ASKEB Kejang Demam dgn Perubahan Suhu Tubuh (Rizazul Alwanunikmah).doc
-
Upload
siee-apriel -
Category
Documents
-
view
33 -
download
8
Transcript of ASKEB Kejang Demam dgn Perubahan Suhu Tubuh (Rizazul Alwanunikmah).doc
ASUHAN KEBIDANAN PADA An. “A” UMUR 16 BULAN DENGAN KEJANG DEMAM DENGAN MASALAH GANGGUAN
PERUBAHAN SUHU TUBUH DI KAMAR LORONGRUANG ANAK RSUD dr. M. SOEWANDHIE
SURABAYA
Disusun Oleh :
RIZAZUL ALWANUNIKMAHNIM : 2007.01.0569
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANGPROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah
Nya sehingga asuhan kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada An. “A”
Umur 16 Bulan dengan Kejang Demam di Kamar Lorong Ruang Anak RSUD
dr. M. Soewandhie Surabaya” dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan asuhan kebidanan ini penulis menyadari adanya
kekurangan dan keterbatasan, namun berkat bantuan, bimbingan, petunjuk serta
dorongan dan dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak,
akhirnya asuhan kebidanan ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1) Dra. Soelidjah Hadi, M.Kes.M.M selaku Direktur STIKES Husada
Jombang.
2) Badriyah Sri Ismi, Amd.Kep, selaku Kepala Ruangan dan Pembimbing
Praktek di Ruang Anak RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya.
3) Nanik Setyawati, S.S.T selaku dosen Pembimbing Akademik di
STIKES Husada Jombang.
4) Teman-teman semua yang membantu dalam penyelesaian asuhan
kebidanan ini.
Penulis menyadari bahwa asuhan kebidanan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan asuhan kebidanan ini atau selanjutnya. Akhirnya penulis berharap
semoga asuhan kebidanan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca semua.
Surabaya, November 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3 % dari pada anak yang berumur 5 tahun pernah menderitanya.
Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung pada umur, tinggi
serta cepatnya suhu meningkat. (Wegran, 1939; Prichard dan Megrial,
1958). Faktor hereditas juga mempunyai peranan, Lennox-Buchtal (1971)
berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam
diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak
sempurna. Lennox berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita
mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.
Dan penelitian yang ada, frekuensi berulangnya kejang berkisar
antara 25-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Umur, jenis
kelamin dan riwayat keluarga, Lennox Buchtal (1973) mendapatkan :
Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada
wanita 50 dna pria 33%.
Pada anak berumur antara 14 bulan – 3 bulan dengan riwayat keluarga
adanya kejang. Terulangnya kejang adalah 50% sedang pada tanpa
riwayat kejang 25%.
Dari data yang diperoleh kejang demam bisa mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga perlu dilakukan deteksi
dini supaya kejang demam tidak terjadi.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan umum
Agar penulis mendapatkan pengalaman nyata dari teori
yang selama ini diperoleh sehingga mampu mengembangkan dan
menerangkan pola fikis secara ilmiah dalam memberikan asuhan
kebidanan pada anak dengan kejang demam melalui pendekatan
management Hellen Varney.
1.2.2. Tujuan khusus
Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Anak “A” Umur 16
Bulan Dengan Kejang Demam Dengan Masalah Gangguan
Perubahan Suhu Tubuh Di Kamar Lorong RSUD dr. M.
Soewandhie Surabaya, penulis diharapkan mampu :
1) Melakukan pengkajian yaitu pengumpulan data subyektif dan
obyektif pada anak dengan kejang demam.
