Askep Lansia Chika 0810720018

58
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA BINAAN Ny. M dengan Hipertensi dan Asam Urat di Desa Mulyo Agung Kecamatan Dau Kabupaten Malang Untuk Memenuhi Tugas Study Profesi Departemen Gerontik Disusun Oleh : Chika Juni Rachmawati 0810720018 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

Askep lansia.

Transcript of Askep Lansia Chika 0810720018

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA BINAAN

Ny. M dengan Hipertensi dan Asam Urat di Desa Mulyo Agung Kecamatan Dau Kabupaten MalangUntuk Memenuhi Tugas Study Profesi Departemen Gerontik

Disusun Oleh :

Chika Juni Rachmawati0810720018JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan pada lansia binaan yaitu Ny. M dengan hipertensi dan asam urat di Desa Mulyo Agung Kecamatan Dau Kabupaten MalangDalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas dalam departemen gerontik, sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan pada waktunya. Dan tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ny. M sebagai lansia binaan yang telah bersedia dilakukan home visit dua kali dalam seminggu.2. Ns. Setyohadi, M.Kep., Sp. Kom selaku preseptor akademik3. Ns. Dyah Nurkhodimah, S.Kep selaku preseptor klinik4. Seluruh keluarga besar Puskesmas Wisata Dau5. Seluruh kolega dalam tim gerontik yang selalu memberi dukunganDalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah inidapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.Malang, April 2013

PenulisDAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi...................................... ii

Daftar Lampiran....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...... 1

1.2 Tujuan..... 21.3 Manfaat...... 2BAB 2 TINJAUAN TEORI2.1 Lansia dengan Hipertensi.. 32.2 Lansia dengan Asam urat . 5BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian ...73.2 Analisa Data ....193.3 Rencana Keperawatan...203.4 Implementasi ..223.5 Evaluasi keperawatan dan Evaluasi Sumatif..27BAB 4 PEMBAHASAN4.1 Hasil dan Analisa.....284.2 Hambatan.....30BAB 5 PENUTUP5.1 Kesimpulan......315.2 Saran........31DAFTAR LAMPIRAN

Laporan Pendahuluan Home VisitMedia Penyuluhan KesehatanLembar Bukti Kunjungan Lansia Binaan

Resume KeperawatanBAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit The Silent Killer (sering kali dijumpai tanpa gejala). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,70%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 khusus penyakit tidak menular, prevalensi hipertensi di Provinsi Sumatera Utara ada di urutan keempat yaitu sebesar 5,80% setelah sakit persendian, jantung, dan gangguan mental emosional. Prevalensi hipertensi tertinggi di Kabupaten Nias Selatan 9,60% dan terendah di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 2,40%.Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, dengan PMR (Proportional Mortality Rate) mencapai 6,70% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Kenaikan prevalensi hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia terutama pada usia lanjut.8 Prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun.9 Menurut hasil penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan prevalence rate hipertensi lansia sebesar 35,58%.

Selain penyakit hipertensi, penyakit asam urat juga sering dialami oleh sebagian besar lansia. Asam urat merupakan substansi hasil akhir dari metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan, 90% dari asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guanase dan xantin oksidase. Asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut sebagai hiperurisemia.

Asam urat merupakan hasil samping dari peecahan sel yang terdapat didalam darah, karena tubuh secara berkesinambungan memecah danmembentuk sel yang baru. Kadar asam urat meningkat ketika ginjal tidak mampu mengeluarkanya melalui feces (Efendi, Makhfudli, 2009). Umumnya yang terserang asam urat adalah pria yang telah lanjut usia, sedangkan pada perempuan didapati hingga memasuki menopause. Perjalanan penyakit biasanya mulai dengan suatu serangan atau seseorang memiliki riwayat pernah memeriksakan kadar asam uratnya yang nilai kadar asam urat darahnya lebih dari 7 mg/dl, dan makin lama makin tinggi ( Tamher, Noorkasiani, 2009).

Berdasarkan data tahunan penderita penyakit asam urat dari Puskesmas Mijen Semarang tahun 2008-2010, jumlah penderita penyakit asam urat yaitu 52 orang dengan 23 orang atau sekitar 44,2% merupakan para lanjut usia, sehingga dilakukan penelitian yang menggambarkan kadar asam urat di Kelurahan Mijen Semarang.Berdasarkan keterangan diatas maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan pengelolaan tekanan darah pada Ny. M dengan melakukan home visite selama 3 minggu.

