Askep Atresia Ani

15
11 BAB I PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI A. Latar Belakang Atresia ani merupakan kelainan kongingetal atau penyakit bawaan yang sudah didapat ketika masih dalam kandungan , biasa disebabkan karena adanya kelainan dalam pembentukan organ yang tidak sempurna ketika dalam masa kandungan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dalam dunia keperawatan kasus atresia ani perlu perhatian khusus dalam pemberian perawatan, dikarenakan angka kejadian nya banyak ditemukan pada bayi baru lahir.sehingga perlu perhatian yang maksimal agar terhindar dari nasokonomial infection. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat di ambil kesimpulan untuk dijadikan judul dalam penyusunan makalah ini yaitu tentang ” Asuhan keperawatan Atresia Ani ” C. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Anak di Kampus STIKES Bhakti Kencana bandung.

Transcript of Askep Atresia Ani

Page 1: Askep Atresia Ani

11

BAB I

PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

ATRESIA ANI

A. Latar Belakang

Atresia ani merupakan kelainan kongingetal atau penyakit bawaan yang sudah didapat

ketika masih dalam kandungan , biasa disebabkan karena adanya kelainan dalam

pembentukan organ yang tidak sempurna ketika dalam masa kandungan.

Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya

lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.

Dalam dunia keperawatan kasus atresia ani perlu perhatian khusus dalam pemberian

perawatan, dikarenakan angka kejadian nya banyak ditemukan pada bayi baru lahir.sehingga

perlu perhatian yang maksimal agar terhindar dari nasokonomial infection.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat di ambil kesimpulan untuk dijadikan judul dalam

penyusunan makalah ini yaitu tentang ” Asuhan keperawatan Atresia Ani ”

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Anak

di Kampus STIKES Bhakti Kencana bandung.

D. Sasaran

Umum :Diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu kepada mahasiswa tentang

asuhan keperawatan Atresia Ani.

Khusus :Diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan khususnya bagi

penyusun tentang asuhan keperawatan atresia ani , sehingga dapat presentasikan ketika

menemukan kembali kasus anak dengan atresia ani.

E. Sistematika pembahasan

BAB I Pendahuluan

BAB II Tinjauan Teoritik

BAB III Pembahasan

Daftar Pustaka

Page 2: Askep Atresia Ani

11

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

ASUHAN KEERAWATAN PADA ANAK DENGAN

ATRESIA ANI

A. Pengertian Atresia Ani

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi

anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)

Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang

memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak

sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus

namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)

Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus

(Donna L. Wong, 520 : 2003).

Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan.

Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya

lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata

lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau

rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena

proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh,

misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama

lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan

operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:

1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus

2. Membran anus yang menetap

3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak

dari peritoneum

4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung

Page 3: Askep Atresia Ani

11

B. Etiologi

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa

lubang dubur.

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum

bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai

keenam usia kehamilan.

C. Patofisiologi

Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :

1. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit

karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.

2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa

lubang dubur.

3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan

pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan.

4. Berkaitan dengan sindrom down

5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

Terdapat tiga macam letak :

Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis)

dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak

upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital

Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya.

Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan

ujung rectum paling jauh 1 cm.

Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum

Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius

D. Manifestasi Klinis

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.

Page 4: Askep Atresia Ani

11

4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).

5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.

7. Perut kembung.(Betz. Ed 7. 2002)

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :

1. Asidosis hiperkioremia.

2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).

4. Komplikasi jangka panjang.

- Eversi mukosa anal

- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)

5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

6. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)

7. Prolaps mukosa anorektal.

8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

(Ngustiyah, 1997 : 248)

F. Klasifikasi

Klasifikasi atresia ani :

1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat

keluar.

2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.

3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.

4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum

(Wong, Whaley. 1985).

G. Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan

Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan.

Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan

dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus

permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12

Page 5: Askep Atresia Ani

11

bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu

pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga

memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya.

Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang

pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan

tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau

skapel

2. Pengobatan

a. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)

b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan

korksi sekaligus (pembuat anus permanen)

(Staf Pengajar FKUI. 205)

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum

dilakukan pada gangguan ini.

2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.

3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan

adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang

mencegah udara sampai keujung kantong rectal.

4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.

5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut

sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk

1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

6. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :

a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.

b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran

ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan

anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.

c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan

kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda

radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

Page 6: Askep Atresia Ani

11

BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

ATRESIA ANI

A. Pengkajian

1. Biodata klien

2. Riwayat keperawatan

a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang

b. Riwayat kesehatan masa lalu

3. Riwayat psikologis

Koping keluarga dalam menghadapi masalah

4. Riwayat tumbuh kembang

a. BB lahir abnormal

b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah

mengalami trauma saat sakit.

c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal

d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium

5. Riwayat social

Hubungan social

6. Pemeriksaan fisik

B. Diagnosa Keperawatan

Dx Pre Operasi

1) Konstipasi berhubungan dengan aganglion.

2) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah.

3) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur

perawatan.

Dx Post Operasi

1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi.

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

Page 7: Askep Atresia Ani

11

C. Rencana Keperawatan

Diagnosa Pre Operasi

1. Dx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion

Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.

Kriteria Hasil :

Penurunan distensi abdomen.

Meningkatnya kenyamanan.

Intervensi :

a. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order

R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.

b. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam

R/ Meyakinkan berfungsinya usus

c. Ukur lingkar abdomen

R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi

2. Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,

muntah

Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan

Kriteria Hasil :

Output urin 1-2 ml/kg/jam

Capillary refill 3-5 detik

Turgor kulit baik

Membrane mukosa lembab

Intervensi :

a. Monitor intake – output cairan

R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien

b. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV

R/ Mencegah dehidrasi

c. Pantau TTV

R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi

Page 8: Askep Atresia Ani

11

3. Dx 3 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan

prosedur perawatan.

Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang

Kriteria Hasil :

Klien tidak lemas

Intervensi :

a. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi

saluran pencernaan normal. Gunakan alay, media dan gambar.

R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien

b. Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua

R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan

c. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi

R/ Membantu mengurangi kecemasan klien

Diagnosa Post Operasi

1. Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari

kolostomi.

Tujuan : Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.

Intervensi :

a. Gunakan kantong kolostomi yang baik

b. Kosongkan kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong

c. Lakukan perawatan luka sesuai order dokter

2. Dx 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

Tujuan : Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan di rumah.

Intervensi :

a. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori tinggi

protein.

b. Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi.

Page 9: Askep Atresia Ani

11

D. Evaluasi

Pre Operasi Post operasi

1. Tidak terjadi konstipasi

2. Defisit volume cairan tidak

terjadi

3. Cemas berkurang

1. Kerusakan integritas kulit tidak

terjadi

2. Klien memiliki pengetahuan

perawatan di rumah

Page 10: Askep Atresia Ani

11

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi

anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

- Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa

lubang dubur.

- Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan

- Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum

bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai

keenam usia kehamilan.

Klasifikasi

Klasifikasi atresia ani :

- Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat

keluar.

- Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.

- Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.

- Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum

(Wong, Whaley. 1985).

Penatalaksanaan medic dilakukan pembedahan dan pengobatan dengan cara colostomy ,

Aksisi membran anal (membuat anus buatan),Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi

sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)

B. Saran

Asuhan keperawatan pada anak dengan atresia ani memerlukan perhatian khusus dalam

pelaksanaan proses keperawatan untuk itu perlu pemahaman dan pengetahuan agar tercapai

hasil yang memuaskan.

Page 11: Askep Atresia Ani

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3.

Jakarta: EGC.

2. Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.

3. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed),

Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.