan harus diarahkan

    pada pencarian terjadinya berbagai perubahan dari fungsi terdahulu, dan terdapatnya 5 atau

    lebih gejala depresi mayor seperti disebutkan pada definisi depresi diatas. Aloanmnesis dengan

    keluarga atau informan lain bisa sangat membantu.

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    8/14

    Gejala depresi pada usia lanjut sering hanya berupa apatis dan penarikan diri dari aktivitas

    sosial, gangguan memori, perhatian serta memburuknya kognitif secara nyata. Tanda disfori

    atau sedih yang jelas seringkali tidak terdapat. Seringkali sukar untuk mengorek adanya

    penurunan perhatian dari hal hal yang sebelumnya disukai, penurunan nafsu makan, aktivitas

    atau sukar tidur.

    Depresi pada usia lanjut seringkali kurang atau tidak terdiagnosis karena hal hal berikut:

    1. Penyakit fisik yang diderita seringkali mengacaukan gambaran depresi, antara lain mudah

    lelah dan penururnan berat badan.

    2. Golongan lanjut usia seringkali menutupi rasa sedihnya dengan justru menunjukkan bahwa

    dia lebih aktif.

    3. Kecemasan, obsesionalitas, hysteria, dan hipokondria yang sering merupakan gejala depresi

    justru sering menutupi depresinya. Penderita dengan hipokondria, misalnya justru seringdimasukkan ke bangsal penyakit dalam atau bedah.

    4. Maalah soaial yang juga diderita seringkali membuat gambaran depresi menjadi lebih rumit.

    Mengingat hal hal tersebut diatas, maka dalam setiap asessmen geriatric seringkali disertakan

    form pemeriksaan untuk depresi, yang seringkali berupa skala depresi geriatric (GDS) atau

    skala penilaian (depresi) Hamilton (Hamilton rating scale = HRS).

    H. Penatalaksanaan depresi pada lansia:

    Penatalaksanaan depresi menurut Agus dalam Setiawan (2011) antara lain yaitu :

    1. Terapi Fisik

    Pemberian anti-depresan pada usia lanjut, sama seperti pemberian psikotropika pada

    umumnya harus hati-hati. Umumnya diperlukan dosis yang leebih kecil daripada orang

    dewasakarena dikhawatirkan terjadi akumulasi akibat fungsi ginjal yang sudah kurang

    baik.

    2. Terapi keluarga

    Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan gangguan depresi, sehingga

    dukungan terhadap keluarga pasien adalah sangat penting. Proses penuaan mengubah

    dinamika keluarga, diantaranya ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen

    pada lanjut usia. Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    9/14

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    10/14

    6. Berikan sesi pendidikan yang rutin. Isi dari sesi ini harus mencakup focus proses

    penuaan, tanda tanda depresi dan karakteristik keinginan bunuh diri, menekankan fakta

    bahwa bunuh diri dapat dicegah dan depresi sangat dapat diobati.

    J. Efek Samping Anti Depresan yang Sering Terjadi dan Intervensinya

    1. Penglihatan kabur : Berikan jaminan pada klien lansia bahwa hal ini merupakan efek

    samping dari obat dan bersifat temporer, berikan dukungan dan bantuan sesuai

    kebutuhan, bila perlu periksa adanya bahaya lingkungan.

    2. Konstipasi : Tingkatkan asupan air dan cairan klien, anjurkan penggunaan laksatif alami

    (missal buah plum kering, serat), mintakan resep pelunak feses, pantau kebiasaan

    defekasi untuk menghindari inpaksi.

    3. Mulut kering: Anjurkan asupan cairan untuk mengurangi rasa tidak nyaman, periksa pasatau tidaknya gigi palsu, pantau adanya luka dan lesi yang menyebabkan rasa tidak

    nyaman dan mengganggu makan.

    4. Retensi urin: Pantau pola berkemih klien, kali adanya distress subjektif ( perasaan penuh

    atau pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, nyeri ), pantau warna dan bau

    urin.

    5. Keringat berlebih: Lakukan tindakan tindakan untuk memberikan rasa nyaman,

    beritahu klien bahwa berkeringat merupakan efek samping dari pengobatan.

    6. Hipotensi ortostatik: Periksa tekanan darah klien pada saat bebaring dan berdiri selama

    dua sampai tiga minggu ketika obat dimulai, pantau adanya pusing dan kunang kunang,

    instruksikan klien untuk menjutaikan kaki disamping tempat tidur saat bangkit dari posisi

    berbaring,

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    11/14

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEPRESI

    A. PENGKAJIAN

    1. Riwayat : Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fislk untuk adanya tanda dan gejala

    karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.

