Lp Kejang Demam Sebagian Askep

53
TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS A. Tinjauan Kasus 1. Konsep Dasar Kejang Demam a. Pengertian Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kranium (Mansjoer, 2000). Menurut Consensus Statemen of febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi pada umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam, tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kajang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan samapai 4 tahun ( Ngastiah, 1997). Kejang merupakan gangguan pada fungsi otak normal sebagai akibat dari aliran elektrik 1

description

Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Transcript of Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Page 1: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus

1. Konsep Dasar Kejang Demam

a. Pengertian

Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstra

kranium (Mansjoer, 2000).

Menurut Consensus Statemen of febrile Seizures (1980), kejang

demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya

terjadi pada umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan

dengan demam, tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi

intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kajang

demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering

dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan

samapai 4 tahun ( Ngastiah, 1997).

Kejang merupakan gangguan pada fungsi otak normal sebagai

akibat dari aliran elektrik yang abnormal, yang dapat menyebabkan

hilang kesadaran, gerak tubuh tidak terkendali, perubahan perilaku

dan perubahan system otonom (Mary E. Muscari, 2005).

b. Patofisiologi

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya kejangdemam.

Riwayat kejang keluarga dan adanya kelaianan pada masa prenatal

maupun perinatal serta kelaian neurologist dapat menjadi

pendukung terjadinya kejang demam. Disamping itu faktor lain

yang menjadi pencetus terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan

anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang

tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf

1

Page 2: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

pusat kisalnya tosilitis, otitis media akut, infeksi saluran pernafasan

atau bronchitis (Ngastiyah, 2005).

Adanya infeksi diluar susunan saraf pusat menyebabkan terjadinya

peningkatan suhu tubuh. Karena adanya peningkatan suhu tubuh

akan menimbulkan perubahan metabolisme didalam tubuh,

sehingga kebutuhan glukosa dan oksigen akan meningkat yang

akhirnya terjadi perbedaan potensial sel neuron (terganggunya

keseimbangan membran neuron). Dalam keadaan normal,

membrane neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium

(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit

lainnya kecuali ion klorida (Cl‾ ), akibatnya konsentrasi (K+) dalam

sel neuron tinggi dan konsentrasi (Na +) rendah. Sedangkan di luar

sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis

dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat

perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran

dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini,

diperlukan energi dengan bantuan enzim Na-K ATP- ase yang

terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane

ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang

ekstraseluler, adanya rangsangan yang dating mendadak misalnya

mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya, perubahan

patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1° C akan mengakibatkan

kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan

meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi

otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang

dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh

dapat mengubah keseimbangan dari sel neuron dan dalam waktu

yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium

melalui membran tersebut akibat terjadinya lepas muatan listrik.

2

Page 3: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Lepas muatan listrik ini, demikian besarnya sehingga meluas

keseluruh sel maupun membrane sekitarnya dengan bantuan bahan

yang disebut “ Neurotransmiter ” dan terjadi kejang ( Suraatmaja,

2000).

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak

berbahaya. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15

menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen

dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya menjadi

hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat yang akhirnya menjadi

hipoksemia. Hiperkapnea, asidosis laktat yang disebabkan oleh

metabolisme anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung

yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkatnya aktivitas

otot selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.

Adapun tanda gejala yang dapat ditemukan yaitu serangan kejang

klonik bilateral, mata terbalik ke atas, kekakuan, kelemahan,

gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya

sentakan atau kekakuan fokal. Umumya kejang berlangsung

kurang dari 6 menit, kurang dari 8 % berlangsung lebih dari 15

menit, kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis

todd), bila suhu 38° C atau lebih. Adapun komplikasi yang

diakibatkan adalah terjadinya kerusakan sel otak dan kelumpuhan.

Serangan kejang berulang dan terus menerus dapat mengakibatkan

epilepsi dan terjadi retardasi mental.

c. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan meningitis terutama pada pasien kejang demam yang

pertama. Bayi-bayi yang berumur kurang dari 6 bulan, gejala

meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilakukan dan

juga duanjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

Electroencefalografi (EEG) ternyata kurang mempunyai nilai

prognostic. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga

3

Page 4: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

kemungkinan terjadinya epilepsy atau kejang demam berulang di

kemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak dianjurkan untuk

pasien kejang demam sederhana, serta pemeriksaan laboratorium

rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber

infeksi.

d. Penatalaksanaan medis

1) Memberantas kejang secepat mungkin dengan obat utama

diazepam secara IV atau jika tidak ada diazepam maka

digunakan ferobarbital secara IM.