1.2 Tujuan1. Tekanan darah klien dalam batas normal 2. Klien dan keluarga memahami pentingnya pengontrolan tekanan darah dan asam urat3. Klien dan keluarga mampu menerapkan pola hidup sehat4. Klien mampu melakukan managemen nyeri1.3 Manfaat

Untuk klien:1. Memahami pentingnya pengontrolan tekanan darah

2. Mengetahui tentang pentinya pengontrolan darah untuk meningkatkan kualitas hidup

3. Mengetahui dan dapat menerapkan pola hidup sehat4. Mengetahui cara-cara mengurangi nyeri Untuk Perawat:

1. Mengetahui beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan hipertensi dan asam urat2. Sebagai masukkan intervensi dalam mengelola lansia dengan hipertensi dan asam urat secara holistik

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Lansia dengan Hipertensi

Hipertensi mengenai seluruh bangsa di Indonesia dengan insiden yang bervariasi. Akhir-akhir ini insidensi dan prevalensi meningkat dengan makin bertambahnya usia harapan hidup. Di Amerika Serikat, dikatakan bahwa pada pupulasi kulit putih usia 50-69 tahun prevalensinya sekitar 35% yang meningkat menjadi 50% pada usia diatas 69 tahun. Penelitian pada 300.000 populasi berusia 65-115 tahun (rata-rata 82,7 tahun) yang dirawat diinstitusi lanjut usia didapatkan prevalensi hipertensi pada saat mulai dirawat sebesar 32%. Dari penderita ini 70% diberikan obat anti hipertensi dan sudah mengalami komplikasi akibat penyakitnya, diantaranya, penyakit jantung koroner (26%), penyakit jantung kongestif (22%), dan penyakit serebrovaskular (29%) (Martono dan Pranarka, 2009).

Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008). Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:

a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding, yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik) (Wolff , 2008).Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam, Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi (160/95mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI),ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan faktor risiko hipertensi (Kuswardhani, 2007).Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikiuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok lansia (Abdullah.2005).Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (Andra,2007). Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing population). Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang olah raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke, 1,2% diabetes, 1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat badan (obesitas), dan yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per minggu hanya 14,3%. Laki-laki umur 25-65 tahun yang mengkonsumsi rokok sangat tinggi yaitu sebesar 54,5%, dan wanita sebesar 1,2%. Berdasarkan hasil survei kesehatan pada tahun 2011, di Pedukuhan Krajan, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta terdapat 54 lanjut usia dan 23 (46%) diantaranya menderita hipertensi.

Berbagai faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada usia lanjut dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti stres, obesitas, nutrisi serta gaya hidup; serta faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik, usia, jenis kelamin dan etnis. Penelitian yang sudah ada mengenai faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada masyarakat. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat2.2 Lansia dengan Asam Urat

Kajian Abu Sabha et al. (1997) dalam Shahar et al. (2007) menunjukkan bahwa artritis merupakan penyakit yang paling sering dikeluhkan oleh kalangan wanita lanjut usia yang berumur 60 tahun ke atas. Artritis yang dimaksud pada penelitian tersebut merupakan semua penyakit radang sendi seperti penyakit asam urat yang disebut dengan hiperurisemia atau gout, dan penyakit radang sendi lainnya seperti reumatik. Pada wanita, peningkatan risiko penyakit asam urat dimulai sejak memasuki masa menopause. Setelah memasuki usia menopause, hormon estrogen pada wanita sudah tidak diproduksi lagi, sehingga menurunkan ekskresi asam urat.

Kebiasaan makan adalah faktor penting yang berpengaruh kepada status kesehatan dan kemampuan fisik seorang lanjut usia (Pirlich & Lochs 2001 dalam Shahar et al. 2007). Apabila usia meningkat, jumlah dan frekuensi makan yang dikonsumsi akan menurun jika dibandingkan dengan golongan yang lebih muda (Seiler 2001 dalam Shahar et al. 2007). Mereka juga cenderung menkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi rendah. Keadaan ini disebabkan menurunnya kemampuan mobilitas, kesulitan mengunyah dan menelan makanan, ketidakmampuan menyediakan makanan, status sosioekonomi dan tahap aktivitas fisik yang rendah, kehilangan selera makan yang disebabkan komplikasi sistem pencernaan,kesedihan dan kesendirian (Shahar et al. 2007).

Pada umumnya, gerak badan dan aktivitas fisik menurun secara signifikan dalam jangka panjang dengan meningkatnya penuaan seseorang. Perubahan penuaan secara normal terjadi pada komposisi tubuh seseorang termasuk penurunan massa tubuh, metabolisme basal, cadangan protein, dan cadangan air. Peningkatan aktivitas seseorang yang termasuk latihan sedang dapat membantu meningkatkan kebugaran pada lanjut usia serta menurunkan risiko kegemukan dan berbagai macam penyakit seperti salah satunya adalah penyakit gout atau asam urat (Komnas Lansia 2010).