2) Mengidentifikasikan diagnosa masalah dan kebutuhan
3) Mengantisipasi masalah potensial
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh
6) Mengimplementasikan rencana asuhan kebidanan sesuai
dengan wewenang
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
1.3. Cara Penyusunan Asuhan Kebidanan
Dalam penyusunan asuhan kebidanan, penulis menggunakan
metode deskriptif yaitu penulis yang mendiskripsikan atau memaparkan
permasalahan yang terjadi pada masa kini terutama pada pemecahan
masalah dengan kasus kejang demam pada An. “A” melalui pendekatan
study kasus. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah :
1.3.1. Study kepustakaan
Adalah cara mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-
buku yang berhubungan dengan kasus anak dengan kejang demam
serta masalah yang ditemukan.
1.3.2. Wawancara
Adalah cara pengumpulan data dengan tanya jawab secara
langsung mengenai masalah yang dialami pasien, keluarga maupun
dari tim kesehatan yang terkait sehingga mendapatkan data tentang
permasalahan yang berhubungan dengan pasien.
1.3.3. Observasi
Adalah pengamatan langsung terhadap perubahan yang terjadi pada
pasien.
1.3.4. Pemeriksaan fisik
Adalah pengumpulan data dengan pemeriksaan fisik secara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk mendapatkan data
obyektif.
1.3.5. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk menegakkan diagnosa.
1.3.6. Dokumentasi
Adalah cara pengumpulan data dengan melihat data yang sudah
ada dalam status pasien, catatanmedik maupun dari hasil
pemeriksaan penunjang.
1.4. Tempat dan Waktu
Dalam pembuatan asuhan kebidanan ini dibuat pada saat praktek
pada tanggal 23-29 November 2009 di Kamar Lorong Ruang Anak RSUD
dr. M. Soewandhie Surabaya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Kejang Demam
2.1.1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal diatas 38o C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstracranium dimana sebagian besar terjadi pada anak
dengan usia 6 bulan – 4 tahun. (Ilmu Kesehatan Anak Jilid II, 1985
: 845).
2.1.2. Gambaran klinis
1) Temperatur 38,9 – 40,6o C
2) Menggigil
3) Berkeringat
4) Gelisah
5) Tidak ada nafsu makan
6) Nadi dan pernafasan cepat
Menurut FKUI-RSCM, kriteria kejang demam sederhana :
1) Umur 6 bulan – 4 tahun
2) Kejang berlangsung sebentar kurang dari 15 menit
3) Kejang bersifat umum
4) Kejang timbul dalam 16 jam setelah timbul demam
5) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
2.1.3. Etiologi
1) Infeksi
a. Meningitis
b. Ensefalitis
c. Abses otak
d. OMA
2) Peningkatan suhu tubuh
2.1.4. Patofisiologi
Demam
Kebutuhan O2 + kebutuhan glukosa
Metabolisme meningkat
Mengganggu sel neuron
Perubahan keseimbangan membransel neuron (Na dan K)
Difusi Na dan K
Melepaskan muatan listrik
Kejang
2.1.5. Prognosis
Jika penanggulangannya tepat dan cepat prognosis baik, resiko
post kejang demam tergantung :
1) Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga
2) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum
anak menderita kejang demam
3) Kejang berlangsung lama atau kejang fatal (> 15 menit)
2.1.6. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medik
a. Memberantas kejang secepat mungkin
b. Pengobatan penunjang
c. Memberikan pengobatan rumah
d. Mencari dan mengobati penyebab
2) Tindakan pada saat kejang
a. Baringkan pasien ditempat rata, kepala dimiringkan
b. Pasang tong spatel yang dibungkus kassa
c. Singkirkan benda-benda disekitar pasien, lepaskan pakaian
yang mengganggu pernafasan
d. Berikan O2
Neurotransmiter
e. Bila suhu meningkat, berikan kompres
f. Setelah pasien sadar, berikan minum hangat
2.1.7. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan fisik
2) Laboratorium : darah lengkap, kultur darah, kultur urine
3) Lumbal pungsi
2.2. Asuhan Kebidanan Pada Anak Dengan Kejang Demam
2.2.1. Pengkajian data
Merupakan langkah awal dan dasar dalam asuhan
kebidanan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data awal
informasi pasien yang dibutuhkan dan dikumpulkan untuk
menentukan masalah kesehatan. Kebutuhan kesehatan klien baik
mental, sosial dan lingkungan pada pengkajian meliputi :
A. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung kepada klien, adapun data-datanya antara lain :
1) Biodata
Yang terdiri dari nama, umur, suku/bangsa, agama, jenis
kelamin, alamat. Biodata orangtua meliputi nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
alamat. Maksud dari biodata tersebut adalah untuk
identifikasi penderita dan menentukan status sosial
ekonominya.