2) Pengobatan penunjang yaitu dengan cara membuka

pakaian yang ketat, miringkan posisi kepala untuk mencegah

aspirasi lambung, bebaskan jalan nafas untuk menjamin

kebutuhan oksigen, penghisap lender, cairan IV terus

dimonitoring untuk kelainan metabolisme dan elektrolit, bila

terjadi peningkatan TIK jangn diberikan cairan dengan kadar

natrium tinggi, berikan kortiosteroid (glukokortikoid) untuk

mencegah edema.

3) Pengobatan profilaksis dibagi menjadi dua yaitu :

profilaksis intermiten untuk mencegah kejang berulang

(contohnya: campuran anti konvulsan dan antipiretika),

profilaksis jangka panjang untuk menjamin terdapatnya dosis

terpiutik yang stabil dan cukup di dalam darah pasien

(contohnya : perobarbital, sodium valproat / asam valproat,

Epilin, Depakene ).

4) Mencari dan mengobati penyebab yang umumnya

disebabkan oleh infeksi respiratorius bagian atas dan otitis

media akut. Obat yang biasa digunakan adalah antibiotik yang

adekuat.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kejang Demam

a. Pengkajian

4

Page 5: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Pengakjian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan .

Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien,

informasi yang didapat dari klien ( sumber data primer) , data yang

didapat dari orang lain (data sekunder) , dan catatan kesehatan

klien. Informasi atau laboratorium , tes diagnostik, keluarga dan

orang terdekat atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian

data dasar ( Aziz, 2004). Data umum yang biasanya dikajipada

pasien kejang demam meliputi riwayat penyakit , riwayat kejang .

lama serangan , pola serangan (tipe , kharakteristik), frekuensi

kejang , keadaan sebelum , selama dan sesudah kejang, adanya

penyakit lain misal tosilofaringitis, otitis dan lain-lain, riwayat

kehamilan yang meliputi ada tidaknya gangguan selama

kehamilan, riwayat persalinan (perdarahan ante atau post partum),

serta keadaan neonatal (kejang asfiksia), dan riwayat penyakit

keluarga.

Data umum yang dimaksud adalah data yang sering muncul

meliputi data subyektif seperti pasien mengatakan badannya panas,

pasien mengatakan mual-muntah, pasien mengatakan sulit bernafas

, pasien mengatakan tidak nyaman atau gerah. Data obyektif : suhu

tubuh meningkat, badan panas , membran mukosa atau kulit

kering, perubahan tonus otot, gerakan involunter atau kontraksi

sekelompok otot, penurunan kesadaran, pernafasan stridor, gelisah,

tampak cemas, agitasi, serta saliva keluar berlebih. Pemeriksaan

fisik yang fokus dikaji adalah kepala meliputi ada atau tidaknya

tanda-tanda makro atau mikrosefali, dan kenaikan tekanan

intrakranial. Pada wajah ada tidaknya fasialis , trismus ,

epistotonus. Pada telinga ada tidaknya tanda-tanda infeksi seperti

nyeri, keluarnya cairan dari telinga, riwayat otitis media akut

( OMA) dan pembengkakan. Pada hidung ada tidaknya nafas

cuping hidung , keluarnya sekret yang berlebih. Pada mulut

meliputi ada tidaknya tanda-tanda sardonicus dan sianosis

5

Page 6: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

sedangkan pada tenggorokan meliputi ada tidaknya tanda-tanda

infeksi atau peradangan pada tonsil , dan hiperemis.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menjelaskan

status atau masalah kesehatan aktual maupun potensial dengan

tujuan untuk mengidentifikasi baik berdasarkan respon klien

terhadap penyakit , faktor –faktor yang berkontribusi, atau

penyebab adanya masalah dan kemampuan klien untuk mencegah

dan menghilangkan masalah.( Gaffar, 1999).

Berdasarkan Carpenito (1998) dan Doenges (1999), diagnosa

keperawatan yang sering muncul pada pasien kejang demam

adalah:

1) Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu

sekunder terhadap infeksi.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan

masukan oral.

4) Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan

hipertermi.

5) Risiko terhadap cidera berhungan dengan gerakan tonik atau

klonik sekunder akibat kejang.

6) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan

penumpukan sekret.

7) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

c. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian fase pengorganisasian dalam proses

perawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan

6

Page 7: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi

masalah pasien.

1) Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang

mengancam kehidupan pasien yaitu :

a) Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi

suhu sekunder terhadap infeksi.

b) Resiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan

hipertermi.

c) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan

penumpukan sekret.

d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

e) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan

masukan oral.

f) Risiko terhadap cidera berhubungan dengan gerakan tonik

atau klonik sekunder akibat kejang.

h) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

2) Rencana Perawatan

a) Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi

suhu sekunder terhadap infeksi.

Tujuan : Suhu tubuh normal : 36 -37°C

Intervensi :

(1) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

Rasional : Vital sign adalah salah satu pengukuran

untuk mengetahui status kesehatan salah

satu satunya suhu, dalam mengetahui

peningkatan suhu tubuh.