Risiko terjadinya asam urat akan bertambah bila disertai dengan pola konsumsi makan yang tidak seimbang. Banyaknya makanan tinggi purin yang dikonsumsi akan memperbesar risiko terkena asam urat pada kaum wanita lanjut usia yang notabene sudah menurun daya imunitasnya akibat hormon estrogen yang tidak diproduksi lagi serta menurunnya daya metabolisme tubuh semakin memperbesar risiko terjadinya penyakit asam urat.BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

PENGKAJIAN PSIKOGERONTIKNama

: Ny. SJenis kelamin

: (1) laki-laki

(2) perempuan

Umur

: (1) elderly (60-74)(2) old (75-90)

(3) very old (>90)Alamat

: Jl. Arumdalu no.7 Kelurahan JatimulyoStatua menikah: (1) menikah(2) tidak menikah

(3) janda(4) dudaAgama

: (1) Islam(2) Protestan(3) Hindu(4) Katolik(5) Budha

Suku

: (1) Jawa(2) Madura(3) lain-lain, sebutkan

Tingkat pendidikan: (1) tidak tamat(2) tamat SD(3) SMP(4) SMU

(5) PT (6) buta hurufRiwayat pekerjaan: Pedagang

1. Masalah emosional

2. Tingkat kerusakan intelektual

3. Identifikasi aspek kognitif

1. Masalah emosional

Pertanyaan tahap 1

a. Apakah klien mengalami susah tidur? iyab. Apakah klien merasa gelisah? tidak

c. Apakah klien murung atau menangis sendiri? tidak

d. Apakah klien sering was-was atau kuatir? tidak

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari 1 atau sama dengan jawaban 1 ya

Pertanyaan tahap 2

a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan, terjadi 1 kali dalam 1 bulan? Nyeri sendi jari ,punggung dan lutut, sering kencing di malam harib. Ada masalah atau banyak pikiran? tidakc. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain? tidakd. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter? tidake. Cenderung mengurung diri?

Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya, maka masalah emosional ada atau ada gangguan emosional

2. Tingkat kerusakan intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire)

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar di bawah ini:

NO.PERTANYAANBENARSALAH

1.Tanggal berapa hari ini?

2.Hari apa sekarang?

3.Apa nama tempat ini?

4.Dimana alamat Anda?

5.Berapa nomor rumah Anda?

6.Kapan Anda lahir?

7.Siapa presiden Indonesia?

8.Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

9.Siapa nama ibu Anda?

10.Kurangi 3 dari tiap 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun.

Jumlah73

Interpretasi:

Salah 0-3: fungsi intelektual utuh

Salah 4-5: fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6-8: fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9-10: fungsi intelektual kerusakan berat

3. Identifikasi masalah kognitif ( Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

NOASPEK KOGNITIFNILAI MAKSIMALNILAI KLIENKRITERIA

1Orientasi waktu55Menyebutkan dengan benar:

Tahun

Musim

Tanggal

Hari

Bulan

Orientasi tempat55Dimana sekarang Anda berada?

Negara

Propinsi

Kabupaten

2.Registrasi33Sebukan 3 nama objek (kursi, meja, kertas)

Kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab:

1. kursi

2. meja

3. sayur-sayuran

3.Perhatian dan kalkulasi51Meminta klien berhitung mulai dari 100, kemudian dikurangi 7 sampai 5 tingkat:

1. Hanya bisa hingga 1 tingkat

4.Mengingat33Meminta klien untuk menyebutkan objek pada poin 2

1.kursi

2.meja

5.Bahasa97Menanyakan pada klien tentang benda (sambil menunjuk benda tersebut:

1. lemari

2. kasur

Meminta klien untuk mengulangi kata berikut tak ada jika, dan, atau, tetapi.

Klien menjawab tidak ada apa apaMinta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah. Ambil ballpoint di tangan Anda, ambil kertas, menulis saya mau tidur.

1. ambil ballpoint

2. ambil kertas

3. tidak bisa menulis

Perintahkan klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 poin)

tutup mata anda

1. Klien menutup mata

Perintahkan pada klien untuk menulis atau kalimat dan menyalin gambar

1. Klien tidak bisa menulis atau menggambar

Total nilai3024

METHODSCOREINTERPRETATION

Single Cutoff 5 detik) menutup mata sambil berdiri 3

3.Berdiri dengan kaki rapatKlien mampu berdiri dengan merapatkan kaki4

4.Berdiri pada satu kakiKlien tmampu berdiri dengan 1 kaki dengan bantuan3

5.Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netralKlien tidak mampu berdiri dengan penuh setelah fleksi1

6.Berdiri, lateral, dan fleksi trunkKlien tidak mampu berdiri dengan penuh setelah fleksi1

7.Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki di depan jari kaki yang lainKlien mampu melakukannya dengan banuan 3

8.Berjalan sepanjang garis lurusKlien mampu berjalan dengan lurus4

9.Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantaiKlien mampu mengikuti gambar di lantai4

10.Berjalan menyambungKlien mampu berjalan menyambung4

11.Berjalan mundurKlien mampu berjalan mundur 4

12.Berjalan mengikut lingkaranKlien mampu berjalan melingkar4

13.Berjalan pada tumitKlien tidak mampu berjalan dengan tumit bantuan maksimal2

14.Berjalan dengan ujung kakiKlien tidak mampu berjalan dengan tumit1

JUMLAH42

Keterangan:

4= mampu melakukan aktivitas dengan lengkap

3= mampu melakukan aktivitas dengan bantuan

2= mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal

1= tidak mampu melakukan aktivitas

Nilai:

42-54= mampu melakukan aktivitas

28-41= mampu melakukan aktivitas dengan sedikit bantuan

14-27= mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal

14

= tidak mampu melakukan aktivitas

MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT

Nama: Ny. SUmur:

BB: 55 KgTB: 160 cmLengkapi skreening dengan cara mengisi nilai yang sesuai. Jika skor 3 bulan karena kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan mengunyah, atau menelan?