2) Keluhan utama
Anak lemah, panas satu hari, tidak mau makan.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Anak tidak mau makan, panas, kejang.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Menjelaskan penyakit apa yang pernah di derita oleh anak
dan apakah anak pernah MRS.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakti yang pernah diderita keluarga baik dari pihak ibu/
bapak klien seperti penyakit menurun (hipertensi, kencing
manis), penyakit menahun (jantung, ginjal), penyakit
menular (TBC, hepatitis), riwayat kejang.
6) Riwayat neonatal
a. Prenatal
Keadaan klien waktu dalam kandungan, kesehatan ibu
saat hamil, penyakit yang diderita ibu saat hamil,
pemeriksaan ibu saat hamil, obat-obatan yang pernah
didapat saat hamil.
b. Natal
Keadaan klien saat dilahirkan, bagaimana proses
persalinannya, umur kehamilannya berapa saat
dilahirkan, siapa yang menolong, berat badan lahir.
c. Post natal
Apakah klien langsung diberi ASI setelah lahir, apakah
diberi makanan tambahan.
7) Riwayat imunisasi
Mengetahui imunisasi apa saja yang sudah diberikan.
8) Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Bagaimana nafsu makannya, berapa kali makannya,
porsi makan (selama sakit dan sebelum sakit), minum
berapa gelas per hari.
b. Pola istirahat
Bagaimana pola istirahat klien sebelum sakit dan
selama sakit yang meliputi lama tidurnya mulai jam
berapa sampai jam berapa.
c. Pola aktivitas
Sebelum sakit dan selama sakit bagaimana aktivitas
klien.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola eliminasi klien sebelum dan selama
sakit yang terdiri dari BAB bagaimana frekuensinya,
konsistensinya, warna, bau, ada keluhan atau tidak,
BAK bagaimana frekuensinya, warna, bau, ada keluhan
atau tidak.
e. Pola personal hygiene
Dalam sehari berapa kali klien mandi, gosok gigi, ganti
pakaian dalam seminggu berapa kali cuci rambut.
B. Data Obyektif
Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi yang terdiri dari :
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : …
Kesadaran : …
BB sebelum sakit : … kg
BB saat sakit : … kg
2) TTV
Suhu : 36 – 37o C
Nadi : 100 – 130 x/menit
RR : 30 – 40 x/menit
3) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : kulit kepala bersih atau tidak, ada
benjolan atau tidak, penyebaran
rambut.
Muka : pucat atau tidak, oedem atau tidak.
Mata : simetris atau tidak, conjungtiva
merah muda atau tidak, sklera putih
atau tidak, strabismus atau tidak.
Hidung : bersih atau tidak, ada PCH atau tidak,
epistaksis atau tidak.
Telinga : simetris atau tidak, ada serumen atau
tidak.
Mulut dan gigi : mukosa bibir merah muda atau tidak,
labioskizis atau tidak, stomatitis atau
tidak, ada gigi berlubang atau tidak,
ada caries gigi atau tidak.
Leher : bersih atau tidak, ada pembesaran
kelenjar tyroid atau tidak, ada
pembengkakan vena jugularis atau
tidak.
Dada : ada tarikan intercosta atau tidak.
Abdomen : ada bekas luka atau tidak.
Punggung : ada spina bifida atau tidak.
Genetalia : bersih atau tidak, ada iritasi atau
tidak.
Anus : berlubang atau tidak.