(2) Pertahankan suhu tubuh normal

Rasional : Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat

aktivitas , suhu lingkungan , yang akan

mempergaruhi panas atau dinginya tubuh.

7

Page 8: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

(3) Berikan kompres air hangat bila panas lebih dari 38ºC

Rasional : kompres air hangat membantu penghilangan

panas dengan cara konduksi.

(4) Anjurkan menggunakan pakaian yang tipis dan

menyerap keringat.

Rasional : Pakaian yang tipis membantu penguapan

suhu lebih lancar

(5) Anjurkan pasien banyak minum ± 1300 cc / hari

Rasional : saat demam , kebutuhan akan cairan

meningkat sehingga air sangat berperan

untuk meyeimbangkan cairan dan elektrolit.

(6) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik dan antibiotik

Rasional : menurunkan panas pada pusat hipotalamus

dan sebagai profilaksis.

b) Resiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan

hipertermi.

Tujuan : Kejang berulang tidak terjadi

Intervensi :

(1) Observasi faktor pencetus kejang dan dokumentasikan

karakteristiknya (awitan, durasi, kejadian prakejang

dan pasca kejang).

Rasional : Untuk mengetahui kejang secara dini dan

jika ada kelainan akibat kejang.

(2) Anjurkan memakai pakaian yang tipis , longgar dan

menyerap keringat.

Rasional : Pakaian tipis dan menyerap keringat akan

memperlancar proses konveksi sehingga

mempermudah pengeluaran suhu tubuh.

(3) Berikan kompres hangat

8

Page 9: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Rasional : Dengan kompres hangat dapat merangsang

pusat panas pada hipotalamus sehingga

meyebabkan vasokontriksi.

(4) Observasi kejang dan tanda-tanda vital terutama suhu

setiap 4 jam.

Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan

tindakan yang akan dilakukan.

(5) Identifikasi tanda awal kejang

Rasional: mengetahui tanda awal kejang akan

mempermudah antisipasi dan

pencegahan terhadap serangan kejang.

(6) Beri ekstra cairan (air. Susu, seri buah )

Rasional : saat demam, kebutuhan akan cairan

meningkat sehingga air sangat

berperan dalam meyeimbangankan cairan

dan elektrolit.

(7) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik dan antibiotik

Rasional : menurunkan panas pada pusat hipotalamus ,

dan sebagai profilaksis.

c) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan

pengumpulan sekret

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif

Intervensi :

(1) Lakukan suction

Rasional : Untuk mengeluarkan cairan atau sekret

yang ada dalam saluran pernafasan.

(2) Setelah kejang berikan posisi miring bila tidak

memungkinkan, angkat dagu pasien ke atas dan ke

depan dengan kepala mendongak ke belakang.

Rasional: Untuk mencegah bila terjadi aspirasi isi

lambung tidak menutupi jalan nafas.

9

Page 10: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

(3) Atur tempat tidur dibagian kepala , ditinggikan ± 45º

Rasional : kepala lebih tinggi akan memudahkan

pasien dalam bernafas.

(4) Berikan tongue spatel antara gigi dan lidah.

Rasional : untuk mencegah lidah jatuh kebelakang

yang dapat menutupi jalan nafas.

d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi

Intervensi :

(1) Pantau masukan dan pengeluaran makanan setiap hari.

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan akan

defisiensi nutrisi.

(2) Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan,

serta faktor-faktor yang menghambat bila makan.

Rasional : memungkinkan pemilihan jenis makanan

yang cocok sehingga mudah dicerna.

(3) Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional : Mengevaluasi serta mengidentifikasi

malnutrisi khususnya berat badan

kurang dari normal.

(4) Anjurkan makan dalam keadaan hangat

Rasional : Makanan yang hangat dapat meningkatkan

nafsu makan.

(5) Beri makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional: Porsi kecil diberikan agar lambung tidak

terasa penuh dan asupan makanan

diharapkan lebih banyak dan mengurangi

rasa mual.

(6) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat kepada

keluarga

10

Page 11: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Rasional : Diharapakan keluarga sadar akan

pentingnya kebutuhan pasien.

(7) Tingkatkan kenyamanan lingkungan yang santai

termasuk sosialisasi saat makan.

Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang

terdekat dapat meningkatkan

pemasukan dan menormalkan fungsi

makan.

(8) Libatkan orang terdekat untuk memotivasi dalam hal

makan

Rasional : Orang terdekat akan lebih mudah

dipercaya.

(9) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet

Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk

mengidentifikasi kebutuhan kalori atau

nutrisi tergantung pada usia , berat badan,

ukuran tubuh serta keadaan penyakit

sekarang.

e) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan

masukan oral.

Tujuan: Cairan pasien adekuat

Intervensi :

(1) Observasi tanda – Tanda vital tiap 4 jam

Rasional : Kekurangan atau perpindahan cairan

menurunkan tekanan darah ,

mengurangi frekuensi denyut nadi.

(2) Catat perkembangan turgor kulit, hidrasi, membran

mukosa

Rasional : kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi

dengan penurunan turgor kulit,

membran mukosa kering.

11

Page 12: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

(3) Ukur atau hitung masukan , pengeluaran dan

keseimbangan cairan

Rasional: memberikan informasi tentang status

cairan umum, kecenderungan

keseimbangan cairan dan menunjukkan

terjadi defisit.

(4) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena

Rasional: Salah satu cara untuk memenuhi

keseimbangan cairan tubuh ialah

dengan cara pemberian melalui parenteral.

f) Risiko terhadapa cidera berhubungan dengan gerakan tonik

atau klonik sekunder akibat kejang.

Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan

Intervensi :

(1) Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan

tempat tidur yang rendah.

Rasional : meminimalkan injuri saat kejang.

(2) Tinggallah bersama klien selam fase kejang

Rasional : Meningkatkan keamanan pasien.

(3) Beri tongue spatel antara gigi dan lidah

Rasional : Menurunkan risiko trauma pada mulut.

(4) Setelah kejang , berikan klien posisi miring , bila

tidak memungkinkanangkat dagunya keatas dan

kedepan dengan kepala mendongak ke belakang.

Rasional : Mencegah penutupan jalan nafas.

(5) Kendurkan pakaian pasien

Rasional : mengurangi tekanan pada jalan nafas.

(6) Catat tipe dan frekuensi kejang

Rasional : membantu enurunkan lokasi area serebral

yang terganggu.

12

Page 13: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

(7) Catat tanda-tanda vital setelah fase kejang

Rasional: mendeteksi secara dini keadaan yang

abnormal.

h) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit

anaknya

Intervensi :

(1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga

Rasional : Mengetahui sejauhmana pengetahuan yang

dimiliki oleh keluarga dan

kebenaran informasi yang didapat.

(2) Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat

kejang demam

Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami

dapat membantu menambah wawasan

kelaurga.

(3) Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan

Rasional: Keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan

keperawatan.

(4) Berikan Health Education (HE) tentang cara

menolong anak kejang dan mencegah kejang demam.

Rasional: Keluarga mengetahui cara menolong anak

kejang dan mencegah kejang demam.

d. Pelaksanaan

Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang

diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksaan

rencana perawatan , pemenuhan criteria hasil dari tindakan

keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi.

13

Page 14: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dariproses keperawatan. Evaluasi

menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah

direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati

dengan criteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

Adapun evaluasi keperawatan yang diharapakan sesuai dengan tujuan

adalah sebagai berikut:

1) Suhu tubuh normal : 36 – 37 °C

2) Nutrisi pasien terpenuhi

3) Cairan pasien adekuat

4) Kejang tidak terjadi

5) Cedera tidak terjadi

6) Bersihan jalan nafas efektif

7) Pertumbuhan dan perkembangan tidak mengalami

gangguan

8) Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya

14

Page 15: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Juni 2008 pukul 11.00 wita dengan

tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis pasien

di ruang Arjuna RSUD Sanjiwani Gianyar.

a. Pengumpulan data

1. Identitas

a) Anak

Nama : KA

TTL/Umur : 24 Desember 2004/ 3 tahun 6 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

b) Orang tua Ayah Ibu

Nama : MG ML

Umur : 34 th 40 th

Pendidikan : SD SD

Pekerjaan : Petani Petani

Agama : Hindu Hindu

Alamat : Desa Petulu Desa Petulu

Ubud, Gianyar Ubud, Gianyar

15

Page 16: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

2. Kedudukan Anak dalam Keluarga

Tabel 1

Kedudukan Anak dalam Keluarga

No Nama(Inisial) Umur

Keadaan SekarangKetSehat Sakit Mati

1 LP 11 th √ -

2 MD 1 hari √ Prematur

3 KA 3 th, 6 bln √ KDS

3. Alasan Dirawat

a) Keluhan utama

1) Keluhan sakit saat masuk

rumah sakit (7 Juni 2008 pukul 00.40 wita) pasien

dikeluhakan badannya panas disertai kejang.

