Askep DHF
-
Upload
nia-punya-dewa -
Category
Documents
-
view
34 -
download
12
Transcript of Askep DHF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Angka
kejadian DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk dan terus menurun
hingga 2% pada tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue tejradi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A.
aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berhubungan dnegan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air).
Mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan demam
dengue. Respon imun yang diketahui dalam patogenesis DBD adalah : a) respon humoral
berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses penghancuran virus, b) respon
imun seluler, yang berperan terhadap penghancuran dari sel yang mengandung virus, c) Sel
imunologis pertahanan awal, d) komplemen. Pendapat lain menyatakan bahwa seseorang
dapat terkena terkena demam berdarah apabila terinfeksi ulang oleh virus dengue dengan tipe
yang berbeda.
Dari berbagai teori ini dapat disimpulkan bahwa penularan virus demam berdarah ini selain
dipengaruhi oleh faktor nyamuk dan ada tidak nya penderita di lingkungan sekitar juga tidak
kalah penting adalah daya tahan tubuh sendiri, apabila daya tahan tubuh kita baik maka virus
yang masuk ke dalam tubuh dapat di hancurkan sehingga tidak terjadi penyebaran dan
menyebabkan gejala kelainan pada tubuh.
Kondisi yang paling berbahaya pada proses penyakit ini adalah perdarahan pada hampir
seluruh tubuh. Hal ini disebabkan akibat virus yang menginfeksi endotel dan menyebabkan
gangguan fungsi dari endotel, sehingga pembuluh darah tidak berfungsi dengan baik dan
mengakibatkan kebocoran darah. Apabila kebocoran ini terjadi pada pembuluh darah kulit
akan tampak bercak-bercak kemerahan pada kulit, apabila terjadi pada saluran pencernaan
akan menyebabkan perdarahan yang terus menerus, kondisi ini dapat terjadi pada organ-organ
lain seperti hidung, mata dan otak.
1
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung
meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Pada tahun 2004 di kota Palu,
penderita DBD berjumlah 210 orang dengan 10 kematian. Tahun 2005 jumlah penderita DBD
sebanyak 627 orang dan 12 diantaranya meninggal, dan tahun 2006 dengan jumlah penderita
DBD sebanyak 334 orang dan 5 diantaranya meninggal. Sedangkan pada tahun 2007 sampai
dengan bulan April jumlah penderita DBD sebanyak 593 orang dan 2 diantaranya meninggal.
palu selatan_ikonos
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti seminar ini, di harapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever)
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi system hematologi
b. Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi penyakit DHF
c. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DHF
d. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF
e. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF
f. Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF
g. Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF
h. Mahasiswa dapat Menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF
i. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF
C. Ruang lingkup
Dalam makalah ini penulis hanya membahas mengenai penyakit DHF. penulis berbagi
informasi mengenai asuhan keperawatan DHF kepada kalangan pembaca dari mahasiswa
keperawatan maupun tenaga medis lainnya.
D. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik yang digunakan dalam
2
pengumpulan data pada penulisan makalah ini adalah Study Kepustakaan. Dimana dalam
proses pengumpulan data menggunakan berbagai literatur, dan referensi lain, baik dari
ilmu keperawatan, kedokteran hingga ilmu kesehatan lainnya.
E. Sistematika penulisan
Pada makalah seminar ini terdiri dari tiga bab, beberapa subbab dan anak subbab, yang
penulisannya terdiri dari lembar penilaian, lembar konsultasi, kata pengantar serta daftar
isi.
Pada BAB I: PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Pada BAB II: TINJAUAN TEORITIS terdiri dari anatomi fisiologi hematology, konsep
dasar penyakit dan asuhan keperawatan.
Pada BAB III: PENUTUP berisi kesimpulan serta saran. Dan terakhir terdapat daftar
pustaka.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Fisiologi
Darah merupakan salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh manusia. Sebab
darah berfungsi, mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang di butuhkan tubuh, kemudian
mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme untuk di buang. ada empat fungsi utama
darah, yaitu memberikan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi,
membersihkan sisa-sisa metabolisme dan membawa zat antibody.
fungsi darah adalah :
1. Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh
2. Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
3. Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
4. Mengedarkan hormon
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di dalam cairan kuning
yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari
makanan, protein, hormone, dan endapan kotoran selain sel-sel darah.
Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping
darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih di sebut juga korpuskel
1. Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun
atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah
terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai
200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh,
kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran mula-mula.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang
merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari paru-paru. Pada saat darah
mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat
karbondioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam
4
hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos
dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang
kemudian di angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan
sekali.
2. Sel darah putih
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya dalam setiap 13
darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki
inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya
dapat melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.
Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang penting. Sel darah putih
yang terbanyak adalah neutrofil (+60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa
penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel
segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri berkembang
biak.
Sel darah putih mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri,
mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel darah putih
adalah trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein yang
membantu tubuh memerangi penyakit.
Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah
putih. Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan.
Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera membentuk sel-sel darah untuk
menggantinya. Jika kita mengalami infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak
sel darah putih untuk memeranginya.
3. Trombosit
Trombosit adalah sel anuclear (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk
tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari
5
megakariosit (en:megakaryocyte) pendahulunya. Keping darah tersirkulasi dalam darah
dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan
darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan
pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko trombosis.
Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran
lebih kesil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.
Trombosit berjumlah 250.000 samapai 4000.000 per milimeterkibik. Bagian ini
merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit dalam sumsum
tulang
Struktur, ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya
terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang
berhubungan dengan proses koagulasian darah. Trombosit berfungsi dalam hemostasis
( penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang robek.
Mekanisme hemostasis dan pembekuan darah melibatkan suatu proses yang cepat
a. Vasokontriksi pembuluh darah. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi
yang rusak melepaskan serotonoi dan tromboksan A2 (prostagladin), yang
menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkontraksi. Hal ini pad awalnya
akan mengurangi darah yang hilang
b. Sumbatan trombosit
1) Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen
dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk sumbatan trombosit
2) Trombosit melepaskan ADP untuk mengaktifasi trombosit lain,sehingga
mengakibatkan agregasi trombosit untuk membentuk sumbatan. Jika kerusakan
pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit mampu menghentikan
perdarahan, Jika kerusakannya besar, maka kerusakan trombosit dapat
mengurangi perdarahan sampai proses pembekuan terbentuk
c. Pembekuan darah. Kerusakan pada pembuluh darah akan mengaktifkan protrombin
aktivator. Protrombin aktivator mengkatalis perubahan protombin menjadi trombin
dengan bantuan ion kalsium. Trombin bekerja sebagai enzim untuk merubah
fibrinogen menjadi fibrin dengan bantuan ion kalsium. Fibri berjalan dalam segala
6
arah dan menjerat trombosit,sel darah dan plasma untuk membentuk bekuan darah.
Protrombin aktivator dibentuk melalui mekanisme
1) Mekanisme ekstrisik. Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh
darah itu sendiri. Sel-sel jaringan yang rusak atau pembuluh darah, akan melepas
tromboplastin (membran lipoprotein),yang akan mengaktivasi protrombin
activator
2) Mekanisme intrinsik. Untuk mengaktivasi protrombin melibatkan 13 faktor
pembekuan, yang hanya ditemukan dalam darah.
d. Pembentukan jaringan ikat. Setelah pembekuan terbentuk akan terjadi pertumbuhan
jaringan ikat kedalam bekuan darah untuk menutup luka secara permanen
e. Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut hemostasis
dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama, yaitu :
Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang putus untuk
mengurangi aliran darah yang hilang.
1) Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.
2) Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk merekat
pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat (Watson,
2001)
Fungsi darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut
(pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran oksigen pada
tubuh :
a) Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
b) Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melepaskan
CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
c) O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
d) Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah untuk
pembakaran (oksidasi)
7
e) Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung
membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke
jantung membawa karbondioksida.
f) Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa
karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen
dibawa ke jantung.
B. Konsep Dasar
1. Definisi
DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh
Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty )
Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut :
a. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ).
b. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina)
(Seoparman , 1990).
c. DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
d. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
8
aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi
Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4
serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu
dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling
memberikan perlindungan silang.
Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae.) dari
sub genus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun
spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris
complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae.
aegyti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas.
Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya
mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti (WHO,
2000)
3. Patofisiologi
Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi, hemodinamika dan biokimia DHF
hingga kini belum diketahui secara pasti. DHF dapat terjadi bila seseorang setelah
terinfeksi dengue untuk pertama kalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus
dengue yang berbeda. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
yang membedakan DHF dari dengue clasik adalah meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, serta terjadinya hipotensi, trombositopeni
dan diastesis hemorragik. Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut dan nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Ada dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat dari kebocoran
plasma ke daerah vaskular melalui kapiler yang rusak, sehingga mengakibatkan
menurunnya volume plasma dan meningkatnya nilai hematokrit. Bukti dugaan ini adalah
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga peritonium, pelura dan perikard yang
ternyata melebihi pemberian cairan infus, serta terjadinya bendungan pembuluh darah
9
paru. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari awal demam sampai
puncaknya pada masa renjatan. Trombositopeni yang hebat, gangguan fungsi trombosit
dan kelainan fungsi koagulasi merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan.
Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan trombositopeni,
sedangkan perdarahan masif diakibatkan oleh kelainan yang lebih kompleks, yaitu
trombositopeni, gangguan faktor pembekuan.
Secara kronologis prosesnya dimulai dari nyamuk aedes yang tidak bervirus menggigit
dan mengisap darah seseorang yang telah terkena demam berdarah dengue. Nyamuk
yang sudah terinfeksi virus kemudian menggigit orang sehat dan memindahkan virusnya
bersama air ludah ke dalam tubuh. Pada saat tersebut, virus memperbanyak diri dan
menginfeksi sel-sel darah putih serta kelenjar getah bening untuk kemudian masuk ke
sistem sirkulasi darah. Virus ini sebenarnya hanya ada di dalam darah selama 3 hari
sejak ditularkan oleh nyamuk. Pada hari-hari itulah terjadi pertempuran antara antibodi
dan virus dengue yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Badan biasanya
mengalami gejala demam dengan suhu tinggi antara 39 sampai 40 derajat celcius. Akibat
pertempuran tersebut terjadi penurunan kadar trombosit dan bocornya pembuluh darah
sehingga membuat plasma darah mengalir ke luar. Penurunan trombosit ini mulai bisa
dideteksi pada hari ketiga. Masa kritis penderita demam berdarah berlangsung
sesudahnya, yakni pada hari keempat dan kelima.
Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom shock dengue karena
perubahan yang tiba-tiba. Muka penderita pun menjadi memerah atau facial flush.
Biasanya, penderita juga mengalami sakit pada kepala, tubuh bagian belakang, otot,
tulang dan perut (antara pusar dan ulu hati). Tidak jarang diikuti dengan muntah yang
berlanjut dan suhu dingin dan lembab pada ujung jari serta kaki.
Penanganan yang benar pada fase tersebut sangat ditekankan agar penderita bisa
melewati masa kritisnya dengan baik. Caranya dengan banyak memberikan asupan
cairan kepada penderita sebagai pengganti plasma darah. Hal ini dikarenakan banyaknya
cairan tubuh yang hilang dengan cepat akibat merembesnya plasma darah yang keluar
dari pembuluh darah. Saat ini, larutan gula garam atau oralit masih merupakan cairan
10
terbaik karena komposisinya setara dengan plasma darah. Pemberian infus diberikan
apabila penderita dalam kondisi muntah terus, tidak bisa makan dan minum, menderita
kejang, kesadaran menurun atau derajat kebocoran plasma darahnya tinggi, yang biasa
terjadi pada fase kritis. Begitu pula dengan transfusi trambosit yang akan diberikan jika
trambosit penderita di bawah 100.000 dengan pendarahan yang cukup banyak. Bila masa
kritis itu bisa dilewati dengan baik maka pada hari keenam dan ketujuh kondisi penderita
akan berangsur membaik dan kembali normal pada hari ketujuh atau kedelapan.
4. Manifestasi klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi
anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak
berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk
ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan
retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata
mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa
pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 –
12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang
berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang
kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada
dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada
saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya
kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat
pada hari ke-4 dan ke-5.
Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala
perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin
lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat,
kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
11
5. Patoflow
6. Klasifikasi
a. Derajat1
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah
kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang
lembab, dingin dan penderita gelisah.
12
d. Derajat IV
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
7. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) DHF tanpa renjatan :
a) Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari )
b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
c) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis
50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi
, beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ kg BB.
d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan renjatan :
a) Pasang infus RL
b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30
ml/ kg BB
c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
13
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3) Observasi intik output
4) Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per
hari, beri kompres
5) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
6) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
7) Resiko Perdarahan
a) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
b) Catat banyak, warna dari perdarahan
c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
8) Peningkatan suhu tubuh
a) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
b) Beri minum banyak
c) Beri kompres
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN dengan DHF
A. Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting
dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk
data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian :
wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
1. Data subyektif
Data subjektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga
pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy,
1995 yaitu :
a. Lemah.
b. Panas atau demam.
c. Sakit kepala.
d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
e. Nyeri ulu hati.
f. Nyeri pada otot dan sendi.
g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
h. Konstipasi (sembelit).
2. Data obyektif :
Data objektif adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi
pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :
a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
c. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena.
d. Hiperemia pada tenggorokan.
e. Nyeri tekan pada epigastrik.
f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
15
g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,
sianosis perifer, nafas dangkal.
3. Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
a. Ig G dengue positif.
b. Trombositopenia.
c. Hemoglobin meningkat > 20 %.
d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.
f. Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan
limfosit, monosit, dan basofil
g. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
h. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
i. Waktu perdarahan memanjang.
j. Asidosis metabolik.
k. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (Christiante Effendy, 1995) yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
16
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
6. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
C. Rencana keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 370C), Pasien bebas dari demam.
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7)
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
d. Berikan kompres hangat.
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat
penurunan suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
f. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit/ injuri agen
Tujuan : rasa nyaman pasien terpenuhi, nyeri berkurang atau hilang
17
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya
terhadap nyeri yang dialami
d. Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang dibutuhkan
Intervensi :
a. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan
d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Rasional : Untuk menghindari mual.
e. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan
diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
18
g. Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
4. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan meningkatnya permeabilitas
dinding plasma
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan
normalnya.
b. Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
c. Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan
cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh
darah.
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
e. Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasiv ( infuse )
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada pasien
Intervensi :
a. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infuse
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan
terjadi infeksi.
b. Observasi tanda-tanda vital.
19
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari
penyimpangan nilai tanda vital.
c. Observasi daerah pemasangan infus.
Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.
d. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.
6. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan : tidak terjadi tanda – tanda perdarahan lebih lanjut
Intervensi :
a. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.
b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.
c. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
d. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.
Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.
D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan
intervensi yang telah direncanakan.
E. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi
pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
1. Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.
20
2. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
3. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan
porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.
5. Infeksi tidak terjadi.
6. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aides aigepty yang menggigit manusia,
gigitan tersebut menyerang sistem hematologi yang menyebabkan leukosit menjadi tinggi dan
trombosit turun dibawah batas normal atau biasa disebut dengan trombositopenia. Orang yang
terkena virus dari nyamuk aides aigepty biasanya akan demam tinggi selama tiga hari, nyeri
tubuh, mual, dan bisa terjadi perdarahan. Proses penyakit DHF menyerupai kelana kuda yaitu
demam tinggi selama tiga hari ( fase penyebaran virus ), lalu demam seakan turun ( fase
kritis ), dan demam kembali tinggi ( fase penyembuhan ).
B. Saran
DHF memiliki ciri – ciri yang sama dengan penyakit thypoid. Oleh sebab itu kita harus selalu
waspada dan melakukan pencegahan seperti, Menghindari atau mencegah berkembangnya
nyamuk Aides Aigepty dengan cara rumah harus selalu terang, tidak menggantung pakaian,
bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali,
kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan,
tutup tempat penampungan air. Selain itu penting juga dilakukan pendidikan kesehatan
seperti,memberikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kondisi fisik anak, Jelaskan terapi yang diberikan, dosis dan efek samping,
21
jelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi
gejala, tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
22