Ekst. Atas : ada kelainan pergerakan atau tidak,
ada kelainan jumlah jari atau tidak.
Ekst. Bawah : ada kelainan pergerakan atau tidak,
dan jumlah jari atau tidak
b. Palpasi
Kepala : ada benjolan atau tidak.
Leher : terdapat pembesaran kelenjar tyroid
atau tidak, pembengkakan vena
jugularis atau tidak.
Axilla : ada pembesaran kelenjar limfe atau
tidak.
Abdomen : ada nyeri tekan atau tidak.
c. Auskultasi
Dada : ada ronchi atau tidak, ada wheezing
atau tidak.
Abdomen : bising usus
d. Perkusi
Abdomen : meteorismus atau tidak.
4) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
5) Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
Menjelaskan pertumbuhan anak yang telah dicapai,
meliputi BB, TB.
b. Perkembangan
Menjelaskan perkembangan yang telah dicapai,
meliputi motorik halus, motorik kasar, kemampuan
bahasa, adaptasi sosial.
2.2.2. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Dari data yang telah dikumpulkan baik data subyektif
maupun data obyektif. Data dianalisis untuk menentukan suatu
masalah dan kemungkinan penyebab dari konsep dasar asuhan
kebidanan. Maka dapat ditarik analisa sebagai berikut :
Diagnosa : An. “…” umur … dengan observasi lanjut kejang
demam.
Ds : Ibu mengatakan anaknya panas berapa hari disertai
kejang berapa kali.
Do : Keadaan umum : …
Kesadaran : …
TTV : Suhu : 36 – 37o C
Nadi : 100 – 130 x/menit
RR : 30 – 40 x/menit
Frekuensi kejang.
Masalah : Gangguan perubahan suhu tubuh.
Ds : Ibu mengatakan suhu tubuh anaknya naik turun.
Do : TTV : Suhu : 36 – 37o C
Nadi : 100 – 130 x/menit
RR : 30 – 40 x/menit
Akral hangat
2.2.3. Antisipasi Masalah Potensial
Potensi terjadinya kejang berulang
2.2.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Kompres untuk menurunkan suhu tubuh
2.2.5. Intervensi
Diagnosa : An. “…” umur … dengan observasi lanjut kejang
demam.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama … x …
diharapkan panas turun dan tidak terjadi kejang.
Kriteria : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV dalam batas normal
Suhu : 36 – 37o C
Nadi : 100 – 130 x/menit
RR : 30 – 40 x/menit
Tidak terjadi kejang
Ibu dapat mengerti dan paham tentang penjelasan
tenaga kesehatan
Intervensi
1) Jelaskan pada orang tua pasien tentang kondisi pasien.
Rasional : mengurangi kecemasan akibat ketidaktahuan
kondisi pasien.
2) Berikan O2 jika terjadi kejang berulang.
Rasional : metabolisme basal untuk kontraksi otot-otot
skeletal.
3) Berikan cairan infus.
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi.
4) Lakukan observasi keadaan umum, TTV pada pasien.
Rasional : sebagai parameter awal terjadinya ketidaknormalan.
5) Lanjutkan advice dokter.
Rasional : memberikan terapi dengan lebih lanjut akan
memperbaiki kondisi pasien.
6) Lakukan observasi tanda-tanda kejang.
Rasional : deteksi dini adanya kejang berulang.
7) Berikan kompres hangat.
Rasional : mengurangi panas secara konduksi.
Masalah : Gangguan perubahan suhu tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama … x …
diharapkan suhu tubuh turun (dalam batas normal).
Kriteria : TTV dalam batas normal
Suhu : 36 – 37o C
Nadi : 100 – 130 x/menit
RR : 30 – 40 x/menit
Akral biasa.
Intervensi
1) Jelaskan pada orang tua tentang kondisi pasien.
Rasional : penjelasan merupakan informasi yang dapat
mengurangi kecemasan akibat ketidaktahuan
kondisi pasien.