2) Keluhan saat pengkajian (7

Juni 2008 pukul 11.00 wita) ibu pasien mengeluhkan

anaknya panas.

b) Riwayat penyakit

Pasien dikeluhkan mengalami panas kemarin pagi pada pukul

09.00 wita, kemudian orang tua pasien sempat mengajak

berobat ke bidan terdekat dan hanya diberika syrup (Trimeta

dan Flutop C). Panas badan pasien sempat turun, kemudian

pada malam hari pukul 23.00 wita panas pasien kambuh

kembali dan ibu pasien sempat memberikan sirup tapi panas

16

Page 17: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

tidak turun. Sehingga pukul 00.15 wita pasien mengalami

kejang dimana kaki pasien menghentak-hentak serta mata

mendelik ke atas. Orang tua pasien langsung mengajak

anaknya ke RSUD Sanjiwani Gianyar, selam perjalanan ke

rumah sakit pasien masih kejang. Kejang terjadi 1 kali selama

± 10 menit. Pasien diterima di IRD RSUD Sanjiwani Gianyar

pukul 00.40 wita dengan hasil pemeriksaan di IRD didapatkan

suhu 39,8° C, nadi : 102 x/menit dan pasien mendapat therapy

amoxan 3x400 mg, stesolid sirup 3x1 cth, novalgin 3x1 cc dan

dipasang IVFD Dex 5 ½ NS : 10 tts/menit. Selanjutnya oleh

dokter pasien dianjurkan rawat inap untuk mandapatkan

perawatan lebih lanjut, hingga pasien di bawa ke ruang Arjuna

RSUD Sanjiwani Gianyar dan diterima pukul 01.00 wita.

Selama dirawat di ruang Arjuna, keadaan pasien baik, tetapi

panas pasien masih naik turun. Orang tua pasien mengatakan

anaknya pernah mengalami kejang yang pertama kali kurang

lebih 6 bulan yang lalu dan pasien dirawat di ruang Arjuna.

Diagnosa medis : Kejang Demam Sederhana.

Therapy tanggal 7 Juni 2008

1) IVFD Dex 5 ½ NS 10 tts/menit

2) Amoxan 3x400 mg

3) Stesolid sirup 3x1 cth

4) Novalgin 3x1 cc

17

Page 18: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

4. Riwayat Anak

a) Riwayat kehamilan

Ibu mengatakan selam hamil ia rajin memeriksakan kehamilan

ke dokter dan bidan. Ibu mengatakn sudah mendapat imunasasi

tetanus (Tetanus Toxoid) sebanyak 2 kali selama hamil, serta

diberi obat penambah darah atau tablet besi. Selam hamil, ibu

tidak mengalami keluhan tentang kandungannya seperti

perdarahan atau infeksi.

b) Riwayat persalinan

Ibu mengatakan bahwa persalinannya dilakukan secara spontan

pada umur kehamilan 32 minggu di RSUD Sanjiwani Gianyar.

Bayi langsung menangis tanpa kelainan bawaan, tetapi berat

badan waktu lahhir 1.100 gram. Karena bayi lahir prematur

maka bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi untuk

mendapat perawatan. Bayi mendapat perawatan selama ± 3

minggu.

5. Riwayat Nutrisi

Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya lahir sudah

diinkubator dan diberikan susu formula. Setelah selesai

diinkubator, pasien langsung diberi Asi eksklusif sampai umur 6

18

Page 19: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

bulan. Kemudian pasien diberikan PASI ynag berupa bubur SUN

dan biskuit Milna.

6. Status Imunisasi

Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya sudayh mendapatkan

imunisasi yang lengkap yaitu imunisasi BCG 1 kali, imunisasi

DPT 3 kali, imunisasi hepatitis B 3 kali, imunisasi polio 4 kali serta

imunisasi campak umur 9 bulan.

7. Penyakit yang Pernah Diderita

Ibu mengatakan anaknya menderita kejang kurang lebih 6 bulan

yang laluyang didahului oleh panas tinggi.

8. Riwayat penyakit keturunan/keluarga

Ibu mengatakan di dalam keluarga, baik dari keluarga ibu atupun

bapak tidak ada yang menderita penyakityang sama dengan pasien

serta penyakit menular lainnya seperti : TBC, asam, epilepsy.

9. Pertumbuhan dan perkembangan Anak

Ibu mengatakan anaknya belum bisa berdiri bahkan berjalan,

anaknya hanya bias duduk. Saat anak berumur 10 bulan, ibu

mengatakan anaknya hanya bias mengucapkan kata-kata, pasien

sudah tumbuh gigi sejak usia 6 bulan dan gigi tumbuh lengkap. Ibu

mengatakan saat ini anaknya sedang menjalani fisioterapi di RSUD

Sanjiwani Gianyar. Saat dilakukan tes pertumbuhan perkembangan

19

Page 20: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

anak, didapatkan pada tes personal social : anak sudah bisa

menggunakan sendok atau garpu, minum dari cangkir, bermain

bola dengan pemeriksa, dan bertepuk tangan. Dalam tes adaptif-

motorik halus : anak telah dapat mengambil dan memindahkan

gelas plastik, serta memegang gelas plastik dengan jari tangan.

