askep kejang demam

40
Kejang demam pada anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5 % anak berumur dibawah 16 tahun setidaknya tidak pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis, keadaan tersebut merupkan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat atau cenderung menjadi status epileptikus. Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002). Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis yang salah atau penggun obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejng tidak terkkontrol , depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Dengan penangggulangan yang tepat dan cepat tidak perlu menyebabkan kematian. Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan

description

askep kejang demam

Transcript of askep kejang demam

Page 1: askep kejang demam

Kejang demam pada anak

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar BelakangKejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat

darurat. Hampir  5 % anak berumur dibawah 16 tahun setidaknya tidak pernah

mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya

gangguan neurologis, keadaan tersebut merupkan keadaan darurat.  Kejang mungkin

sederhana, dapat berhenti sendiri  dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau

merupakan gejala awal dari penyakit berat atau cenderung menjadi status epileptikus.

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai

akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang

berlebihan (Betz & Sowden,2002).

Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis

yang salah atau penggun obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejng tidak

terkkontrol , depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Dengan penangggulangan

yang tepat dan cepat tidak perlu menyebabkan kematian.

Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat

ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.

Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan jaringan otak dan faktor

lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak. Keadaan tersebut dapat

dijumpai pada kejang demam, epilepsi, dan lain-lain.

Priguna (1999: 134) menjelaskan bahwa “epilepsi adalah suatu gangguan

serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh timbulnya

serangan paroksimal yang berkala akibat lepas muatan listrik neuron serebral secara

eksesif.

Page 2: askep kejang demam

Angka kejadian epilepsi berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya,

misalnya Lumban Tobing (1975) mendapatkan 6 %, sedangkan Livingstone (1954) dari

golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9 % yang menjadi epilepsi, dan

golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi.

Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir

kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit

kejang dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya

kepada anak.

A.    TUJUAN

1.      Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan Kejang.

2.  Tujuan Khusus

a.  Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Kejang dan dapat

menegakkan diagnosa keperawatan.

b.  Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pada klien

dengan Kejang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi

Kejang (konvulsi) adalah akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel

saraf korteks serebral yang ditandai dengan erangan tiba-tiba terjadi gangguan

kesadaran ringan, aktivitas motorik, dan gangguan fenomena sensori (Doenges, 2000:

259)

a.    Kejang Demam

Page 3: askep kejang demam

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses

ekstrakranium (Ngastiyah, 165: 2005).

A. Aziz Alimul Hidayat (99: 2008) mengemukakan bahwa “kejang demam merupakan

bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat proses

ekstrakranium dengan ciri terjadi antarusia 6 bulan-4 tahun, lamanya kurang dari 15

menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.

b. Epilepsi

John Rendle(1992) menyatakan, bahwa “epilepsi adalah suatu gangguan serebral

khronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh tmbulnya serangan

paroksimal yang berkala, akibat lepas muatan listrik neuron serbral secara eksesif”.

Lebih lanjut Kumala (1998) menjelaskan bahwa “epilepsi adalah setiap kelompok

sindrom yang ditandai dengan gangguan otak sementara yang bersifat paroksimal yang

dimanifestasikan berupa gangguan atau penurunan kesadaran yang episodik,

fenomena motorik yang abnormal, gangguan psiki, sensorik dan sistem otonom

disebabkan aktivitas listrik otak”.

Seeorang dianggap sebagai pasien epilepsi bila ia telah lebih dari 1 kali menderita

bangkitan kejang spontan epilepsi atau gangguan yang ringan (Ngastiyah, 2005).

A.    Etiologi

a.       Kejang Demam

Penyebab kejang demam menurut Ngastiyah (2005) antara lain:

S Suhu yang tinggi

S Metabolisme anaerobik

S  Metabolisme otak yang meningkat

S Infeksi di luar saluran susunan saraf pusat

S Infeksi ekstrakranial

b.         Epilepsi

Penyebab epilepsi menurut Fransisca (2008) antara lain :

S Faktor fisiologis

S Faktor biokimiawi

Page 4: askep kejang demam

S Faktor anatomis

S Gabungan faktor-faktor di atas

S Penyakit yang pernah diderita

B.     Patofisiologi

a.       Patofisiologi Kejang Demam ( Ilmu Kesehatan Anak, hal:47)