2) Ajarkan pada orang tua untuk sering mengganti kompres.
Rasional : mengurangi panas secara konduksi.
3) Berikan pakaian yang mudah menyerap keringat.
Rasional : membantu mempercepat pelepasan panas secara
konveksi dan evaporasi.
4) Monitor TTV terutama suhu dan nadi.
Rasional : peningkatan suhu dan nadi cepat menandakan
dehidrasi atau infeksi.
5) Berikan minum sedikit-sedikit tapi sering.
Rasional : mencegah adanya dehidrasi.
6) Observasi intake dan output.
Rasional : mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
2.2.6. Implementasi
Merupakan perwujudan dari rencana yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Pelaksanaan akan dengan baik apabila
diterapkan berdasarkan masalah atau diagnosa yang sesuai dengan
jenis tindakan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
2.2.7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dengan
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kriteria
hasil yang ditentukan dalam perencanaan kejang demam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Data
Tanggal MRS : 22 November 2009 Jam : 20.00 WIB
Tanggal pengkajian : 25 November 2009 Jam : 13.00 WIB
A. Data Subyektif
1) Biodata
a. Biodata anak
Nama klien : An. “A”
Umur : 16 bulan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Madura/ Indonesia
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 3
Status : Kandung
Alamat : Granting Baru 2B / 4, Surabaya
b. Biodata orangtua
Nama ibu : Ny. “S”
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Madura/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Kawin ke : 1
Lama kawin : 20 tahun
Umur kawin : 17 tahun
Alamat : Granting Baru2B / 4, Surabaya
Nama ayah : Tn. “G”
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Madura/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp. 900.000/bln
Kawin ke : 1
Lama kawin : 20 tahun
Umur kawin : 20 tahun
Alamat : Granting Baru2B / 4, Surabaya
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya panas tinggi disertai kejang 1 x dirumah
dan sekarang hanya panas yang masih naik turun, belum stabil.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya panas pukul 08.00 WIB pada
tanggal 22 November 2009 tidak stabil naik turun. Pada pukul
19.45 WIB, suhu tubuh anaknya panas tinggi disertai kejang 1 x di
rumah dalam waktu sekitar 5 menit, kemudian anaknya dibawa ke
RSUD dr. M. Soewandhie pada tanggal 22 November 2009 Jam :
20.00 WIB dan MRS.
4) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu pasien mengatakan tidak pernah MRS, pernah sakit panas,
batuk pilek biasa, dalam kejang cuma beberapa detik.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit menurun (DM, hipertensi), menahun (asma,
jantung), menular (hepatitis, TBC) dan tidak ada riwayat kejang.
6) Riwayat neonatal
a. Riwayat prenatal
ANC
TM I : 2 x di bidan, tidak ada keluhan
Terapi : Fe, kalk, Vit. C
TM II : 2 x di bidan, tidak ada keluhan
Terapi : Fe, kalk, Vit. C
TM III : 2 x di bidan, tidak ada keluhan
Terapi : Fe, kalk, Vit. C
Penyuluhan yang pernah didapat selama hamil
TM I : gizi seimbang ibu hamil, istirahat cukup
TM II : tanda bahaya kehamilan, gizi seimbang ibu
hamil
TM III : persiapan persalinan
Imunisasi TT
TT lengkap (long live)
b. Riwayat natal
Ibu mengatakan melahirkan anaknya yang ketiga pada tanggal
13 Juli 2008 secara spontan B ditolong oleh bidan dengan jenis
kelamin laki-laki, aterm dengan BBL : 3200 gram, PBL : 50
cm, keadaan baik.
c. Riwayat post natal
Ibu mengatakan setelah lahir bayinya diberi susu formula dulu
karena ASInya belum keluar.
7) Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan anaknya belum mendapatkan imunisasi campak.
8) Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Sebelum sakit
Makan : 3 x/hari, porsi kecil (nasi tim, lauk telur 1 butir,
sayur sup ½ mangkok kecil)
Minum : susu formula 9 botol/hari @ 60 cc/botol,
air putih
Saat sakit
Makan : saat pengkajian anak sudah makan ½ porsi kecil
roti sisir sedikit
Minum : susu formula 5 botol/hari @ 60 cc/botol,
air putih.
b. Pola aktivitas
Sebelum sakit
Bermain dengan ibu dan keluarga.
Saat sakit
Sering tiduran, minta digendong.
c. Pola istirahat
Sebelum sakit
Malam : tidur 10 jam (20.00 – 07.00 WIB), terbangun
jika BAK.
Siang : tidur 4 jam (11.00 – 14.00 WIB), nyenyak.
Saat sakit
Malam : tidur 8 jam (20.00 – 03.00 WIB), sering
terbangun karena badannya panas.
Siang : tidur 2 jam (13.00 – 15.00 WIB), sulit tidur.
d. Pola eliminasi
Sebelum sakit
BAK : 6-7 x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
BAB : 2 x/hari, warna kuning lembek, bau khas.
Saat sakit
BAK : 4-5 x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
BAB : 1 x/hari, warna kuning lembek, sedikit, bau
khas.
e. Pola personal hygiene
Sebelum sakit
Mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, keramas 2 x/minggu,
ganti baju dan celana dalam sehabis mandi.
Saat sakit
Diseka 2 x/hari, tidak gosok gigi, belum keramas, ganti
baju 2 x/hari.
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
BB sebelum sakit : 10 kg
BB saat sakit : 9,8 kg
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 38o C
Nadi : 118 x/menit
3) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : rambut hitam, pendek, bersih, tidak ada
benjolan.
Muka : tidak oedem, tidak pucat.
Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera
putih, mata tidak cowong, tidak strabismus.
Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada PCH.
Mulut dan gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries gigi, lidah bersih.
Telinga : bersih, tidak ada serumen, tidak ada kelainan
bentuk tulang belakang, pendengaran baik.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembengkakan vena jugularis.
Dada : tidak ada tarikan intercosta, tidak ada
benjolan.
Abdomen : tidak ada bekas luka.
Punggung : tidak ada spina bifida.
Genetalia : tidak ada iritasi.
Anus : berlubang.
Ekst. Atas : tidak ada kelainan pergerakan, tidak ada
kelainan jumlah jari.
Ekst. Bawah : tidak ada kelainan pergerakan, tidak ada
kelainan jumlah jari.
b. Palpasi
Kepala : tidak ada benjolan, rambut tidak rontok.
Muka : tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan.
Hidung : tidak ada polip.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembengkakan vena jugularis, tidak nyeri
tekan.
Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan.
c. Auskultasi
Dada : tidak ada suara wheezing atau ronchi.
Abdomen : bising usus 5 x/menit.
d. Perkusi
Abdomen : tidak meteorismus.
4) Pemeriksaan penunjang
Tanggal 24 November 2009
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
DL
Hemoglobin
Hematokrit (PCV)
Leukosit
Laju endap darah
(LED)
9,0
29,2
8.000
L : 13,2-17,3 gr%
P : 11,7-15,5 gr%.
L : 40-52 %
P : 35-47 %
L : 3.800-10.600/cmm
P : 3.600-11.000/cmm
L : 0-100 mm
P : 0-20 mm
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Diff count :
Eosinophilis
Basophil
Neutrophil
Lymphocyte
Monochyte
Granular
Trombocytes
-
-
-
41,5
3,4
55,1
235.000
0 – 4%
0 – 1%
46,0 – 73,0%
25 – 40%
2 – 6%
43,0 – 76,0%
150.000-450.000 mm3
5) Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
BBL : 3200 gram
BB sebelum sakit : 10 kg
BB saat sakit : 9,8 kg
b. Perkembangan
Berjalan sendiri.
Minum sendiri tapi tumpah.
Pegang mainan dibuat mainan sendiri.