Dalam tes bahasa: anak telah dapat berbicara dua sampai enam

kata, bicara sebagian dimengerti, dapat menyebutkan satu gambar,

serta menyebut dan menunjukkan bagian badan. Tetapi dalam tes

motorik kasar : anak belum dapat berdiri sendiri, membungkuk

kemudian berdiri, berjalan dengan baik, berjalan mundur, berlari

kecil, memendang bola kedepan dan melompat.

10. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual

a) Biologis

1) Bernafas

Orang tua pasien mengatakan sebelum sakit anaknya tidak

mengalami gangguan dalam bernafas, baik saat menarik

nafas taupun mengeluarkan nafas. Saat kejang, ibu

mengatakan anaknya sempat mengalami gangguan dalam

bernafas. Sedangkan saat pengkajian anak tidak mengalami

gangguan dalam menarik maupun mengeluarkan nafas.

2) Makan dan Minum

Makan : ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya

biasa makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi,

20

Page 21: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

sayur, lauk terkadang juga makan buah-buahan.

Saat pengkajian ibu pasien mengatakan bahwa

nafsu makan anaknya menurun setelah terjadinya

kejang dan anaknya hanya menghabiskan sarapan

pagi ¼ porsi, serta pasien makan 2 potong biskuit

regal. Mual muntah tidak terjadi dan pasien

tampak masih lemas.

Minum : ibu pasien mengatakan bahwa sebelum sakit

anaknya biasa minum air putih 3-4 gelas (± 600-

800cc), disela-sela bermain dan sehabis makan

pasien diberikan susu formula 3 kali dalam sehari.

Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya

minum ± 350 cc air putih dan 200cc susu pada

pagi hari sehabis kejang (pukul 06.00 – 11.00

wita) serta anaknya sudah mau menetek.

3) Eleminasi

BAB: Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa

buang air besar 1 kali sehari dengan konsistensi

lembek dan bu khas feses. Saat pengkajian ibu

mengatakan anaknya sudah buang air besar 1 kali

dengan konsistensi lembek dan bau khas feses.

BAK: Ibu pasien mengatakan anaknya sebelum sakit biasa

kencing 4-5 kali sehari dengan warna kuning jernih

21

Page 22: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

dan bu pesing. Saat pengkajian, ibu mengatakan

anaknya sudah kencing 2 kali setelah terjadinya

kejang.

4) Gerak dan Aktivitas

Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa

bermain dengan teman sebayanya, tetapi anaknya hanya

duduk bermain menggunakan sepeda bundar, anaknya

cukup aktif, anaknya menggerakkan kaki dan tangannya

serta tertawa dan menjerit bila diajak bermain. Saat

pengkajian ibu mengatakan anaknya hanya digendong dan

masih lemah.

5) Istirahat dan Tidur

Ibu mengatakan anaknya biasa tidur pukul 20.30 wita dan

bangun pagi ± pukul 06.00 wita, serta pasien rutin tidur

siang 1- 2 jam. Saat sakit dan saat pengkajian ibu

mengatakan anaknya tidur pukul 21.00 wita dan bangun

pukul 06.00 wita serta pasien dapat tidur siang sekitar 1

jam.

6) Pengaturan suhu tubuh

Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya tidak

mengalami panas, saat pengkajian ibu mengatakan panas

anaknya naik turun dan dahinya masih teraba panas.

7) Kebersihan diri

22

Page 23: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya biasa mandi atau

dilap dengan air hangat 2 kali sehari, keramas 2 kali

seminggu dengan menggunakan shampo, serta mengganti

pakaian setiap hari sehabis mandi. Saat pengkajian ibu

mengatakan anaknya hanya dilap dan diganti pakaiannya.

b) Psikologis

1) Rasa aman

Orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya,

ibu takut jika terjadi kejang lagi dan ibu masih tetap

bertanya-tanya tentang keadaan anaknya.

2) Rasa nyaman

Ibu mengatakan semenjak sakit anaknya selalu rewel, tetapi

bila digendong anaknya mau diam.

c) Sosial

1) Sosial anak

Pasien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara dan pasien

sangat disayangi oleh keluarganya. Ibu mengatakan selalu

menunggui anaknya di rumah sakit, kadang pasien

ditunggui oleh nenek dan bibinya. Saat di rumag sakit

pasien tampak bergaul dengan orang tuanya, kadang pasien

rewel saat dikunjungi oleh dokter maupun perawat.

2) Bermain

23

Page 24: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Ibu pasien mengatakan anaknya biasa bermain dengan

teman-temannya. Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya

hanya diam dan beristirahat.

3) Rekreasi

Ibu mengatakan sebelum sakit biasanya anaknya sering

diajak jalan-jalan ke pantai. Saat pengkajian ibu

mengatakan anaknya hanya beristirahat.

d) Spiritual

Pasien beragama Hindu, ibu mengatakan anaknya sering diajak

sembahyang pada hari-hari tertentu.

11. Pengetahuan orang tua tentang kesehatan

a) Pengetahuan tentang kesehatan

Ibu mengetahui keadaan anaknya yang sering sakit. Jika

anaknya sakit ibu berusaha memberi perawatan sederhana yang

bias dilakukan di rumah, bila kondisi anaknya tidak berubahibu

membawa anaknya berobat ke puskesmas atau ke dokter

praktek dan rumah sakit.

b) Perawatan anak

Ibu mengatakan jika anaknya sakit panas, ibu hanya merawat

anaknya di rumah dengan memberikan kompres hangat pada

daerah ketiak dan mengajak ke Puskesmas. Jika kondisinya

24

Page 25: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

tidak berubah biasnya ibu langsung membawa anaknya

berobat ke dokter praktek.

c) Pengetahuan tentang nutrisi

Ibu mengatakan tahu tentang cara pemberian makanan, jenis

minuman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak.

12. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

1) Kebersihan anak : kebersihan

cukup

2) Keadaan kulit : Turgor

kulit elastis, sianosis tidak ada

3) Kesadaran :

compos mentis

b) Ukuran-ukuran

1) Berat badan sebelum sakit

: 10 kg

2) Berat badan saat pengkajian

: 9,8 kg

25

Page 26: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

3) Tinggi badan

: 104 cm

4) Lingkar lengan : 15 cm

c) Gejala cardinal

1) Suhu : 38,3° C

2) Respirasi : 30 x/menit

3) Nadi :100 x/menit

d) Keadaan fisik

1) Kepala : Kebersihan cukup,

ubun-ubun datar, benjolan tidak ada

2) Mata : Bentuk simetris,

konjungtiva merah muda, sclera putih, pupil

isokor, pergerakan bola mata baik.

3) Hidung : Bentuk

simetris, mukosa kering, secret tidak ada,

nafas cuping hidung tidak ada.

4) Telinga : Serumen tidak

ada, benjolan tidak ada, anak berespon

terhadap suara, keluarnya cairan purulen tidak

ada

5) Mulut : Mukosa bibir

lembab, pembesaran tonsil tidak ada, lidah

bersih, lesi tidak ada.

26

Page 27: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

6) Leher : Pembesaran

vena jugularis dan tiroid tidak ada, lesi tidak

ada

7) Dada : Pergerakan

dada simetris, retraksi otot dada tidak ada

8) Abdomen : Distensi dan

asites tidak ada, bising usus 12 x/menit

9) Ekstremitas

Atas : tangan kiri terpasang IVFD Dex 5 ½ NS 10

tetes/menit, tangan kanan beregrak bebas, sianosis

tidak ada, edema tidak ada

Bawah : Kedua kaki bergerak bebas dan terkoordinasi,

edema dan sianosis tidak ada.

Kekuatan otot :

555 555222 222

10) Genetalia : Vagina tampak

bersih

11) Anus : Lubang anus

ada, anus tampak bersih

13. Pemeriksaan penunjang

Tanggal 7 Juni 2008.

27

Page 28: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Hasil Batas Normal

WBC 17,8 k/ul 4,60-10,2 k/ul

RBC 4,23 m/ul 3,80-6,50 m/ul

HGB 11,1 g/dl 11,5-18,0 g/dl

HCT 33,3 % 37,0-51,0 %

MCV 78,7 fl 8,0-1 00 fl

MCH 26,2 cg 27,0-32,0 cg

MCHC 33,3 g/dl 31,0-36,0 g/dl

PLT 279 k/ul 150-400 k/ul

MMPV 9,8 fl 7,80-11,0 fl

PCT 0,13 % 0,19-0,36 %

b. Analisa Data

TABEL 2

ANALISA DATA KEPERAWATAN PASIEN K.A

DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA DI RUANG ARJUNA

28

Page 29: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

RSUD SANJIWANI GIANYAR TANGGAL 7 – 10 JUNI 2008

No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan(1) (2) (3) (4)1 Ibu mengatakan

panas anaknya naik turun dan dahi masih teraba panas

Pasien teraba panasSuhu : 38,3° CWBC : 17,8 K/ULR : 30 x/menitN : 100 x/menit

Hipertermi

2 Ibu mengatakan panas anaknya naik turun dan dahi masih teraba panas. Ibu mengatakan anaknya pernah mengalami kejang ± 6 bulan yang lalu

Pasien teraba panasSuhu : 38,3° CWBC : 17,8 K/ULR : 30 x/menitN : 100 x/menitDari catatan medis pasien pernah mengalami kejang ± 6 bulan yang lalu

Resiko terjadi kejang berulang

3 Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun setalah terjadi kejang. Ibu mengatakan anaknya hanya menghabiskan sarapan ¼ porsi dari menu yang disediakan, serta anaknya makan biscuit regal 2 potong.