Peningkatan suhu tubuh

       Metabolisme basal meningkat                      Risiko tinggi

                                                                        Kebutuhan Nutrisi

O2 ke otak menurun

         Kejang Demam                                                  TIK

meningkat

Kejang demam sederhana  Kejang demam komplek      

Gangguan perfusi jaringan

                                                           

       Risiko injuri          Risiko tinggi berulang                                                                         Risiko tinggi gangguan tumbuh kembang

a.       Patofisiologi epilepsi

Page 5: askep kejang demam

Kelompok sel neuron yang abnormal melepas muatan secara berlebihan dan menyebar

melalui jalur-jalur fisiologi-anatomis dan melibatkan daerah di sekitarnya atau daerah yang lebih

jauh letaknya di otak.

Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi

klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum bagian bawah

batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepas muatan listrik berlebihan,

namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi.

A.    Manifestasi Klinis

a.       Kejang Demam

Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24

jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dan umumnya kejang akan terhenti sendiri.

Begitu terhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setlah bebrapa detik

atau menit anak akan terbangun. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya

berputar-putar, dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat.

b.      Epilepsi

Manifestasi klinis pada berbagai jenis epilepsi :

M Grandmal, pasien tidak ingat adanya serangan sejak semula, hilangnya kesadaran, kejang

tonik 20-60 detik disusul dengan kejang klonik kira-kira 40 detik setelah itu terbaring dalam

keaadaan koma kira-kira 1 menit, lalu tertidur selama 2-3 jam jika dibangunkan mengeluh sakit

kepala. Produksi air liur bertambah, disertai kesukaran bernapas dan terlihat mulut anak

berbusa.

M Petit mal, berlangsung 5-15 detik, kesadaran menurun, tiba-tiba berhenti melakukan apa

yang sedang ia lakukan, staring, mata berkedip 3 kali/ detik.

M Status petit mal, anak dalam keadaan bengong, disorientasi, kesadaran menurun dan reaksi

lambat, berlangsung sampai 24 jam atau lebih, umumnuya hanya beberapa menit.

M Infantil spasm, serangan spamus yang masif dari otot-otot badan, fleksi dari badan dan

anggota gerak bawah dengan abduksi serta fleksi dari lengan, gerakan kejut disertai jeritan,

biasanya anak menderita retardasi mental

M Sinkop, sebelum kehilangan kesadaran pasien merasa badannya dingin atau panas dan

berkeringat dingin, telingan berdengung, pandangan kabur atau benda yang dilihatnya tampak

hitam, pusing, rasa tidak enak di perut, dan pucat hingga hilangnya kesadaran sepintas.

Umumnya sinkop hanya terjadi pada waktu sikap tegak.

Page 6: askep kejang demam

B.     Pemeriksaan Penunjang

a.       Pemeriksaan Fisik

$Pemeriksaan pediatrik seperti keadaan umum, TTV, kepala, jantung, paru, abdomen anggota

gerak, dsb.

$ Pemeriksaan neurologis seperti tingkat kesadaran, sistem motorik dan sensorik, dll.

$ Konsul ke bagian mata, THT, hematologi, endokrinologi.

b.      Pemeriksaan laboratorium

$ Pemeriksaan darah tepi secara rutin

$ Pemeriksaan lain sesuai indikasi misalnya kadar gula darah

$ Pemeriksaan CSS ( cairan serebro spinalis) bila perlu

c.       Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG)

Untuk membantu menegakkan diagnosis.

d.      Pemeriksaan Psikologis dan Psikiatri

Pasien perlu mendapat perhatian dan melibatkan orang tua dalam perawatannya serta

melibatkan psikiater dan psikolog.

e.       Pemeriksaan Radiologis

$ Foto tengkorak

$ Pneumoensefalografi

$ Ventrikulografi

$ Arteriografi

C.    Penatalaksaan

Penatalaksanaan Kejang

1.      Medis

Pada kejang demam faktor yang perlu dikerjakan adalah :

a.       Memberantas kejang secepat mungkin

Pemberian obat diazepam (IV) dengan dosis sesuai berat badan juga dapat di berikan melalui

rektum, jika tidak tersedia berikan fenobarbital (IM)/(IV) sesuai dosis atau difenilhidantoin. Bila

kejang tidak dapat dihentikan dengan obat-obat tersebut sebaiknya anak dibawa ke ICU dan di

anestesia dengan tiopental.

b.      Pengobatan Penunjang

Cairan IV sebaiknya diberikan dengan monitoring, lakukan hibernasi dengan kompres alkohol

dan es. Berikan kortikosteroid ataupun glukokortikosteroid.