3.2. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa : An. “A” umur 16 bulan dengan kejang demam.
Ds : Ibu pasien mengatakan anaknya panas tinggi disertai kejang
1 x.
Do : Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : Suhu : 38o C
Nadi : 118 x/menit
Akral hangat
Gelisah
Masalah : Gangguan perubahan suhu tubuh
Ds : Ibu pasien mengatakan suhu tubuh anaknya belum stabil,
naik turun.
Do : TTV : Suhu : 38o C
Nadi : 118 x/menit
Akral hangat
Suhu tubuh intermiten
Kebutuhan : -
3.3. Antisipasi Masalah Potensial
Kejang demam berulang.
3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Kompres dengan air hangat untuk menurunkan panas agar tidak terjadi
kejang berulang.
3.5. Intervensi
Diagnosa : An. “A” umur 16 bulan dengan kejang demam.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan 1 x 24 jam diharapkan
panas turun dan tidak terjadi kejang lagi.
Kriteria : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV dalam batas normal
Suhu : 36 – 37o C
Nadi : 100 – 130 x/menit
Tidak kejang lagi.
Ibu dapat mengerti dan paham tentang penjelasan tenaga
kesehatan.
Intervensi
1) Jelaskan pada orang tua pasien tentang kondisi pasien.
Rasional : mengurangi kecemasan akibat ketidaktahuan kondisi
pasien.
2) Berikan O2 jika terjadi kejang berulang.
Rasional : metabolisme basal untuk kontraksi otot-otot skeletal.
3) Berikan cairan infus.
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi.
4) Lakukan observasi keadaan umum, TTV pada pasien.
Rasional : sebagai parameter awal terjadinya ketidaknormalan.
5) Lanjutkan advice dokter.
Rasional : memberikan terapi dengan lebih lanjut akan memperbaiki
kondisi pasien.
6) Lakukan observasi tanda-tanda kejang.
Rasional : deteksi dini adanya kejang berulang.
7) Berikan kompres hangat.
Rasional : mengurangi panas secara konduksi.
Masalah : Gangguan perubahan suhu tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan 1 x 15 menit
diharapkan suhu tubuh turun (dalam batas normal).
Kriteria : TTV dalam batas normal
Suhu : 36 – 37o C
Nadi : 100 – 130 x/menit
Akral biasa
Intervensi
1) Jelaskan pada orang tua tentang kondisi pasien.
Rasional : penjelasan merupakan informasi yang dapat mengurangi
kecemasan akibat ketidaktahuan kondisi pasien.
2) Ajarkan pada orang tua untuk sering mengganti kompres.
Rasional : mengurangi panas secara konduksi.
3) Berikan pakaian yang mudah menyerap keringat.
Rasional : membantu mempercepat pelepasan panas secara konveksi
dan evaporasi.
4) Monitor TTV terutama suhu dan nadi.
Rasional : peningkatan suhu dan nadi cepat menandakan dehidrasi
atau infeksi.
5) Berikan minum sedikit-sedikit tapi sering.
Rasional : mencegah adanya dehidrasi.
6) Observasi intake dan output.
Rasional : mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
3.6. Implementasi
Tanggal : 25 November 2009 Jam : 13.10 WIB
Diagnosa : An. “A” umur 16 bulan dengan kejang demam.
1) Jam 13.10 WIB
Menjelaskan pada orang tua pasien tentang kondisi pasien.
2) Jam 13.15 WIB
Memberikan O2 dengan tekanan 2 liter jika kejang berulang.
3) Jam 13.20 WIB
Memberikan cairan infus D5 ¼ 20 tetes/menit.
4) Jam 13.25 WIB
Melakukan observasi keadaan umu, TTV pada pasien :
Keadaan umum : cukup
TTV : Suhu : 38o C
Nadi : 118 x/menit
5) Jam 13.30 WIB
Melakukan advice dokter :
Infus D5 ¼ 20 tetes/menit
Injeksi Dexa 0,3 cc IV
Injeksi Antrain 0,3 cc IV
Injeksi Cefotaxime 1 x 500 mg IV
Injeksi Diazepam 1 mg IV
6) Jam 13.35 WIB
Melakukan observasi tanda-tanda kejang.