0 = penurunan intake makanan yang berat

1 = penurunan intake makanan yang sedang

2 = tidak ada penurunan intake makanan2

BPenurunan BB 3 bulan terakhir

0 = penurunan BB >3 kg

1 = tidak tahu

2 = penurunan BB 1-3 kg

3 = tidak ada penurunan BB1

CMobilitas

0 = di tempat tidur atau kursi

1 = bisa turun dari tempat tidur atau kursi, tapi tidak bisa keluar rumah

2 = dapat keluar rumah2

DMengalami stres psikologi atau penyakit akut dalam 3 bulan?

0 = ya

1 = tidak1

EMasalah neuropsikologi

0 = demensia atau depresi berat

1 = demensia ringan

2 = Tidak ada masalah psikologi1

FA. Body mass index (BMI) (BB/TB2)

0 = BMI 233

JUMLAH10

Untuk pengkajian yang lebih mendalam, lanjutkan dengan pertanyaan G-R

NO.PENGKAJIANSKOR

GHidup dengan mandiri (tanpa perawatan di rumah atau di rumah sakit)

1 = ya

2 = tidak1

HMinum obat 3 kali per hari

0 = ya

1 = tidak0

INyeri tekan atau ulcer kulit

1 = ya

2 = tidak1

JSehari makan berapa kali?

0 = 1 kali/hari

1 = 2 kali/hari

2 = 3 kali/hari2

KMemilih intake protein

ya

tidak

Minimal satu dari produk susu, keju, yoghurt per hari

(2 kacang-kacangan atau telur perminggu

(Daging, ikan, atau ayam setiap hari

(0,0= jika 0 atau 1 iya

0,5= jika 2 iya

1,0= jika 3 iya0,0

LMengkonsumsi 2 buah atau sayuran per hari?

1 = ya

2 = tidak1

MBerapa banyak cairan yang dikonsumsi per hari? (air putih, jus, kopi, teh, susu)

0,0= 5 gelas0,5

NCara makan

0 = tidak dapat makan tanpa bantuan

1 = makan sendiri dengan kesulitan

2 = makan sendiri tanpa masalah2

OPandangan diri terhadap status nutrisi

0 = menadang dirinya malnutrisi

1 = tidak tahu

2 = memandang dirinya tidak memiliki masalah nutrisi1

PDalam perbandingan dengan orang lain yang seumur, bagaimana pasien menyadari status kesehatannya?

0,0= tidak baik

0,5= tidak tahu

1,0= Baik

2,0= Lebih baik0,0

QLingkar lengan

0,0= 22 cm1

RLingkar kepala

0 = 3x

e. Kondisi air: ()berbau ()berwarna ()berasa (()tidak bau, warna, rasa

6. Pembuangan sampah dan limbah

a. Cara pembuangan sampah : Dikumpullan ke dalam kresekb. Tempat pembuangan sampah : Adac. Pembuangan air limbah : Dialirkan ke lubang pembuangan/ selokand. Kondisi saluran limbah : cukup baike. Binatang yang banyak berkeliaran di sekitar tempat sampah : Kucing, Lalatf. Apakah di lingkungan sering banjir : Tidak7. Kandang ternak

a. Kepemilikan kandang ternak: ()ya(()tidak

b. Bila ya, letak kandang ternak:

()dalam rumah()luar rumah

c. Kondisi: ()terawat()tidak terawat

III. Status Kesehatan

1. Sarana kesehatan

a. Sarana kesehatan terdekat

Rumah sakit

Posyandu

Puskesmas ( Balai pengobatan

Dokter praktek

Perawat/bidan

b. Pemanfaatan sarana kesehatan

Ya ( Tidak

c. Bila tidak, alasannya

Sulit dijangkau

Biaya

Lain-lain, sebutkan.....

2. Masalah kesakitan

a. Apakah menderita penyakit 1 tahun terakhir

Ya ( Tidak

b. Bila ya, sebutkan

Asma

Tekanan darah tinggi Reumatik Tulang keropos

TBC

Kencing manis

Katarak

Penyakit kulit

Lain-lain, sebutkan OA dan ambeianc. Sebelum dibawa ke pusat kesehatan, tindakan apa yang biasanya dilakukan

Beli obat bebas

Jika menggunakan obat bebas, obat apa yang digunakan, dalam sehari berapa kali minum obat, jika kondisi tidak membaik apa yang dilakukan : oba sakit kepla seperti panadol, diminum 1 x/hari Minum jamu

Lainnya, sebutkan, istirahatd. Upaya ke pusat kesehatan yang mana jika sakit

Ke rumah sakit

Ke dokter praktek

Ke dukun

Ke puskesmas ( Ke perawat/bidan

Lain-lain, sebutkan.......