Page 7: askep kejang demam

c.       Pengobatan Rumat

Pemberian obat antiepileptik, fenobarbital, sodium valproat(evilin, depakene), fenitoin (dilantin)

d.      Mencari dan Mengobati Penyebab

Pemberian antibotik, pemeriksaan fungsi lumbal, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan

penunjang lainnya.

2.      Penatalaksanaan Keperawatan

Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah:

a.       Risiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, tindakan yang diperlukan saat kejang:

J Baringkan pasien di tempat yang rata, pasangkan guedel

J Singkirkan benda-benda disekitar pasien

J Isap lendir sampai bersih, berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt

J Bila suhu tinggi berikan kompres dingin secara intensif

J Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat

b.      Suhu yang meningkat diatas normal

Berikan obat anti piretik dengan antikonvulsan. Paasien perlu diberi banyak minum jika suhu

tinggi sekali kompres dingin ecara intensif.

c.       Risiko terjadi bahaya/komplikasi

Setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya, berikan mikrodrip,

observasi passien, catat dengan cermat atau gunakan prinsip 6 benar dalam pemberian obat

d.        Gangguan rasa aman dan nyaman

Walaupun pasien ketika kejang tidak sadar perlakukan lemah lembut dan kasih sayang perlu

dilaksanakan

e.       Kurangnya pengetahuan orang tua

Orang tuanya perlu dijelaskan mengapa anak kejangterutama yang berhubungan kenaikan

suhu tubuh, perlu diajari bagaimana cara menolong pada saat anak kejang dan mencegah

timbulnya kejang.

Penatalaksanaan Epilepsi

1.      Medis

a.       Pengobatan kuratif (kausal)

Page 8: askep kejang demam

Selidiki adanya penyakit yang masih aktif (tumor otak, hematoma subdural kronis) pada lesi

aktif atau progresif yang belum ada obatnya, lesi, atau lesi yang sudah inaktif.

b.      Pengobatan preventif ( rumat)

Pasien epilepsi diberikan obat antikonvulsan secara rumat, selama pengobatan harus diperiksa

gejala intoksikasi dan pemeriksaan laboratorium secara berkala. Berikan obat seperti

fenobarbital, diaepam, diamox, dilantin, mysolin, prednison, deksametason, adrenokortikotropin.

2.      Penatalaksanaan keperawatan

Dalam penatalaksanaan keperawatan perlu memerhatikan masalah pasien antara lain, risiko

terjadi bahaya, gangguan rasa aman dan nyaman risiko terjadi gangguan psikososial,

kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit anaknya.

Page 9: askep kejang demam

3.      Intervensi dan Evaluasi

N

o

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan

kriteria

evaluasi

Intervensi Rasional

1 Risiko tinggi

cidera b/d

serangan

kejang

(Fransisca,

2008).

-    Serangan

kejang dapat

terkontrol

-   

Mengungkapka

n pemahaman

faktor yang

menunjang

penghentian

pernapasan

dan mengambil

langkah untuk

memperbaiki

situasi

-Gali bersama

pasien, keluarga

berbagai

stimulasi yang

dapat menjadi

pencetus kejang

-Pertahankan

bantalan lunak

pada

penghalang

tempat tidur

yang terpasang

dengan posisi

tempat tidur

rendah

-Evaluasi

kebutuhan u/

perlindungan

pada kepala

-Tinggalah

bersama ps

dalam waktu

beberapa saat

selama/setelah

kejang

-   Alkohol, berbagai obat

dan stimulassi lain dapat

meningkatkan aktivitas

otak, yang selanjutnya

meningkatkan risiko

terjadinya kejang

-    Mengurangi trauma saat

kejang

-   Memberikan perlindungan

tambahan terhadap pasien

kejang berat

-    Meningkatkan keamanan

ps

-    Mencatat keadaan

keadaan dan waktu

penyembuhan pada

keadaan normal

-    Memberikan intervensi

yang segera dibutuhkan u/

mengendalikan kejang

- Menstabilkan membran

sel saraf

Page 10: askep kejang demam

-Lakukan

penilaian

neurologis/TTV

setelah kejang

-Observasi

munculnya

tanda-tanda

status

epileptikus

Kolaborasi:

