Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

10
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM A. PENGERTIAN 1. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38 o C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. B. ETIOLOGI Menurut Mansjoer, dkk (2000) etiologi kejang demam adalah : 1. Demam itu sendiri Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. 2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme 3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi. 4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. 5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas. C. PATOFISIOLOGI Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler. Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K + ) dan sangat sulit oleh natrium (Na + ) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl - ). Akibatnya konentrasi K + dalam sel neuron tinggi dan ion Na + rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

description

Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Transcript of Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Page 1: Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

ASUHAN KEPERAWATANANAK DENGAN KEJANG DEMAM

A. PENGERTIAN1. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38o

C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

B. ETIOLOGI

Menurut Mansjoer, dkk (2000) etiologi kejang demam adalah :1. Demam itu sendiri

Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.

2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak

diketahui atau enselofati toksik sepintas.

C. PATOFISIOLOGIUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak

diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah,

sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.

Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)

Page 2: Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Kejang berhenti

D. MANIFESTASI KLINISKebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral,

serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)

Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.

E. PENATALAKSANAANada 4 faktor yang perlu dikerjakan :

1. Segera diberikan diezepam intravenadosis rata-rata 0,3mg/kgatau diazepam rektaldosis ≤ 10 kg = 5mg/kg

dapat diulangi dengan dosis/cara yang sama

2. berikan dosis awal fenobaritolneonatus =30 mg IM1 bln-1 thn=50 mg IM>1 thn=75 mg IM

4 jam kemudianHari I+II = fenobaritol 8-10 mg/kg dibagi dlm 2 dosisHari berikutnya = fenobaritol 4-5 mg/kg dibagi dlm 2 dosis

Bia diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.

3. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya4. Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres

seluruh tubuh dan bila telah memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB

5. memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu:

a. Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 - 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 - 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca - glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.

b. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.

c. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.

Pengobatan rumat

≥ 10 kg = 10mg/kgBila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit

Page 3: Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah

G. KLASIFIKASIklasikfikasi kejang demam adalah 1. Kejang demam sederhana

yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :

a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahunb. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15

menit.c. Kejang bersifat umumd. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul

demam.e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normalf. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu

sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi

4 kali2. Kejang kompleks

Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

H. KOMPLIKASIKomplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :1. Kerusakan otak

Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.

2. Retardasi mentalDapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.

I. PENCEGAHANPencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.1. Pencegahan berulang

a. Mengobati infeksi yang mendasari kejangb. Penkes tentang

1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter

2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC)

3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat

4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.

2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :a. Baringkan pasien pada tempat yang rata b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuhc. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napasd. Lepaskan pakaian yang ketate. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. EEG

Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.

2. Lumbal Pungsi

Page 4: Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.- Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan

pemeriksaan lumbal pungsi- Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :

1) Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom

2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)

3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L)

KONSEP DASAR KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

1. Riwayat Keperawatana. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluargab. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA,

pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.

c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuhd. Adanya riwayat trauma kepala

2. Pengkajian fisika. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit

teraba hangatb. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan

berat badanc. Adanya kelemahan dan keletihand. Adanya kejange. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya

peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning

3. Riwayat Psikososial atau Perkembangana. Tingkat perkembangan anak terganggub. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat

penurun panas

c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit.

4. Pengetahuan keluargaa. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurangb. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demamc. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuhd. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya

B. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam

1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah

ke otak4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,

penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi

C. INTERVENSI KEPERAWATANDX 1 : Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejangTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses keperawatan diharapkan resiko cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil NOC: Pengendalian Resiko

a. Pengetahuan tentang resikob. Monitor lingkungan yang dapat menjadi resikoc. Monitor kemasan personald. Kembangkan strategi efektif pengendalian resikoe. Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian

resikoIndkator skala :

1 = tidak adekuat2 = sedikit adekuat3 = kadang-kadan adekuat4 = adekuat5 = sangat adekuat

Page 5: Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

NIC : mencegah jatuha. identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat

menjadiakn potensial jatuh dalam setiap keadaanb. identifikasi mkarakteristik dari lingkungan yang dapat

menjadikan potensial jatuhc. monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan

dengan ambulasid. instruskan pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau

bergerak

DX 2 : Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamusTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang normaNOC : Themoregulation

a. Suhu tubuh dalam rentang normalb. Nadi dan RR dalam rentang normalc. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan

tidak pusingIndicator skala

1. : ekstrem

2 : berat

3 : sedang

4 : ringan

5 : tidak ada gangguan

NIC : Temperatur regulationa. Monitor suhu minimal tiap 2 jamb. Rencanakan monitor suhu secara kontinyu c. Monitor tanda –tanda hipertensid. Tingkatkan intake cairan dan nutrisie. Monitor nadi dan RR

DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran darah ke otak

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal , dengan kriteria hasil :NOC : status sirkulasi

a. TD sistolik dbnb. TD diastole dbnc. Kekuatan nadi dbnd. Tekanan vena sentral dbne. Rata- rata TD dbnIndicator skala :1 = Ekstrem2 = Berat3 = Sedang4 = Ringan5 = tidak terganggu

NIC : monitor TTV:a. monitor TD, nadi, suhu, respirasi rateb. catat adanya fluktuasi TDc. monitor jumlah dan irama jantungd. monitor bunyi jantunge. monitor TD pada saat klien berbarning, duduk, berdiri

NIC II : status neurologiaa. monitor tingkat kesadranb. monitor tingkat orientasic. monitor status TTVd. monitor GCS

DX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi pasienNOC : knowledge ; diease proses

a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan

b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

Page 6: Askep Kejang Demam Sederhana Pada Anak

c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya

Indicator skala :1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

NIC : Teaching : diease processa. Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang

proses penyakit yang spesifikb. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepatc. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,

dengan cara yang tepatd. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat

D. EVALUASIDx Kriteria hasil Keterangan skala1 a. Pengetahuan tentang resiko

b. Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko

c. Monitor kemasan personald. Kembangkan strategi efektif

pengendalian resikoe. Penggunaan sumber daya

masyarakat untuk pengendalian resiko

1 = tidak adekuat2 = sedikit adekuat3 = kadang-kadan adekuat4 = adekuat5 = sangat adekuat

2 a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Nadi dan RR dalam rentang normal

c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing

1. : ekstrem

2 : berat

3 : sedang

4 : ringan

5 : tidak ada

gangguan

3 a. TD sistolik dbnb. TD diastole dbnc. Kekuatan nadi dbnd. Tekanan vena sentral dbne. Rata- rata TD dbn

1 = Ekstrem2 = Berat3 = Sedang4 = Ringan5 = tidak terganggu

4 a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan

b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya

1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan3. Kadang

dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga

Kesehatan.Lumbantobing,SM.1989.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUISachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika JakartaNgastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.