7) Jam 13.40 WIB
Memberikan kompres hangat.
Masalah : Gangguan perubahan suhu tubuh.
1) Jam 13.50 WIB
Menjelaskan pada orang tua tentang kondisi pasien.
2) Jam 13.52 WIB
Mengajarkan pada orang tua untuk sering mengganti kompres.
3) Jam 13.55 WIB
Memberikan pakaian yang mudah menyerap keringat.
4) Jam 13.58 WIB
Memonitor TTV terutama suhu dan nadi :
Suhu : 38o C
Nadi : 118 x/menit
5) Jam 14.02 WIB
Memberikan minum sedikit-sedikit tapi sering.
6) Jam 14.05 WIB
Mengobservasi intake dan output.
3.7. Evaluasi
Tanggal : 26 November 2009 Jam : 09.00 WIB
Diagnosa : An. “A” umur 16 bulan dengan kejang demam.
S : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak kejang.
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : Suhu : 37o C
Nadi : 120 x/menit
Tidak timbul kejang lagi
A : An. “A” umur 16 bulan dengan kejang demam, masalah
teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan :
Berikan ciaran infus.
Lakukan observasi keadaan umum, TTV pada pasien.
Lakukan observasi tanda-tanda kejang.
Masalah : Gangguan perubahan suhu tubuh.
S : Ibu mengatakan suhu tubuh anaknya masih naik turun.
O : TTV : Suhu : 37o C
Nadi : 120 x/menit
Akral hangat.
A : Gangguan perubahan suhu tubuh, teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan :
Monitor TTV (suhu dan nadi)
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan tahap pembahasan yang merupakan
tahap pembanding antara konsep dengan tinjauan kasus pada anak dengan
Kejang Demam, maka pada tahap ini penulis menarik kesimpulan antara
lain dengan pengajian ibu mengatakan anaknya tidak kejang dan suhu
tubuh anaknya masih naik turun, keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TTV : Suhu : 37oC, Nadi : 120 x/menit, RR : 20 x/menit,
tidak ada-ada tanda kejang.
Dalam kasus ini tidak ada antisipasi masalah potensial, sehingga
tidak perlu adanya identifikasi kebutuhan segera. Rencana yang dilakukan
pada kasus ini antara lain : jelaskan pada orang tua tentang kondisi pasien,
ajarkan pada orang tua untuk sering mengganti kompres, berikan pakaian
yang mudah menyerap keringat, monitor TTV terutama suhu dan nadi,
berikan minum sedikit-sedikit tapi sering, dan observasi intake dan output.
Implementasi dilakukan berdasarkan rencana yang sudah
ditetapkan.
Evaluasi dilakukan setelah rencana yang sudah ditetapkan tujuan
dan kriteria saat dilakukan anamnesa : ibu pasien mengatakan anaknya
anak sudah tidak kejang lagi, keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TTV dalam batas normal. Pada assasment masalah belum
teratasi, planning observasi TTV, observasi intake dan output, observasi
tanda-tanda kejang, beri terapi sesuai advice dokter.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi ibu dan keluarga
Mengikut sertakan ibu dan keluarga dalam memberi asuhan pada
anak sakit yang telah dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
4.2.2. Bagi petugas
Meningkatkan kemampuan, kecermatan dan ketelitian dalam
mengkaji masalah-masalah pada anak sakit.
4.2.3. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat belajar sesuai dengan teori sehingga
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap lebih baik.
4.2.4. Bagi institusi
Hendaknya buku-buku yang lebih baik berhubungan dengan
keperawatan pada anak sakit yang digunakan sebagai masukan dan
bahan pustaka penyusunan asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.infoibu.com
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika
Wartonah, Tarwoto. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC