Askep DHF

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Angka kejadian DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk dan terus menurun hingga 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue tejradi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berhubungan dnegan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air). Mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan demam dengue. Respon imun yang diketahui dalam patogenesis DBD adalah : a) respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses penghancuran virus, b) respon imun seluler, yang berperan terhadap penghancuran dari sel yang mengandung virus, c) Sel imunologis pertahanan awal, d) komplemen. Pendapat lain menyatakan bahwa seseorang dapat terkena terkena demam berdarah apabila terinfeksi ulang oleh virus dengue dengan tipe yang berbeda. Dari berbagai teori ini dapat disimpulkan bahwa penularan virus demam berdarah ini selain dipengaruhi oleh faktor nyamuk dan ada tidak nya penderita di lingkungan sekitar juga tidak kalah 1

Transcript of Askep DHF

Page 1: Askep DHF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia.

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Angka

kejadian DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk dan terus menurun

hingga 2% pada tahun 1999.

Penularan infeksi virus dengue tejradi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A.

aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berhubungan dnegan sanitasi

lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang

berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air).

Mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan demam

dengue. Respon imun yang diketahui dalam patogenesis DBD adalah : a) respon humoral

berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses penghancuran virus, b) respon

imun seluler, yang berperan terhadap penghancuran dari sel yang mengandung virus, c) Sel

imunologis pertahanan awal, d) komplemen. Pendapat lain menyatakan bahwa seseorang

dapat terkena terkena demam berdarah apabila terinfeksi ulang oleh virus dengue dengan tipe

yang berbeda.

Dari berbagai teori ini dapat disimpulkan bahwa penularan virus demam berdarah ini selain

dipengaruhi oleh faktor nyamuk dan ada tidak nya penderita di lingkungan sekitar juga tidak

kalah penting adalah daya tahan tubuh sendiri, apabila daya tahan tubuh kita baik maka virus

yang masuk ke dalam tubuh dapat di hancurkan sehingga tidak terjadi penyebaran dan

menyebabkan gejala kelainan pada tubuh.

Kondisi yang paling berbahaya pada proses penyakit ini adalah perdarahan pada hampir

seluruh tubuh. Hal ini disebabkan akibat virus yang menginfeksi endotel dan menyebabkan

gangguan fungsi dari endotel, sehingga pembuluh darah tidak berfungsi dengan baik dan

mengakibatkan kebocoran darah. Apabila kebocoran ini terjadi pada pembuluh darah kulit

akan tampak bercak-bercak kemerahan pada kulit, apabila terjadi pada saluran pencernaan

akan menyebabkan perdarahan yang terus menerus, kondisi ini dapat terjadi pada organ-organ

lain seperti hidung, mata dan otak.

1

Page 2: Askep DHF

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan

menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Pada tahun 2004 di kota Palu,

penderita DBD berjumlah 210 orang dengan 10 kematian. Tahun 2005 jumlah penderita DBD

sebanyak 627 orang dan 12 diantaranya meninggal, dan tahun 2006 dengan jumlah penderita

DBD sebanyak 334 orang dan 5 diantaranya meninggal. Sedangkan pada tahun 2007 sampai

dengan bulan April jumlah penderita DBD sebanyak 593 orang dan 2 diantaranya meninggal.

palu selatan_ikonos

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Setelah mengikuti seminar ini, di harapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan

keperawatan dengan penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever)

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi system hematologi

b. Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi penyakit DHF

c. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DHF

d. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF

e. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF

f. Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF

g. Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF

h. Mahasiswa dapat Menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF

i. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF

C. Ruang lingkup

Dalam makalah ini penulis hanya membahas mengenai penyakit DHF. penulis berbagi

informasi mengenai asuhan keperawatan DHF kepada kalangan pembaca dari mahasiswa

keperawatan maupun tenaga medis lainnya.

D. Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode

deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik yang digunakan dalam

2

Page 3: Askep DHF

pengumpulan data pada penulisan makalah ini adalah Study Kepustakaan. Dimana dalam

proses pengumpulan data menggunakan berbagai literatur, dan referensi lain, baik dari

ilmu keperawatan, kedokteran hingga ilmu kesehatan lainnya.

E. Sistematika penulisan

Pada makalah seminar ini terdiri dari tiga bab, beberapa subbab dan anak subbab, yang

penulisannya terdiri dari lembar penilaian, lembar konsultasi, kata pengantar serta daftar

isi.

Pada BAB I: PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang

lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Pada BAB II: TINJAUAN TEORITIS terdiri dari anatomi fisiologi hematology, konsep

dasar penyakit dan asuhan keperawatan.

Pada BAB III: PENUTUP berisi kesimpulan serta saran. Dan terakhir terdapat daftar

pustaka.

3

Page 4: Askep DHF

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi

Darah merupakan salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh manusia. Sebab

darah berfungsi, mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang di butuhkan tubuh, kemudian

mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme untuk di buang. ada empat fungsi utama

darah, yaitu memberikan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi,

membersihkan sisa-sisa metabolisme dan membawa zat antibody.

fungsi darah adalah :

1. Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh

2. Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh

3. Mengangkut karbondioksida ke paru-paru

4. Mengedarkan hormon

Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di dalam cairan kuning

yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari

makanan, protein, hormone, dan endapan kotoran selain sel-sel darah.

Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping

darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih di sebut juga korpuskel

1. Sel darah merah

Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun

atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah

terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai

200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh,

kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran mula-mula.

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang

merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari paru-paru. Pada saat darah

mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat

karbondioksida.

Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam

4

Page 5: Askep DHF

hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos

dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang

kemudian di angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah

yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan

sekali.

2. Sel darah putih

Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya dalam setiap 13

darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki

inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya

dapat melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.

Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang penting. Sel darah putih

yang terbanyak adalah neutrofil (+60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa

penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel

segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri berkembang

biak.

Sel darah putih mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri,

mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.

Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya

penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel darah putih

adalah trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein yang

membantu tubuh memerangi penyakit.

Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah

putih. Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan.

Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera membentuk sel-sel darah untuk

menggantinya. Jika kita mengalami infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak

sel darah putih untuk memeranginya.

3. Trombosit

Trombosit adalah sel anuclear (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk

tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari

5

Page 6: Askep DHF

megakariosit (en:megakaryocyte) pendahulunya. Keping darah tersirkulasi dalam darah

dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan

darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan

pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko trombosis.

Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran

lebih kesil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.

Trombosit berjumlah 250.000 samapai 4000.000 per milimeterkibik. Bagian ini

merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit dalam sumsum

tulang

Struktur, ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya

terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang

berhubungan dengan proses koagulasian darah. Trombosit berfungsi dalam hemostasis

( penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang robek.

Mekanisme hemostasis dan pembekuan darah melibatkan suatu proses yang cepat

a. Vasokontriksi pembuluh darah. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi

yang rusak melepaskan serotonoi dan tromboksan A2 (prostagladin), yang

menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkontraksi. Hal ini pad awalnya

akan mengurangi darah yang hilang

b. Sumbatan trombosit

1) Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen

dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk sumbatan trombosit

2) Trombosit melepaskan ADP untuk mengaktifasi trombosit lain,sehingga

mengakibatkan agregasi trombosit untuk membentuk sumbatan. Jika kerusakan

pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit mampu menghentikan

perdarahan, Jika kerusakannya besar, maka kerusakan trombosit dapat

mengurangi perdarahan sampai proses pembekuan terbentuk

c. Pembekuan darah. Kerusakan pada pembuluh darah akan mengaktifkan protrombin

aktivator. Protrombin aktivator mengkatalis perubahan protombin menjadi trombin

dengan bantuan ion kalsium. Trombin bekerja sebagai enzim untuk merubah

fibrinogen menjadi fibrin dengan bantuan ion kalsium. Fibri berjalan dalam segala

6

Page 7: Askep DHF

arah dan menjerat trombosit,sel darah dan plasma untuk membentuk bekuan darah.