-Berikan obat

sesuai indikasi

seperti obat

antiepilepsi

(fenitoin)

-Fenobarbital

-Diazepam

-Glukosa, tiamin

-Pantau/catat

kadar obat

antiepilepsi

-Pantau kadar

sel darah,

elektrolit dan

glukosa

- Menurunkan efek

samping dari obat

antiepilepsi

- Menekan status kejang

- Mempertahankan

keseimbangan

metabolisme

-Mengetahui kadar

terapeutik standar

-Mengidentifikasi faktor-

faktor yang

memperberat/menurunkan

kejang

Page 11: askep kejang demam

NODiagnosa

Keperawatan

Tujuan

Kriteria EvaluasiIntervensi Rasional

2 Risiko tinggi

pola napas tak

efektif b/d

kerusakan

neuromuskular

(Diah, 2009)

-

Mempertahankan

pola

pernapassan

efektif dengan

jalan napas

paten/ aspirasi

dicegah

- Anjurkan ps u/

mengosongkan

mulut dari benda

tertentu jika fase

aura terjadi

- Letakkan ps pada

posisi miring,

permukaan datar,

miringkan kepala

selama serangan

kejang

-Tanggalkan pakaian

pada daerah

leher/dada dan

abdomen

Kolaborasi:

-Berikan tambahan

oksigen/ ventilasi

manual sesuai

kebutuhan pada fase

posiktal

-Bantu melakukan

intubasi, jika ada

indikasi

-Menurunkan risiko

aspirasi atau

masuknya benda

asing ke faring

-Meningkatkan aliran

sekret, mencegah

lidah jatuh dan

menyumbat jalan

napas

-U/ mem fasilitasi

usaha bernapas/

ekspansi dada

-Menurunkan hipoksia

serebral sebagai

akibat dari sirkulasi

yang menurun

-Munculnya apnea

yang berkepanjangan

pada fase posiktal

membutuhkan

dukungan ventilator 

NODiagnosa

Keperawatan

Tujuan

Kriteria

Evaluasi

Intervensi Rasional

3 Koping -Setelah - Kaji perasaan takut, -Klien dengan epilepsi

Page 12: askep kejang demam

individu/

keluarga tidak

efektif b/d

stres akibat

epilepsi

(Fransisca,

2008)

dilakukan

intervensi

keperawatan

koping

individu/

keluarga

membaik

-Dapat

mengatasi

masalah yang

dihadapi

-klien/

keluarga

dapat

memahami

kondisi dan

keterbatsan

yang

diakibatkan

epilepsi

asing, depresi, dan

tidak pasti

- Kaji adanya masalah

psikologis

-Lakukan konseling

terhadap individu dan

keluarga

- Berikan pendidikan

mengenai penyebab,

pencegahan dan cara

perawatan epilepsi

-Ajarkan keluarga cara

perawtan bila terjadi

serangan kejang

-Beritahukan keluarga

untuk melakukan

kontrol secara teratur

ke unit pelkes

-Beritahukan ps/

keluarga u/

mengonsumsikan obat

yang direspkean dokter

biasanya diasingkan

dari berbagai aktivitas

-U/ penanganan

kesehatan mental yang

komperehensif

-Konseling akan

membantu

individu/keluarga

memahami kondisi dan

keterbatasan  yang

diakibatkan epilepsi

-Pendidikan epilepsi

bermanfaat untuk

mengubah perilaku ps

dengan keluarga

terhadap penyakitnya

sendiri

-Dengan mengetahui

perawatan bila terjadi

serangan, dapat

mencegah risiko cidera

pada ps

-Meningkatkan status

kesehatan ps

-Mencegah ps

mengonsumsi obat

yang dapat berisiko

bagi keamanan dan

keselamatan klien

Page 13: askep kejang demam

NODiagnosa

Keperawatan

Tujuan

Kriteria EvaluasiIntervensi Rasional

4. Kurang

pengetahuan

mengenai

kondisidan

aturan

pengobatan

b/d kurang

pemajanan,

kurang

mengingat

(Doenges,

2000)

-Tujuan:

Pemahaman

terhadap proses

penyakit, dan

pengobatannya

-Kriteria

evaluasi:

Mengungkapka

n pemahaman

tetntang

gangguan dan

berbagai

rangsang yang

dapat

meningkatkan/

berpotensial

pada aktivitas

kejang

-    Jelaskan kembali

mengenai patofisologi

penyakit dan perlunya

pengobatan dalam

jangka waktu yang

lama sesuai indikasi

-    Tinjau  kembali obat-

obat yang didapat,

dan tidak

menghentikan

pengobatan tanpa

pengawasan dokter

-    Berikan petunjuk yang

jelas pada ps u/

minum obat

bersamaan waktu

makan jika

memungkinkan

-    Anjurkan ps u/

menggunakan gelang

identifikasi yang

memberitahukan

bahwa Anda penderita

epilepsi

-    Tekankan perlunya u/

melakukan evaluasi

-    Memberikan

kesempatan u/

mengklarifikasi

kesalahan

persepsidan keadaan

penyakit yang ada

-    Tidak adanya

pemahaman terhadap

obat-obat yang

didapat merupakan

penyebab dari kejang

yang terus menerus

-    Dapat menurunkan

iritasi lambung,

mual/muntah

-    Mempercepat

penanganan dan

menentukan diagnosa

dalam keadaan

darurat

-    Kebutuhan terapeutik

dapat berubah dan

efek samping obat

yang serius dapat

Page 14: askep kejang demam

yang teratur terjadi

CONTOH ASKEP Selasa, 15 Juli 2008

ASKEP ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

A. TEORI

Pengertian

Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229) Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182) Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996). Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang

terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima

tahun.

Page 15: askep kejang demam

EtiologiMenurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong (1995: 1929)1. Demam itu sendiriDemam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

Patofisiologi

1. IntrakranialAsfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemikTrauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikularInfeksi : Bakteri, virus, parasitKelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz.

2. Ekstra kranialGg. metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na & K), Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.

3. IdiopatikKejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)

Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi

Page 16: askep kejang demam

paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis. Manifestasi KlinikTerjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsy.untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :

4. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)5. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever

Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :

6. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun7. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit8. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali9. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

Page 17: askep kejang demam

10. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal11. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan.

Klasifikasi KejangKejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.

l. Kejang TonikKejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus

m. Kejang KlonikKejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

n. Kejang MioklonikGambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

Diagnosa Banding Kejang Pada AnakAdapun diagnosis banding kejang pada anak adalah gemetar, apnea dan mioklonus nokturnal benigna.

15. GemetarGemetar merupakan bentuk klinis kejang pada anak tetapi sering membingungkan terutama bagi yang belum berpengalaman. Keadaan ini dapat terlihat pada anak normal dalam keadaan lapar seperti hipoglikemia, hipokapnia dengan hiperiritabilitas neuromuskular, bayi dengan ensepalopati hipoksik iskemi dan BBLR. Gemetar adalah gerakan tremor cepat dengan irama dan amplitudo teratur dan sama, kadang-kadang bentuk gerakannya menyerupai klonik .

16. ApneaPada BBLR biasanya pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti napas 3-6 detik dan sering diikuti hiper sekresi selama 10 – 15 detik. Berhentinya pernafasan tidak disertai dengan perubahan denyut jantung, tekanan darah, suhu badan, warna kulit. Bentuk pernafasan ini disebut pernafasan di batang otak. Serangan apnea selama 10 – 15 detik terdapat pada hampir semua bagi prematur, kadang-kadang pada bayi cukup bulan.Serangan apnea tiba-tiba yang disertai kesadaran menurun pada BBLR perlu di curigai adanya perdarahan intrakranial dengan penekanan batang otak. Pada keadaan ini USG

Page 18: askep kejang demam

perlu segera dilakukan. Serangan Apnea yang termasuk gejala kejang adalah apabila disertai dengan bentuk serangan kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia.

17. Mioklonus Nokturnal BenignaGerakan terkejut tiba-tiba anggota gerak dapat terjadi pada semua orang waktu tidur. Biasanya timbul pada waktu permulaan tidur berupa pergerakan fleksi pada jari persendian tangan dan siku yang berulang. Apabila serangan tersebut berlangsung lama dapat dapat disalahartikan sebagai bentuk kejang klonik fokal atau mioklonik. Mioklonik nokturnal benigna ini dapat dibedakan dengan kejang dan gemetar karena timbulnya selalu waktu tidur tidak dapat di stimulasi dan pemeriksaan EEG normal. Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan

PenatalaksanaanPada umumnya kejang pada BBLR merupakan kegawatan, karena kejang merupakan tanda adanya penyakit mengenai susunan saraf pusat, yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.Penatalaksanaan Umum terdiri dari :

18. Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati19. Memonitor pernafasan dan denyut jantung20. Usahakan suhu tetap stabil21. Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat lain22. Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravena

Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 – 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 – 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca – glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan

o Efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnyao Pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan

Page 19: askep kejang demam

o Zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah.

Pemeriksaan fisik dan laboratorium

26. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut :

hakan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.

Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.

Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.

Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.

Pemeriksaan fundus kopi dapat menunjukkan kelainan perdarahan retina atau subhialoid yang merupakan gejala potogonomik untuk hematoma subdural. Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok – kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.

Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.

Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.

27. Pemeriksaan laboratoriumPerlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi.Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu

Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit. Pemeriksaan darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan intraventikuler.

Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen, amonia dan analisis gas darah.

Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi cairan serebro spinal

Page 20: askep kejang demam

Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga

diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.

Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis yang pasti yaitu mencakup :

a. Periksaan urin untuk asam amino dan asam organicb. Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis rubella,

citomegalovirus dan virus herpes.c. Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih

besar dari aturan bakud. USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,

pervertikular, dan vertikulare. Penataan kepala untuk mengetahui adanya infark, perdarahan

intrakranial, klasifikasi dan kelainan bawaan otak.Top coba subdural, dilakukan sesudah fungsi lumbal bila transluminasi positif dengan ubun – ubun besar tegang, membenjol dan kepala membesar.

Tumbuh kembang pada anak usia 1 – 3 tahu

28. Fisik Ubun-ubun anterior tertutup. Physiologis dapat mengontrol spinkter

29. Motorik kasar Berlari dengan tidak mantap Berjalan diatas tangga dengan satu tangan Menarik dan mendorong mainan Melompat ditempat dengan kedua kaki Dapat duduk sendiri ditempat duduk Melempar bola diatas tangan tanpa jatuh

30. Motorik halus Dapat membangun menara 3 dari 4 bangunan Melepaskan dan meraih dengan baik Membuka halaman buku 2 atau 3 dalam satu waktu Menggambar dengan membuat tiruan

31. Vokal atau suara Mengatakan 10 kata atau lebih Menyebutkan beberapa obyek seperti sepatu atau bola dan 2 atau 3 bagian

tubuh32. Sosialisasi atau kognitif

Meniru Menggunakan sendok dengan baik

Page 21: askep kejang demam

Menggunakan sarung tangan Watak pemarah mungkin lebih jelas Mulai sadar dengan barang miliknya

Dampak hospitalisasiPengalaman cemas pada perpisahan, protes secara fisik dan menangis, perasaan hilang kontrol menunjukkan temperamental, menunjukkan regresi, protes secara verbal, takut terhadap luka dan nyeri, dan dapat menggigit serta dapat mendepak saat berinteraksi.Permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut :

gg. Rasa takut Memandang penyakit dan hospitalisasi Takut terhadap lingkungan dan orang yang tidak dikenal Pemahaman yang tidak sempurna tentang penyakit Pemikiran yang sederhana : hidup adalah mesin yang menakutkan Demonstrasi : menangis, merengek, mengangkat lengan, menghisap jempol,

menyentuh tubuh yang sakit berulang-ulang.hh. Ansietas

Cemas tentang kejadian yang tidakdikenal Protes (menangis dan mudah marah, (merengek) Putus harapan : komunikasi buruk, kehilangan ketrampilan yang baru tidak

berminat Menyendiri terhadap lingkungan rumah sakit Tidak berdaya Merasa gagap karena kehilangan ketrampilan Mimpi buruk dan takut kegelapan, orang asing, orang berseragam dan yang

memberi pengobatan atau perawatan Regresi dan Ansietas tergantung saat makan menghisap jempol Protes dan Ansietas karena restrain

ii. Gangguan citra diri Sedih dengan perubahan citra diri Takut terhadap prosedur invasive (nyeri) Mungkin berpikir : bagian dalam tubuh akan keluar kalau selang dicabut

ANALISA DATA

NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI

1Diisi pada saat tanggal pengkajian

Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan

masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll

Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien

Page 22: askep kejang demam

DIAGNOSA KEPERAWATAN

o Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan

koordinasi otot.

o Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neoromuskular

o Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh

o Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan

o Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NODIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN PERENCANAAN

1

Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.

Cidera / trauma tidak terjadi Dengan Kriteria Hasil :

o Faktor penyebab diketahui,

o mempertahankan aturan pengobatan,

o meningkatkan keamanan lingkungan

4. Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang.

5. Observasi keadaan umum, sebelum, selama, dan sesudah kejang.

6. Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi.

7. Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah kejang.

8. Lindungi klien dari trauma atau kejang.

9. Berikan kenyamanan bagi klien. 10. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian therapi anti compulsan

2 Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neuromuskular

Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi

Kriteria Hasil :

o Jalan napas bersih dari sumbatan,

o suara napas vesikuler,o sekresi mukosa tidak

ada,

15. Observasi tanda-tanda vital 16. atur posisi tidur klien fowler atau

semi fowler.17. Lakukan penghisapan lendir18. kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian therapi

Page 23: askep kejang demam

o RR dalam batas normal

3

Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh

Aktivitas kejang tidak berulang

Kriteria Hasil :

o Kejang dapat dikontrol,

o suhu tubuh kembali normal

21. Kaji factor pencetus kejang. 22. Libatkan keluarga dalam pemberian

tindakan pada klien. 23. Observasi tanda-tanda vital.. 24. Lindungi anak dari trauma. 25. Berikan kompres dingin pda daerah

dahi dan ketiak.

4

Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan

Kerusakan mobilisasi fisik teratasi

Kriteria hasil :

o Mobilisasi fisik klien aktif

o kejang tidak adao kebutuhan klien

teratasi

29. Kaji tingkat mobilisasi klien.30. Kaji tingkat kerusakan mobilsasi

klien.31. Bantu klien dalam pemenuhan

kebutuhan.32. Latih klien dalam mobilisasi sesuai

kemampuan klien.33. Libatkan keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan klien.

5

Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil :

o Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam,

o keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.

36. Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.

37. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.

38. Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes.

39. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti..

40. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.

Page 24: askep kejang demam

Diposkan oleh Ariyanto Susetyo di 21.34 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Label: Askep Anak, Kumpulan Contoh Askep

Reaksi:

3 komentar:

1.

Chui Mihho22 April 2011 00.20

blognya sangat membantu tugas KTI saya mas, terima kasih atas artikelnya. Salam dari Cirebon

Balas Hapus

2.

omedika 7 Mei 2012 07.40

ulasannya simple tp berbobot,thanks...BLUD Palabuhanratu,smi

Balas Hapus

3.

Asuhan Keperawatan NANDA 14 Desember 2012 01.21

Askep yang bagus.harap ditingkatkan lagi.

Balas Hapus

Muat yang lain...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Page 25: askep kejang demam

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Entri Populer

ASKEP KLIEN DM DENGAN GANGREN

Gangren atau pemakan luka didefinisikan sebagaii jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besa...

ASKEP ANAK DENGAN THYPOID

TEORI Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini m...

ASKEP HIPERTENSI

TEORI Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Ro...

ASKEP KLIEN DENGAN TUBERKULOSIS ( TBC )

TEORI Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang ...

Page 26: askep kejang demam

ASKEP BAYI BBLR

TEORI Definisi BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961) BBLR adalah bayi baru lahir y...

Contoh Judul Skripsi FKM-Epidemiologi 1/2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA DI POSYANDU XXX FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA RETENSIO PLASENTA PADA IBU ...

ASKEP BAYI DENGAN RDS

TEORI Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defi...

ASKEP ANAK DENGAN DHF

TEORI Pengertian Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kep...

ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : MORBUS BASEDOW

a. Pengertian Penyakit basedow atau lazim juga disebut sebagai penyakit graves merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang muda aki...

