askep katarak

10
Asuhan Keperawatan Katarak pada Lansia By Abied, 14/03/2011 Perubahan Status Fungsional Sistem Penglihatan pada Lansia Organ sensorik penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, dan penghidu memungkinkan kita berkomunikasi dengan linkungan. Pesan yang diterima dari sekitar kita membuat kita tetap mempunyai orientasi, ketertarikan dan pertentangan. Kehilangan sensorik akibat penuaan mengenai semua organ sensorik dan mengancam interaksi. Merupakan saat dimana lansia menjadi kurang kemampuan kinerja fisiknya dan lebih banyak duduk. Kehilangan penginderaan dapat sangat menganggu bagi orang yang tidak dapat melihat untuk membaca atau menonton televisi, yang tidak dapat mendengar percakapan dengan baik untuk berkomunikasi, atau tidak dapa membedakan rasa makanan. Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan lensa mata, maka sel tengah yang tua aka menumpuk dan menjadi kuning, kaku, padat, dan berkabut. Jadi hanya bagian luar lensa yan masih elastis untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat. Karena lensa menjadi kurang fleksibel, maka titik dekat fokus berpindah lebih jauh. Kondisi ini disebut presbiopi, biasanya bermula pada usia 40-an. Diperlukan kacamata baca untuk memperbesar objek. Selain itu, lensa yang menguning dan berkabut menyebabkan sinar berpendar dan makanya orangtua sangat peka terhadap sinar yang menyilaukan. Kemampuan membedakan biru dari hijau berkurang. Pupil berdilatasi dengan lambat dan tidak sempurna karena otot iris menjadi semakin kaku. Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap dan terang dan memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda sangat dekat. Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan bagian penuaan normal, namun terjadi peningkatan penyakit mata pada lansia. Diantara yang paling sering terjadi adalah katarak,

Transcript of askep katarak

Page 1: askep katarak

Asuhan Keperawatan Katarak pada Lansia

By Abied, 14/03/2011

Perubahan Status Fungsional Sistem Penglihatan pada Lansia

Organ sensorik penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, dan penghidu memungkinkan kita berkomunikasi dengan linkungan. Pesan yang diterima dari sekitar kita membuat kita tetap mempunyai orientasi, ketertarikan dan pertentangan. Kehilangan sensorik akibat penuaan mengenai semua organ sensorik dan mengancam interaksi. Merupakan saat dimana lansia menjadi kurang kemampuan kinerja fisiknya dan lebih banyak duduk. Kehilangan penginderaan dapat sangat menganggu bagi orang yang tidak dapat melihat untuk membaca atau menonton televisi, yang tidak dapat mendengar percakapan dengan baik untuk berkomunikasi, atau tidak dapa membedakan rasa makanan.

Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan lensa mata, maka sel tengah yang tua aka menumpuk dan menjadi kuning, kaku, padat, dan berkabut. Jadi hanya bagian luar lensa yan masih elastis untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat. Karena lensa menjadi kurang fleksibel, maka titik dekat fokus berpindah lebih jauh. Kondisi ini disebut presbiopi, biasanya bermula pada usia 40-an. Diperlukan kacamata baca untuk memperbesar objek. Selain itu, lensa yang menguning dan berkabut menyebabkan sinar berpendar dan makanya orangtua sangat peka terhadap sinar yang menyilaukan. Kemampuan membedakan biru dari hijau berkurang. Pupil berdilatasi dengan lambat dan tidak sempurna karena otot iris menjadi semakin kaku. Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap dan terang dan memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda sangat dekat. Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan bagian penuaan normal, namun terjadi peningkatan penyakit mata pada lansia. Diantara yang paling sering terjadi adalah katarak, glaukoma, degenerasi maskuler senilis, dan retinopati diabetika.

Konsep Medis

Pengertian Katarak

Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.

Klasifikasi Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

Page 2: askep katarak

1. Katarak Kongenital: Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun2. Katarak Juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun3. Katarak Senil: katarak setelah usia 50 tahun4. Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata

Etiologi Katarak

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.

Penyebab katarak lainnya meliputi :

1. Faktor keturunan2. Cacat bawaan sejak lahir3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid5. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)6. Gangguan pertumbuhan7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama8. Rokok dan alkohol9. Operasi mata sebelumnya10. Trauma (kecelakaan) pada mata11. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui

Patofisiologi pada Katarak

Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul. Nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita katarak.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar daerah di luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain

Page 3: askep katarak

mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun denga bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

Manifestasi Klinik

Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma dan uveitis.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek2. Peka terhadap sinar atau cahaya3. Dapat melihat dobel pada satu mata4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

Pemeriksaan Diagnostik

1. Keratometri2. Pemeriksaan lampu slit3. Oftalmoskopis4. A-scan ultrasound (echography)5. Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila

dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.

Pengobatan Katarak

Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca

Page 4: askep katarak

mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.

Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis.

Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.

8. Komplikasi

Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak akan mencapai 5/5. Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus

Pencegahan Katarak

Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C, vit.A dan vit E.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istrahat

Gejala:   Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan

b. Neurosensori

Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskasn kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Perubahan pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda:   Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil. Peningkatan air mata.

Page 5: askep katarak

 

c. Nyeri/Kenyamanan

Gejala:   Ketidaknyamanan ringan atau mata berair

1. d. Pembelajaran/Pengajaran

Gejala: Riwayat keluarga diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

1. e. Pertimbangan rencana pemulangan

DRG menunjukkan rerata lamanya dirawat: 4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur pasien rawat jalan). Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan makanan, perawatan/pemeliharaan rumah.

1. f. Prioritas Keperawatan

- Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut

- Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan atau penurunan ketajaman penglihatan

- Mencegah komplikasi

- memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan

g. Tujuan Pemulangan

- Penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin

- Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif

- Komplikasi dicegah atau diminimalkan

- Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dipahami

 

2. Diagnosis Keperawatan

Pre operasi

1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau status organ indera.

Page 6: askep katarak

2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.

4. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

 

Post operasi

1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi

jaringan tubuh3. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori atau status organ indera.4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –

kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler

 

1. 3. Perencanaan

 

ü  Diagnosis Keperawatan 1 :

Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.

ü  Tujuan :

Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

ü  Kriteria Hasil :

- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

 

INTERVENSI RASIONAL

Page 7: askep katarak

1. Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat. Observasi tanda-tanda disorientasi.

2. Orientasikan klien tehadap lingkungan.

3. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.

 

1. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

2. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.

3. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.

4. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.

Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.

 

Orientasikan klien tehadap lingkungan.

 

Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.

Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.

 

 

Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas.

 

 

 

Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator. Membantu penglihatan pasien.

 

 

Memudahkan pasien untuk berkomunikasi