    2. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric

    depresion scale.

    3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan

    4. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga. Lakukan observasi langsung terhadap :

    a. Perilaku. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas

    hidup sehari-hari? Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterimasecara sosial? Apakah klien sering mengluyur dan mondarmandir? Apakah ia

    menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?

    b. Afek. Apakah kilen menunjukkan ansietas? Labilitas emosi? Depresi atau apatis?

    lritabilitas? Curiga? Tidak berdaya? Frustasi?

    5. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

    a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi

    pemberi asuhan dikeluarga tersebut. (demensia jenis alzheimer tahap akhir dapat

    sangat menyulitkan karena sumber daya keluarga mungkin sudah habis).

    b. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga

    yang lain.

    c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas

    (catat hal-hal yang perlu diajarkan).

    d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.

    e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi asuhan

    tentang dirinya sendiri.

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    12/14

    B. DIAGNOSA

    1. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.

    2. Gangguan pola tidur b.d ansietas

    3. Resiko membahayakan diri b.d perasaan tidak berharga dan putus asa

    C. INTERVENSI

    1. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas

    berat.

    Tujuan : Pasien mampu berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya,

    Pasien mampu melakukan kegiatan dalam menyelesaikan masalahnya.

    Intervensi :

    a. Bicara secara langsung dengan klien,hargai individu dan ruang pribadinya jika tepat b. Beri kesempatan terstruktur bagi klien untuk membuat pilihan perawatan

    c. Beri kesempatan bagi pasien untuk bertanggungjawab terhadap perawatan dirinya

    d. Beri kesempatan menetapkan tujuan perawatan dirinya. Contoh : minta

    pasien memilih apakah mau mandi, sikat gigi atau gunting kuku.

    e. Beri kesempatan untuk menetapkan aktifitas perawatan diri untuk

    mencapai tujuan. Contoh : Jika pasien memilih mandi, bantu pasien

    untuk menetapkan aktifitas untuk mandi (bawa sabun, handuk, pakaian

    bersih)

    f. Berikan pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.

    g. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.

    h. Sepakati jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut secara teratur.

    i. Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat ini

    j. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih

    dimiliki pasien.

    k. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan

    yang dimiliki.

    l. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan

    jadwal kegiatan yang sudah dibuat.

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    13/14

    2. Diagnosa : Gangguan pola tidur b.d ansietas

    Tujuan : Pasien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur, Pasien

    mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

    Intervensi :

    a. Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari pola yang biasanya

    b. Anjurkan latihan relaksasi, seperti musik lembut sebelum tidur

    c. Diskusikan cara-cara utuk memenuhi kebutuhan tidur

    d. Kurangi tidur pada siang hari

    e. Minum air hangat/susu hangat sebelum tidur

    f. Hindarkan minum yang mengandung kafein dan coca cola

    g. Mandi air hangat sebelum tidur

    h. Dengarkan musik yang lembut sebelum tiduri. Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuai dengan kebutuhannyad)Berikan

    pujian jika pasien memilih cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidurnya

    j. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk memfasilitasi

    agar pasien dapat tidur.

    3. Diagnosa : Resiko membahayakan diri b.d perasaan tidak berharga dan putus asa

    Tujuan : Pasien tidak membahayakan dirinya sendiri, Pasien mampu memilih

    alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif

    Intervensi :

    a. Identifikasi derajat resiko / potensi untuk bunuh diri

    b. Bantu pasien mengenali perasaan yang menjadi penyebab timbulnya ide bunuh diri.

    c. Ajarkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah yang konstruktif.

    d. Bantu pasien untuk memilih cara yang palin tepat untuk menyelesaikan masalah

    secara konstruktif.

    e. Beri pujian terhadap pilihan yang telah dibuat pasien dengan tepat.

    f. Anjurkan pasien mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang ada di lingkungannya

    g. Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri

    h. Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien dalam

    menyelesaikan masalah

  • 8/10/2019 askep lansia(komplet)

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    A.Novitasari . 2000. Diagnosis & Penafsiran Depresi pada Lansia. Semarang : Badan Penerbit

    UNDIP.

    Hawari Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi . Jakarta: EGC.

    Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

    Watson, Roger.2003. Perawatan Lansia, Edisi ke-3. Jakarta: EGC.