Page 28: askep kejang demam

BAB III

PEMBAHASAN

A.             Contoh kasus

Anak K usia 6 tahun, agama islam, suku bangsa melayu. Alamat tinggal Jln.

Anggrek no.24 Telanaipura Jambi, masuk ruang IGD RS Raden Mattaher Jambi pada

tanggal : 12/12/2010, pukul 13:12 WIB. Klien masuk rumah sakit karena sering

mengalami kejang. Pasien tidak sadar, terlihat kelenjar ludah yang keluar disertai mulut

yang berbusa. Sebelumnya klien pernah dirawat di ruang anak RSUD, tetapi setelah

terlihat pulih ps dibawa pulang. Saat pengkajian keluarga klien mengeluh nafas

anaknya  sesak, CRT 3 detik. Dari hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh : 

TD : 90/60mmHg, N : 84x/mnt, RR: 32x/mnt, S : 37,50C , terdapat luka lecet pada

bagian punggung belakang, kejang pertama terjadi  1 menit kemudian kejang kedua

muncul dengan perkiraan 40 detik hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit

dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga mencapai 3 jam. Dari keterangan orang tua

klien diketahui bahwa sebelumnya anaknya  pernah menderita penyakit seperti ini,

kejang terjadi secara mendadak sehingga anak takut  untuk bermain bersama teman-

temannya. Pada  keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan

klien, orang tua sering mengajak anaknya berlibur jika ada waktu luang.

Page 29: askep kejang demam

B.     ASUHAN KEPERAWATAN

a.       Pengkajian

1.      Riwayat kejang

Ps telah mengalami kejang pada umur 5 tahun

2.      Faktor yang menimbulkan kejang

Kejang yang ditimbulkan spontan

3.      Asupan alkohol

Anak tidak mengkonsumsi alkohol

4.      Efek epilepsi terhadap gaya hidup

Anak terbatas untuk bermain di lingkungan, sehingga anak merasa minder ketika mendengar

ejekan teman-temannya

5.      Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh kejang

Ada, saat mengalami kejang ps tidak dapat mengontrol diri sehingga membutuhkan

keluarga/orla untuk memberikan bantuan

6.      Apakah ps mempunyai program rekreasi

Ps dapat berekreasi jika orang tuanya mempunyai waktu luang

7.      Kontak sosial

Ps sering berada di rumah karena merasa malu untuk melakukan kontak sosial

8.      Apakah pengalaman dalam beraktivitas positif

9.      Mekanisme koping yang dipergunakan

10.  Pengamatan dan pengkajian selama dan setelah kejang

Kejang pertama terjadi  1 menit kemudian kejang kedua muncul dengan perkiraan 40 detik

hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga

mencapai 3 jam.

b.      Diagnosa Keperawatan

1.      pola napas tak efektif b/d kerusakan neuromuskular

2.      Cidera b/d serangan kejang

3.      Koping individu tidak efektif b/d stres akibat epilepsi

4.      Kurang pengetahuan mengenai kondisidan aturan pengobatan b/d kurang pemajanan, kurang

mengingat

BAB IV

PENUTUP

Page 30: askep kejang demam

IV.1.    Kesimpulan

a.       Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus tergantung

kondisi dan faktor-faktor lain yang memperberat.

b.       Diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah :

Gangguan harga diri b/d stigma berkenaan dengan kondisi

c.    Semua intervensi pada teoritis ditampilkan pada perencanaan kasus.

d.      Dalam  impelementasi  kolaborasi yang dilakukan dalam bentuk  mengkonfirmasi ulang

terapi pengobatan.

e.       Evaluasi  yang dilakukan  adalah  evaluasi proses  yaitu  mengevaluasi kondisi pasie

tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.

IV.2. Saran

Bagi perawat :

1.      Sebelum melakukan hubungan terapeutik dengan klien sebaiknya perawat membekali

diri dengan ilmu dan kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik.

2.      Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan

dalam pemberian asuhan keperawatan.

3.      Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada klien epilepsi  dilakukan secara kontiniu

dan berkesinambungan.

4.      Mahasiswa/i  keperawatan dapat  menerapkan asuhan keperawatan yang telah

didapatkan secara teoritis pada kasus epilepsi.

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Behrman, Kliegman dan Arvin, Nelson. 1999.Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: EGC