e. Sarana transportasi yang mudah untuk menuju pusat kesehatan

Angkot

Mobil pribadi

Becak

Sepeda motor ( Jalan kaki f. Penggunaan waktu senggang

Berkebun

Senam

Jogging

Lain-lain, sebutkan idur/istirahat di rumahg. Adakah kelompok usila

Ya ( Tidak h. Bila ya, adakah kegiatan

Ya, sebutkan

Tidak (i. Apakah mengetahui tentang kader lansia

Ya

Tidak (j. Apakah sudah ada kader lansia

Ya ( tidak

k. Apakah mengetahui tentang posyandu lansia

Ya( Tidak l. Apakah mengikuti kegiatan posyandu lansia

Ya ( Tidak m. Jika tidak, alasan tidak mengikuti kegiatan posyandu lansia

Sibuk kerja

Malas ( Tidak tertarik dengan kegiatan posyandu Lain-lain, sebutkan...........

n. Harapan terhadap posyandu lansia..................

3.2 Analisa DataNo.Data Etiologi Masalah

1.DS : Klien mengatakan punggung dan kedua lutut terasa linu-linu/cekot-cekot

Klien mengatakan sakit jika dibuat jalan jauh Klien mengatakan mengatakan susah melakukan posisi dari duduk ke berdiri dan tidak mampu jongkokDO : Klien tampak memijat-pijat kedua lututnya Terdapat pembengkakan pada sendi-sendi jari Klien tampak berjalan dengan tersendat-sendat menahan sakit

Wajah grimace

Skala nyeri 5 ( dari 1-10)Gangguan metabolieme purinAkumulasi asam urat yang berlebihan dalam darah

Kristal asam urat menumpuk dalam tubuhIritasi local pada sendiNyeri AkutNyeri Akut b.d adanya radang pada sendi.

2.DS:

Klien mengatakan jarang sekali periksa ke puskesmas Klien mengatakan tidak pernah mengikuti senam lansia Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit darah tinggiDO:

TD: 160/80 mmHgKeadaan osteoarthritis(Kurangnya informasi tentang hipertensi

(Ketidakpatuhan pada pengobatan

(Tidak terkontrolnya tekanan darah dan asam urat(Ketidakefektifan perawatan diriKetidakefektifan perawatan diri

3.3 Rencana Keperawatan

NAMA KLIEN

: Ny. SNO. REG

: -

USIA

: 78 th

TANGGAL PENGKAJIAN: 13 Januari 2014No Tgl Dx KeperawatanTujuan Kriteria HasilIntervensi

113 januari2014Nyeri akutSetelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 30 menit nyeri klien berkurang hingga hilang klien mengatakan nyeri berkurang (< 5 dari 1-10) wajah klien tampak rileks

klien dapat mendemonstrasikan terapi relaksasi

TD: < 180/90 mmHg

Nadi: 60-100 x/menit

RR: 18-20x/ menit kaji respon verbal dan non verbal klien terhadap nyeri monitor TTV klien sebelum dan setelah terapi

ajarkan napas dalam pada klien

dorong klien untuk mendemonstrasikan terapi relaksasi

libatkan keluarga untuk mendorong klien berlatih terapi relaksasi setiap bangun tidur dan akan tidur Anjurkan klien untuk mandi dengan air hangat dan mengompres sendi-sendi yang sakit dengan waslap hangat.

Berikan masase lembut pada daerah sendi-sendi yang sakit Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas ringan (senam lansia).

Kolaborasi dalam pemberikan obat sesuai program.

Monitor efek samping obat.

22 April 2013Ketidakefektifan perawatan diriSetelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x 30 menit perawatan diri klien lebih efektif klien dan keluarga memahami tentang hipertensi dan pengelolaannya

klien mendemonstrasikan tekanan darah terkontrol

klien minum obat anti hipertensi oral secara teratur kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang gangguan tulang dan sendi pada lansia ajarkan pada klien tentang diet rendah purin yang perlu di hindari oleh klien beri informasi pada klien dan keluarga tentang postur tubuh yang benar dalam beraktivitas sehari-hari ( mis; posisi duduk, gaya berdiri, gaya berjalan, posisi dari duduk ke berdiri, dll

berikan informasi pada klien tentang pentingnya men jaga berat bdan ideal untuk menghindari penumpuan yang terlalu berat pada sendi dorong klien untuk minum obat secara teratur

libatkan keluarga untuk mengingatkan klien minum obat secara teratur dan kontrol rutin klien ke puskesmas

3.4 Implementasi KeperawatanTglDx Jam Implementasi Evaluasi Tanda Tangan

4 April 2013210.00-11.00 Mengukur TD klien

Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang asam urat Memberi informasi pada klien dan keluarga tentang asam urat serta pentingnya pengontrolan asam urat Memberi informasi pada klien dan keluarga tentang bahan-bahan disekitar klien yang dapat digunakan untuk pengontrolan asam uratS:

Klien mengatakan telah mengetahui tentang penyakit asam urat (definisi, penyebab, tanda dan gejala) Klien mengatakan akan mencoba menghindari makanan yang dapat menyebabkan asam urat

O:

TD: 160/80 mmHg

Nadi: 80 x/menit

RR: 20x/ menit

A:

Masalah teratasi sebagianP:

Lanjutkan intervensi

6 April 2013210.00-11.00 Mengukur TD klien

Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi Memberi informasi pada klien dan keluarga tentang hipertensi serta pentingnya pengontrolan hipertensi

S:

Klien mengatakan telah mengetahui tentang penyakit hipertensi (definisi, penyebab, tanda dan gejala)

Klien mengatakan ingin kontrol tekanan darah secara rutinO:

TD: 170/80 mmHg

Nadi: 80 x/menit

RR: 20x/ menit

A:Masalah teratasi sebagianP:

Lanjutkan intervensi

10 April 20131, 213.00-14.00 Mengukur TD klien Menanyakan keluhan yang saat ini dirasakan klien

Mengevaluasi tingkat pengetahuan klien tentang asam urat dan hipertensi

Mengajarkan klien mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi (napas dalam )S : Klien mengatakan senin (8 April 2013) ke Puskesmas untuk berobat karena kaki cekot-cekot. Namun saat ini kakinya sudah tidak cekot-cekot klien mengatakan minum obat rutin sehari 3 kali Klien mengatakan akan mencoba menggunakan teknik napas dalam jika kakinya cekot-cekotO :TTV :TD : 150/90 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit Klien kooperatif

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

15 April 2013

110.00-11.00 Mengukur TD klien Menanyakan keluhan yang saat ini dirasakan klien Melakukan pemeriksaan kadar asam urat Mengajarkan klien mengurangi nyeri dengan mengompres bagian yang nyeri dengan air hangatS :

Klien mengatakan saat ini kakinya tidak cekot-cekot Klien mengatakan pada malam hari kadang melakukan teknik relaksasi napas dalam yang membuat badannya menjadi rileks dan tenang Klien mengatakan masih mengkonsumsi obat dari puskesmas sehari 3 kaliO : TD : 140/90 mmHg Klien tampak tenang Klien kooperatif Klien akan mencoba melakukan kompres hangat jika kakinya cekot-cekot Hasil pemeriksaan kadar asam urat : 5,6 mg/dl (N)A : Masalah teratasiP :

Lanjutkan Intervensi

17 April 2013213.00-14.00 Mengukur TD klien Menanyakan keluhan yang saat ini dirasakan klien Mengevaluasi kognitif klien terkait manajemen nyeri Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentinggnya mengakses pelayanan kesehatanS :

Pasien mengatakan saat ini tidak ada keluhan. Klien masih mengkonsomsi obat dari puskesmas. Klien mengatakan masih mengingat mengenai cara mengurangi nyeri yaitu dengan cara napas dalam dan mengompres dengan air hangat bagian tubuh yang sakit. Klien mengatakan sudah mengetahui tentang adanya posyandu, namun klien jarang datang ke posyandu lansia dikarenakan malas Keluarga klien mengatakan klien jarang datang ke posyandu lansia. O :

Klien tampak tenang Keluarga klien tkooperatif TD : 150/80 mmHgA :

Masalah TeratasiP :

Hentikan Intervensi

3.2 Evaluasi

3.2.1 Evaluasi Keperawatan

Nama Klien: Ny C

No. Reg

: -

Hari/Tanggal/JamDiagnosa KeperawatanEvaluasi

4 April 2013Ketidakefektifan Perawatan DiriS: Klien mengatakan telah mengetahui tentang penyakit asam urat (definisi, penyebab, tanda dan gejala) Klien mengatakan akan mencoba menghindari makanan yang dapat menyebabkan asam uratO: TD: 160/80 mmHg Nadi: 80 x/menit RR: 20x/ menitA:Masalah teratasi sebagianP:Lanjutkan intervensi

6 April 2013Ketidak efektifan Perawatan DiriS: Klien mengatakan telah mengetahui tentang penyakit hipertensi (definisi, penyebab, tanda dan gejala) Klien mengatakan ingin kontrol tekanan darah secara rutinO: TD: 170/80 mmHg Nadi: 80 x/menit RR: 20x/ menitA:Masalah teratasi sebagianP:Lanjutkan intervensi

10 April 2013Nyeri AkutKetidakefektifan Perawatan DiriS : Klien mengatakan senin (8 April 2013) ke Puskesmas untuk berobat karena kaki cekot-cekot. Namun saat ini kakinya sudah tidak cekot-cekot klien mengatakan minum obat rutin sehari 3 kali Klien mengatakan akan mencoba menggunakan teknik napas dalam jika kakinya cekot-cekotO :TTV :TD : 150/90 mmHgN : 80 x/menitRR : 20 x/menit Klien kooperatifA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan Intervensi

15 April 2013Nyeri Akut (Masalah tidak menjadi aktual)S :

Klien mengatakan saat ini kakinya tidak cekot-cekot Klien mengatakan pada malam hari kadang melakukan teknik relaksasi napas dalam yang membuat badannya menjadi rileks dan tenang Klien mengatakan masih mengkonsumsi obat dari puskesmas sehari 3 kaliO : TD : 140/90 mmHg Klien tampak tenang Klien kooperatif Klien akan mencoba melakukan kompres hangat jika kakinya cekot-cekot Hasil pemeriksaan kadar asam urat : 5,6 mg/dl (N)A : Masalah teratasiP : lanjutkan intervensi

17 April 2013Ketidakefektifan Perawatan DiriS :

Pasien mengatakan saat ini tidak ada keluhan. Klien masih mengkonsomsi obat dari puskesmas. Klien mengatakan masih mengingat mengenai cara mengurangi nyeri yaitu dengan cara napas dalam dan mengompres dengan air hangat bagian tubuh yang sakit. Klien mengatakan sudah mengetahui tentang adanya posyandu, namun klien jarang datang ke posyandu lansia dikarenakan malas Keluarga klien mengatakan klien jarang datang ke posyandu lansia. O :

Klien tampak tenang Keluarga klien tkooperatif TD : 150/80 mmHgA :

Masalah TeratasiP :

Hentikan Intervensi

3.2.2 Evaluasi Sumatif

Setelah perawat melakukan home visite pada klien selama 3 minggu dengan 5 kali home visite maka didapatkan hasil sebagai berikut:1. Untuk nyeri akut yang dialami klien, perawat telah mengajarkan napas dalam dan klien mampu mendemonstrasikannya dengan baik. Klien mengatakan akan mencoba menggunakan teknik relaksasi (napas dalam) ketika sewaktu-waktu kakinya cekot-cekot. Klien mengatakan cara yang diajarkan oleh perawat mudah dan praktis. Perawat juga mengajarkan cara lain untuk mengurangi nyeri yaitu dengan cara melakukan kompres dengan air hangat pada bagian kaki yang mengalami nyeri/cekot-cekot.klien mengatakan selama ini jika tubuhnya terasa tidak enak, klien mandi dengan air hangat. Perawat menyarankan kepada klien untuk mengompres dengan air hangat menggunakan waslap atau botol yang diisi air hangat karena kompres hangat akan mengurangi nyeri pada bagian tubuh tertentu..

2. Untuk mengatasi masalah ketidakefektifan kesehatan diri, perawat memberikan pendidikan kesehatan terkait penyakit yang dialami klien yaitu hipertensi dan asam urat. Pada home visit ke-3 klien mengatakan bahwa 2 hari sebelumnya telah memeriksakan diri ke Puskesmas dengan keluhan kaki cekot-cekot. Klien mengatakan telah minum obat secara rutin yaitu 3x dalam sehari. Perawat memberikan pujian kepada klien untuk tetap meneruskan minum obat secara rutin. Walaupun tidak ada yang dirasa dari tanda dan gejala hipertensi pada klien, perawat tetap menyarankan kepada klien untuk kontrol rutin ke pelayanan kesehatan seperti posyandu lansia serta rutin memeriksakan kadar asam urat.klien mengatakan untuk pola makan klien sudah memperhatikan jenis-jenis makanan yang dapat meningkatkan asam urat seperti kacang-kacangan, santan serta daging dan ayam. Klien juga tidak mengkonsumsi kopi.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Analisa

Home visit 1 penulis mengatasi masalah keperawatan tentang ketidakefektifan kesehatan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait penyakit yang dialami klien yaitu asam urat. Klien mengatakan sudah mempunyai asam urat sejak lama, namun klien tidak begitu memahami seperti apakah asam urat itu. Dalam pelaksanaan pemberikan pendidikan kesehatan, klien begitu kooperatif mendengarkan penjelasan perawat. Klien juga aktif bertanya jika ada penjelasan yang kurang dipahami. Home visit 2 penulis memberikan pendidikan kesehatan terkait hipertensi. Klien mengatakan dalam kesehariannya penyakit hipertensi yang diderita tidak begitu dirasakan. Klien mengatakan jarang pusing atau sakit kepala. Klien mengetahui salah satu penyebab hipertensi adalah konsumsi makanan asin, santan dan kopi sehingga klien menghindari makanan itu. Namun klien ingin dijelaskan kembali oleh penulis. Menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan. Dengan adanya pemberian pendidikan kesehatan pada klien diharapkan klien mau dan mampu mengubah gaya hidup yang kurang benar.Dari hasil home visite 3 terlihat bahwa setelah diberikan terapi relaksasi yang melalui gerakan napas dalam klien mangatakan perasaannya menjadi lebih tenang. Klien berharap dengan teknik relaksasi ini, ketika rasa nyeri muncul pada kaki dapat berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Miller dan Perry (1990) dalam Zuriah (2010) yang mendiskripsikan teknik Relaksasi pernafasan yang digunakan dengan mudah, pelan, berirama bermanfaat untuk menurunkan nyeri melalui arteri koroner, teknik ini secara statistik digunakan di Eksperimental group dapat menurunkan sistolik dan diastolik tekanan darah. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Karyono (1995) melaporkan bahwa relaksasi dapat menurunkan tekanan darah systolic dan diastolic pada pasien hipertensi. Terapi relaksasi digunakan sebagai terapi untuk hipertensi karena di dalam terapi relaksasi terkandung unsur penenangan diri yang dapat menstabilkan tekanan darah. Selain itu relaksasi juga merupakan salah satu cara untuk menghilangkan stres sebagai salah satu penyebab hipertensi. oleh karena itu relaksasi sangat disarankan bagi penderita hipertensi disamping berbagai upaya pengobatan lain (Dalimartha, 2008).