Pasien makan hanya ¼ porsi dari menu yang disediakan.Mual muntah tidak terjadiBerat badan sebelum sakit 10 kgBerat badan saat pengkajian 9,8 kg

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4 Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ibu mengatakan takut jika anaknya kejang lagi.

Ibu tampak bertanya-tanya tentang keadaan dan perawatan anaknya

Ansietas orang tua

c. Rumusan Masalah

1) Hipertermi

2) Resiko terjadinya kejang berulang

29

Page 30: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4) Ansietas orang tua

d. Analisa masalah

1) P : Hipertermi

E : Ketidak efektifan regulasi suhu sekunder terhadap infeksi

S : Ibu mengatakan panas anaknya naik turun serta dahi masih teraba

panas suhu 38,3° C, WBC 17,8 K/UL, R : 30x/menit, N: 100x/menit.

Proses terjadi :

Karena adanya infeksi yang mengenai di luar susunan saraf pusat

sehingga antigen dan antibody akan bereaksi, dimana kompensasi

tubuh terhadap infeksi yaitu kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan

cepat.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Terjadi hiperpirexia yang menyebabkan kejang berulang.

2) P : Resiko terjadinya kejang berulang

Faktor resiko : Hipertermi

Proses terjadi :

Karena terjadinya peningkatan suhu tubuh menyebabkan

meningkatnya metabolisme basal dimana kenaikan suhu 1° C akan

mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan

oksigen akan meningkat 20 %. Hal ini dapat mengubah keseimbangan

sel neuron sehingga dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion-

ion di dalam dan di luar sel. Sel ini mengakibatkan ketidakseimbangan

30

Page 31: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

potensial membran karena lepas muatan listrik sehingga menimbulkan

kejang.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Kejang berulang akan terjadi.

3) P : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

E : Intake yang tidak adekuat

S : Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun setelah terjadi kejang,

anak makan ¼ porsi dan makan biskuit regal 2 potong, mual muntah

tidak terjadi, BB sebelum sakit 10 kg, BB saat pengkajian 9,8 kg.

Proses terjadi :

Karena adanya anoreksia yang menyebabkan tidak adekuatnya yang

nutrisi masuk ke tubuh, sehingga menyebabkan pemenuhan nutrisi

pasien berkurang.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Menyebabkan malnutrisi.

4) P : Ansietas

E : Kurang pengetahuan tentang kesehatan anak

S : Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya, Ibu mengatakan

takut jika anaknya kejang lagi, tampak ibu bertanya-tanya tentang

keadaan dan perawatan anaknya.

Proses terjadi :

31

Page 32: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang prognosis ,

pengobatan dan perawatan yang dilakukan pada anaknya, sehingga

menimbulkan kecemasan pada orang tua.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Keluarga tidak kooperatif dalam pengobatan yang akan diberikan pada

anaknya.

e. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan Ketidakefektifan regulasi suhu sekunder

terhadap infeksi ditandai dengan Ibu mengatakan panas anaknya naik

turun serta dahi masih teraba panas suhu 38,3° C, WBC 17,8 K/UL, R :

30x/menit, N: 100x/menit.

2) Resiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hipertermi

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat ditandai dengan ibu mengatakan nafsu makan anaknya

menurun setelah terjadi kejang, anak makan ¼ porsi dan makan biskuit

regal 2 potong, mual muntah tidak terjadi, BB sebelum sakit 10 kg, BB

saat pengkajian 9,8 kg.

4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua tentang

kesehatan anak ditandai dengan ibu mengatakan khawatir dengan keadaan

anaknya, ibu mengatakan takut jika anaknya kejang lagi, tampak ibu

bertanya-tanya tentang keadaan dan perawatan anaknya.

2. Perencanaan

a. Prioritas Diagnosa keperawatan

32

Page 33: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang paling

mengancam kehidupan pasien yaitu :

1) Hipertermi berhubungan dengan Ketidak efektifan regulasi suhu sekunder

terhadap infeksi ditandai dengan Ibu mengatakan panas anaknya naik

turun serta dahi masih teraba panas suhu 38,3° C, WBC 17,8 K/UL, R :

30x/menit, N: 100x/menit.

2) Resiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hipertermi

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat ditandai dengan ibu mengatakan nafsu makan anaknya

menurun setelah terjadi kejang, anak makan ¼ porsi dan makan biskuit

regal 2 potong, mual muntah tidak terjadi, BB sebelum sakit 10 kg, BB

saat pengkajian 9,8 kg.

4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua tentang

kesehatan anak ditandai dengan ibu mengatakan khawatir dengan keadaan

anaknya, ibu mengatakan takut jika anaknya kejang lagi, tampak ibu

bertanya-tanya tentang keadaan dan perawatan anaknya.

33

Page 34: Lp Kejang Demam Sebagian Askep

34