Protrombin aktivator dibentuk melalui mekanisme

1) Mekanisme ekstrisik. Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh

darah itu sendiri. Sel-sel jaringan yang rusak atau pembuluh darah, akan melepas

tromboplastin (membran lipoprotein),yang akan mengaktivasi protrombin

activator

2) Mekanisme intrinsik. Untuk mengaktivasi protrombin melibatkan 13 faktor

pembekuan, yang hanya ditemukan dalam darah.

d. Pembentukan jaringan ikat. Setelah pembekuan terbentuk akan terjadi pertumbuhan

jaringan ikat kedalam bekuan darah untuk menutup luka secara permanen

e. Pembekuan darah

Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut hemostasis

dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama, yaitu :

Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang putus untuk

mengurangi aliran darah yang hilang.

1) Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.

2) Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk merekat

pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat (Watson,

2001)

Fungsi darah

Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut

(pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran oksigen pada

tubuh :

a) Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah

b) Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melepaskan

CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.

c) O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri

d) Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah untuk

pembakaran (oksidasi)

7

Page 8: Askep DHF

e) Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung

membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke

jantung membawa karbondioksida.

f) Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa

karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen

dibawa ke jantung.

B. Konsep Dasar

1. Definisi

DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh

Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes

Albopictus dan Aedes Aegepty )

Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut :

a. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ).

b. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai

ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk

kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina)

(Seoparman , 1990).

c. DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk

lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara

efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

d. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh

virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic

fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang

tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes

8

Page 9: Askep DHF

aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri

otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2. Etiologi

Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4

serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu

dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling

memberikan perlindungan silang.

Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae.) dari

sub genus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun

spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris

complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae.

aegyti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas.

Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya

mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti (WHO,

2000)

3. Patofisiologi

Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi, hemodinamika dan biokimia DHF

hingga kini belum diketahui secara pasti. DHF dapat terjadi bila seseorang setelah

terinfeksi dengue untuk pertama kalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus

dengue yang berbeda. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit

yang membedakan DHF dari dengue clasik adalah meningkatnya permeabilitas dinding

pembuluh darah, menurunnya volume plasma, serta terjadinya hipotensi, trombositopeni

dan diastesis hemorragik. Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut dan nilai

hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding

pembuluh darah. Ada dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat dari kebocoran

plasma ke daerah vaskular melalui kapiler yang rusak, sehingga mengakibatkan

menurunnya volume plasma dan meningkatnya nilai hematokrit. Bukti dugaan ini adalah

ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga peritonium, pelura dan perikard yang

ternyata melebihi pemberian cairan infus, serta terjadinya bendungan pembuluh darah

9

Page 10: Askep DHF

paru. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari awal demam sampai

puncaknya pada masa renjatan. Trombositopeni yang hebat, gangguan fungsi trombosit

dan kelainan fungsi koagulasi merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan.

Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan trombositopeni,

sedangkan perdarahan masif diakibatkan oleh kelainan yang lebih kompleks, yaitu

trombositopeni, gangguan faktor pembekuan.

Secara kronologis prosesnya dimulai dari nyamuk aedes yang tidak bervirus menggigit

dan mengisap darah seseorang yang telah terkena demam berdarah dengue. Nyamuk

yang sudah terinfeksi virus kemudian menggigit orang sehat dan memindahkan virusnya

bersama air ludah ke dalam tubuh. Pada saat tersebut, virus memperbanyak diri dan

menginfeksi sel-sel darah putih serta kelenjar getah bening untuk kemudian masuk ke

sistem sirkulasi darah. Virus ini sebenarnya hanya ada di dalam darah selama 3 hari

sejak ditularkan oleh nyamuk. Pada hari-hari itulah terjadi pertempuran antara antibodi

dan virus dengue yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Badan biasanya

mengalami gejala demam dengan suhu tinggi antara 39 sampai 40 derajat celcius. Akibat

pertempuran tersebut terjadi penurunan kadar trombosit dan bocornya pembuluh darah

sehingga membuat plasma darah mengalir ke luar. Penurunan trombosit ini mulai bisa

dideteksi pada hari ketiga. Masa kritis penderita demam berdarah berlangsung

sesudahnya, yakni pada hari keempat dan kelima.

Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom shock dengue karena

perubahan yang tiba-tiba. Muka penderita pun menjadi memerah atau facial flush.

Biasanya, penderita juga mengalami sakit pada kepala, tubuh bagian belakang, otot,

tulang dan perut (antara pusar dan ulu hati). Tidak jarang diikuti dengan muntah yang

berlanjut dan suhu dingin dan lembab pada ujung jari serta kaki.

Penanganan yang benar pada fase tersebut sangat ditekankan agar penderita bisa

melewati masa kritisnya dengan baik. Caranya dengan banyak memberikan asupan

cairan kepada penderita sebagai pengganti plasma darah. Hal ini dikarenakan banyaknya

cairan tubuh yang hilang dengan cepat akibat merembesnya plasma darah yang keluar

dari pembuluh darah. Saat ini, larutan gula garam atau oralit masih merupakan cairan

10

Page 11: Askep DHF

terbaik karena komposisinya setara dengan plasma darah. Pemberian infus diberikan

apabila penderita dalam kondisi muntah terus, tidak bisa makan dan minum, menderita

kejang, kesadaran menurun atau derajat kebocoran plasma darahnya tinggi, yang biasa

terjadi pada fase kritis. Begitu pula dengan transfusi trambosit yang akan diberikan jika

trambosit penderita di bawah 100.000 dengan pendarahan yang cukup banyak. Bila masa

kritis itu bisa dilewati dengan baik maka pada hari keenam dan ketujuh kondisi penderita

akan berangsur membaik dan kembali normal pada hari ketujuh atau kedelapan.

4. Manifestasi klinis

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi

anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak

berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk

ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan

retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata

mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa

pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 –

12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang

berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.

Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang

kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada

dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada

saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya

kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat

pada hari ke-4 dan ke-5.

Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala

perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,

hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat

demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin

lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat,

kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

11

Page 12: Askep DHF

5. Patoflow

6. Klasifikasi

a. Derajat1

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,

trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah

kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan

system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang

lembab, dingin dan penderita gelisah.

12

Page 13: Askep DHF

d. Derajat IV

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi

renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

7. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

1) DHF tanpa renjatan :

a) Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari )

b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres

c) Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis

50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi

, beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th

diberikan 5 mg/ kg BB.

d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

2) DHF dengan renjatan :

a) Pasang infus RL

b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30

ml/ kg BB

c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun

13

Page 14: Askep DHF

b. Penatalaksanaan keperawatan

1) Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam

2) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

3) Observasi intik output

4) Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3  

jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per

hari, beri kompres

5) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,

Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan

darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

6) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2

pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi

productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

7) Resiko Perdarahan

a) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena

b) Catat banyak, warna dari perdarahan

c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

8) Peningkatan suhu tubuh

a) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic

b) Beri minum banyak

c) Beri kompres

14

Page 15: Askep DHF

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN dengan DHF

A. Pengkajian

Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting

dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk

data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian :

wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.

1. Data subyektif

Data subjektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga

pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy,

1995 yaitu :

a. Lemah.

b. Panas atau demam.

c. Sakit kepala.

d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

e. Nyeri ulu hati.

f. Nyeri pada otot dan sendi.

g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

h. Konstipasi (sembelit).

2. Data obyektif :

Data objektif adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi

pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :

a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

c. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,

hematoma, hematemesis, melena.

d. Hiperemia pada tenggorokan.

e. Nyeri tekan pada epigastrik.

f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

15

Page 16: Askep DHF

g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,

sianosis perifer, nafas dangkal.

3. Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

a. Ig G dengue positif.

b. Trombositopenia.

c. Hemoglobin meningkat > 20 %.

d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,

hipokloremia.

f. Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan

limfosit, monosit, dan basofil

g. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

h. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

i. Waktu perdarahan memanjang.

j. Asidosis metabolik.

k. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (Christiante Effendy, 1995) yaitu :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual, muntah, anoreksia.

16

Page 17: Askep DHF

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding

plasma.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).

6. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

C. Rencana keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 370C), Pasien bebas dari demam.

Intervensi :

a. Kaji saat timbulnya demam.

Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

b. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.

Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

c. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7)

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat

sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

d. Berikan kompres hangat.

Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat

penurunan suhu tubuh.

e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

f. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit/ injuri agen

Tujuan : rasa nyaman pasien terpenuhi, nyeri berkurang atau hilang

17

Page 18: Askep DHF

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya

terhadap nyeri yang dialami

d. Berikan obat-obat analgetik

Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,

muntah dan anoreksia

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan

sesuai dengan porsi yang dibutuhkan

Intervensi :

a. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.

Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.

Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.

c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.

Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan

makanan

d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

Rasional : Untuk menghindari mual.

e. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter

Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan

diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

18

Page 19: Askep DHF

g. Ukur berat badan pasien setiap minggu.

Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

4. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan meningkatnya permeabilitas

dinding plasma

Tujuan : volume cairan terpenuhi

Intervensi :

a. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan

normalnya.

b. Observasi tanda-tanda syock.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

c. Berikan cairan intravena sesuai program dokter

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan

cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh

darah.

d. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.

e. Catat intake dan output.

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasiv ( infuse )

Tujuan : tidak terjadi infeksi pada pasien

Intervensi :

a. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infuse

Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan

terjadi infeksi.

b. Observasi tanda-tanda vital.

19

Page 20: Askep DHF

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari

penyimpangan nilai tanda vital.

c. Observasi daerah pemasangan infus.

Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.

d. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.

Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.

6. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

Tujuan : tidak terjadi tanda – tanda perdarahan lebih lanjut

Intervensi :

a. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.

b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.

c. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.

Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

d. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.

Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.

D. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan

intervensi yang telah direncanakan.

E. Evaluasi

Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi

pada pasien.

Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :

1. Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.

20

Page 21: Askep DHF

2. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

3. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan

porsi yang diberikan atau dibutuhkan.

4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.

5. Infeksi tidak terjadi.

6. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aides aigepty yang menggigit manusia,

gigitan tersebut menyerang sistem hematologi yang menyebabkan leukosit menjadi tinggi dan

trombosit turun dibawah batas normal atau biasa disebut dengan trombositopenia. Orang yang

terkena virus dari nyamuk aides aigepty biasanya akan demam tinggi selama tiga hari, nyeri

tubuh, mual, dan bisa terjadi perdarahan. Proses penyakit DHF menyerupai kelana kuda yaitu

demam tinggi selama tiga hari ( fase penyebaran virus ), lalu demam seakan turun ( fase

kritis ), dan demam kembali tinggi ( fase penyembuhan ).

B. Saran

DHF memiliki ciri – ciri yang sama dengan penyakit thypoid. Oleh sebab itu kita harus selalu

waspada dan melakukan pencegahan seperti, Menghindari atau mencegah berkembangnya

nyamuk Aides Aigepty dengan cara rumah harus selalu terang, tidak menggantung pakaian,

bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali,

kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan,

tutup tempat penampungan air. Selain itu penting juga dilakukan pendidikan kesehatan

seperti,memberikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kondisi fisik anak, Jelaskan terapi yang diberikan, dosis dan efek samping,

21

Page 22: Askep DHF

jelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi

gejala, tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

22