Dari hasil home visite 4 terlihat bahwa tekanan darah klien menurun menjadi 140/90 mmHg. Klien mengatakan terkadang di malam hari klien mempraktekkan teknik relaksasi napas dalam. Dengan melakukan tindakan tersebut klien menjadi lebih rileks dan lebih tenang. Klien juga tidak mengalami nyeri/cekot-cekot pada lututnya namun klien masih mengkonsumsi obat dari puskesmas secara rutin yaitu sehari 3 kali. Perawat juga melakukan pemeriksaan asam urat. Hasil pemeriksaan asam urat klien adalah 5,6 mg/dl. Hal ini menunjukkan kadar asam urat klien masih dalam rentang nor,mal (2-6 mg/dl). Namun walaupun normal, indakan waspada dan pencegahan naiknya kadar asam urat tetap harus dilakukan. Penulis ingin mengajarkan cara mengurangi nyeri jika sewaktu waktu rasa nyeri atau cekot-cekot pada kaki timbul yaitu dengan cara mengompres dengan air hangat. Klien mengatakan sering mandi dengan air hanga untuk mengurangi tubuhnya yang nyeri, namun untuk kompres hangat klien jarang melakukannhya. Manfaat kompress air hangat sangat besar dalam menghilangkan rasa nyeri ataupun untuk menormalkan fisiologi tubuh. Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit lokal, melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah, mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri ,menghilangkan sensasi rasa nyeri, serta memberikan ketenangan dan kenyamanan pada klien yang mengalami nyeri (Simkin. 2005). Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan endorphin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri. Menurutte origate-control kompres hangat dapat mengaktifkan (merangsang) serat -seratnon-nosiseptif yang berdiameter besar (A- dan A-) untuk menutup gerbang' bagi serat serat yang berdiameter kecil (A-danC) yang berperan dalam menghantarkan nyeri,sehingga nyeri dapat dikurangi(Price&Wilson,2006). Upaya menutup pertahanan tersebutmerupakan dasar terapi menghilangkan nyeriDari hasl home visit 5 didapatkan bahwa Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan. Klien masih mengkonsomsi obat dari puskesmas. Klien mengatakan masih mengingat mengenai cara mengurangi nyeri yaitu dengan cara napas dalam dan mengompres dengan air hangat bagian tubuh yang sakit. Klien mengatakan sudah mengetahui tentang adanya posyandu, namun klien jarang datang ke posyandu lansia dikarenakan malas. Keluarga klien mengatakan klien jarang datang ke posyandu lansia. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. Selain itu, dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia (Basuki, 2007)4.2 Hambatan Hambatan yang terjadi selama binaan pada klien tidak terlalu berarti antara lain:

Dalam memberikan penyuluhan kesehatan tidak hanya ditujukan kepada klien, namun kehadiran keluarga juga penting. Ketika perawat melakukan kunjungan rumah, hanya 2 kali perawat dapat bertemu dengan keluarga yaitu pada home visit 4 dan 5.BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Asam urat merupakan penyakit yang sering diderita oleh para lansia. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pengontrolan asam urat adalah terapi farmakologis obat anti asam urat. Selain itu terapi non farmakologis juga memegang peranan penting antara lain dapat dilakukan dengan diet asam urat. Jika gejala asam urat seperti nyeri muncul dapat berkurang dengan cara melakukan relaksasi (napas dalam) dan memberikan kompres hangat pada bagian tubuh yang nyeri. Begitu pula dengan penyakit hipertensi. Walaupun dalam keseharian gejala hipertensi tidak begitu dirasakan, namun pengontrolan TD dan pengobatan hipertensi secara rutin perlu dilakukan.

5.2 Saran

1. Penyadaran pada klien dan keluarga tentang pentingnya pengontrolan asam urat dan tekanan darah sangat diperlukan untuk keberhasilan terapi asam urat dan hipertensi

2. Penyadaran pada klien dan keluarga tentang pentingnya kunjungan ke pelayanan kesehatan seperti posyandu lansia yang diadakan 1x dalam sebulan.

3. Penggunaan terapi non farmakologis seperti terapi relaksasi, kompres air hangat, diet asam urat dan.

Tonus/Kekuatan otot

(0) lumpuh

(1) ada kontraksi otot

(2) melawan gravitasi dengan sokongan

(3) melawan gravitasi dengan tapi tidak ada tahanan

(4) melawan gravitasi dengan tahanan

(5) normal

INTERPRETASI SKOR SKREENING

(subtotal maksimum 14)

12-14= status nutrisi normal

8-11= risiko malnutrisi

0-7= malnutrisi

Skor Pengkajian (maksimal 16)= 10,5

Skor skreening=

Total skor (maksimal 30)=

Skor Indikator malnutrisi

24-30= status nutrisi normal

17-23,5= risiko malnutrisi